Anda di halaman 1dari 11

NPM : 2015330022

Kelas :A
Nomor Ujian : 008

Islamophobia Kiriman dari Media Massa Barat Pasca Serangan Charlie Hebdo
Abstract
An attack on Charlie Hebdo was a phenomenal and becomes an issue until today. However,
inside the attack, there is an effect that most people does not see. It is the raise of Islamophobia
through many discrimination acts towards Muslim that happens after the attack. This paper shows
that a recent attack cannot directly cause major effect except there are mass media that expose it in
a particular way. Western with their great power of mass media and personal agendas is behind the
raise of Islamophobia. This paper explains how western’s mass media able to affect the rate of
Islamophobia. Through theoretical framework of communication theory and examined related news
and journals, this paper able to shows connection between Islamophobia and western’s mass
media. It shows that as a human with common sense, we have to be careful of what we read, hear,
and see.
Keywords: media massa, barat, Charlie Hebdo, teori peluru, Islamophobia

Pendahuluan
Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada masa kini. Pada era teknologi
dan globalisasi ini, perkembangan media massa telah mencapai puncaknya didukung dengan
kecepatan suatu informasi dapat mencapai setiap bagian dunia. Media massa itu sendiri memiliki
fungsi untuk menginformasikan, mengawasi, menyatukan masyarakat, menghibur, dan sarana bagi
forum komunitas1. Berdasarkan fungsinya, maka media massa diharapkan dapat memberikan
informasi berdasarkan lapangan, menjadi media pengawas apabila adanya tindakan melanggar
hukum dan norma, juga menjadi sumber kekuatan persatuan masyarakat dalam menghadapi berbagai
persoalan yang ada.
Dalam realitanya, media massa tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pasca serangan Charlie
Hebdo, berbagai media massa memang menjalankan fungsinya untuk menginformasikan, tetapi tidak
semua informasi objektif. Mayoritas media massa barat terkesan memberatkan kaum Islam atas
serangan yang terjadi sehingga media massa bukannya menyatukan masyarakat tetapi memecahkan
persatuan masyarakat itu sendiri. Islamophobia menjadi meningkat drastis di Eropa, terutama
Perancis. Pertanyaan yang kemudian muncul, bagaimana media massa barat berpengaruh dalam
meningkatnya Islamophobia?
Muncul banyak tindak kekerasan berbau Islamophobia setelah serangan Charlie Hebdo.
Hegemoni negara-negara barat dan masyarakat yang mudah terpengaruh menjadi penyebab utama

1
Lihat “Eight Functions of Mass Media”, http://hope.journ.wwu.edu/tpilgrim/j190/190.8functionslist.html (diakses
pada 19 April 2016)
keberhasilan media massa barat dalam mempengaruhi tingkat Islamophobia. Merupakan suatu hal
memprihatinkan apabila serangan yang dilakukan oleh beberapa orang Islam menyebabkan seluruh
masyarakat Islam yang tidak bersalah menerima akibatnya. Oleh karena itu, penelitian ini ingin
memaparkan bagaimana media massa barat dapat mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap kaum
Islam. Dengan diketahuinya cara propaganda media massa barat, diharapkan masyarakat lebih
objektif dan cerdas dalam menyerap informasi dan tidak melakukan generalisasi spontan.

Kajian Literatur
Serangan Charlie Hebdo menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dari bermacam sudut
pandang. Munculnya dugaan besar bahwa Islamophobia yang berkembang disebabkan oleh serangan
tersebut. Terdapat pro dan kontra mengenai kebebasan berpendapat terkait publikasi Charlie Hebdo
yang menghina Islam.
Arthur F. Buehler melihat bahwa barat telah sejak lama melakukan propaganda melalui media
massa terhadap Islam dan hal ini akan terus berlanjut selama masih ada konflik di antara keduanya2.
Bakare Najimdeen kemudian berpendapat bahwa berita-berita yang muncul pasca serangan terkesan
menyalahkan Islam yang mengatasnamai para pelaku serangan sehingga seluruh kaum Islam menjadi
ditakuti dan mendapat perlakuan radikal3. Dapat disimpulkan bahwa keduanya berpendapat media
massa barat bertanggungjawab terhadap meningkatnya Islamophobia pasca serangan ini.
Desislava Cheshmedzhieva-Stoycheva berargumen bahwa kaum Islam menjadi korban
sesungguhnya dari serangan Charlie Hebdo karena mereka menerima efek buruk jangka panjang
berupa perlakuan diskriminatif. Melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif, beberapa media massa
di barat seperti Inggris dan Bulgaria telah menyadari kecondongan media massa yang ada sehingga
mereka sedang berusaha mengembalikan pemberitaan objektif tentang Islam4. Robert Wilson
mengatakan bahwa kebebasan tiap orang juga dikekang oleh kebebasan orang lain dan Charlie Hebdo
telah melewati batas kebebasannya dengan mengganggu privasi dan kenyamanan kaum Islam yang
menjadi awal dari tindakan diskriminasi yang ada5. Hassan Mahamdille menambahkan bahwa ia
memandang Islamophobia sebagai pandangan subjektif yang menggeneralisasi manusia berdasarkan

2
Lihat Arthur F. Buehler, "ISLAMOPHOBIA: A PROJECTION OF THE WEST'S 'DARK SIDE’ “, Islam and
Civilisational Renewal 2 (4) (2011): 639-653,765-766,
http://search.proquest.com/docview/1315158997?accountid=31495 (diakses pada 25 Maret 2016)
3
Lihat Bakare Najimdeen, “Muslims and the Charlie Hebdo Saga”, Policy Perspectives 12 (2),
http://search.proquest.com/docview/1760279166?accountid=31495 (diakses pada 26 Maret 2016)
4
Lihat Desislava Cheshmedzhieva-Stoycheva, “”Je Suis Muslim": The Image of Muslims in a Bulgarian and a British
Newspaper”, Lodz Papers in Pragmatics 11 (1) (2015): 105-126,
http://search.proquest.com/docview/1748593713?accountid=31495 (diakses pada 25 Maret 2016)
5
Lihat Robert Wilson, "Zip it”, The American Scholar: 2 (2015),
http://search.proquest.com/docview/1664940814?accountid=31495 (diakses pada 25 Maret 2016)
identitas dirinya sehingga bukanlah sesuatu yang patut ada dan berkembang di dunia6. Mereka bertiga
menentang keras eksistensi Islamophobia dan menganggap bahwa Charlie Hebdo juga ikut ambil
andil karena memulai adanya konflik dengan publikasinya yang sewenang-wenang.
Pihak lainnya memandang para pelaku serangan Charlie Hebdo sepenuhnya bersalah karena
mereka melakukan tindak kekerasan ketika Charlie Hebdo memiliki hak untuk bebas berpendapat.
Para pelaku serangan dipandang tidak sesuai dengan asas demokrasi yang dijunjung tinggi di Perancis
maupun di negara-negara barat lainnya dan mereka juga tidak menghargai adanya perbedaan. Sabina
Lautensasch berpendapat bahwa serangan Charlie Hebdo dapat terjadi karena beberapa orang dari
Islam sangat fanatik sehingga merasa tersindir padahal seharusnya hal tersebut tidak terjadi jika
mereka dapat menghargai perbedaan7. Ditambahkan juga oleh Maria B. Marron, PhD. bahwa
kebebasan berpendapat haruslah seimbang dan serangan Charlie Hebdo merupakan bukti penikaian
terhadap nilai kebebasan yang universal8.
Charlie Hebdo maupun pelaku serangan sama-sama memiliki kesalahan dalam permasalahan.
Charlie Hebdo telah melewati batas kebebasannya karena mengganggu kenyamanan orang lain.
Pelaku serangan tentu salah dan tidak dapat ditolerir karena telah mengambil hak hidup orang lain.
Islamophobia yang berkembang setelahnya merupakan bentuk ketidakadilan ketika semua umat
Islam digeneralisasikan sebagai teroris dan mendapat perlakuan diskriminatif. Islamophobia tentu tak
dapat muncul dengan sendirinya sehingga berdasarkan konflik dan kekuatan yang dimiliki barat,
besar sekali kemungkinan media massa barat memiliki pengaruh dalam propaganda ini.

Kerangka Teori
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber
kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,
film, radio, dan televisi9. Alat-alat komunikasi mekanis tersebut merupakan media massa yang
modern di mana dapat beroperasi secara luas dengan menggunakan berbagai macam teknologi.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa bersifat satu arah yang hanya merupakan pemberian
informasi kepada khalayak tanpa adanya umpan balik dari mereka. Selain itu, informasi yang

6
Lihat Hassan Mahamdallie, “Islamophobia: the othering of Europe’s Muslims”, International Socialism (2015): 146,
http://isj.org.uk/islamophobia-the-othering-of-europes-muslims/ (diakses pada 25 Maret 2016)
7
Lihat Sabina Lautensach, "Editorial for Journal of Human Security Volume 11”, Journal of Human Security 11 (1)
(2015): 1-4, http://search.proquest.com/docview/1758237507?accountid=31495 (diakses pada 26 Maret 2016)
8
Lihat Marron, Maria B., PhD., ”A Delicate Balance: "Free" Speech”, Journalism & Mass Communication Educator
70 (1) (2015): 3-5, http://search.proquest.com/docview/1665179559?accountid=31495 (diakses pada 26 Maret 2016)
9
Lihat Sora N, “Pengertian Media Massa dan Menurut Para Ahli”, http://www.pengertianku.net/2014/07/pengertian-
media-massa-dan-menurut-para.html (diakses pada 22 April 2016)
disebarkan dapat mencapai tingkat intelek rata-rata dengan menggunakan bahasa yang umum
sehingga menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Oleh karena itu, informasi yang disampaikan
melalui media massa bersifat meluas dan serempak karena memiliki kecepatan dalam
penyampaiannya ke semua kalangan sehingga diterima banyak orang dalam waktu yang relatif
sama10.
Komunikasi dan media massa merupakan hal yang dekat dengan kehidupan manusia, namun
bersifat kompleks. Hal ini membuat komunikasi dan media massa mendapat posisi yang esensial
dalam kehidupan manusia. Terdapat berbagai teori yang lahir untuk menjelaskan arti, fungsi, metode,
dampak media massa bagi masyarakat luas. Salah satu teori yang ada adalah teori peluru (the bullet
theory) atau teori jarum suntik (the hypodermic needle theory). Teori tersebut merepresentasikan
kekuatan besar dari komunikasi melalui media massa dan memperlihatkan hubungan yang kuat antara
masyarakat dengan media massa. Teori ini akan menjadi landasan analisa dalam menelaah dan
menemukan jawaban dari permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
Teori peluru dikemukakan oleh Harold Lasswell pada tahun 1934. Dinamakan teori peluru
karena diterangkan bahwa komunikasi berlaku seperti peluru yang ditembak di mana peluru tersebut
dianalogikan sebagai informasi yang dipublikasikan media massa. Media massa adalah satu-satunya
instrumen di mana khalayak dapat memperoleh informasi sehingga peluru selalu memperoleh
perhatian dan kepercayaan dari khalayak. Informasi atau peluru ini dapat masuk ke dalam diri setiap
orang yang menerimanya dan membentuk emosi-emosi tertentu yang berujung pada tindakan sesuai
dengan isu yang diutarakan11. Teori ini menganggap bahwa media massa memiliki pengaruh yang
kuat dalam menentukan opini publik12
Berdasarkan teori ini, pengaruh kuat dari media massa juga didukung dengan khalayak yang
pasif. Mereka yang menerima informasi dari media massa disinyalir sangat mudah terpengaruh tanpa
adanya perlawanan dalam menyaring informasi yang diberikan. Khalayak juga memiliki kepercayaan
yang besar terhadap media massa13. Hal ini menjadi faktor pendukung dalam menyukseskan
pembentukan opini publik oleh media massa walau hal tersebut tidak selalu disengaja. Dengan
demikian, teori ini mengasumsikan bahwa media massa memiliki kekuatan besar secara langsung dan
cepat dalam membentuk opini publik yang menentukan bagaimana mereka akan merasa dan
bertindak14.

10
Lihat ASM Romli, “Pengertian Media Massa”, http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/ (diakses
pada 8 Mei 2016)
11
Lihat Saodah Wok et. al., Teori-Teori Komunikasi (Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing, 2003), 116
12
Lihat Vir Bala Aggarwal, Handbook of Journalism and Mass Communication, (New Delhi: Concept Publishing
Company, 2001), 29
13
Lihat ASM Romli, “Pengertian Media Massa”, http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/ (diakses
pada 8 Mei 2016)
14
Lihat Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), 81
Analisa
Khalayak yang Pasif
Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi dan media massa telah
berkembang menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan teori peluru, individu-
individu yang menerima informasi dari media massa akan menelan informasi tersebut secara
langsung dan mentah-mentah15. Hal ini menunjukkan bahwa khalayak terkesan pasif sehingga
menerima informasi tanpa mengkritisinya terlebih dahulu. Dalam realitanya, dapat kita lihat bahwa
teori ini tidak sepenuhnya sesuai dengan keadaan masyarakat sekarang. Berdasarkan penelitian dan
perkembangan teori komunikasi yang lebih lanjut, dikatakan bahwa khalayak akan menanggapi
informasi dari media massa berdasarkan sifat lingkungannya dan kepentingannya16. Media massa
kemudian dapat memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat apabila didukung juga oleh sifat
lingkungan dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan
masyarakat pada zaman sekarang tidak sepenuhnya pasif.
Pada 7 Januari 2015 waktu setempat, Charlie Hebdo seperti menerima ‘balasan’ atas
publikasinya yang menghina Islam di mana terjadi penyerangan terhadap kantor redaksinya di Paris
dan dua belas orang karyawannya ditembak mati17. Selain pembantaian yang terjadi di kantor redaksi
Charlie Hebdo, terdapat berbagai serangan lainnya berupa tembakan dan bom di berbagai tempat di
Perancis yang menyebabkan kurang lebih 140 orang meninggal18. Serangan tersebut menimbulkan
kekacauan, korban jiwa, dan kerusakan sehingga muncul kesedihan dan rasa takut dalam diri
masyarakat, terutama yang terlibat langsung19. Rasa takut dapat masuk ke dalam diri manusia melalui
apa yang dilihat, didengar, dan apa yang dikatakan orang lain dan merupakan rasa terkuat dalam diri
manusia sehingga memungkinkan manusia melakukan berbagai hal untuk melindungi diri20. Oleh
karena sifat lingkungan dan kepentingan manusia untuk melindungi diri demi bertahan hidup, maka
khalayak menjadi lebih mudah dalam menerima informasi yang diberikan media massa. Kecemasan
dan ketakutan berpengaruh besar sehingga manusia kurang dapat berpikir jernih dan informasi dari

15
Lihat Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), 81
16
Lihat Drs. Tommy Suprapto, M.S., Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Medpress, 2009), 22
17
Lihat Ike Agestu, “Kronologis Penembakan di Kantor Charlie Hebdo”, CNN, 8 Januari 2016,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150108090425-134-23133/kronologis-penembakan-di-kantor-
charlie-hebdo/ (diakses pada 24 April 2016)
18
Lihat Aditia Maruli, “Kronologi Awal Teror di Paris”, Antaranews, 14 November 2015,
http://www.antaranews.com/berita/529333/kronologi-awal-teror-di-paris (diakses pada 24 April 2016)
19
Lihat Rinaldy Sofwan, “Ketakutan Hiasi Pemberitaan Surat Kabar Perancis”, CNN, 14 November 2015,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151114173242-134-91665/ketakutan-hiasi-pemberitaan-surat-kabar-
perancis/ (diakses 25 April 2016)
20
Lihat Oshobugee Adede, The Power of The Spirit of Fear (Afrika Selatan: Biblica, 2014), 15
media massa menjadi lebih mudah mempengaruhi tindakan khalayak sehingga mereka pun menjadi
khalayak yang pasif layaknya dalam teori peluru.

Peluru yang ditembakkkan


Serangan Charlie Hebdo mendapatkan ekspos yang begitu besar dari media massa, terutama
internet. Apabila dicari melalui google dengan kata kunci “Charlie Hebdo attack”, maka akan
ditemukan kurang lebih 208.000 berita sejak tanggal 7 Januari 2016 hingga yang terakhir 19 April
2016. Hal ini menunjukkan bahwa serangan Charlie Hebdo sangat disorot oleh dunia dan media
massa sangat mengekspos kasus tersebut dan perkembangannya hingga sekarang. Media massa yang
menyorot kasus Charlie Hebdo ini berasal dari seluruh negara yang juga termasuk dengan berbagai
informasi dan argumen dari para pengguna media sosial. Tampaknya, serangan Charlie Hebdo yang
merupakan serangan di awal tahun dan terhitung sebagai serangan yang besar dan masih jarang terjadi
saat itu menerima respon besar karena terkejutnya masyarakat dan banyak spekulasi juga pro dan
kontra yang ada.
Salah satu media massa yang sangat menyorot mengenai serangan Charlie Hebdo adalah
media massa dari negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, Jerman,
Spanyol, dan lainnya. Mayoritas negara-negara barat memiliki teknologi, dana, dan pengaruh yang
jauh lebih besar dibandingkan negara-negara di kawasan lain sehingga mereka seringkali dianggap
sebagai pemegang kekuasaan besar di dunia dan bangsa lain sering memandang masyarakat negara-
negara tersebut lebih cerdas dan benar. Stereotip yang muncul terhadap negara-negara barat membuat
mereka memiliki dominasi atau pengaruh yang lebih terhadap masyarakat dunia, termasuk berbagai
media massa yang berasal dari barat21. Oleh karena itu, media massa barat cenderung memiliki
pengaruh yang lebih signifikan dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi tindakan
masyarakat apabila dibandingkan dengan media massa lainnya.
Apabila menggunakan analogi teori peluru, informasi-informasi serangan Charlie Hebdo dari
media massa barat yang marak dipublikasikan merupakan peluru bagi khalayak yang pasif. Meskipun
berbagai media massa melepaskan peluru yang berbeda jenisnya dengan kata lain informasi yang
berbeda-beda, media massa barat memiliki pengaruh terbesar sehingga pelurunya lebih sukses dalam
menembus para khalayak. Peluru dari media massa barat memiliki kecenderungan pro terhadap
Charlie Hebdo di mana tindakan publikasi Charlie Hebdo merupakan suatu bentuk kebebasan
berpendapat yang seharusnya tidak boleh dipermasalahkan oleh pihak lain. Hal ini salah satunya
didukung oleh Roy Greenslade, profesor jurnalisme di universitas London yang mengatakan bahwa
kebebasan berpendapat, bagaimanapun hal tersebut sangat menjijikan, tetap harus dibela dan

21
Lihat Drs. Deliarnov, M.Sc., Ekonomi Politik (Jakarta: Erlangga, 2006), 85
diperjuangkan22. Selain itu, media massa barat juga terkesan menyalahkan seluruh umat Islam
terhadap serangan yang terjadi walau hanya segelintir orang yang kebetulan beragama Islam yang
merupakan pelaku sebenarnya dan adanya informasi bahwa umat Islam di Eropa dapat
mengembangkan radikalisme sehingga harus adanya tindakan preventif23.
Peluru yang dilepaskan oleh media massa barat terbukti sukses dengan adanya peningkatan
Islamophobia yang drastis. Berdasarkan statistik, serangan terhadap umat Islam telah meningkat
500% di Perancis sejak serangan Charlie Hebdo terjadi dan adanya 222 gerakan anti-Muslim pada
awal 2015 setelah kejadian yang menunjukkan bahwa hal ini adalah akibat lain yang tak terlihat dari
serangan Charlie Hebdo24. Selain di Perancis, Islamophobia juga terlihat meningkat drastis di Inggris,
Jerman, Italia dan Kroasia25. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari media massa barat
yang menyebabkan munculnya stigma bahwa Islam sama dengan teroris. Masyarakat yang ketakutan
dan mempercayai media massa sebagai sumber informasi terpercaya pun terpengaruh tindakannya
sehingga melakukan berbagai aksi anti-Islam.

Kesimpulan
Media massa memiliki kemampuan dalam mempengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat,
namun tidak selalu. Pengaruh dari media massa bergantung juga pada intelektualitas individu,
keadaan lingkungan, dan tingkat kepercayaan individu terhadap originalitas media massa tersebut.
Media massa barat kemudian memiliki kemampuan lebih dalam mempengaruhi pemikiran global
karena dominasi dan stigma negara-negara barat sebagai negara maju sehingga membuat pemikiran
yang muncul dari negara tersebut cenderung sering dianggap benar. Negara-negara barat yang
mungkin memiliki agenda pribadi dalam memerangi perkembangan umat Islam melihat serangan
Charlie Hebdo sebagai kesempatan untuk melakukan penyerangan terhadap Islam. Melalui media
massanya, negara-negara barat berhasil mempengaruhi mayoritas masyarakat bahwa Islam yang
bersalah atas serangan yang terjadi dan patut ditakuti hingga ditumpas agar tidak terjadi kejadian
serupa. Pada akhirnya, korban dari serangan Charlie Hebdo bukan hanya orang-orang yang
meninggal pada 7 Januari 2015, akan tetapi juga umat Islam yang menrima tindakan diskriminasi
sebagai korban jangka panjang.

22
The Guardian, http://www.theguardian.com/media/charlie-hebdo (diakses 25 April 2016)
23
Lihat Ahad, “Perangkap Konspirasi Charlie Hebdo”, Republika, 25 Januari 2015,
http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/01/25/niqcyq-perangkap-konspirasi-charlie-
hebdo (diakses 25 April 2016)
24
Lihat Chris Harris, “Islamophobic Attacks Rocket by 500% Since Charlie Hebdo Murder”, Euronews, 16 April 2015,
http://www.euronews.com/2015/04/16/islamophobic-attacks-in-france-rocket-by-500-percent-since-charlie-hebdo-
murders/ (diakses 25 April 2016)
25
Lihat Sena Alkan, “Islamophobia Skyrockets in Europe Since Charlie Hebdo Attack, Report Says”. Daily Sabah, 1
April 2015, http://www.dailysabah.com/politics/2016/04/02/islamophobia-skyrockets-in-europe-since-charlie-hebdo-
attack-report-says (diakses 25 April 2016)
Walau media massa barat memiliki dominasi dan cenderung mampu mempengaruhi
mayoritas masyarakat, tidak semua masyarakat dapat terpengaruh. Berdasarkan kajian literatur yang
telah ada, ditunjukkan bahwa adanya beberapa masyarakat yang tidak setuju dan tidak terpengaruh
oleh Islamophobia yang disebarkan oleh media massa barat. Patut disadari bahwa sejatinya manusia
dianugerahkan dengan akal budi, hati, dan nalar juga manusia tidak sepenuhnya pasif terhadap media
massa. Oleh karena itu, perlu adanya kekritisan dan filter yang baik dari khalayak karena media massa
tidak selamanya selalu benar dan media massa juga merupakan buatan manusia yang tidak sempurna.
Hal lainnya yang dapat menjadi pemecahan dari permasalahan Islamophobia ini adalah adanya
penghilangan stigma terhadap sekelompok orang karena pada dasarnya setiap individu berbeda
sehingga manusia tak bisa disamakan atau dilihat hanya berdasarkan salah satu komponen
identitasnya.
Akhir kata, penelitian ini masih jauh dari sempurna karena masih adanya kesulitan dalam
mencari beberapa referensi yang lebih terpercaya seperti buku juga keterbatasan jurnal karena
terhitung masih kejadian yang baru dan penelitian yang belum cukup dalam. Meskipun begitu,
diharapkan penelitian ini dapat menyampaikan pesan yang baik kepada pembacanya sehingga
mendorong kekritisan dalam berkomunikasi. Diharapkan penelitian ini juga dapat menginspirasi
penelitian-penelitian selanjutnya dengan hal serupa karena serangan Charlie Hebdo masih merupakan
hal baru dalam sejarah dunia. Disarankan agar penelitian selanjutnya memegang nilai baik yang ingin
disampaikan dan mempu mencari sumber-sumber dengan lebih baik melalui buku maupun jurnal-
jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adede, Oshobugee. The Power of The Spirit of Fear. Afrika Selatan, Biblica, 2014
Aggarwal, Vir Bala. Handbook of Journalism and Mass Communication. New Delhi, Concept
Publishing Company, 2001
Drs. Deliarnov, M.Sc.. Ekonomi Politik. Jakarta, Erlangga, 2006
Suprapto Drs. Tommy, M.S.. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta, Medpress,
2009
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, Grasindo, 2004
Wok, Saodah et. al..Teori-Teori Komunikasi. Kuala Lumpur, PTS Professional Publishing, 2003
Aggarwal, Vir Bala. Handbook of Journalism and Mass Communication. New Delhi, Concept
Publishing Company, 2001

Jurnal
Buehler, Arthur F. 2011. "ISLAMOPHOBIA: A PROJECTION OF THE WEST'S 'DARK SIDE'."
Islam and Civilisational Renewal 2 (4).
http://search.proquest.com/docview/1315158997?accountid=31495.

Cheshmedzhieva-Stoycheva, Desislava. 2015. ""Je Suis Muslim": The Image of Muslims in a


Bulgarian and a British Newspaper." Lodz Papers in Pragmatics 11 (1).
http://search.proquest.com/docview/1748593713?accountid=31495.

Lautensach, Sabina. 2015. "Editorial for Journal of Human Security Volume 11." Journal of Human
Security 11 (1). http://search.proquest.com/docview/1758237507?accountid=31495.

Mahamdallie, Hassan. 2015. “Islamophobia: the othering of Europe’s Muslims.” International


Socialism: 146. http://isj.org.uk/islamophobia-the-othering-of-europes-muslims/
Marron, Maria B., PhD. 2015. "A Delicate Balance: "Free" Speech." Journalism & Mass
Communication Educator 70 (1).
http://search.proquest.com/docview/1665179559?accountid=31495.

Najimdeen, Bakare. 2015. "Muslims and the Charlie Hebdo Saga." Policy Perspectives 12 (2).
http://search.proquest.com/docview/1760279166?accountid=31495.

Wilson, Robert. 2015. "Zip it." The American Scholar: 2.


http://search.proquest.com/docview/1664940814?accountid=31495.

Website
Agestu, Ike. “Kronologis Penembakan di Kantor Charlie Hebdo”. CNN, 8 Januari 2016.
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150108090425-134-23133/kronologis-penembakan-
di-kantor-charlie-hebdo/ (diakses pada 24 April 2016)

Ahad. “Perangkap Konspirasi Charlie Hebdo”. Republika, 25 Januari 2015.


http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/01/25/niqcyq-perangkap-konspirasi-
charlie-hebdo (diakses 25 April 2016)

Alkan, Sena. “Islamophobia Skyrockets in Europe Since Charlie Hebdo Attack, Report Says”.
Daily Sabah, 1 April 2015. http://www.dailysabah.com/politics/2016/04/02/islamophobia-
skyrockets-in-europe-since-charlie-hebdo-attack-report-says (diakses 25 April 2016)

Harris, Chris. “Islamophobic Attacks Rocket by 500% Since Charlie Hebdo Murder”. Euronews, 16
April 2015. http://www.euronews.com/2015/04/16/islamophobic-attacks-in-france-rocket-by-500-
percent-since-charlie-hebdo-murders/ (diakses 25 April 2016)

Maruli, Aditia. “Kronologi Awal Teror di Paris”. Antaranews, 14 November 2015.


http://www.antaranews.com/berita/529333/kronologi-awal-teror-di-paris (diakses pada 24 April
2016)
N, Sora. “Pengertian Media Massa dan Menurut Para Ahli”.
http://www.pengertianku.net/2014/07/pengertian-media-massa-dan-menurut-para.html (diakses
pada 22 April 2016)

Romli, ASM. “Pengertian Media Massa”. http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/


(diakses pada 8 Mei 2016)

Sofwan, Rinaldy. “Ketakutan Hiasi Pemberitaan Surat Kabar Perancis”. CNN, 14 November 2015.
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151114173242-134-91665/ketakutan-hiasi-
pemberitaan-surat-kabar-perancis/ (diakses 25 April 2016)

“Eight Functions of Mass Media”. http://hope.journ.wwu.edu/tpilgrim/j190/190.8functionslist.html


(diakses pada 19 April 2016)

The Guardian. http://www.theguardian.com/media/charlie-hebdo (diakses 25 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai