Abstrak
Pada makalah ini dilakukan evaluasi pemahaman mahasiswa tingkat awal terkait konsep
gaya gesek yang telah mereka pelajari ketika di sekolah menengah atas. Berdasarkan pengujian
awal dapat diketahui bahwa kebanyakan mahasiswa masih mengalami miskonsepsi terkait
konsep gaya gesek, khususnya dalam konsep gaya gesek statis. Tingginya miskonsepsi
mahasiswa terkait gaya gesek statis disebabkan oleh banyaknya literatur yang merumuskan
gaya gesek statis secara tidak tepat yaitu sebagai perkalian dari koefisien gesek statis dengan
gaya normalnya yang bernilai konstan. Selain itu, ungkapan matematis dari gaya gesek statis
yang menggunakan simbol ketidaksamaan meningkatkan potensi miskonsepsi karena dirasa
lebih sulit oleh mahasiswa seperti dinyatakan dalam penelitian Handhika, et al. (2015). Melalui
pengajaran dengan rumusan gaya gesek statis yang benar menggunakan metode analogi,
mahasiswa dapat memahami konsep gaya gesek dan implikasinya secara lebih baik dari
sebelumnya. Sehingga dari penelitian ini diharapkan guru menggunakan buku teks yang
memberikan deskripsi yang benar tentang gaya gesek.
tidak tepat, materi yang memang abstrak, dan intuisi matematis merupakan hal yang tidak
sulit dimengerti, informasi yang keliru dari dapat dihindari dalam proses pembelajaran
teman, guru, bahkan sumber-sumber fisika. Pemahaman bahasa matematika dan
pembelajaran (Clement, et al., 1989). intuisi yang salah akan menjadi salah satu
Permasalahan besar yang mungkin penyebab munculnya miskonspesi
muncul akibat adanya miskonsepsi adalah (Handhika, et al., 2015).
lambatnya pemahaman terhadap konsep- Gaya gesek merupakan salah satu
konsep baru yang terintegrasi dengan topik penting dalam mempelajari materi
pengetahuan yang mengalami miskonsepsi mekanika. Meskipun gaya gesek bukanlah
dan semakin menyimpangnya pemahaman salah satu dari gaya fundamental (Tiandho,
konsep baru tersebut karena miskonsepsi 2016) tetapi dengan adanya pemahaman
cenderung tidak disadari (Hasan, et al., konsep gaya gesek maka teori-teori fisika
1999). Tentu saja hal ini kemudian akan yang dipelajari akan terasa lebih realistis.
menghambat siswa untuk mengikuti Pada umumnya, banyak teori dalam fisika
perkembangan ilmu pendidikan yang telah disajikan dengan asumsi tanpa gaya gesek
mengarah pada kemampuan berpikir tingkat dan hal tersebut kurang sesuai dengan
tinggi (Trianggono, 2017). pengalaman sehari-hari, misalkan saja dalam
Pada dasarnya miskonsepsi dapat peristiwa gerak jatuh bebas, gerakan piston,
terjadi pada berbagai hal (Grayson, 2004). dan osilasi pendulum sederhana. Sehingga
Dalam bidang sains, diketahui bahwa seiring dengan adanya konsep gesekan diharapkan
dengan peningkatan penelitian terkait topik tidak ada lagi yang menganggap hukum
kependidikan semakin tinggi pula jumlah fisika hanya berlaku untuk dunia yang ideal
miskonsepsi siswa dalam berbagai usia yang di laboratorium. Lebih jauh, hal ini juga
terdeteksi dalam spektrum konsep yang bertujuan untuk meminimalisir pendapat
semakin luas (Yuruk, 2007). Sejauh ini yang menyatakan bahwa ilmu yang dipelajari
berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa di sekolah bersifat abstrak dan jauh dari
miskonsepsi dialami oleh siswa dari berbagai kehidupan nyata (Besson, 2013).
negara dan budaya bahkan pada berbagai Saat ini telah cukup banyak model
rentang usia dan tingkat pendidikan (dasar, yang digunakan untuk mendeskripsikan
menengah, dan sarjana) pada semua bidang gesekan antar permukaan benda (Blass,
sains (Pinarbasi, et al., 2006; Syuhendri, et Albrecht, Bozna, Wenz, & Bennewitz, 2015;
al., 2014). Beberapa metode pembelajaran Kudra & Awrejcewicz, 2016). Tetapi
yang dikembangkan untuk mengatasi umumnya, gaya gesek yang dipelajari di
permasalahan miskonsepsi diantaranya sekolah menengah dan tingkat awal
adalah metode analogi (Lin & Singh, 2011; perguruan tinggi adalah gaya gesek yang
Apriliani, et al., 2015) dan metode 5 E: memenuhi model yang diajukan oleh
engagement, exploration, explanation, Coulomb dan Amontons (Popova & Popov,
elaboration, dan evaluation (Cepni, et al., 2015). Dalam model tersebut dinyatakan
2010; Balci & Cakiroglu, 2006) bahwa: (1) besar gaya gesek bergantung pada
Fisika merupakan salah satu bidang berat benda (atau gaya normal), (2) besar
sains yang seringkali dianggap sulit dan gaya gesek tidak bergantung pada luas
membutuhkan perhatian lebih dalam proses permukaan kontak, dan (3) gaya gesek
pembelajaran (Handhika, et al., 2015). kinetis tidak bergantung pada kecepatan.
Hanya ada sedikit prinsip-prinsip dasar fisika Salah satu ciri khas dari model yang diajukan
yang terangkum menjadi bentuk matematika oleh Coulomb adalah dilakukan pemisahan
yang sederhana. Selain pemahaman konsep antara gaya gesek statis dengan gaya gesek
melalui proses eksperimen dan kinetis (gaya gesek dinamis) (Amontons,
penganalogian, pembelajaran fisika juga 1699; Coulomb, 1773). Gaya gesek statis
membutuhkan pembongkaran prinsip-prinsip adalah gaya gesek yang bekerja ketika benda
dasar melalui analisis matematis serta belum bergerak sedangkan gaya gesek
prediksi implikasi yang mungkin saja muncul kinetis adalah gaya gesek yang bekerja untuk
(Lin & Singh, 2011; Redish, et al., 2006). benda yang telah bergerak (De Ambrosis,
Meskipun matematika bukanlah segalanya Malgieri, Mascheretti, & Onorato, 2015).
dalam pembelajaran fisika tetapi penggunaan Karena gaya gesek statis bekerja untuk benda
simbol matematis serta pengaruh bahasa yang diam maka berdasarkan hukum I
Newton, besar gaya gesek statis haruslah statis secara umum sebagai nilai maksimum
sama dengan gaya “luar” yang bekerja pada gaya gesek statisnya yaitu sebagai .
benda sehingga terpenuhi syarat . Implikasi dari penggunaan rumusan ini
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dikhawatirkan dapat membuat siswa
nilai gaya gesek statis bergantung pada gaya menafsirkan gaya gesek statis akan bernilai
“luar” dan tidak bernilai konstan. Adapun konstan tidak bergantung berapa pun gaya
untuk gaya gesek kinetis nilainya relatif yang dikerjakan pada suatu benda.
konstan dan biasanya nilainya lebih kecil dari Disamping itu, diharapkan hasil penelitian ini
gaya gesek statis maksimum. Untuk menjadi evaluasi dari buku-buku teks dan
memenuhi syarat tersebut, maka secara website yang digunakan sebagai sumber
matematis gaya gesek statis dan kinetis rujukan dalam proses pembelajaran fisika.
masing-masing dituliskan sebagai (Young,
METODE
Freedman, & Ford, 2012),
(1) Subjek yang diamati dalam melakukan
(2) penelitian ini adalah mahasiswa tingkat awal
dengan fs dan fk masing-masing adalah gaya pada Fakultas Teknik Universitas Bangka
gesek statis dan kinetis, μs dan μk masing- Belitung sejumlah 30 orang yang dipilih
masing adalah koefisien gesek statis dan secara acak. Mahasiswa-mahasiswa tersebut
kinetis, dan N adalah gaya normal yang berasal dari sekolah menengah atas yang
bekerja pada benda. berbeda-beda di daerah Provinsi Bangka
Topik gaya gesek dalam pembelajaran Belitung. Untuk melihat adanya miskonsepsi
fisika merupakan salah satu topik yang tentang gaya gesek yang telah mereka
menarik untuk dikaji tingkat miskonsepsinya pelajari di sekolah menengah atas maka
(Sharma & Sharma, 2007; Chia, 1996). Hal diajukan beberapa pertanyaan terkait definisi
ini dikarenakan terdapat beberapa perbedaan dan perhitungan gaya gesek sebelum mereka
kesimpulan terkait tingginya miskonsepsi mempelajari konsep tersebut di tingkat
dalam gaya gesek. Di dalam penelitian yang universitas.
telah dilakukan oleh Hasan (1999) diperoleh Adapun pertanyaan pre-test yang
hasil bahwa materi gaya gesek merupakan diajukan sebagai berikut:
materi yang kemungkinan miskonsepsinya 1. Berdasarkan kondisi gerak benda gaya
tidak cukup besar. Tetapi di dalam penelitian gesek dibagi menjadi? Sebutkan!
yang dilakukan oleh Lin dan Singh (2011) 2. Apa yang disebut dengan gaya gesek
disimpulkan bahwa terdapat beberapa statis? Tuliskan rumusan matematisnya
kemungkinan miskonsepsi yang akan muncul 3. Apa yang disebut dengan gaya gesek
dalam materi gaya gesek. Tingginya potensi kinetis? Tuliskan rumusan
miskonsepsi gaya gesek terletak pada definisi matematisnya.
gaya gesek statis dan potensi miskonsepsi 4. Suatu balok bermassa 10 kg didorong
tersebut tidak dikaji dalam penelitian yang dengan gaya sebesar F seperti pada
dilakukan oleh Hasan (1999). Kebanyakan gambar di bawah.
siswa memiliki anggapan bahwa gaya gesek F
statis selalu bernilai maksimum karena siswa
memiliki kesulitan dengan definisi
ketidaksamaan matematis yang berkaitan
dengan besar gaya gesek statis terhadap gaya Apabila antara balok dengan lantai
normal. Hal ini kemungkinan disebabkan terdapat gaya gesek, dimana koefisien
oleh kosakata pengantar fisika dan gesekan statis μs = 0,8 sedangkan
bagaimana hal tersebut ditafsirkan oleh siswa koefisien gesekan kinetis μk = 0,2 maka
(Ortiz, et al., 2003). Selain itu evaluasi ini gambarkan arah gaya gesek dan
dibutuhkan karena saat ini banyak buku tentukan besarnya ketika (g = 10 m/s2 ):
fisika (Esvandiari, 2007; Sugiyono, 2009; a. Didorong dengan gaya F yang
Izati, 2014; Supomo, 2007) dan situs belajar besarnya 50 N
online yang membahas materi gaya gesek b. Didorong dengan gaya F yang
secara kurang tepat, khususnya dalam gaya besarnya 100 N
gesek statis. Literatur-literatur tersebut
menyajikan rumusan matematis gaya gesek
Dari hasil jawaban yang diperoleh tertinggi terjadi pada soal nomor 2 dan 4(b).
maka dapat ditentukan konsep apakah yang Melalui soal nomor 1, terkait dengan jenis
dominan mengalami miskonsepsi gaya gesek, seluruh mahasiswa memberikan
berdasarkan jumlah jawaban yang tidak jawaban yang tepat. Hasil ini
tepat. Setelah itu mahasiswa-mahasiswa mengindikasikan bahwa mereka telah
tersebut diberikan materi terkait gaya gesek mengetahui jenis-jenis gaya gesek dengan
sesuai dengan definisi fisis dan matematis baik. Sehingga melalui hasil tersebut dapat
yang benar melalui metode analogi dengan dinyatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa
hukum Newton II. Secara terperinci metode yang diuji dalam penelitian telah
analogi tersebut dilakukan dengan cara mempelajari materi gaya gesek sebelumnya
mengembalikan hasil perhitungan gaya gesek pada sekolah tingkat menengah. Tetapi pada
statis agar diperoleh kondisi diam. Untuk soal nomor 2 ketika mereka diminta untuk
melihat keefektifan pemberian konsep mendefinisikan jenis gesek statis mayoritas
tersebut juga dilakukan post-test dengan jawaban memberikan definisi yang tidak
pertanyaan sebagai berikut: tepat pada rumusan matematisnya. Pada
1. Apa yang disebut dengan gaya gesek dasarnya, jawaban yang diberikan telah
statis? Tuliskan rumusan matematisnya. memenuhi definisi gaya gesek statis secara
2. Apa yang disebut dengan gaya gesek fisis tetapi pada definisi matematis hampir
kinetis? Tuliskan rumusan matematisnya seluruh mahasiswa memberikan jawaban
3. Suatu balok bermassa 10 kg berada di . Hanya ada dua mahasiswa yang
atas bidang miring dengan sudut 30° dan dapat memberikan definisi gaya gesek statis
awalnya dalam kondisi diam didorong secara tepat, baik secara fisis maupun
dengan gaya F seperti pada gambar. rumusan matematisnya. Seperti dinyatakan
oleh Clement et al. (1989) kesalahan yang
bersifat umum dalam penelitian ini
F kemungkinan besar disebabkan oleh
informasi yang keliru dari teman, guru, atau
sumber rujukan belajar lain. Hal ini didukung
oleh adanya komplain yang dilakukan oleh
30° beberapa mahasiswa sembari menunjukkan
bukti rumusan matematis seperti yang ada di
Apabila diketahui koefisien gesekan sumber belajar yang bentuk rumusannya
statis antara balok dengan permukaan tidak tepat. Selain itu, kemungkinan
adalah μs = 0,8 sedangkan koefisien mahasiswa juga belum terbiasa dengan
gesekan kinetis adalah μk = 0,2 maka rumusan matematis yang menggunakan tanda
gambarkan arah gaya gesek dan ketidaksamaan sehingga hal ini semakin
tentukan besarnya ketika: memicu peningkatan miskonsepsi.
a. Didorong dengan gaya F = 0 N. Mahasiswa-mahasiswa akan lebih menyukai
b. Didorong dengan gaya F = 100 N tampilan rumus yang sederhana sehingga
c. Didorong dengan gaya F = 200 N mereka hanya mengingat definisi nilai
d. Tentukan besarnya gaya dorong F maksimum dari gaya gesek statis (Lin &
untuk kondisi tepat balok akan Singh, 2011).
bergerak Hasil yang berbeda terjadi pada soal
nomor 3. Ketika mahasiswa diminta untuk
Tingkat keberhasilan pelurusan konsep mendefinisikan gaya gesek kinetis baik
ditentukan berdasarkan analisis jawaban secara fisis dan matematis seluruh
yang benar. mahasiswa memberikan jawaban yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini memberikan indikasi bahwa
mahasiswa-mahasiswa tidak mengalami
Hasil pre-test uji miskonsepsi tentang miskonsepsi untuk materi ini dan hasil ini
gaya gesek disajikan dalam Tabel 1 dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
untuk contoh jawaban mahasiswa untuk soal Hasan (1999) yang melakukan penelitian
nomor 1 – 3 ditunjukkan pada Gambar 1. dengan fokus pada gaya gesek kinetis. Secara
Berdasarkan hasil pre-test tersebut dapat matematis, rumusan gaya gesek kinetis relatif
dilihat bahwa soal dengan tingkat kesalahan lebih sederhana dibanding gaya gesek statis
Tabel 1. Hasil pre-test materi gaya gesek sebelum diberikan pelurusan konsep
No. Soal Jumlah Benar Jumlah Salah
1 30 0
2 2 28
3 30 0
4 (a) 1 29
4 (b) 26 4
Berbeda dengan gaya gesek statis, penelitian ini dapat memberikan jawaban
seluruh mahasiswa yang diuji dalam yang tepat terkait gaya gesek kinetis (dapat
dilihat seluruh jawaban pada soal nomor 3 penganalogian karena materi tersebut
benar). Sehingga berdasarkan hasil tersebut sebelumnya telah dipelajari oleh mahasiswa.
dapat dikatakan bahwa mayoritas mahasiswa Selain itu, hukum Newton II juga merupakan
tidak mengalami masalah ketika materi fundamental yang mendasari berbagai
mendefinisikan gaya gesek kinetis. kasus mekanika termasuk juga dengan gaya
Kesimpulan ini juga diperkuat oleh soal gesek. Metode penganalogian dipilih karena
nomor 4(b) dimana hampir keseluruhan metode ini cukup efektif dibandingkan
mahasiswa memberikan jawaban yang benar. dengan metode instruksional lainnya dan
Hanya ada 4 jawaban yang salah, itupun juga relatif mudah (Bryce & MacMillan, 2005).
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan Pada Gambar 3 disajikan materi pembahasan
perhitungan yang tidak begitu mengganggu yang digunakan dalam penelitian ini. Secara
konsep gaya gesek kinetis yang telah mereka terperinci metode penganalogian difokuskan
pelajari. pada penerapan gaya gesek statis konstan
Setelah mengamati tingginya tingkat atau bernilai maksimum maka akan diperoleh
miskonsepsi pada materi gaya gesek statis kondisi benda mengalami percepatan yang
kemudian dilakukan pelurusan konsep bernilai negatif atau justru bergerak
melalui pemberian materi gaya gesek dengan berlawanan arah dengan gaya dorong.
menitikberatkan pada gaya gesek statis Sehingga agar tercapai kondisi diam maka
sesuai dengan rumusan yang benar. digunakan penyusunan logika bahwa nilai
Pemberian materi dilakukan melalui metode gaya gesek haruslah sama dengan gaya netto
analogi dengan hukum Newton II. Pemilihan yang diberikan.
materi hukum Newton II sebagai sumber
Gambar 3. Materi gaya gesek statis melalui penganalogian dengan hukum Newton III
Untuk menguji keberhasilan konsep disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
yang diberikan maka mahasiswa diberikan perhitungan analisis gaya secara umum,
post-test yang hasilnya ditunjukkan oleh terutama analisis gaya pada bidang miring.
Tabel 2. Berdasarkan hasil post-test tampak Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
ada peningkatan jawaban yang benar ketika dikatakan bahwa metode analogi cukup
mahasiswa kembali diberikan persoalan efektif untuk menghindari miskonsepsi
terkait gaya gesek statis (ditunjukkan oleh dalam materi gaya gesek. Ogborn et. al.
soal nomor 3(a) dan 3(b) pada Gambar 4). (1996) telah menyatakan bahwa metode
Adapun kesalahan yang muncul pada analogi merupakan suatu cara untuk
perhitungan mayoritas disebabkan oleh memperoleh pengetahuan baru dengan
kesalahan analisis diagram gaya dan bukan “bekal” yang ada. Seringkali analogi
pada definisi gaya gesek itu sendiri. Begitu seringkali sangat tersebunyi bahkan sering
pula dengan jawaban pada soal nomor 3(c) tidak tampak untuk menjadi analogi lain
yang merupakan persoalan gaya gesek seperti pada konsep suara dan cahaya yang
kinetis dan soal nomor 3(d) yang mengujikan keduanya adalah gelombang. Penggunaan
nilai gaya gesek statis maksimum. Kesalahan analogi dalam proses belajar mengajar akan
dari kedua persoalan tersebut lebih membantu siswa untuk mengembangkan
pemahaman terkait fenomena abstrak atau diajukan oleh Bryce & Millan (2005) yang
suatu fenomena yang memiliki rumusan meragukan penggunaan metode analogi
matematis sulit karena metode ini dalam proses pembelajaran yang melibatkan
menggunakan contoh yang lebih nyata. Hasil kasus numerik.
ini juga sekaligus menjawab pernyataan yang
Tabel 2. Hasil post-test materi gaya gesek setelah diberikan pelurusan konsep
No. Soal Jumlah Benar Jumlah Salah
1 30 0
2 30 0
3a 28 2
3b 27 3
3c 27 3
3d 25 5