Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN 2

PENDAPATAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan 2

Dosen Pembimbing:
Utpala Rani, S.E., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 5
Anggota terdiri dari:
Hermin Dwi Khasanah 1710104004
May Linda Nugraheni 1710104012
Rizky Setyaningrum 1710104014
M. Riyan Setiawan 1710104070
Diah Permata Ayu K.P 1710104082

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI TIDAR MAGELANG
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu,
penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik
iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan 2. Penulis
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Akuntansi
Keuangan 2, Ibu Utpala Rani, S.E., M.Si. dan semua pihak yang turut membantu
proses penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Pendapatan. Semoga makalah ini dapat menjadi
sumber informasi, pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembacanya.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur
penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif
untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

Magelang, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Pendapatan .................................................................................................. 3
2.2 Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan ................................................................... 4
2.2.1 Pengukuran ........................................................................................................ 4
2.2.2 Pengakuan Pendapatan ....................................................................................... 6
2.3 Pendapatan Penjualan Barang ................................................................................... 7
2.3.1 Penjualan Tagih dan Tahan (Bill and Hold) ...................................................... 7
2.3.2 Penjualan Barang dengan Instalasi .................................................................... 8
2.3.3 Penjualan dengan Pembayaran di Muka ............................................................ 8
2.3.4 Penjualan dengan Retur ..................................................................................... 9
2.3.5 Penjualan dengan Perjanjian Membeli Kembali (Buyback Agreement) ......... 10
2.3.6 Penjualan Menggunakan Agen ........................................................................ 10
2.3.7 Penjualan Barang Konsinyasi .......................................................................... 11
2.4 Pendapatan Jasa ...................................................................................................... 11
2.5 Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen ............................................................... 12
2.6 Program Loyalitas Pelanggan ................................................................................. 13
2.7 Pengungkapan Pendapatan...................................................................................... 13
2.8 Kontrak Konstruksi Jangka Panjang ....................................................................... 14
2.8.1 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak ..................................................... 14
2.8.2 Metode Persentase Penyelesaian ...................................................................... 15
2.8.3 Pengukuran Pendapatan ................................................................................... 15
2.8.4 Penyajian pada Laporan Keuangan .................................................................. 18
2.8.5 Pengungkapan pada Laporan Keuangan .......................................................... 19
2.8.6 Pengakuan Taksiran Rugi ................................................................................ 19
BAB III ............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20

ii
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada makalah ini menjelaskan tentang perlakuan akuntansi untuk pendapatan
dengan memberi penekanan pada titik kritikal kapan perusahaan dapat mengakui
pendapatan. Skandal akuntansi banyak yang melibatkan mark-up pendapatan.
Pendapatan merupakan pos yang cukup mudah untuk dilakukan mark-up. Tujuan
perusahaan melakukannya adalah untuk menaikkan laba melalui penyajian
pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengakuan
pendapatan secara prematur. Dalam keadaan tersebut, pendapatan sudah diakui
ketika kriteria pengakuan pendapatan belum tercapai. Akibat pengakuan laba yang
lebih saji, maka laba yang dilaporkan menjadi tinggi dari seharusnya dan dapat
berdampak pada pengambilan keputusan yang tidak tepat dari para pembaca
laporan keuangan perusahaan tersebut. Praktik-praktik seperti ini dikenal dengan
manajemen laba.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan?
2. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan?
3. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan dari penjualan barang?
4. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan dari jasa?
5. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan dari bunga, royalty, dan
dividen?
6. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan terkait program loyalitas
pelanggan?
7. Bagaimana pengungkapan pendapatan?
8. Bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan terkait kontrak konstruksi
jangka panjang?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dari pendapatan.
2. Menjelaskan pengukuran dan pengakuan pendapatan.
3. Menentukan dan menjelaskan pengukuran dan pengakuan pendapatan dari
penjualan barang.
4. Menjelaskan pengukuran dan pengakuan pendapatan dari jasa.
5. Menentukan dan menjelaskan pengukuran dan pengakuan pendapatan dari bunga,
royalty, dan dividen.
6. Menentukan dan menjelaskan pengukuran dan pengakuan pendapatan terkait
program loyalitas pelanggan.
7. Mengetahui dan menjelaskan pengungkapan pendapatan.
8. Menjelaskan bagaimana pengukuran dan pengakuan pendapatan terkait kontrak
konstruksi jangka panjang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pendapatan


Sesuai definisi di PSAK 23 (Revisi 2010) Pendapatan, pendapatan
adalah arus masuk kotor dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (Martani,
2015)
Dengan pengertian diatas, maka perusahaan tidak boleh mencatat Pajak
yang dipotong dari pihak lain sebagai pendapatan walaupun pajak merupakan
kas masuk ke perusahaan. Disisi lain perusahaan yang bergerak sebagai agen
(bukan orang yang sebenarnya) dari sebuah transaksi tidak boleh mengakui
kas yang masuk sebagai pendapatannya, namun hanya mengakui komisi
sebagai pendapatannya.
Misalkan seorang manajer investasi mengelola dana investor sebesar Rp
100 Juta dan mendapat return 10%, yaitu Rp 10 Juta rupiah. Sesuai kontrak
perusahaan investasi hanya menerima 20% dari return sebagai fee (komisi)
maka perusahaan membagi dua return 10% tadi. (1) 8 juta dianggap sebagai
hutang kepada investor (2) 2 juta dianggap sebagai pendapatan komisi dari
perusahaan investasi. Kesalahan terjadi bila perusahaan mencatat Rp 10 juta
sebagai pendapatan bagi perusahaan.
Sesuai definisinya, perusahaan hanya mengakui pendapatan yang berasal
dari manfaat ekonomi yang diterima atau dapat diterima oleh entitas untuk
entitas itu sendiri. Jumlah yang ditagih atas kepentingan pihak lain, seperti
pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan merupakan pendapatan,
karena tidak mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas.

3
2.2 Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan
2.2.1 Pengukuran
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (PSAK 68
Pengukuran Nilai Wajar). Dalam banyak kasus, nilai pendapatan biasanya
dapat ditentukan dengan mudah dari kontrak atau kesepakatan antara entitas
dengan pembeli atau pengguna aset. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
diterima atau dapat diterima setelah memperhitungkan diskon dagang dan
potongan penjualan. Jumlah imbalan yang diterima biasanya berupa kas atau
setara kas, sedangkan jumlah kas atau setara kas yang dapat diterima
maksudnya adalah sebesar nilai yang dapat ditagihkan (piutang). Nilai wajar
imbalan yang diakui sebagai pendapatan dalam transaksi tersebut diukur
dengan mendiskontokan seluruh penerimaan masa depan dengan
menggunakan tingkat bunga tersirat. (Donald E. Kieso, 2008)

 Contoh 17.1 Penjualan dengan Diskon:


PT Bigi memiliki kesepakatan dengan pelanggannya, jika dalam periode
12 bulan yang berakhir 31 Desember, mereka membeli barang dagang
paling sedikit senilai Rp100.000.000, maka mereka akan menerima diskon
2%. Sejak 1 Januari sampai 31 Oktober, mereka telah menjual kepada
pelanggan tersebut senilai Rp 90.000.000. Diperkirakan pada akhir
Desember nanti, penjualan akan mencapai nilai lebih dari Rp 100.000.000.
Berapa pendapatanyang harus diakui oleh PT Bigi?
 PT Bigi harus mengakui pendapatan setelah diskon 2% dari nilai
Rp90.000.000, sehingga pendapatan yang diakui adalah sebesar
Rp88.200.000.
 Jurnal yang dibuat oleh PT Bigi:
Piutang Usaha 88.200.000
Penjualan 88.200.000

4
 Jika pelanggan tersebut tidak mencapai batas pemberian diskon,
sehingga diskon batal diberikan, maka PT Bigi mencatat sebagai
berikut:
Kas 90.000.000
Piutang Usaha 88.200.000
Pendapatan Lain-diskon
tidak diambil 1.800.000

 Contoh 17.2 Penjualan dengan Pembayaran Tertunda


PT Raddin menjual barang dengan biaya Rp10.000.000 kepada PT Starter
seharga Rp14.000.000 dengan memberikan periode kredit selama 6 bulan.
Untuk penjualan yang dilakukan secara tunai untuk jenis barang yang sama, PT
Raddin mengenakan harga tunai sebesar Rp12.000.000. Bagaimana PT
Raddin mengukur nilai pendapatan yang diakui daritransaksi tersebut?
Berdasarkan transaksi tersebut, PT Raddin secara efektif telah memberikan
fasilitas pembiayaan kepada PT Starter selama 6 bulan tanggal waktu periode
pembayaran. Diketahui bahwa harga normal/harga tunai adalah Rp12.000.000. Dengan
demikian, pendapatan yang diakui adalah sebesar nilai diskonto dari
Rp14.000.000 ke harga jual tunai, yaitu sebesar Rp12.000.000. Selisih antara nilai
nominal imbalan sebesar Rp14.000.000 dan nilai diskonto Rp12.000.000, yaitu
sebesar Rp2.000.000 akan diakui sebagai pendapatan bunga selama periode 6
bulan.
 Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Pada saat penjualan
Piutang 14.000.000
Penjualan 12.000.000
Pendapatan Bunga Ditangguhkan 2.000.000
 Setiap akhir bulan (selama 6 bulan), entitas mengakui pendapatan
bunga akrual sebagai berikut:
Pendapatan Bunga Ditangguhkan 333.334
Pendapatan Bunga
(1/6 x Rp200.000) 333.334

5
2.2.2 Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat
kapan pendapatan diakui. Mengacu kepada prinsip pengakuan unsur laporan
keuangan di Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDP2LK). Dengan demikian, pendapatan diakui ketika besar
kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke dalam
perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan andal.
Untuk masing-masing jenis pendapatan, berikut adalah penjelasan mengenai
saat kapan umumnya kedua kondisi tersebut terpenuhi untuk dapat diakui
sebagai pendapatan.
1. Penjualan barang; umumnya pendapatan diakui pada saat penjualan
yaitu saat penyerahan barang.
2. Pendapatan jasa; umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan
jasa yang dapat ditagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan aset, misalnya pendapatan
bunga, sewa atau royalti: umumnya pendapatan diakui pada saat
berlalunya waktu atau pada saat aset digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penggunaan aset selain persediaan:
umumnya pendapatan (keuntungan dari pelepasan aset) diakui pada
saat penjualan atau pertukaran.
 Pengakuan Pendapatan Selain di Waktu Penyerahan Barang/Jasa
Walaupun pada umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan barang
atau jasa, namun mungkin saja pendapatan diakui pada waktu lain, yaitu
sebelum penyerahan barang atau jasa maupun setelah penyerahan.
 PT Abadi menjual beberapa peralatan dengan harga tunai senilai
Rp10.000.000 untuk peralatannya saja atau Rp13.000.000 jika
termasuk jasa perawatan peralatan tersebut selama 2 tahun.
Dalam kasus ini, PT Abadi akan mengakui pendapatan dari
penjualan barang sebesar Rp10.000.000 pada saat penyerahan
barang. Sedangkan Rp3.000.000 akan diakui selama 2 tahun
sebagai pendapatn jasa.

6
 Jurnalnya pada saat penjualan awal:
Kas 13.000.000
Penjualan Peralatan 10.000.000
Pendapatan Jasa Ditangguhkan 3.000.000
 Jurnal pengakuan pendapatan jasa:
Pendapatan Jasa Ditangguhkan 3.000.000
Pendapatan Jasa Perawatan 3.000.000

2.3 Pendapatan Penjualan Barang


Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) Pendapatan, entitas mengakui pendapatan
dari penjualan barang ketika semua kondisi berikut ini terpenuhi.
1. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kepada pembeli.
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang terkait dengan
kepemilikan barang tersebut atau sudah tidak lagi memiliki kendali atau
control yang efektif atas barang yang dijual.
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.
2.3.1 Penjualan Tagih dan Tahan (Bill and Hold)
Penjualan Bill and Hold adalah penjualan barang dengan penundaan
pengiriman barang. Penundaan pengiriman barang ini memang diminta oleh
pembeli tanpa memengaruhi waktu penagihan dan kesepakatan harga.
Pengiriman ditunda atas permintaan pembeli tetapi pembeli memperoleh hak
milik atas barang dan menerima tagihan.

Pendapatan diakui pada saat pembeli memperoleh hak milik, apabila:


(a) kemungkinan besar pengiriman akan dilakukan;
(b) barang yang berada di tangan penjual, dapat diidentifikasi dan siap untuk
dikirim ke pembeli pada saat penjualan diakui;

7
(c) pembeli secara khusus mengakui adanya instruksi penangguhan
pengiriman; dan
(d) syarat-syarat pembayaran lazim tetap berlaku.
2.3.2 Penjualan Barang dengan Instalasi
Penjualan Barang dengan Instalasi adalah penjualan barang yang ketika
barang diantar ke tempat pembeli, barang tersebut masih memerlukan proses
pemasangan atau instalasi terlebih dahulu, sebelum akhirnya barang tersebut
dapat digunakan oleh pembeli.
Pendapatan biasanya diakui pada saat pembeli menerima pengiriman, serta
instalasi dan inspeksi telah diselesaikan. Namun, pendapatan diakui segera
setelah pembeli menerima pengiriman ketika:
(i) proses instalasi sederhana; atau
(ii) pemeriksaan dilakukan hanya untuk tujuan penentuan akhir atas harga
kontrak.
2.3.3 Penjualan dengan Pembayaran di Muka
Pembayaran yang diterima di muka sebelum barang diserahkan tidak dapat
diakui sebagai pendapatan. Penerimaan kas diakui sebagai peningkatan
liabilitas. Berikut adalah ilustrasinya:
Sebuah perusahaan mebel memproduksi dan menjual furniture, karena
pilihan warna dan jenis cat diserahkan kepada konsumen, maka perusahaan
ini mensyaratkan konsumen untuk membayar uang muka pada saat pesanan
dilakukan. Uang muka ini tidak dapat dikembalikan. Kapan perusahaan
tersebut dapat mengakui pendapatan?
 Pada saat penerimaan uang muka, diakui sebagai liabilitas pada
akun pendapatan diterima di muka.
Kas xxx
Pendapatan Diterima di Muka xxx
 Pendapatan diakui pada saat barang telah jadi dan diserahkan
kepada konsumen, dengan jurnal:
Pendapatan Diterima di Muka xxx
Pendapatan Penjualan xxx

8
2.3.4 Penjualan dengan Retur
Melibatkan penjualan tunai atau kredit, suatu masalah khusus akan timbul
dengan adanya hak retur akan pengurangan harga. Perusahaan tertentu
dapat mengalami tingkat retur yang tinggi yaitu rasio barang dagang
yang dikembalikan terhadap penjualan tinggi sehingga mereka merasa
perlu menunda pelaporan penjualan sampai hak retur secara substansial
sudah habis masa berlakunya. Jenis perusahaan yang mungkin mengalami
tingkat retur yang tinggi adalah agen makanan yang mudah rusak,
distributor yang menjual ke toko-toko eceran, perusahaan rekaman dan
kaset, serta beberapa pabrikan makanan dan barang-barang olahraga.
Retur dalam industry ini sering dilaksanakan sebagai praktek yang
melibatkan perjanjian “penjualan bergaransi” atau konsinyasi.

Tersedia tiga metode pengakuan pendapatan alternative apabila


penjual menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena
pengembalian
produk, yaitu:
1. Tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya
2. Mencatat penjualan tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di
masa depan
3. Mencatat penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi
FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual
produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan
produk itu, maka pendapatan dari transaksi penjualan akan diakui pada
saat penjualan jika kondisi berikut terpenuhi:
1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap atau dapat
ditentukan pada tanggal penjualan.
2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban
membayar penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan
kembali produk tersebut.
3. Kewajiaban pembeli kepada penjual tidak akan berubah apabila
terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk.

9
4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki
substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual
5. Penjual tidak memiliki kewajiabn yang signifikan atas kinerja masa
depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu
oleh pembeli
6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi penjual secara layak.
Jika keenam kondisi tersebut tidak terpenuhi maka pendapatan
penjualan dan harga pokok penjualan harus diakui ketika hak retur secara
substansial telah habis masa berlakunya. Apabila penjualan yang
dilaporkan dalam laporan laba rugi harus dikurangi untuk melaporkan
estimasi retur.
2.3.5 Penjualan dengan Perjanjian Membeli Kembali (Buyback Agreement)
Jika perusahaan menjual suatu produk dalam suatu periode dan setuju untuk
membelinya kembali dalam periode akuntansi berikutnya maka hak milik
legal telah berpindah. Akan tetapi, substansi ekonomi dalam transaksi ini
adalah bahwa risiko kepemilikan tetap berada pada penjual. Jika terdapat
perjanjian beli kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat menutup
semua biaya persediaan ditambah biaya kepemilikan yang terkait, maka
persediaan dan kewajiban yang terkait itu tetap ada dalam pembukuan penjual.
Dengan kata lain tidak terjadi penjualan.
2.3.6 Penjualan Menggunakan Agen
Agen merupakan perantara atau biasa disebut dengan distributor, yang
tugasnya memasarkan dan menyerahkan barang kepada konsumen akhir,
dimana barang yang ada pada agen itu berasal dari kiriman produsen
(prinsipal). Sebagai imbalan dari tugasnya sebagai distributor, maka agen
mendapatkan apa yang disebut dengan komisi dari penjualan tersebut.
Masalah yang muncul selanjutnya adalah bagaimana pengakuan agen yang
dijelaskan di paragraf sebelumnya. Dalam hal seperti ini maka agen hanya
mengakui pendapatan sebesar komisi,bukan sebesar harga jual penuh. Hal
tersebut karena agen tidak menanggung risiko dan manfaat terkait penjualan
tersebut, sekalipun agen menerima atau menagih pembayaran dari pelanggan,
namun setelah itu uang pembayaran itu harus diserahkan kepada prinsipal
setelah dikurangi dengan jumlah komisi yang menjadi bagian agen. Jika

10
perusahaan/entitas bertindak sebagai agen, maka jumlah yang diterima entitas
ditetapkan sebelumnya, baik imbalan tetap per transaksi atau persentase
tertentu dari jumlah tagihan pelanggan.
2.3.7 Penjualan Barang Konsinyasi
Jenis kesepakatan penjualan yang melibatkan hubungan antara prinsipal dan
agen juga biasa dilakukan dalam bentuk penjualan konsinyasi. Dalam
kesepakatan penjualan konsinyasi, consignor (produsen atau wholesaler)
mengirimkan barang kepada consignee (diler), yang bertindak sebagai agen
dalam menjual produk yang dimiliki oleh consignor. Consignor mengakui
pendapatan penjualan sedangkan agen mengakui komisi penjualan.

2.4 Pendapatan Jasa


Pendapatan jasa dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut PSAK 23 (revisi 2010) pendapatan jasa dapat diakui berdasarkan
tahap penyelesaian dengan syarat bahwa hasil transaksi dapat diestimasi
dengan andal ketika semua kondisi berikut terpenuhi:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas.
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan
dapat diukur secara andal.
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Tingkat penyelesaian pendapatan dapat diselesaikan dengan beberapa metode
yang sesuai dengan sifat transaksi,seperti:
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;
2. Jasa yang telah dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persenntase dari
total jasa yang dilakukan; atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertenti dibagi estimasi total
biaya transaksi tersebut.
Jika transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil
biaya yang terjadi dapat dipulihkan,maka pendapatan jasa tidak dapat diketahui
dan biaya yang timbul diakui sebagai beban.

11
2.5 Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen
Pada dasarnya pengakuan atas bunga, dividen, dan royalti dilakukan dengan
akrual yang akan diterima oleh perusahaan. Sehingga menurut PSAK 23 ada
2 syarat yang harus dipenuhi agar pendapatan dapat diakui:

 Kemungkinan besar manfaat ekonomi akan diterima oleh entitas


 Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal (dapat
dipertanggungjawabkan)
Pada praktiknya untuk bunga relatif tidak ada masalah, namun biasanya
harus diakrualkan karena penghasilan bunga tidak selalu dibayarkan pada
tanggal-tanggal pelaporan sesuai buku.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga,royalti,dan dividen diakui sebagai berikut:
1. Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akuntansi akrual.
Pendapatan bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif.
2. Pendapatan royalti diterima dari penggunaan aset perusahan seperti
paten,hak cipta musik dan film,akan diakui berdasarkan garis lurus
selama periode waktu perjanjian royalti
3. Pendapatan dividen diakui ketika muncul hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran dividen,yaitu tanggal pengumuman dividen.
Royalti biasanya harus diakrualkan berdasarkan penjualan atas barang/jasa
terkait dan prinsipnya sama dengan bunga. Namun kami ingin sedikit
memberikan penjelasan pada dividen, dimana menurut PSAK 23 tentang
pendapatan, besarnya pendapatan dividen harus diakui ketika pemegang
saham ditetapkan untuk menerima pembayaran.
Terdapat 2 praktek yang umum dilakukan oleh perusahaan dalam
membagi dividen yaitu (1) besaran dividen minimal dari laba bersih
ditentukan dalam AD/ART perusahaan, misalkan minimal 25% dari laba
bersih akan dibagikan sebagai dividen tunai, atau (2) besaran dividen
seluruhnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Walaupun ada klausul persentase minimal deviden, namun besaran deviden
tetap ditentukan oleh RUPS.

12
2.6 Program Loyalitas Pelanggan
Progam loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk memberikan insentif
kepada pelanggan untuk membeli barang atau jasa yang mereka jual. Ketika
pelanggan membeli barang atau jasa,entitas kemudian memberikan poin
penghargaan kepada pelanggan. Penghargaan tersebuut dapat ditukarkan
dengan barang atau jasa secara gratis atau dengan pemotongan harga.
Perlakuan akuntansi untuk pengakuan pendapatan yang terkait dengan
program loyalitas pelanggan diatur dalam PSAK 23 Pendapatan paragraph 12
dan dibahas dalam ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan. Pada saat diberikan
(penjualan awal), poin penghargaan diidentifikasikan secara terpisah dari
transaksi penjualan. Nilai wajar imbalan yang diterima atau ditagihkan
sehubungan dengan penjualan awal harus dialokasikan antara poin
penghargaan dengan komponen lainnya dari penjualan. Jumlah pendapatan
yang diakui berdasarkan pada jumlah poin penghargaan yang telah ditukar
secara relatif terhadap jumlah keseluruhan yang diperkirakan akan ditukar.

2.7 Pengungkapan Pendapatan


Terkait pendapatan yang disajikan di laporan keuangan, entitas
mengungkapkan hal berikut ini di Catatan atas Laporan Keuangan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan.
2. Jumlah pos yang signifikan dari total pendapatan periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari:
a. Penjualan barang;
b. Penjualan jasa;
c. Bunga;
d. Royalty;
e. Dividen.
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang dan jasa untuk
setiap pos pendapatan yang signifikan.

13
2.8 Kontrak Konstruksi Jangka Panjang
Kontrak konstruksi adalah kontrak yang secara khusus dinegosiasikan untuk
konstruksi suatu aset tunggal seperti bangunan,jembatan bendungan,jalan,atau
beberapa aset yang berhubungan satu sama lain atau beberapa aset yang saling
tergantung dalam rancangannya, teknologi, fungsi atau tujuan penggunaanya
seperti konstruksi kilang minyak.
Perlakuan akuntansi untuk kontrak konstruksi diatur dalam PSAK 34
(revisi 2010) Kontrak Konstruksi. Kontrak konstruksi biasanya terdiri atas 2
jenis yaitu kontrak harga tetap dan kontrak biaya plus. Kontrak harga tetap
adalah kontrak konstuksi dimana kontraktor menyepakati nilai kontrak yang
telah ditentukan ,atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit output,yang
dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketemtuan kenaikan biaya.
Sedangkan kontrak biaya plus adalah kontrak konstruksi yang menyepakati
bahwa kontraktor mendapatkan pergantian untuk biaya-biaya yang telah
diizinkan atau telah ditentukan ditambah imbalan persentase terhadap biaya
atau imbalan tetap.
2.8.1 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak
Pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
metode, yaitu:
1. Metode persentase penyelesaian (percentage of completion method)
Perusahaan mengakui pendapatan, beban, dan laba setiap periodenya
berdasarkan tahap penyelesaian kontrak, yaitu berdasarkan persentase
penyelesaian.
2. Metode biaya terpulihkan (cost-recovery method)
Dalam beberapa kondisi ketika metode persentase penyelesaian tidak
dapat digunakan maka menurut metode ini pendapatan hanya diakui
sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan
dapat terpulihkan.
Perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan hanya ketika
perusahaan tidak dapat memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk
menggunakan metode persentase penyelesaian.

14
2.8.2 Metode Persentase Penyelesaian
 Perhitungan persentase penyelesaian
Seperti yang telah dijelaskan dalam PSAK 23 (revisi 2010) pendapatan,
tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai cara.
Perusahaan menggunakan dasar yang andal dalam mengukur pekerjaan yang
dilakukan. Tergantung dari sifat kontraknya, dasar yang dapat digunakan
yaitu:
1. proposi biaya kontrak yang terjadi dibandingkan estimasi total biaya
kontrak;
2. hasil survei pekerjan yang telah dilakukan;
3. penyelesaian berdasarkan proposi fisik dari pekerjaan kontrak.
Salah satu dasar penentuan yang paling popular untuk digunakan yaitu
berdasarkan proporsi biaya yang timbul atau cost to cost basis.
Formulanya adalah sebagai berikut:

Akumulasi Biaya yang Terjadi Sampai Akhir Periode


Persentase Penyelesaian =
Estimasi Total Biaya yang Paling Mutakhir

Persentase penyelesaian tersebut akan menjadi dasar perhitungan berapa total


pendapatan dan laba yang diakui sampai akhir periode. Dengan formula
sebagai berikut:

Akumulasi Pendapatan (atau Laba) = Persentase x Estimasi Total Pendapatan


Yang Diakui Sampai Akhir Periode Penyelesaian (atau Laba)

2.8.3 Pengukuran Pendapatan

Pendapatan Periode = Akumulasi Pendapatan (atau Laba) x Estimasi Total Pendapatan


Berjalan (atau Laba) Yang Diakui Sampai Akhir Periode (atau Laba) yang Sudah
Diakui Sampai Periode
Sebelumnya

Berikut adalah contoh untuk metode persentase penyelesaian dengan


perhitungan cost to cost basis.

15
Contoh 17.10 Metode Persentase Penyelesaian
PT Buana Karya merupakan kontraktor yang berspesialisasi dalam
pembangunan jalan, saat ini mempunyai kontrak untuk membangun jalan
senilai Rp18.000.000.000. Estimasi biaya kontrak adalah Rp 16.000.000.000.
Periode pekerjaan akan memakan waktu selama 3 tahun. Pada akhir tahun
kedua, estimasi biaya kontrak meningkat dari Rp 16.000.000.000 menjadi
total Rp 16.200.000.000.
Data-data lainnya adalah sebagai berikut (dalam ribuan rupiah)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Biaya kontrak 4.000.000 11.664.000 16.200.000
yang terjadi
Biaya kontrak 12.000.000 4.536.000 -
untuk
menyelesaikan
Tagihan termin 3.600.000 9.600.000 4.800.000
Penerimaan kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000

Perhitungan penyelesaian pekerjaan konstruksi


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Harga kontrak 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Dikurangi estimasi biaya :
Biaya kontrak yang terjadi 4.000.000 11.664.000 16.200.000
Biaya kontrak untuk 12.000.000 4.536.000 -
menyelesaikan
Estimasi total biaya 16.000.000 16.200.000 16.200.000
kontrak
Estimasi laba kotor 2.000.000 1.800.000 1.800.000
Persentase penyelesaian 25% 72% 100%
4.000.000 11.664.000 16.200.000
16.000.000 16.200.000 16.200.000

Dapat dilihat pada tabel bahwa persentase penyelesaian dihitung


berdasarkan proposi biaya yang terjadi dibandingkan total estimasi
biayakontrakyang paling muktahir. Pada tahun pertama, 25% persentase
penyelesaian diperolehdari perhitungan biaya yang terjadi Rp 4.000.000.000
dibagi dengan estimasitotal biaya kontak sebesar Rp 16.000.000.000. Namun
pada tahun kedua ketikaterdapat revisi estimasi total biaya menjadi sebesar
Rp 16.200.000.000, maka persentase penyelesaian pada akhir ahun kedua
sebesar 72% diperoleh dari proporsi antara akumulasi biaya yang terjadi Rp

16
11.664.000.000. Dibagidengan estimasi total biaya terbar sebesar Rp
16.200.000.000. Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas, maka
perusahaan dapat mencatat transaksisepanjang periode berjalan dengan
ringkasan jurnal sebagai berikut (dalam ribuan rupiah).

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3


1. Untuk mencatat biaya konstruksi
Pekerjaan 4.000.000 7.664.000 4.536.000
dalam
proses
4.000.000 7.664.000 4.536.000
Material,
Kas,
Utang
lainnya
2. Untuk mencatat tagihan termin
Piutang 3.600.000 9.600.000 4.800.000
usaha
3.600.000 9.600.000 4.800.000
Termin
3. Untuk mencatat penerimaan tagihan
Kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000
3.000.000 7.000.000 8.000.000
Piutang
usaha

Estimasi Pendapatan, Beban dan Laba yang diakui PT Buana Karya


Akumulasi Diakui di Diakui di
Periode Periode
Lalu Berjalan
Tahun Pertama
Pendapatan (18.000.000.000*25%) 4.500.000 4.500.000
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor 500.000 500.000
Tahun Kedua
Pendapatan (18.000.000.000*72%) 12.960.000 4.500.000 8.460.000
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor 1.296.000 500.000 796.000
Tahun Ketiga
Pendapatan (18.000.000.000*100%) 18.000.000 12.960.000 5.040.000
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.00
Laba kotor 1.800.000 1.296.000 504.000

17
Jurnal pengakuan pendapatan, beban, dan laba adalah sebagai berikut
(dalam ribuan rupiah)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Pekerjaan 500.000 796.000 504.000
dalam
Proses
(laba
kotor)
Beban 4.000.000 7.664.000 4.536.000
kontrak
4.500.000 8.460.000 5.040.000
Pendapatan
kontrak
Untuk mengakui penyelesaian kontrak
Termin 18.000.000.000
18.000.000.000
Pekerjaan
dalam
Proses

Mutasi Akun Pekerjaan dalam Proses


Pekerjaan dalam Proses (dlm ribuan rupiah)
Tahun Biaya 4.000.000 Akhir tahun
Pertama konstruksi ketiga 18.000.000
Tahun Laba yg 500.000 Menutup
Pertama diakui proyek yang
Tahun Biaya 7.664.000 sudah selesai
Kedua konstruksi
Tahun Laba yg 796.000
Kedua diakui
Tahun Biaya 4.536.000
Ketiga konstruksi
Tahun Laba yg 504.000
Ketiga diakui
total 18.000.000 Total 18.000.000

2.8.4 Penyajian pada Laporan Keuangan


Perusahaan menyajikan pada laporan posisi keuangan yaitu
1. Jumlah tagihan bruto kepada pelangan disajikan sebagai aset
2. Jumlah utang bruto kepada pelangan disajikan sebagai liabilitas

18
2.8.5 Pengungkapan pada Laporan Keuangan
Pada catatan atas laporan keuangan ,perusahaan mengungkapkan hal-hal
sebgai berikut
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada
periode.
2. Etode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak diakui
pada periode.
3. Metode yang digunakan untuk menetukan tahap penyelesaian kontrak.
2.8.6 Pengakuan Taksiran Rugi
Terdapat dua jenis kerugian yang mungkin terjadi terkait dengan kontrak
konstruksi yaitu sebagai berikut
1. Rugi pada periode berjalan dalam suatu nilai kontrak yang secara total
masih memberikan keuntungan.
2. Rugi dalam suatu kontrak yang secara keseluruhan mengalami kerugian.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendapatan adalah arus masuk kotor dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya kepada sektor produksi. Ada juga pendapatan adalah hasil
berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan
faktor-faktor produksi.
Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
1. Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan dengan
kas atau klaim atas kas (piutang).
2. Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan
pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.
Dihasilkan, bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang
seharusnya telah dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan
pendapatan.
Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan
laba yang optimal sehingga kclangsungan hidup perusahaan dapat tercapai.
Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.

20
DAFTAR PUSTAKA
Donald E. Kieso, J. J. (2008). Akuntansi Intermediate Edisi 12. Jakarta : Erlangga.

Martani, D. V. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba


Empat.

http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/196/mod_resource/content/0/AK2%20Pertemuan%20
9%20Pengakuan%20Pendapatan%20Angsuran.pdf

http://akuntansipedia.com/pengakuan-pendapatan-psak23/#

https://docplayer.info/30011392-Makalah-akuntansi-keuangan-menengah-
pendapatan.html

https://www.coursehero.com/file/p11eij0/Jika-perusahaan-menjual-suatu-produk-
dalam-suatu-periode-dan-setuju-untuk/

http://fransiskusanwar.blogspot.com/2016/05/akuntansi-keuangan-ii_79.html

https://www.coursehero.com/file/p2a08a8t/3-Bagaimana-pengakuan-pendapatan-
untuk-penjualan-menggunakan-agen-Jawab-Sebelum/

21

Anda mungkin juga menyukai