Anda di halaman 1dari 13

Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI SEBAGAI SATUAN PEMBELAJARAN


BERKARAKTER DAN HUMANISTIK

Rosida Tiurma Manurung*


Email: rosidatm@gmail.com

ABSTRAK

Era mutakhir yang modern, era global, berteknologi tinggi, serba digital, yang ditandai
dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan telah mendorong manusia seperti mesin yang
tidak punya hati, tidak memiliki rasa kemanusiaan, tidak memedulikan lingkungan sekitarnya,
dan justru dipenuhi oleh ketidakjujuran, manipulasi, kekerasan, saling sikut, dan tidak punya hati
nurani. Oleh sebab itu, pendidikan harus dikemas dengan muatan yang berperspektif integritas
dan humanistik. Pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai aktivitas atau kegiatan belajar-
mengajar di kelas saja. Pendidikan haruslah mengacu kepada berbagai proses dan aktivitas yang
harus bersifat produktif, kreatif, pengembang skill, kepribadian, integrasi, keprimaan, sampai
pengokoh moral dan spiritual. Pendidikan harus diarahkan dan dikelola dengan tujuan yang jelas,
yaitu mampu mengembangkan nilai-nilai positif pada peserta didik. Melalui pendidikan, harus
dapat memunculkan sosok-sosok yang memiliki karakter dan kepribadian yang kokoh dan teruji,
baik dalam bidang keilmuan maupun dalam bidang kemanusiaan.
Pendidikan antikorupsi sejalan dengan pendidikan yang berkarakter dan humanistik mulai
gencar diwacanakan oleh pemerintah. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak
peserta didik, pendidikan antikorupsi dan humanistik diharapkan mampu menjadi fondasi utama
dalam pembentukan jati diri yang jujur dan berparadigma Pancasila serta UUD 1945 sesuai
dengan UU No. 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jika pendidikan antikorupsi
dan humanistik sudah menjadi orientasi dan tujuan pembelajaran, tentu sekolah akan menjadi
tempat penyemaian budaya kejujuran. Bukan hanya melahirkan generasi penerus yang pandai
secara intelektual, emosional, dan spiritual, tetapi juga memiliki kepribadian yang berkarakter,
berintegritas, dan bertanggung jawab. Upaya pemberantasan korupsi tidak dapat diselesaikan
secara instan. Langkah preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya laten ini,
hendaknya dimulai dari lembaga yang sifatnya laten pula yaitu proses pembelajaran di lembaga
pendidikan. Demikian juga di satuan pendidikan tinggi, perguruan tinggi dan mahasiswa
diharapkan berperan aktif mencegah korupsi dengan berperan sebagai agen perubahan dan motor
penggerak utama dalam gerakan antikorupsi di masyarakat.

Kata kunci: pendidikan antikorupsi, satuan pembelajaran berkarakter, humanistic

ABSTRACT

The modern global era, which is equipped with high technology, digitalized and
characterized by the development of science, has driven humans like heartless machines that do
not have any senses of humanity, do not care of the environment, and filled with dishonesty,
manipulation, violence, nudge each other, and do not have any consciences instead. Hence,
education has to be packed with loads of integrity and humanistic perspective. Education should
not be interpreted as an activity of teaching and learning in classroom, yet should refer to

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 232


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

various processes and activities that are productive and creative, improve skills, personality,
integrity, and fitness. It should be directed and managed with clear purposes. In addition,
education should be able to spawn figures who have qualified personality, not only in the field of
science but also in humanity.
Anticorruption education is on the same page with the humanistic education which is
started to be proclaimed by the government rapidly. Aside from being a part of the process of
students’ morale formation, character and humanistic education is expected to be able to be a
primary foundation in the character building which is honest and has the paradigm of Pancasila
and UUD 1945 according to UU No. 20 year 2003 about National Education System. If this kind
of education has been an orientation and aim of the learning process, the school will definitely
become a place to seed the honesty habit. It engenders the next generation who is not only smart
in intellectual but also has good outlook according to the highest standard of behavior. The
efforts to get the rid of corruption cannot be completed instantly. Preventive attempt done to
reduce this ulterior harm should be started from the learning process in the education institution.
Similarly, in units of higher education, college and university students are expected to play an
active role to prevent corruption by acting as an agent of change and a major driving force in the
anti-corruption movement in society.

Keywords: anti-corruption education, characterized learning units, humanistic

* Dosen Tetap Program Magister Psikologi Sains


UK Maranatha Bandung - Institut Teknologi
Bandung

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 233


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

PENDAHULUAN pengembangan pendidikan antikorupsi.


Berbagai macam persoalan yang melanda
Dalam era global, tantangan terbesar bangsa membuat kita harus berpikir keras dan
justru muncul bukan dari eksternal, melainkan duduk bersama untuk menemukan obat
internal. Bangsa kita sekarang umumnya mujarab bagi penyelesaian permasalahan
dalam keadaan sakit secara mental karena bangsa. Media yang paling ampuh untuk
masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan mengubah mentalitas bangsa adalah lewat
mentalitas buruk. Bangsa yang sudah pendidikan dan keyakinan agama. Pen-
dilimpahi kekayaan alam dan keadaan didikan yang mampu mengubah mentalitas
geografis yang nyaman justru menjadi porak- adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan
poranda karena adanya kasus korupsi yang sungguh-sungguh dan sepenuh hati, bukan
berakibat kemiskinan, pencurian hak hanya sekadar formalitas atau kepura-puraan.
intelektual, banalitas atau kekerasan, Dunia pendidikan harus mengakui
perampasan milik rakyat kecil, dan tindakan begitu pentingnya dan perlunya kembali
lain yang ditenggarai sudah menjadi hal biasa kepada pendidikan moral yang dikerucutkan
di negeri ini. Indonesia sudah tercatat sebagai kepada pendidikan antikorupsi di sekolah
bangsa terkorup di kawasan Asia. untuk membentuk watak dan kepribadian
Berdasarkan fakta di lapangan, moral siswa sehingga mereka menjadi manusia
hampir semua pemimpin di Indonesia sudah dewasa yang bertanggung jawab dalam
rusak. Atasan memberi contoh buruk; kehidupan masyarakat. Akan tetapi, usaha ini
bawahan pun akan mengikuti. Tidaklah pun hanya terjadi secara tersebar, tidak
mengherankan, rakyat pun mencontoh para serentak. Selain itu, tampaknya ada ketidak
pemimpin yang melakukan sesuatu yang sepahaman tentang kepentingan pendidikan
buruk, misalnya korupsi itu salah satu ke- antikorupsi yang digagas melalui bentuk
tidakjujuran. Terjadi suatu lingkaran yang satuan pembelajaran di sekolah.
saling bertalian, yaitu karena pejabatnya tidak
jujur (korup), penegak hukumnya tidak adil,
rakyatnya tidak produktif, karyawan tidak KAJIAN TEORI
loyal, rakyatnya tidak bisa kerja sama,
masyarakat tidak memiliki empati, tidak Jika kita membicarakan pendidikan
mempunyai keteguhan hati dan komitmen, berarti kita memperbincangkan persoalan
pelajar dan mahasiswanya tawuran, dsb. yang mendasar, hakiki, dan menyangkut
Semua fenomena di atas memiliki faktor manusia serta kehidupannya. Segala persoalan
penyebab utama yaitu masalah nilai moral. pendidikan pasti akan menyangkut manusia.
Nilai moral sudah tergerus dan tidak Oleh karena itu, selama ada kehidupan,
terindentifikasi dalam bangsa kita. selama manusia masih ada di muka bumi, dan
Pendidikan nilai moral/agama sangat selama manusia masih bernafas, selama itu
penting bagi tegaknya suatu bangsa. Tanpa juga pendidikan tetap ada.
pendidikan moral (agama, budi pekerti, Pendidikan bukan sekadar aktivitas
pendidikan antikorupsi) kemungkinan besar yang di dalamnya terjadi transfer ilmu, tetapi
suatu bangsa bisa hancur dan hilang. lebih dari itu. Pendidikan harus dapat
Dalam konteks pendidikan di membuat peserta didik mampu mengembang-
Indonesia, kemerosotan nilai moral telah kan dan mengeksplorasi potensi diri,
menjadi semacam lampu merah yang kecerdasan emosi, dan makna eksistensi
mendesak semua pihak mulai lembaga mereka dalam masyarakat. Akan tetapi,
pendidikan, orang tua, negara, sampai seiring dengan kemajuan zaman dan
lembaga kemasyarakatan lain untuk segera perkembangan ipteks, model atau sistem
memandang pentingnya sebuah sinergi bagi pendidikan sudah mulai bergeser menjadi

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 234


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

pendidikan yang tanpa”roh”, pendidikan yang Marimba merumuskan pendidikan


“tidak memanusiakan manusia”. Atmosfer adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
pendidikan di negeri ini memang telah oleh sipendidik terhadap perkembangan
mengalami pergeseran makna. Hal ini terbukti jasmani dan rohani siterdidik menuju
dengan semakin menjamurnya sekolah yang terbentuknya keperibadian yang utama (Nata,
menganut sistem pengelolaan ala perusahaan, 2001:1). Pengertian pendidikan yang mengacu
meskipun para pelakunya mengaku semua itu pada konsep psikologi pendidikan adalah
bermotif mulia untuk meningkatkan mutu sebagaimana dijelaskan oleh Crow (dalam
pendidikan. Dengan terjadinya pergeseran Supriyatno, 2001) bahwa pendidikan
makna ini, bergeser pula orientasi dan urgensi diinterpretasikan dengan makna untuk
pendidikan dari pembangunan mental dan mempertahankan individu dengan kebutuhan-
moral manusia Indonesia, ke arah pendidikan kebutuhan yang senantiasa bertambah dan
yang meng-ikuti selera pasar. Mudah merupakan suatu harapan untuk dapat
dipahami kalau kemudian sekolah menjadi mengembangkan diri agar berhasil serta untuk
bagian dari ajang bisnis. Belum lagi kasus- memperluas, mengintensifkan ilmu
kasus seperti jual beli gelar (ijazah palsu), pengetahuan dan memahami elemen-elemen
kasus plagiatrisme, praktik UN yang diwarnai yang ada disekitarnya. Pendidikan juga
kecurangan dan praktik kekerasan dalam mencakup segala perubahan yang terjadi
dunia pendidikan, tanpa kita sadari, akan sebagai akibat dari partisipasi individu da-lam
membunuh “humanisme” dalam pendidikan. pengalaman-pengalaman dan belajar.
Dalam Undang-Undang Sistem Pen- Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan
didikan Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 terhadap individu untuk menghasilkan
Tahun 2003) dinyatakan bahwa pendidikan perubahan-perubahan yang tetap dalam
adalah usaha sadar dan terencana untuk kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya
mewujudkan suasana belajar dan proses (Thompson, 1993:67). Penjelasan Thompson
pembelajaran agar peserta didik secara aktif ini merupakan pengertian pendidikan dalam
mengembangkan potensi dirinya untuk arti luas. Untuk pengertian secara umum,
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
akhlak mulia, serta keterampilan yang dan terencana untuk mewujudkan suasana
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan belajar dan proses pembelajaran agar peserta
negara. didik secara aktif mengembangkan potensi
Menurut M.J. Langeveld dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
Kartono (1997), pendidikan adalah memberi keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
pertolongan secara sadar dan segaja kepada kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
seorang anak (yang belum dewasa) dalam yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan, dan negara. Berdasarkan pengertian tersebut
dalam arti dapat berdiri sendiri dan dapat paham bahwa pendidikan merupakan
bertanggung jawab susila atas segala suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk
tindakan-tindakannya menurut pilihannya manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai
sendiri. Pendidikan berarti daya upaya untuk aspeknya baik intelektual, sosial, emosional
memajukan pertumbuhan nilai moral maupun spiritual, terampil serta
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) berkepribadian dan dapat berperilaku dengan
dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya dihiasi akhlak mulia. Hal ini berarti bahwa
saling berhubungan agar dapat memajukan dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan suatu kualitas manusia yang baik dalam
penghidupan anak-anak yang kita didik seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual,
selaras. emosional, maupun spiritual yang nantinya

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 235


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

mampu mengisi kehidupannya secara tujuan akhir di balik dirinya. Dalam proses
produktif bagi kepentingan dirinya dan pertumbuhan ini anak mengembangkan diri ke
masyarakat. Pengertian tersebut menggambar- tingkat yang makin sempurna atau life long
kan pendidikan merupakan pengkondisian education, dalam arti pendidikan berlangsung
situasi pembelajaran bagi peserta didik guna selama hidup. Pendidikan merupakan gejala
memungkinkan mereka mempunyai insani yang fundamental dalam kehidupan
kompetensi yang dapat bermanfaat bagi manusia untuk mengantarkan anak manusia
kehidupan dirinya sendiri maupun ke dunia peradaban. Pendidikan juga
masyarakat. Hal ini sejalan dengan UU merupakan bimbingan eksistensial manusiawi
Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 3. Salah dan bimbingan otentik, supaya anak
satu aktivitas esensial dari pendidikan adalah mengenali jati dirinya yang unik, mampu
terjadinya perubahan ke arah kedewasaan, dan bertahan memiliki dan melanjutkan atau
perubahan tersebut jelas memerlukan kegiatan mengembangkan warisan sosial generasi
belajar dan atau peristiwa belajar sebagai terdahulu, untuk kemudian dibangun lewat
dasar perubahan (Cropley, 1998:31). akal budi dan pengalaman (Kartono, 1997).
Dalam pendidikan, diperoleh nilai- Menurut Buchori (1994: 13) terdapat dua
nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan peristiwa pendidikan yaitu yang disengaja dan
indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki terencana, dan yang tidak disengaja dan tidak
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada direncanakan, pendidikan formal dan
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan nonformal merupakan pendidik yang
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap disengaja sehingga hal itu dapat dikatakan
kegiatan pendidikan. Proses pendidikan sebagai suatu upaya, sedang pendidikan
merupakan kegiatan mobilitas segenap informal (termasuk pendidikan di lingkungan
komponen pendidikan oleh pendidik terarah keluarga) merupakan pendidikan yang tidak
pada pencapaian tujuan pendidikan, kualitas disengaja dan tak terencana sehingga lebih
proses pendidikan menggejala pada dua segi, merupakan suatu kejadian/peristiwa.
yaitu kualitas komponen dan kualitas Dalam hal pemberantasan korupsi
pengelolaannya, pengelolaan proses pada tataran upaya pencegahan, Presiden
pendidikan meliputi ruang lingkup makro, Republik Indonesia telah secara khusus
meso, mikro. Adapun tujuan utama menginstruksikan Kementerian Pendidikan
pemgelolaan proses pendidikan yaitu dan Kebudayaan untuk melaksanakan aksi
terjadinya proses belajar dan pengalaman pengembangan pendidikan antikorupsi pada
belajar yang optimal (Hartoto, 2008: 4). perguruan tinggi sebagaimana dinyatakan
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang dalam Instruksi Presiden RI Nomor 17 Tahun
Sisdiknas Tahun 2003 adalah usaha sadar dan 2011 tentang Aksi Pencegahan dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Dalam
dan proses pembelajaran agar peserta didik rangka persiapan pembelajaran pendidikan
secara aktif mengembangkan potensi dirinya Antikorupsi di perguruan tinggi, Kementerian
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
akhlak mulia, serta keterampilan yang (KPK) telah melaksanakan kegiatan Training
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan of Trainers (TOT) Pendidikan Antikorupsi
negara (UU Sisdiknas, 2003 : 3). Tahun 2012 bagi 1.007 Dosen di 526
John Dewey mewakili aliran filsafat Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia.
pendidikan modern merumuskan Education is Sehubungan hal-hal tersebut di atas, dengan
all one growing; it has no end beyond it self ini kami mohon kepada Perguruan Tinggi
pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta (melalui
dengan pertumbuhan, pendidikan tidak punya Kopertis) sebagaimana terlampir untuk

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 236


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

menyelenggarakan Pendidikan Antikorupsi adanya, konkret, faktual, tanpa


mulai Tahun Akademik Baru 2012/2013 diintervensi oleh pendapat pribadi.
dalam bentuk Mata Kuliah Wajib/Pilihan atau Agar penggunaan metode dalam penelitian ini
disisipkan dalam Mata Kuliah yang relevan. dapat mencapai sasaran dan berhasil guna,
metode deskriptif diaplikasikan dengan teknik
pengumpulan data berdasarkan survei, dan
RUMUSAN MASALAH studi perkembangan.

Berdasarkan gejala dan fakta yang


telah diuraikan dalam latar belakang masalah, HASIL PENELITIAN
berikut ini dirumuskan pokok persoalan yang
akan dibahas dan diselesaikan, yaitu sebagai 1. Pendidikan Antikorupsi sebagai Satuan
berikut. Pembelajaran yang Berkarakter
Jika kita mengerucutkan pemaknaan
1 Bagaimana pendidikan antikorupsi pendidikan antikorupsi, yaitu pendidikan
diintegrasikan sebagai satuan antikorupsi yang ditinjau dari sudut pandang
pembelajaran yang humanistik? pemahaman isu-isu moral yang lebih holistik
2 Evaluasi, desain, implementasi, dan dan berkarakter, akan muncul sebuah
strategi apa yang dapat dilakukan pemahaman baru tentang pendidikan
dalam pendidikan antikorupsi sebagai antikorupsi sebagai satuan pembelajaran yang
satuan pembelajaran yang berkarakter khas dan berpenciri. Sebagian kalangan
khas mulai dari SD, SMP, SMA, berpendapat, bahwa pendidikan antikorupsi
sampai ke perguruan tinggi? sebagai satuan pembelajaran hanya cocok
bagi para siswa, tetapi bukan bagi kita, para
guru, staf, karyawan, orang tua, pegawai, dll,
METODE PENELITIAN yang secara usia dan pengalaman, katakanlah,
tidak muda usia lagi dan sudah cukup
Dalam penelitian ini, digunakan berpengalaman. Satuan pembelajaran pada
metode analisis deskriptif, yaitu masalah masa lalu bisa mengacu pada citra tertentu,
dibahas dengan berdasarkan fakta yang kegiatan edukatif tertentu, atau fakta-fakta
diperoleh di lapangan. Zulnaidi (2007) tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan ini
mengatakan bahwa metode deskriptif dapat biasanya mengacu pada pendidikan moral.
diartikan sebagai prosedur atau cara Pendidikan moral inilah yang dapat meng-
pemecahan masalah yang diselidiki dengan antar dan membimbing mereka memasuki
menggambarkan keadaaan objek penelitian tahap kehidupan orang dewasa.
(person, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) Pada kenyataannya, usia dan
pada masa kini dengan mengacu pada fakta- matangnya pengalaman tidak senantiasa
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. berbanding lurus dengan pertumbuhan per-
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kembangan hidup moral seseorang. Banyak
disimpulkan karakteristik metode deskriptif bukti dalam masyarakat kita menunjukan
dalam penelitian ini. bahwa usia bukanlah jaminan bahwa
1) Memusatkan perhatian pada masalah seseorang memiliki hidup moral yang integral.
yang ada pada saat penelitian di-lakukan Maraknya kejahatan, pelanggaran dari
(pada saat sekarang) dan masalah yang pelecehan hak asasi manusia, ketidak-jujuran
aktual. struktural lewat perilaku koruptif, dll,
2) Menggambarkan fakta yang memiliki hanyalah salah satu contoh orang yang
relevansi yang erat dengan per- katakanlah telah dewasa tidak memiliki
masalahan yang diselidiki sebagaimana kehidupan moral yang integral.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 237


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

Dalam konteks ini, jika satuan masyarakat, mencintai keadilan,


pembelajaran yang berkarakter dipahami kebenaran, dan kejujuran;
sebagai sebuah proses perkembangan terus- 3. mendorong orang untuk bekerja keras
menerus seorang individu dalam me- demi kepentingan dirinya dan
nyempurnakan keberadaan dirinya sebagai kepentingan bersama;
makhluk yang bermoral, setiap kegiatan 4. memperkukuh dan menumbuh-
edukatif yang bermanfaat bagi per-kembangan kembangkan karakter pribadi, identitas
kehidupan moralnya sangatlah relevan bagi dan ketahanan bangsa yang positif,
dirinya. Untuk itu, kaum dewasa pun masih tangguh, dan kuat, demi mencapai
tetap membutuhkan sebuah satuan cita-cita bangsa dan negara.
pembelajaran berkarakter khas. Satuan
pembelajaran ini bukanlah sebuah aset yang Upaya untuk memperkukuh identitas
bisa otomatis dimiliki, melainkan sebuah dan ketahanan bangsa terhadap kejahatan
kemungkinan yang terbuka di mana setiap yang berlabel korupsi, sebaiknya dilakukan
individu merangkai, membangun, dan upaya preventif sedini mungkin, yaitu sejak
membentuk karakter individualnya sesuai masih anak-anak. Anak-anak sudah harus
dengan kemungkinan yang terbuka di disuguhi bacaan yang mengandung plot dan
hadapannya secara dinamis. karakter yang positif, menampilkan nilai luhur
Satuan pembelajaran berkarakter moral dan budaya, disertai dengan ilustrasi
dipakai juga untuk mengacu pada sebuah yang menarik.
pengetahuan yang berkaitan dengan Dalam dunia pendidikan, guru harus
pendidikan, teori, dan aplikasi. Dalam bahasa jeli memilih bahan ajar yang sarat dengan
Indonesia, kata satuan pembelajaran nilai-nilai akhlak dan moral. Dalam proses
berkarakter mengacu pada berbagai macam pembelajaran ini, guru mesti menggunakan
proses mengacu pada proses pendidikan di metode yang melatih peserta didik menjadi
sekolah yang memiliki hubungan interaktif, individu yang humanistik dengan cara
humanis, dan saling membutuhkan antara mengapresiasi nilai-nilai lokal yang mendidik,
guru dan murid. positif, dan luhur. Sudah tentu, dalam
pemilihan bahan ajar yang akan disajikan
2. Model Pendidikan Antikorupsi yang harus disesuaikan dengan kemampuan
Humanistik kognitif dan psikologis peserta didik.
Salah satu tujuan pendidikan Pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, harus
antikorupsi sepatutnya adalah mengukuhkan berani memasukkan pendidikan antikorupsi
nilai-nilai positif dalam pikiran dan persaan dalam kurikulum pendidikan dasar,
manusia. Manusia bisa kreatif, berwawasan menengah, atau bahkan pendidikan tinggi.
luas, bahkan menjadi pemimpin yang baik Dengan demikian, pengajaran nilai integritas
apabila ia menimba nilai-nilai moral yang dan moral menjadi terwadahi.
dituangkan oleh satuan pembelajaran ini. Dari sisi guru, guru harus mau
Dalam era mutakhir, pendidikan mengajarkan kejujuran di kelas. Mengajarkan
antikorupsi di sekolah-sekolah dapat kejujuran memang menuntut keteladanan.
menggunakan perspektif humanistik, yaitu: Guru pun harus merekonstruksi pola pikir
1. mengembangkan dan menumbuhkan mereka agar terbebas dari ketidakadilan dan
nilai positif manusia, seperti suka ketidakjujuran. Buku-buku ajar tentang moral
menolong, berbuat baik, beriman, dan bukan saja merupakan sumber pembelajaran,
bertaqwa; tetapi juga sarana wajib yang seharusnya
2. mengajarkan pesan moral kepada tersimpan di perpustakaan sekolah. Oleh
manusia, terutama pemimpin, agar sebab itu, pemerintah dan masyarakat secara
berbuat yang sesuai dengan harapan bahu-membahu diimbau untuk mengadakan

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 238


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

program penggalangan dana untuk me- bagi peningkatan kualitas sekolah. Pada
nambah koleksi buku tentang pendidikan dasarnya, apa yang dilakukan individu akan
antikorupsi di perpustakaan sekolah baik di memengaruhi kinerja komunitas.
kota besar maupun daerah terpencil. Transformasi sikap ini bukan hanya sebuah
Masyarakat harus diberi penyuluhan dan prestasi bagi siswa sebagai individu, tetapi
pencerahan bahwa kejujuran akan meng- juga sebuah prestasi bagi sekolah secara
hasilkan bangsa yang sehat, kuat, dan keseluruhan. Apa yang dilakukan individu
sejahtera. Masyarakat Indonesia harus diajari memiliki makna dan berpengaruh bagi
dan diberi contoh mengenai sikap jujur, setia perkembangan sekolah. Inilah prinsip dasar
kawan, tidak memaksakan kehendak, tidak pendidikan antikorupsi di sekolah.
main hakim sendiri, serta tidak memikirkan Evaluasi pendidikan antikorupsi di
diri sendiri dan kelompoknya. atas sebenarnya masih memiliki sudut
Departemen Informasi dan Ko- pandang yang sifatnya kuratif-negatif, dalam
munikasi harus secara tegas menyaring arti, pendidikan antikorupsi dinilai dari
tayangan yang kurang mendidik, main hakim kriteria berkurangnya perilaku buruk yang
sendiri, sarat dengan tindakan kekerasan, terjadi dalam sekolah atau berkurangnya
tindakan kriminalitas, meminggirkan salah ketidakdisiplinan dan dalam diri siswa di
satu kelompok, merampas milik orang lain, dalam kegiatan sekolah. Misalnya, kriteria
memojokkan salah satu etnis, dan pornografi tentang jumlah siswa yang tidak bolos, tidak
di televisi. Di samping itu, secara tegas situs terlibat tindak kejahatan, narkoba, tidak lulus/
berbahaya harus diblokir. Lewat tayangan tidak naik kelas, tidak terlibat tawuran pelajar,
televisi dan berita di media cetak, harus tidak mencontek, tidak terlambat
disisipi ajaran kejujuran, pengendalian diri, menyerahkan tugas, dll, yang semuanya
moralitas, kesantunan, dan nasionalisme dimulai dengan kata kunci “tidak”.
dalam masyarakat. Evaluasi seperti ini, sesungguhnya
Tokoh pendidikan diimbau untuk terus baru merupakan langkah awal sebab peng-
melahirkan bahan ajar yang mencerminkan hayatan nilai bukan semata-mata memiliki
tema-tema yang menyoroti integritas, unsur kuratif, melainkan juga secara positif
moralitas, budi pekerti, agama, pemahaman mampu meningkatkan kreativitas siswa secara
tentang kepentingan bersama, pemahaman keseluruhan. Kalau di sekolah tidak ada lagi
budaya, dan kecintaan terhadap bangsa. yang membolos, tidak ada lagi yang terlibat
Pendidik secara sadar atau tidak telah menjadi tawuran pelajar, tidak ada lagi yang terlambat
pemeran utama dalam upaya memperkukuh menyerahkan tugas, tidak ada lagi yang tidak
akhlak, moral, identitas, dan ketahanan bangsa naik kelas, tidak ada lagi yang menyontek,
sehingga terwujud humanisasi dalam kriteria apa yang bisa kita pakai untuk menilai
pendidikan. Dengan demikian, pada masa keberhasilan pendidikan antikorupsi? Kriteria
mendatang insan Indonesia berkualitas baik ini tidak lain adalah kreativitas, yaitu inisiatif
secara intelektual, moral, maupun akhlak yang akan tampil secara keseluruhan peforma
sehingga akan sehat secara mental dan rohani. yang dimiliki sekolah yang lazim kita sebut
sebagai prestasi. Sekolah yang berprestasi
3. Evaluasi Pendidikan Antikorupsi pasti mampu mengatasi persoalan seputar pe-
Cara evaluasi pendidikan antikorupsi rilaku tidak disiplin dan tidak jujur dalam diri
seperti evaluasi objektif tentang kehadiran siswa dan semakin mengarahkan diri siswa
siswa, selain dapat dipakai untuk menilai kepada hal positif yang semakin me-
dampak pendidikan antikorupsi dalam sertiap nyempurnakan kinerja pendidikan.
individu, juga bisa dipakai sebagai evaluasi

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 239


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

4. Implementasi, Desain, dan Strategi Pendidikan Antikorupsi

A. Desain Kurikulum Pendidikan Antikorupsi

Kurikulum Formal Kurikulum Operasional Kurikulum yang Tersirat

• Memuat • Implementasi kurikulum • Memuat nilai-nilai


seperangkat di sekolah ke dalam moral, etika filosofi
norma, subject proses pembelajaran di yang menjadi landasan
matter dijadikan kelas mencapai keberhasilan
rujukan makro dalam menempuh
nasional kehidupan
• Dikembangkan • Dikembangkan oleh • Dikembangkan oleh
oleh pakar dan guru sesuai dengan guru sesuai dengan
birokrat kondisi kekinian dan spirit, etos kerja, dan
pendidikan kebutuhan belajar siswa idealisme guru

Penyemaian dan Pengembangan Pendidikan Antikorupsi

• Macro

• Mezo

Micro

Universal fundmental
values & ke- Indonesiaan

Academic code of Ethics yang dapat dikembangkan dalam pendidikan antikorupsi antara
lain:
(1) kejujuran; (2) obyektif; (3) menghargai data dan fakta; (4) menghargai rasionalitas; (5)
berpikiran terbuka; (6) kreatif; dan (7) mampu membangun diri

B. Strategi dan Implementasi Pendidikan 2. Sekolah diberi keleluasaan untuk


Antikorupsi di SD merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi Pendidikan Antikorupsi
1. Memprogramkan Pendidikan Anti-korupsi 3. Pengoptimalan fungsi kegiatan rekreatif
di sekolah melalui program kegiatan intra, untuk praktik Pendidikan Antikorupsi.
ekstra, dan kokurikuler serta disiplin Kegiatan kesenian, olahraga, susastra, dan
sekolah berbagai kegiatan yang sifatnya rekreatif

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 240


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

seharusnya bisa dioptimalkan sebagai C. Strategi dan Implementasi Pen-


wahana implementasi Pen-didikan didikan Antikorupsi di SMP
Antikorupsi bagi siswa SD.
4. Internal capacity building di kalangan Strategi dan implementasi satuan
guru dan kepala sekolah untuk dapat pembelajaran dapat dilakukan sebagai
menyusun action plan implementasi berikut.
Pendidikan Antikorupsi secara ter- 1. Perlu adanya kebijakan Pendidikan
integrasi antarlintas mata pelajaran serta Antikorupsi bangsa pada satuan
melatih mereka (ToT) untuk me- pendidikan SMP.
ngembangkan berbagai model pem- 2. Peningkatan kemampuan guru melalui
belajaran dan model penilaian – peng- pelatihan khusus dan dalam kegiatan
ukuran pencapaian Pendidikan Anti- di MGMP mengenai pengintegrasian
korupsi siswa SD. muatan kurikulum yang memuat nilai-
5. Merancang sistem yang dapat men- nilai kejujuran.
ciptakan keteladanan di tingkat sekolah 3. Keteladanan guru/orangtua: model
dan orangtua serta para tokoh mas- atau teladan (kata dan perbuatan)
yarakat. masing-masing pihak harus punya sangat diperlukan bagi berkembang-
action plan yang jelas, disertai dengan nya karakter yang baik.
sistem monitoring dan evaluasi secara 4. Pengintegrasian Pendidikan Anti-
berkala yang memungkinkan untuk korupsi bangsa dalam materi pe-
menjamin sustanabilitas penyelenggaraan lajaran (Pend. Agama, Kewarga-
Pendidikan Antikorupsi sebagaimana negaraan (PKn), IPS, IPA, Mate-
”ruh” sustainable education development, matika, dan sebagainya.
sepertiyang terlihat dalam skema 5. Pengintegrasian Pendidikan Anti-
pembentukan perilaku di bawah ini. korupsi bangsa dalam kegiatan
kokurikuler dan ekstra-kurikuler
(Pramuka, pencinta alam, Palang
Merah Remaja atau PMR, outbound,
OSIS, dsb).
6. Kerja sama antara sekolah dengan
Strategi dan metode yang digunakan dalam orangtua dan masyarakat mutlak dan
Pendidikan Antikorupsi di SD dapat dengan perlu ada pendidikan untuk orangtua
penanaman dan pengaplikasian: dalam hal pendidikan nilai dan
karakter karena orang tua adalah
1. keteladanan
pendidik pertama dan utama.
2. komitmen
3. konsistensi 7. Kontrak pribadi/komitmen: komitmen
4. pengalaman langsung dari setiap peserta didik akan menjadi
5. bermain peran bahan pengembangan karakter jujur.
6. kajian film 8. Pengembangan budaya sekolah
7. menulis puisi, cerita melalui Morning Assembly: pe-
8. menari, bermusik negasan dari pimpinan lembaga
9. olahraga kepada anggota komunitas pen-
didikan atas nilai-nilai atau keutamaan
yang akan diarah dijadikan landasan
berproses pada hari itu.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 241


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

9. Refleksi sehabis kegiatan dan harian. E. Strategi dan Implementasi Pendidikan


10. Ekstra-kurikuler: ekstra-kurikuler me- Antikorupsi di Perguruan Tinggi
nyediakan ruang dan kesempatan bagi
peserta didik untuk menampilkan diri Strategi dan implementasi satuan
secara orisinal. Orisinalitas dan pembelajaran dapat dilakukan dalam dua
kebiasaan penegasan dan konsistensi tataran, yaitu sebagai berikut.
tata-tertib: penegasan dan konsistensi
dalam menegakkan tata tertib dan Strategi Makro Pendidikan Antikorupsi di
disiplin akan menjadi daya dorong Perguruan Tinggi (bekerja sama dengan
untuk merealisasikan Pendidikan Anti- pemerintah dan masyarakat)
korupsi.
11. Pelibatan aktif dalam kegiatan non- 1. perlu komitmen dari seluruh jajaran
akademik: melalui keterlibatan ini pendidikan di Perguruan Tinggi, pe-
berbagai keutamaan seperti jujur, merintah, dan lembaga legislatif untuk
tanggung jawab, setia, kerja sama, melaksanakan Pendidikan Antikorupsi;
saling menghargai dapat dikembang- 2. penerapan Pendidikan Antikorupsi dari
kan. pendidikan dasar, menengah dan PT
perlu dilaksanakan secara konsisten dan
D. Strategi dan Implementasi Pen- keberlanjutan;
didikan Antikorupsi di SMA/SMK 3. perlu rule of conduct Pendidikan
Antikorupsi yang disepakati berbagai
Strategi dan implementasi satuan pihak dan dapat diterapkan di berbagai
pembelajaran pendidikan antikorupsi jenjang pendidikan secara konsisten
dapat dilakukan sebagai berikut. dan berkelanjuta;
1. Perlu komitmen bersama untuk 4. perlu dukungan pemerintah yang nyata
melakukan Pendidikan Antikorupsi. terhadap perguruan tinggi dalam
2. Pendidikan karekter bangsa perlu pelaksanaan Pendidikan Anti-korupsi.
dilaksanakan secara berkesinambu- Dengan memasukkan Pendidikan
ngan, jangan sampai berhenti kalau Antikorupsi bangsa ke dalam rencana
ganti pimpinan. strategi perguruan tinggi;
3. Pemerintah membuat pedoman tentang 5. dikembangkan kebijakan tentang
pendidikan karekter bangsa untuk Pendidikan Antikorupsi di setiap
setiap satuan pendidikan, baik formal, perguruan tinggi (sistem reward &
nonformal dan informal. punishment);
4. Setiap satuan pendidikan perlu 6. Penyusunan rencana kegiatan (action
memahami esensi pendidikan karek- plan) Pendidikan Antikorupsi bangsa
ter bangsa. untuk setiap tahunnya, lengkap dengan
5. Perlu ada kesinambungan, sinergi, dan indikator pencapaian;
kerja sama dalam implementasi 7. Penyusunan sistem penjaminan mutu
pendidikan antikorupsi pada setiap Pendidikan Antikorupsi di perguruan
jalur, jenjang dan jenis pendidikan. tinggi.
6. Satuan pendidikan perlu mengem-
bangkan nilai-nilai etik dan budaya Strategi Mikro Pendidikan Antikorupsi di
sekolah dalam bentuk perilaku. Perguruan Tinggi
7. Pemerintah melakukan advokasi
terhadap tayangan di media. 1. hakikat Pendidikan Antikorupsi di
8. Membuat iklan masyarakat tentang setiap PT: pengasahan inner capacity
pendidikan karakter bangsa.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 242


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

(Moral Knowing, Moral Feeling, 1. Perlu adanya kebijakan secara nasional


Moral Action) dengan memasukan Pendidikan
2. pendekatan: Penanaman Nilai, Per- Antikorupsi ke dalam kurikulum
kembangan Kognitif, Analisis Nilai, pendidikan di setiap PKBM.
Klarifikasi Nilai, Pembelajaran 2. Semua lembaga pendidikan nonformal
Berbuat (dialog, diskusi, problem perlu menanamkan dan me-
solving, dan berbagai pengalaman dan ngimplementasikan kembali konsep
penemuan). dan nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi
3. ciri kurikulum: keterpaduan (kognitif, baik yang bersumber dari ideologi
afektif, psikomotor), kesinambungan negara (Pancasila), agama, adat
dan holistik (continuity, holistic, istiadat setempat yang relevan,
sustainability), sinkronisasi (antar maupun norma susila lainnya.
dosen, ma-najemen PT, mahasiswa, 3. Perlu memberdayakan Pusat Kegiatan
masyarakat sekitar, dan orang tua). Belajar Masyarakat (PKBM), dengan
4. strategi Pelaksanaan: pembiasaan, mengintegrasikan Pendidikan Anti-
keteladanan, sentuhan kalbu, ke- korupsi, seperti: Pendidikan Anak
disiplinan dari seluruh komponen Usia Dini (PAUD), Pendidikan
perguruan tinggi. Kesetaraan (Paket A, B dan C), Taman
5. penyampaian: dalam satu mata kuliah, Bacaan Masyarakat (TBM), berbagai
inherent dalam setiap mata kuliah kursus dan pelatihan keterampilan
(lintas kurikulum), menjadi salah satu dengan berbasis pada pengelolaan
kompetensi dalam kelompok mata kearifan budaya masing-masing
kuliah dasar kepribadian. daerah.
6. Sistem evaluasi (multiple 4. Perlu memberikan pembiayaan
representation of understanding), opersional PKBM melalui APBN atau
asesmen, dan indikator pencapaian program Corporate Social
Pendidikan Antikorupsi. Responsibility (CSR) dari perusahaan,
7. SDM : perlu dibangun keteladanan agar strategi dan implementasi
dari dosen, pimpinan, serta civitas Pendidikan Antikorupsi dapat
akademika lainnya agar dapat disosialisasikan dan dibudayakan lebih
mendukung pelaksanaan Pendidikan luas kepada berbagai lapisan
Antikorupsi, sebagai contoh konkret masyarakat.
dan membangun konsistensi sikap dan
perilaku dan utamakan pemberdayaan
dosen dan pimpinan perguruan tinggi SIMPULAN
dalam hal pengetahuan dan
keterampilan tentang Pendidikan Berdasarkan pembahasan di atas,
Antikorupsi yang terintegrasi dengan dapat disimpulkan pendidikan antikorupsi
bidang ilmu (pendidikan, penelitian, sebagai satuan pembelajaran dapat me-
pelatihan, sarasehan, forum dosen, ngintegrasikan konsep dan nilai-nilai moral
dialog interaktif dan diskusi ilmiah). (integrated curriculum) ke dalam perilaku
yang berkarakter dan humanistik.
F. Strategi dan Implementasi Pendidikan Pendidikan antikorupsi dapat didesain dan
Antikorupsi di Masyarakat diimplementasi dalam satuan pembelajaran
mulai tingkat SD, SMP, SMA, sampai ke
Strategi dan implementasi pendidikan perguruan tinggi dengan strategi dan metode
antikorupsi di masyarakat dapat dilakukan yang terukur. Kekhasan pendidikan
sebagai berikut. antikorupsi ialah dapat menghasilkan anak

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 243


Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik

bangsa yang jujur boleh jadi Indonesia akan tentang Aksi Pencegahan dan
menjadi bangsa yang teregister sebagai Pemberantasan Korupsi Tahun 2012
bangsa paling “bersih”. Kartono, Kartini. 1997. Psikologi Anak.
Diharapkan pemerintah dapat mem- Bandung: Mandar Maju.
bangun kerja sama dengan berbagai pilar Masrukhi. 2009. “Revitalisasi Pendidikan
utama pendidikan yaitu: sekolah, orang tua, IPS sebagai Instrumen Integrasi
dan masyarakat serta pihak swasta dalam Nasional”. Dalam Integrasi Sosial
membangun karakter jujur dan membuat dalam Bermasyarakat majemuk
bangsa ini sehat secara mental dan moral. pada Era Global. Universitas Negeri
Semarang: Fakultas Ilmu Sosial.
Nata, Abuddin .2001. Paradigma
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Islam. Kapita Selekta
Pendidikan Islam. Jakarta:
Buchori, Mochtar.1994. Ilmu Pendidikan Grassindo
dan Praktek Pendidikan. Supriyatno, 2001. “Perbedaan Tingkat
Yogyakarta: Tiara Wacana Cropley. Kecemasan Menghadapi
A.J. 1998. Pendidikan Seumur Hidup, Suatu Kecenderungan Impotensi Ditinjau
Analisis Psikologis, (terj. Sardjan dari Tingkat Pendidikan”. Skripsi
Kadir). Surabaya : Usaha Nasional. S1. Semarang: Fakultas Psikologi
Dewey, J. 1933. How We Think. Lexington Universitas 17 Agustus 1945.
(MA): Heath Gulo, W. 2002. Thompson, James.1993. Developing
Strategi Belajar-mengajar. Jakarta: Education. Toronto: NewGrace.inc
Gramedia. Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang
Hartoto. 2008 Pengertian dan Unsur-Unsur Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan. E-book. Makasar: Jakarta: Depdiknas
Universitas Negeri Makasar. Zulnaidi. 2007. Metode Penelitian. Medan:
Instruksi Presiden RI Nomor 17 Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012 244

Anda mungkin juga menyukai