Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018, 1-9

Available online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPFK


DOI: 10.2572/jpfk.v4i1.1814

Miskonsepsi gaya gesek pada mahasiswa


Yuant Tiandho 1
1
Jurusan Fisika, Universitas Bangka Belitung, Kep. Bangka Belitung 33172, Indonesia
E-mail: yuant@ubb.ac.id

Received: 06 12 2017. Revision: 29 01 2018. Accepted: 01 02 2018

Abstrak
Pada makalah ini dilakukan evaluasi pemahaman mahasiswa tingkat awal terkait konsep
gaya gesek yang telah mereka pelajari ketika di sekolah menengah atas. Berdasarkan pengujian
awal dapat diketahui bahwa kebanyakan mahasiswa masih mengalami miskonsepsi terkait
konsep gaya gesek, khususnya dalam konsep gaya gesek statis. Tingginya miskonsepsi
mahasiswa terkait gaya gesek statis disebabkan oleh banyaknya literatur yang merumuskan
gaya gesek statis secara tidak tepat yaitu sebagai perkalian dari koefisien gesek statis dengan
gaya normalnya yang bernilai konstan. Selain itu, ungkapan matematis dari gaya gesek statis
yang menggunakan simbol ketidaksamaan meningkatkan potensi miskonsepsi karena dirasa
lebih sulit oleh mahasiswa seperti dinyatakan dalam penelitian Handhika, et al. (2015). Melalui
pengajaran dengan rumusan gaya gesek statis yang benar menggunakan metode analogi,
mahasiswa dapat memahami konsep gaya gesek dan implikasinya secara lebih baik dari
sebelumnya. Sehingga dari penelitian ini diharapkan guru menggunakan buku teks yang
memberikan deskripsi yang benar tentang gaya gesek.

Kata Kunci: analogy; gaya gesek; mekanika klasik; miskonsepsi

Frictional force misconceptions on undergraduate student


Abstract
In this paper evaluation of the comprehension of undergraduate student at first level
related to the frictional forces concept that has been studied in their senior high school has
been done. Based on the preliminary test it can be seen that most students are still experiencing
misconceptions related to the frictional force concept, especially in the static frictional force.
The high misconceptions of students on static friction caused by the abundance of literature that
formulates static friction improperly as a multiplication of static friction coefficients with its
normal force and the value always constant. In addition, the mathematical expression of static
frictional force using symbols of inequality increases the risk of misconceptions because it is
more abstract as stated by Handhika et al. (2015). Through lectures with use right formulation
of the static frictional forces by using analogical method, the students can understand the
frictional forces concepts and its implication better than ever. So from this research is expected
to teachers use textbook which give right description about frictional force.
Keywords: alalogy; classical mechanics; frictional forces; misconception
_____________________________________________________________________________

baru (Hammer, 1996). Miskonsepsi berbeda


PENDAHULUAN
dengan kekurangpahaman (preconception)
Miskonsepsi atau kadang disebut terhadap suatu konsep atau pembelajaran
dengan konsepsi alternatif merupakan suatu karena kekurangpahaman dapat diatasi
struktur kognitif yang dipegang teguh tetapi dengan instruksi dan pembelajaran
berbeda dengan pemahaman konsep yang selanjutnya. Kekurangpahaman dapat
sesungguhnya (menurut para ahli) dan dipandang sebagai suatu “gagasan sebelum
mungkin saja dapat ikut mengontaminasi instruksi”. Miskonsepsi dapat terjadi karena
ketika dilakukan konstruksi pengetahuan berbagai macam hal diantaranya: intuisi yang

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 2
Yuant Tiandho

tidak tepat, materi yang memang abstrak, dan intuisi matematis merupakan hal yang tidak
sulit dimengerti, informasi yang keliru dari dapat dihindari dalam proses pembelajaran
teman, guru, bahkan sumber-sumber fisika. Pemahaman bahasa matematika dan
pembelajaran (Clement, et al., 1989). intuisi yang salah akan menjadi salah satu
Permasalahan besar yang mungkin penyebab munculnya miskonspesi
muncul akibat adanya miskonsepsi adalah (Handhika, et al., 2015).
lambatnya pemahaman terhadap konsep- Gaya gesek merupakan salah satu
konsep baru yang terintegrasi dengan topik penting dalam mempelajari materi
pengetahuan yang mengalami miskonsepsi mekanika. Meskipun gaya gesek bukanlah
dan semakin menyimpangnya pemahaman salah satu dari gaya fundamental (Tiandho,
konsep baru tersebut karena miskonsepsi 2016) tetapi dengan adanya pemahaman
cenderung tidak disadari (Hasan, et al., konsep gaya gesek maka teori-teori fisika
1999). Tentu saja hal ini kemudian akan yang dipelajari akan terasa lebih realistis.
menghambat siswa untuk mengikuti Pada umumnya, banyak teori dalam fisika
perkembangan ilmu pendidikan yang telah disajikan dengan asumsi tanpa gaya gesek
mengarah pada kemampuan berpikir tingkat dan hal tersebut kurang sesuai dengan
tinggi (Trianggono, 2017). pengalaman sehari-hari, misalkan saja dalam
Pada dasarnya miskonsepsi dapat peristiwa gerak jatuh bebas, gerakan piston,
terjadi pada berbagai hal (Grayson, 2004). dan osilasi pendulum sederhana. Sehingga
Dalam bidang sains, diketahui bahwa seiring dengan adanya konsep gesekan diharapkan
dengan peningkatan penelitian terkait topik tidak ada lagi yang menganggap hukum
kependidikan semakin tinggi pula jumlah fisika hanya berlaku untuk dunia yang ideal
miskonsepsi siswa dalam berbagai usia yang di laboratorium. Lebih jauh, hal ini juga
terdeteksi dalam spektrum konsep yang bertujuan untuk meminimalisir pendapat
semakin luas (Yuruk, 2007). Sejauh ini yang menyatakan bahwa ilmu yang dipelajari
berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa di sekolah bersifat abstrak dan jauh dari
miskonsepsi dialami oleh siswa dari berbagai kehidupan nyata (Besson, 2013).
negara dan budaya bahkan pada berbagai Saat ini telah cukup banyak model
rentang usia dan tingkat pendidikan (dasar, yang digunakan untuk mendeskripsikan
menengah, dan sarjana) pada semua bidang gesekan antar permukaan benda (Blass,
sains (Pinarbasi, et al., 2006; Syuhendri, et Albrecht, Bozna, Wenz, & Bennewitz, 2015;
al., 2014). Beberapa metode pembelajaran Kudra & Awrejcewicz, 2016). Tetapi
yang dikembangkan untuk mengatasi umumnya, gaya gesek yang dipelajari di
permasalahan miskonsepsi diantaranya sekolah menengah dan tingkat awal
adalah metode analogi (Lin & Singh, 2011; perguruan tinggi adalah gaya gesek yang
Apriliani, et al., 2015) dan metode 5 E: memenuhi model yang diajukan oleh
engagement, exploration, explanation, Coulomb dan Amontons (Popova & Popov,
elaboration, dan evaluation (Cepni, et al., 2015). Dalam model tersebut dinyatakan
2010; Balci & Cakiroglu, 2006) bahwa: (1) besar gaya gesek bergantung pada
Fisika merupakan salah satu bidang berat benda (atau gaya normal), (2) besar
sains yang seringkali dianggap sulit dan gaya gesek tidak bergantung pada luas
membutuhkan perhatian lebih dalam proses permukaan kontak, dan (3) gaya gesek
pembelajaran (Handhika, et al., 2015). kinetis tidak bergantung pada kecepatan.
Hanya ada sedikit prinsip-prinsip dasar fisika Salah satu ciri khas dari model yang diajukan
yang terangkum menjadi bentuk matematika oleh Coulomb adalah dilakukan pemisahan
yang sederhana. Selain pemahaman konsep antara gaya gesek statis dengan gaya gesek
melalui proses eksperimen dan kinetis (gaya gesek dinamis) (Amontons,
penganalogian, pembelajaran fisika juga 1699; Coulomb, 1773). Gaya gesek statis
membutuhkan pembongkaran prinsip-prinsip adalah gaya gesek yang bekerja ketika benda
dasar melalui analisis matematis serta belum bergerak sedangkan gaya gesek
prediksi implikasi yang mungkin saja muncul kinetis adalah gaya gesek yang bekerja untuk
(Lin & Singh, 2011; Redish, et al., 2006). benda yang telah bergerak (De Ambrosis,
Meskipun matematika bukanlah segalanya Malgieri, Mascheretti, & Onorato, 2015).
dalam pembelajaran fisika tetapi penggunaan Karena gaya gesek statis bekerja untuk benda
simbol matematis serta pengaruh bahasa yang diam maka berdasarkan hukum I

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 3
Yuant Tiandho

Newton, besar gaya gesek statis haruslah statis secara umum sebagai nilai maksimum
sama dengan gaya “luar” yang bekerja pada gaya gesek statisnya yaitu sebagai .
benda sehingga terpenuhi syarat . Implikasi dari penggunaan rumusan ini
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dikhawatirkan dapat membuat siswa
nilai gaya gesek statis bergantung pada gaya menafsirkan gaya gesek statis akan bernilai
“luar” dan tidak bernilai konstan. Adapun konstan tidak bergantung berapa pun gaya
untuk gaya gesek kinetis nilainya relatif yang dikerjakan pada suatu benda.
konstan dan biasanya nilainya lebih kecil dari Disamping itu, diharapkan hasil penelitian ini
gaya gesek statis maksimum. Untuk menjadi evaluasi dari buku-buku teks dan
memenuhi syarat tersebut, maka secara website yang digunakan sebagai sumber
matematis gaya gesek statis dan kinetis rujukan dalam proses pembelajaran fisika.
masing-masing dituliskan sebagai (Young,
METODE
Freedman, & Ford, 2012),
(1) Subjek yang diamati dalam melakukan
(2) penelitian ini adalah mahasiswa tingkat awal
dengan fs dan fk masing-masing adalah gaya pada Fakultas Teknik Universitas Bangka
gesek statis dan kinetis, μs dan μk masing- Belitung sejumlah 30 orang yang dipilih
masing adalah koefisien gesek statis dan secara acak. Mahasiswa-mahasiswa tersebut
kinetis, dan N adalah gaya normal yang berasal dari sekolah menengah atas yang
bekerja pada benda. berbeda-beda di daerah Provinsi Bangka
Topik gaya gesek dalam pembelajaran Belitung. Untuk melihat adanya miskonsepsi
fisika merupakan salah satu topik yang tentang gaya gesek yang telah mereka
menarik untuk dikaji tingkat miskonsepsinya pelajari di sekolah menengah atas maka
(Sharma & Sharma, 2007; Chia, 1996). Hal diajukan beberapa pertanyaan terkait definisi
ini dikarenakan terdapat beberapa perbedaan dan perhitungan gaya gesek sebelum mereka
kesimpulan terkait tingginya miskonsepsi mempelajari konsep tersebut di tingkat
dalam gaya gesek. Di dalam penelitian yang universitas.
telah dilakukan oleh Hasan (1999) diperoleh Adapun pertanyaan pre-test yang
hasil bahwa materi gaya gesek merupakan diajukan sebagai berikut:
materi yang kemungkinan miskonsepsinya 1. Berdasarkan kondisi gerak benda gaya
tidak cukup besar. Tetapi di dalam penelitian gesek dibagi menjadi? Sebutkan!
yang dilakukan oleh Lin dan Singh (2011) 2. Apa yang disebut dengan gaya gesek
disimpulkan bahwa terdapat beberapa statis? Tuliskan rumusan matematisnya
kemungkinan miskonsepsi yang akan muncul 3. Apa yang disebut dengan gaya gesek
dalam materi gaya gesek. Tingginya potensi kinetis? Tuliskan rumusan
miskonsepsi gaya gesek terletak pada definisi matematisnya.
gaya gesek statis dan potensi miskonsepsi 4. Suatu balok bermassa 10 kg didorong
tersebut tidak dikaji dalam penelitian yang dengan gaya sebesar F seperti pada
dilakukan oleh Hasan (1999). Kebanyakan gambar di bawah.
siswa memiliki anggapan bahwa gaya gesek F
statis selalu bernilai maksimum karena siswa
memiliki kesulitan dengan definisi
ketidaksamaan matematis yang berkaitan
dengan besar gaya gesek statis terhadap gaya Apabila antara balok dengan lantai
normal. Hal ini kemungkinan disebabkan terdapat gaya gesek, dimana koefisien
oleh kosakata pengantar fisika dan gesekan statis μs = 0,8 sedangkan
bagaimana hal tersebut ditafsirkan oleh siswa koefisien gesekan kinetis μk = 0,2 maka
(Ortiz, et al., 2003). Selain itu evaluasi ini gambarkan arah gaya gesek dan
dibutuhkan karena saat ini banyak buku tentukan besarnya ketika (g = 10 m/s2 ):
fisika (Esvandiari, 2007; Sugiyono, 2009; a. Didorong dengan gaya F yang
Izati, 2014; Supomo, 2007) dan situs belajar besarnya 50 N
online yang membahas materi gaya gesek b. Didorong dengan gaya F yang
secara kurang tepat, khususnya dalam gaya besarnya 100 N
gesek statis. Literatur-literatur tersebut
menyajikan rumusan matematis gaya gesek

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 4
Yuant Tiandho

Dari hasil jawaban yang diperoleh tertinggi terjadi pada soal nomor 2 dan 4(b).
maka dapat ditentukan konsep apakah yang Melalui soal nomor 1, terkait dengan jenis
dominan mengalami miskonsepsi gaya gesek, seluruh mahasiswa memberikan
berdasarkan jumlah jawaban yang tidak jawaban yang tepat. Hasil ini
tepat. Setelah itu mahasiswa-mahasiswa mengindikasikan bahwa mereka telah
tersebut diberikan materi terkait gaya gesek mengetahui jenis-jenis gaya gesek dengan
sesuai dengan definisi fisis dan matematis baik. Sehingga melalui hasil tersebut dapat
yang benar melalui metode analogi dengan dinyatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa
hukum Newton II. Secara terperinci metode yang diuji dalam penelitian telah
analogi tersebut dilakukan dengan cara mempelajari materi gaya gesek sebelumnya
mengembalikan hasil perhitungan gaya gesek pada sekolah tingkat menengah. Tetapi pada
statis agar diperoleh kondisi diam. Untuk soal nomor 2 ketika mereka diminta untuk
melihat keefektifan pemberian konsep mendefinisikan jenis gesek statis mayoritas
tersebut juga dilakukan post-test dengan jawaban memberikan definisi yang tidak
pertanyaan sebagai berikut: tepat pada rumusan matematisnya. Pada
1. Apa yang disebut dengan gaya gesek dasarnya, jawaban yang diberikan telah
statis? Tuliskan rumusan matematisnya. memenuhi definisi gaya gesek statis secara
2. Apa yang disebut dengan gaya gesek fisis tetapi pada definisi matematis hampir
kinetis? Tuliskan rumusan matematisnya seluruh mahasiswa memberikan jawaban
3. Suatu balok bermassa 10 kg berada di . Hanya ada dua mahasiswa yang
atas bidang miring dengan sudut 30° dan dapat memberikan definisi gaya gesek statis
awalnya dalam kondisi diam didorong secara tepat, baik secara fisis maupun
dengan gaya F seperti pada gambar. rumusan matematisnya. Seperti dinyatakan
oleh Clement et al. (1989) kesalahan yang
bersifat umum dalam penelitian ini
F kemungkinan besar disebabkan oleh
informasi yang keliru dari teman, guru, atau
sumber rujukan belajar lain. Hal ini didukung
oleh adanya komplain yang dilakukan oleh
30° beberapa mahasiswa sembari menunjukkan
bukti rumusan matematis seperti yang ada di
Apabila diketahui koefisien gesekan sumber belajar yang bentuk rumusannya
statis antara balok dengan permukaan tidak tepat. Selain itu, kemungkinan
adalah μs = 0,8 sedangkan koefisien mahasiswa juga belum terbiasa dengan
gesekan kinetis adalah μk = 0,2 maka rumusan matematis yang menggunakan tanda
gambarkan arah gaya gesek dan ketidaksamaan sehingga hal ini semakin
tentukan besarnya ketika: memicu peningkatan miskonsepsi.
a. Didorong dengan gaya F = 0 N. Mahasiswa-mahasiswa akan lebih menyukai
b. Didorong dengan gaya F = 100 N tampilan rumus yang sederhana sehingga
c. Didorong dengan gaya F = 200 N mereka hanya mengingat definisi nilai
d. Tentukan besarnya gaya dorong F maksimum dari gaya gesek statis (Lin &
untuk kondisi tepat balok akan Singh, 2011).
bergerak Hasil yang berbeda terjadi pada soal
nomor 3. Ketika mahasiswa diminta untuk
Tingkat keberhasilan pelurusan konsep mendefinisikan gaya gesek kinetis baik
ditentukan berdasarkan analisis jawaban secara fisis dan matematis seluruh
yang benar. mahasiswa memberikan jawaban yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini memberikan indikasi bahwa
mahasiswa-mahasiswa tidak mengalami
Hasil pre-test uji miskonsepsi tentang miskonsepsi untuk materi ini dan hasil ini
gaya gesek disajikan dalam Tabel 1 dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
untuk contoh jawaban mahasiswa untuk soal Hasan (1999) yang melakukan penelitian
nomor 1 – 3 ditunjukkan pada Gambar 1. dengan fokus pada gaya gesek kinetis. Secara
Berdasarkan hasil pre-test tersebut dapat matematis, rumusan gaya gesek kinetis relatif
dilihat bahwa soal dengan tingkat kesalahan lebih sederhana dibanding gaya gesek statis

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 5
Yuant Tiandho

karena menggunakan ungkapan persamaan yang rumit akan meningkatkan probabilitas


bukan pertidaksamaan. Sehingga hal ini juga terjadinya miskonsepsi (Handika et. al,
mendukung hasil penelitian yang 2015).
menyatakan bahwa ungkapan matematis

Gambar 1. Sampel hasi jawaban pre-test mahasiswa untuk nomor 1-3


Implikasi dari penggunaan definisi menggunakan definisi matematis gaya gesek
matematis yang kurang tepat pada penentuan statis sebagai maka kebanyakan
definisi gaya gesek statis akan memberikan mahasiswa akan menjawaban soal nomor
dampak yang sangat signifikan ketika 4(a) dengan tidak tepat pula. Rumusan
diberikan persoalan tentang penerapan gaya matematis tersebut akan membuat hasil.
gesek statis seperti dilakukan pada soal
nomor 4(a). Tentu saja, dengan

Gambar 2. Sampel hasil jawaban pre-test mahasiswa untuk nomor 4(a)

Tabel 1. Hasil pre-test materi gaya gesek sebelum diberikan pelurusan konsep
No. Soal Jumlah Benar Jumlah Salah
1 30 0
2 2 28
3 30 0
4 (a) 1 29
4 (b) 26 4

Berbeda dengan gaya gesek statis, penelitian ini dapat memberikan jawaban
seluruh mahasiswa yang diuji dalam yang tepat terkait gaya gesek kinetis (dapat

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 6
Yuant Tiandho

dilihat seluruh jawaban pada soal nomor 3 penganalogian karena materi tersebut
benar). Sehingga berdasarkan hasil tersebut sebelumnya telah dipelajari oleh mahasiswa.
dapat dikatakan bahwa mayoritas mahasiswa Selain itu, hukum Newton II juga merupakan
tidak mengalami masalah ketika materi fundamental yang mendasari berbagai
mendefinisikan gaya gesek kinetis. kasus mekanika termasuk juga dengan gaya
Kesimpulan ini juga diperkuat oleh soal gesek. Metode penganalogian dipilih karena
nomor 4(b) dimana hampir keseluruhan metode ini cukup efektif dibandingkan
mahasiswa memberikan jawaban yang benar. dengan metode instruksional lainnya dan
Hanya ada 4 jawaban yang salah, itupun juga relatif mudah (Bryce & MacMillan, 2005).
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan Pada Gambar 3 disajikan materi pembahasan
perhitungan yang tidak begitu mengganggu yang digunakan dalam penelitian ini. Secara
konsep gaya gesek kinetis yang telah mereka terperinci metode penganalogian difokuskan
pelajari. pada penerapan gaya gesek statis konstan
Setelah mengamati tingginya tingkat atau bernilai maksimum maka akan diperoleh
miskonsepsi pada materi gaya gesek statis kondisi benda mengalami percepatan yang
kemudian dilakukan pelurusan konsep bernilai negatif atau justru bergerak
melalui pemberian materi gaya gesek dengan berlawanan arah dengan gaya dorong.
menitikberatkan pada gaya gesek statis Sehingga agar tercapai kondisi diam maka
sesuai dengan rumusan yang benar. digunakan penyusunan logika bahwa nilai
Pemberian materi dilakukan melalui metode gaya gesek haruslah sama dengan gaya netto
analogi dengan hukum Newton II. Pemilihan yang diberikan.
materi hukum Newton II sebagai sumber

Gambar 3. Materi gaya gesek statis melalui penganalogian dengan hukum Newton III
Untuk menguji keberhasilan konsep disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
yang diberikan maka mahasiswa diberikan perhitungan analisis gaya secara umum,
post-test yang hasilnya ditunjukkan oleh terutama analisis gaya pada bidang miring.
Tabel 2. Berdasarkan hasil post-test tampak Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
ada peningkatan jawaban yang benar ketika dikatakan bahwa metode analogi cukup
mahasiswa kembali diberikan persoalan efektif untuk menghindari miskonsepsi
terkait gaya gesek statis (ditunjukkan oleh dalam materi gaya gesek. Ogborn et. al.
soal nomor 3(a) dan 3(b) pada Gambar 4). (1996) telah menyatakan bahwa metode
Adapun kesalahan yang muncul pada analogi merupakan suatu cara untuk
perhitungan mayoritas disebabkan oleh memperoleh pengetahuan baru dengan
kesalahan analisis diagram gaya dan bukan “bekal” yang ada. Seringkali analogi
pada definisi gaya gesek itu sendiri. Begitu seringkali sangat tersebunyi bahkan sering
pula dengan jawaban pada soal nomor 3(c) tidak tampak untuk menjadi analogi lain
yang merupakan persoalan gaya gesek seperti pada konsep suara dan cahaya yang
kinetis dan soal nomor 3(d) yang mengujikan keduanya adalah gelombang. Penggunaan
nilai gaya gesek statis maksimum. Kesalahan analogi dalam proses belajar mengajar akan
dari kedua persoalan tersebut lebih membantu siswa untuk mengembangkan

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 7
Yuant Tiandho

pemahaman terkait fenomena abstrak atau diajukan oleh Bryce & Millan (2005) yang
suatu fenomena yang memiliki rumusan meragukan penggunaan metode analogi
matematis sulit karena metode ini dalam proses pembelajaran yang melibatkan
menggunakan contoh yang lebih nyata. Hasil kasus numerik.
ini juga sekaligus menjawab pernyataan yang

Gambar 2. Sampel hasil jawaban pre-test mahasiswa untuk nomor 3(a-d)

Tabel 2. Hasil post-test materi gaya gesek setelah diberikan pelurusan konsep
No. Soal Jumlah Benar Jumlah Salah
1 30 0
2 30 0
3a 28 2
3b 27 3
3c 27 3
3d 25 5

SIMPULAN oleh para siswa agar tidak menggunakan


sumber referensi yang memberikan informasi
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
tidak tepat. Setelah dilakukan pelurusan
disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa uji
konsep gaya gesek statis sesuai dengan
dalam penelitian ini mengalami miskonsepi
definisi yang benar melalui penganalogian
dalam materi gaya gesek statis. Kebanyakan
dengan hukumn Newton II mahasiswa
kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa uji
mengalami perbaikan yang signifikan
adalah mereka menuliskan definisi matematis
sehingga mereka dapat menyelesaikan
gaya gesek statis yang bernilai konstan dan
konsep gaya gesek statis dengan cukup baik.
tidak bergantung pada gaya “luar” yang
bekerja pada suatu benda. Sehingga ketika DAFTAR PUSTAKA
diberikan permasalahan terkait gaya gesek
De Ambrosis, A., Malgieri, M., Mascheretti,
statis mereka tidak dapat menyelesaikannya
P., & Onorato, P. (2015).
dengan baik. Kemungkinan penyebab
Investigating the role of sliding
kesalahan miskonsepsi yang dialami oleh
friction in rolling motion: a teaching
sebagian besar mahasiswa adalah banyaknya
sequence based on experiments and
literatur yang merumuskan gaya gesek statis
simulations. European Journal of
secara kurang tepat atau karena perumusan
Physics, 36(3), p. 035020.
matematis dari gaya gesek statis yang relatif
rumit. Oleh karena itu melalui penelitian ini Amontons, G. (1699). De la resistance
diharapkan ke depannya para guru lebih cause'e dans les machines. Mem
memperhatikan buku teks yang digunakan l'Academie RA, pp. 257-282.

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 8
Yuant Tiandho

Apriliani, S., Budiarti, I. & Lumbu, instruction on students intuitions. Int.


A.(2015). Penggunaan analogi dalam J. Sci. Educ., 11(5), pp. 554-565.
pembelajaran fisika melalui metode
Coulomb, C. (1773). Sur une application des
eksperimen topik aliran arus listrik
regles de maximis & minimis a
untuk meningkatkan penguasaan
quelques problemes de statique,
konsep siswa kelas X SMA YPPK
relatifs a I'architecture. Memoires de
Taruna Dharma Kotaraja. Jurnal
Mathematique & de Physique,
Pendidikan Fisika dan Keilmuan,
presentes a I' Academie. Royale des
1(1), pp. 14-19.
Sciences par divers Savans, & Ius
doi:http://dx.doi.org/10.25273/jpfk.v
dans ses Assemblees, Volume 7, pp.
1i1.7
343-382.
Balci, S. & Cakiroglu, J. (2006).
Esvandiari, E. (2007). Kumpulan Lengkap
Engagement, exploration,
Rumus Fisika SMA. Jakarta: Puspa
explanation, extension, and
Swara.
evaluation (5E) learning cycle and
conceptual change text as learning Grayson, D. (2004). Concept substitution: A
tools. Biochemistry and Molecular teaching strategy for helping students
Biology Education, 34(3), pp. 199- disentangle related physics concepts.
203. Am. J. Phys., 72(8), pp. 1126-1133.
Besson, U. (2013). Historical scientific Hammer, D. (1996). More than
models and theories as resources for misconceptions: multiple perpectives
learning and teaching: the case of on student knowledge and reasoning,
friction. Science & Education, 22(5), and a appropriate role for education
pp. 1001-1042. research. Am. J. Phys., 64(10), pp.
1316-1325.
Blass, J. et al., (2015). Dynamic effects in
friction and adhesion through Handhika, J., Cari, Suparmi & Sunarno, W.
cooperative rupture and formation of (2015). External representation to
supramolecular bonds. Nanoscale, overcome misconception in physics.
7(17), pp. 7674-7681. International Conference on
Mathematics, Science, and
Bryce, T. & MacMillan, K. (2005).
Education (ICMSE 2015), pp. PE-
Encouraging conceptual change: the
34-37.
use of bridging analogies in the
teaching of action-reaction forces Handhika, J., Suparmi, S., & Cari, C. (2014).
and the ‘at rest’ condition in physics. Analisis Kesalahan Mahasiswa
International Journal of Science Dalam Menyelesaikan Hukum
Education, 27 (6), pp. 737-763. Columb. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan (JPFK), 1(1), 29-34.
Cepni, S., Sahin, C. & Ipek, H. (2010).
doi:http://dx.doi.org/10.25273/jpfk.v
Teaching floating and sinking
1i1.10
concepts with different methods and
techniques based on the 5E Hasan, S., Bagayoko, D. & Kelley, E.
instructional model. Asia-Pacific (1999). Misconceptions and the
Forum on Science Learning and certainty of response index (CRI).
Teaching, 11(2), pp. 1-39. Phys. Educ., 34(5), pp. 294-299.
Chia, T.C. (1996). Common misconceptions Izati, N. (2014). Pintar dan Juara Fisika
in frictional force among university SMA. Jakarta: PandaMedia.
physics students. Teaching and Kudra, G. & Awrejcewicz, J. (2016). A
Learning, 16(2), pp.107-116. smooth model of the resultant
Clement, J., Brown, E. & Zietsman, A. friction force on a plane contact area.
(1989). Not all preconceptions are Journal of Theoretical and Applied
misconceptions: finding 'anchoring Mechanics, 54(3), pp. 909-919.
conceptions' for grounding

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (1), 2018 - 9
Yuant Tiandho

Lin, S. & Singh, C. (2011). Challenges in Sugiyono, V. (2009). Jurus Sakti


using analogies. The Physics Menaklukkan Fisika SMA 1, 2, & 3.
Teacher, 49(8), pp. 512-513. Surabaya: LinguaKata.
Ogborn, J., Kress, G., Martins, I., & Supomo, T. (2007). Panduan UNAS Fisika
McGillicuddy, K. (1996). Explaining SMA. Pustaka Widyatama:
Science in the Classroom. Yogyakarta.
Philadelphia: Open Univesity Press.
Syuhendri, S., Jaafar, R., & Yahya, R. A. S.
Ortiz, S., Rebello, N., Zollman, D. & (2014). Analysis of Physics
Achach, M. (2003). The vocabulary Education Department Students'
of introductory physics and its Misconceptions on Other Influences
implications for learning physics. on Motion.
The Phys. Teach., 41(6), pp. 41-46.
Tiandho, Y., (2016). Modifikasi distribusi
Pinarbasi, T., Canpolat, N., Bayrakceken, S. massa pada suatu objek simetri bola.
& Geban, O. (2006). An Jurnal Pendidikan Fisika IV(2), pp.
investigation of effectiveness of 76-85.
conceptual change text-oriented
Trianggono, M. (2017). Analisis Kausalitas
instruction on students understanding
Pemahaman Konsep Dengan
of solution concepts. Research on
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Science Education, 36(4), pp. 331-
Pada Pemecahan Masalah
335.
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Popova, E. & Popov, V. (2015). The research Keilmuan (JPFK), 3(1), 1-12.
works of Coulomb and Amontons doi:http://dx.doi.org/10.25273/jpfk.v
and generalized laws of friction. 3i1.874
Friction, 3(2), pp. 183-190.
Young, H., Freedman, R. & Ford, A. (2012).
Redish, E., Scherr, R. & Tuminaro, J. (2006). Sears and Zemansky's University
Reverse-engineering the solution of a Physics. 13th ed. USA: Addison-
"simple" physics problem: why Wesley.
learning physics is harder than it
Yuruk, N. (2007). The effect of
looks. The Phys. Teach., 44(5), pp.
supplementing instruction with
293-300.
conceptual change texts on student's
Sharma, S. & Sharma, K. (2007). Concepts conceptions of electrochemical cells.
of force and frictional force: the Journal of Science Education
influence of preconceptions on Technology, 16(6), pp. 515-523.
learning across different levels.
Physics Education, 42(5), pp. 516-
521.

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)


ISSN 2442-8868 (print), ISSN 2442-904X (online)

Anda mungkin juga menyukai