Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Bahasa


Berikut ini pendapat para ahli mengenai pengertian bahasa :
1. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan
simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai
berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti
aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau
masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).
2. Bahasa (language) merupakan sebarang bentuk komunikasi diantara
orang-orang, baik yang bersifat verbal atau pun gerak isyarat dan sikap,
penggunaan lambang-lambang dalam komunikasi (kamus
umum psikologi).
3. Bahasa merupakan alat sosialisasi dan merupakan dasar perkembangan
intelegensi (Prof. Dr. Utami Munandar, 1995:153).
4. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
suatu pikiran, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan, dan mimik wajah (Syamsu Yusuf, 2004:118)
Seorang ahli psikologi perkembangan dari Illinois State University Laura E.
Berk (1989) menyatakan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan
khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.

Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum


perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainya,
meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat
perkembangan motoriknya daripadi perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-
hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan

1
perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata,
ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan perkembangan umur kronologisnya.

Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan


oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Sejak
seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa
diperlukan.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti


faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat
sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu
memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat
sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi
oleh lingkungan, karena bahasa merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak
(bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, “meniru” dan
“mengulang” hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di
saat anak mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komnikasi dengan cara
lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan
menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat
memahami dan dipahami orang lain.

Beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-


hari, antara lain sebagai berikut:

1. Bahasa Lisan
Bahasa lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang paling
efektif untuk berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik,

2
intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk
mendukung komunikasi yang dilakukan.
2. Bahasa Tulisan
Bahasa tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan
memanfaatkan media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan
dilakukan dengan menyusun huruf-huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf
tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang merupakan ekspresi dari
pikiran atau perasaan yang akan disampaikan. Dalam bahasa tulis,
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata, ataupun sususan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca digunakan untuk mengungkapkan ide yang dapat
secara tepat dan benar ditangkap oleh pembaca, yaitu orang yang kita
inginkan untuk menerima informasi tersebut. Kesalahan dalam
penggunaan ejaan akan menimbulkan salah pengertian dan penafsiran dari
maksud yang ingin kita sampaikan.
3. Bahasa Tubuh / Bahasa Isyarat
Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan
mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat,
ekspresi wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya
disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari.
Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat dipergunakan secara sengaja oleh
orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan
bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu. Sebagaimana fungsi
bahasa lain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikasi yang
paling nyata, karena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan
terhadap orang lain.

B. Tahapan Perkembangan Bahasa


Ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang
memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangakn menurut kaum
empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa

3
kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya
dengan lingkungan. Pengusaan bahasa merupakan hasil dari penyatu paduan
peristiwa-peristiwa linguistik yang diamati dan dialami selama masa
perkembangannya. Menurut para penganut aliaran behavioristik, penggunana
bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengondisian klasik
(classical conditioning), pengondisian operan (operant conditioning), dan belajar
sosial (social learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut
Berk (1989) dapat dibagi kedalam empat komponen, yaitu :
1. Fonologi (phonology), berkenaan dengan bagaimana individu memahami
dan menghasilkan bunyi bahasa.
2. Semantik (semantics), merujuk kepada makna kata atau cara yang
mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau
kombinasi kata.
3. Tata bahasa (grammar), merujuk pada penguasaan kosa kata dan
memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan tentang
grammar meliputi dua aspek utama, yakni :
a. Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-
kata disusun kedalam kalimat yang dapat dipahami.
b. Morfologi (morphology), yaitu apikasi gramatikal yang meliputi
jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif,
dan berbagai makna lain dalam bahasa.
4. Prakmatik (pragmatics), merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini
berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika
berkomunikasi dengan orang lain.

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan


perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa
dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut ini :

1. Tahap pralinguistik atau meraban (0,3-1,0 tahun)

4
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan
yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak mengeluarkan
berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada di
sekitarnya sebagai upaya mencari kontak verbal.
2. Tahap holofrastik atau kalimat sau kata (1,0-1,8 tahun)
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu
kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebgai suatu
kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai
cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak yang
menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau main mobil-mobilan”,
“saya mau ikut naik mobil sama ayah”, atau “saya minta diambilkan
mobil mainan”, dan sebagainya.
3. Tahap kalimat dua kata (1,6-2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memilki banyak kemungkinan untuk
menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang
dirangkai secara tepat. Misalnya, anak mengucapkan “mobil-mobilan
siapa?” atau bertanya “itu mobil-mobilan milik siapa?”, dan sebagainya.
4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0-5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat
mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan
mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadapa
sejumlah dan tipe kata secara berangsr-angsur meningkat sejalan dengan
kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
5. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0-10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembvangkan struktur tata
bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan
kunjungsi. Perbaikan dan penghalusan ynag dilakukan pada periode ini
mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata
bahasa dan fonologis dalam bahasa terkait.

5
6. Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun-dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan kata terus meningkat,
gaya bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam
berkomunikasi. Keterampilan dan performansi taat bahasa terus
berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap
sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.

C. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja


Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dilingkungan remaja
dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki
adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian
yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus
dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat
luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui,
dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-
kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam
cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa
perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan
di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa
anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di
dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa
kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan
pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem
terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan

6
kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat
lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa
pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat
terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan
istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa
lebih baik.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambahnya pengalaman dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa
seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis
yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual,
anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk
cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan
perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah
terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
3. Kecerdasan anak

7
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-
kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan
memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat
dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan
situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota
keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota
keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang
berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan
bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik.
Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
5. Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ
suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
E. Proses Perkembangan Bahasa Peserta didik

Secara garis besar tahapan perkembangan bahasa pada anak dapat kita bagi
menjadi tahap reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, dan true speech.
Tahapan-tahapan umum perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak,
yaitu:
1. Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih
berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin
menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
2. Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman
ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya,

8
tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan
atau perasaan si bayi.
3. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun
belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s.d. 6 bulan sehingga
ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang,
seperti: “pa….pa…, ma..ma….”
4. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan
atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti
orang dewasa.
Sementara itu, Tarigan (2009: 246-251) menjabarkan perkembangan bahasa
menjadi beberapa tahapan.
1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan,
bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit dan tertawa. Mereka
seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat.
2. Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua
Tahap ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap kata tanpa makna awal
tahap meraban kedua ini biasanya pada permulaan kedua, tahun pertama
kehidupan. Anak-anak tidak mengahsilkan suatu kata yang dapat dikenal,
tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan
pola suku kata.
3. Tahap 1: Tahap Holofrastik (Tahap Linguistik Pertama)
Ini adalah tahap satu kata, yang dimulai sekitar usia satu tahun. Akan
tetapi, justru pada saat inilah tahap-tahap perkembangan linguistik
berhenti lalu dihubungkan dengan usia secara terpercaya. Ucapan satu
kata pada periode ini disebut holofrase karena anak menyatakan makna
keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu.
4. Tahap II : Ucapan-ucapan Dua-Kata

9
Tahap linguistik kedua ini biasanya dimulai menjelang hari ulang tahun
kedua, tetapi seperti yang telah dikatakan dahulu, terdapat sejumlah
variasi perseorangan di antara anak-anak normal. anak-anak memasuki
tahap ini dengan pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam
rangkaian yang cepat. Misalnya, anak yang menggunakan holofrase mata
dan mama mungkin menunjuk kepada bola mata dan ikuti oleh jeda
sebentar, lalu kepada mama. Maknanya akan terlihat dari urutan “mata
mama”,tetapi jelas anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase
untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu, anak mulai
memakai ucapan-ucapan dua-kata, seperti saya makan, mau minum, dan
sebagainya.
5. Tahap III: Pengembangan Tata Bahasa
Usia yang merupakan saat keluarnya anak-anak dari tahapan II sangat
berbeda-beda. Ada anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun,
ada pula yang masih tetap mepergunakan ucapan dua kata secara ekslusif
sampai melewati hari ulang tahunnyayang ketiga. selama tahap III anak-
anak mengembangkan sejumlah sarana ketatabahasaan. panjang kalimat
mereka bertambah, tetapi hal ini tidaklah begitu penting karena ucapan-
ucapan mereka semakin bertambah rumit.
6. Tahap IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Pada tahap IV, anak-anak memulai dengan struktur tata bahasa yang lebih
rumit; banyak di antaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat
sederhana dengan komplementasi, relativisasi dan konjungsi.
7. Kompetensi Lengkap

F. Hambatan Perkembangan Bahasa Anak

Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis


dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan
membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara
pada anak.Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling

10
serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan
pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan
(stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan
didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan
berbicara anak. Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang
tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat)
dan lebih baik, sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan
berbicara pada anak.Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih
rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi
mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa
pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.
Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,
2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,
3. Sering kali berbicara yang tidak teratur,
4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang
tua/guru.
G. Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya bagi Pendidikan
Jika perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau
perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya, intervensi
pendidikan yang dilakukan secara terencana dan sistematis menjadi sangat
penting. Hanya mengandalkan faktor bawaan yang diturunkan oleh orang tua
adalah keputusan yang tidak bijaksana karena hasilnya yang kurang memuaskan.
Intervensi pendidikan melalui proses belajar dari lingkungan dapat diupayakan
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berkembangnya bahasa
secara optimal. Lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk
belajar dan berlatih mengembangkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan
secara maksimal, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Agar kemampuan berbahasa remaja dapat berkembang secara optimal, sejak
dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan

11
berbahsaa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa juga perlu
diciptakan dan dikembangkan oleh para guru di sekolah. Di sisi lain, masyarakat
perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologi dan sosiokultural
bagi perkembangan bahasa remaja. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau
mendorong anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran-pikirannya.
Cara demikian, akan sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena
mereka leluasa dan tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk
mengomunikasikan apa saja yang dipikirkannya.

12

Anda mungkin juga menyukai