Anda di halaman 1dari 22

PERATURAN PERUNDANGAN DAN PROSES

PENAPISAN TERKAIT AMDAL


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Dosen Pengampu:
Rendy Ardika, Spd. M.Akun

Disusun oleh kelompok 1:


1. Desi Purwati (931311716)
2. Nanda Pusvita Sulistyo N. (931315016)
3. Fauziah Hanis Q. (931316816)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadlirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Peraturan Perundangan Dan Proses
Penapisan Terkait AMDAL dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Rendy Ardika, Spd.
M.Akun selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Manajerial yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Harapan kami makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan kita mengenai Peraturan Perundangan dan
Proses Penapisan terkait AMDAL serta ruang lingkupnya.
Kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyusun makalah
tentang Peraturan Perundangan Dan Proses Penapisan Terkait AMDAL. Namun,
karena masih adanya keterbatasan pada kami apabila ada kesalahan baik dalam
penyusunan maupun ulasannya kami selaku penyusun mohon maaf.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................. 1
C. Tujuan............................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peraturan perundang-undangan terkait AMDAL............. 2
B. Proses Penapisan dalam AMDAL................................. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat
AMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia yang semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem
sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan
teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah
anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis
lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu
banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang dan
menghambat pembangunan.
Pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup yang
sangat luas tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat
diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila
proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari
segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan. Oleh karena itu
lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai
keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi di
berbagai daerah. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam
menganalisis mengenai dampak tehadap lingkungan.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja peraturan perundang-undangan terkait AMDAL?
2. Bagaimana Proses Penapisan dalam AMDAL?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui peraturan perundang-undangan dan ruang
lingkup terkait AMDAL.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses penapisan dalam AMDAL

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peraturan Perundangan Terkait AMDAL


1. Ruang lingkup AMDAL, UKL dan UPL
a. AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan
yang direncanakan dalam sautua lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau
kegiatan di Indonesia. AMDAL dibuat pada saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Lingkungan hidup di sini adalah aspek
Abiotik, Biotik, Kultural, dan Kultural. Dasar hukum AMDAL
adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.1
AMDAL juga merupakan kajian mengenai dampak penting usaha
atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau
kegiatan. Usaha dari perspektif lingkungan hidup terbagi menjadi 3
bagian, yakni:
a. Usaha atau kegiatan wajib Amdal;
b. Usaha atau kegiatan wajib UKL-UPL;
c. Usaha atau kegiatan wajib SPPL.2
Berdasarkan Undang-Undang tahun 2009, pasal 36 ayat 1 Nomor
32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)
1
H.J.Mukono, “Kedudukan Amdal Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan Yang
Berkelanjutan”, Sustainable Development Journal Online, Vol. 2, No. 1, Juli 2005, 19-20. ,
(Http://Fkm.Unair.Ac.Id, Diakses Pada 15 September 2019 Pukul 07.00).
2
Nino Augusta Sasongko, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap”, Skripsi Kementerian Pendidikan Nasional Universitas
Jenderal Soedirman Fakultas Hukum Purwokerto, Jurnal Online, (April, 2010),
(http://fh.unsoed.ac.id, diakses pada tanggal 15 september 2019 pukul 08.00).

2
yang berbunyi “setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan”. Dengan
demikian usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Izin Lingkungan
adalah:
1) Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau
2) Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL.

Bagi usaha atau kegiatan yang tidak memiliki Izin Lingkungan


sebagaiman telah dijelaskan dalam UU Nomor 23 tahun 2009 ayat 1
pasal 1 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, barang
siapa yang melanggar dapat dikenai hukuman pidana sebagaimana diatur
dalam ketentuan pasal 109 ayat (1) UU Nomor 32 tahun 2009 yang
berbunyi “ setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan tanpa
memiliki izin lingkungan sebagaiman dimaksud dala pasal 36 ayat (1),
dipidana dengan pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliyar
rupiah) dan pailing banyak RP 3.000.000.000,00 (tiga milyiar rupiah)”.
(Pasal 109 ayat (1) UUPPLH).
Sanksi bagi pejabat yang memberi izin usaha atau kegiatan tanpa
dilengkapi dengan izim limgkungan Sebagaimana telah diatur dalam
pasal 40 ayat (1). Maka dikenakan hukuman pidana penjara paling
lama3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah) yang terdapat dalam pasal 111 ayat (2) UUPPLH.3

b. UKL dan UPL


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan

3
Sulistyowati,“Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Dalam Pengelolaan Sampah
Kota”, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
,Tesis ( Mei ,2006), (http://eprints.ums.ac.id, diakses pada tanggal 15 september 2019 pukul
10.00).

3
dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung
jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).4
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus
melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang
tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah
dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL merupakan
perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan
dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi
dengan menggunakan formulir isian tersendiri.
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun
AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan
Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan
yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.
2. Peraturan Perundangan Terkait AMDAL
Peraturan Pemerintah mengenai AMDAL telah mengalami
beberapa kali perubahan. Pertama kali diatur melalui Peraturan Pemerintah
No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
kemudian di revisi melalui Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, yang

4
Setio Sadono,”Implementasi Dokumen Ukl Dan Upl Dalam Pengelolaan Limbah Cair Di Rsu
Muhammadiyah Wonogiri”, Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia Fakultas
Hukum Yogyakarta, Jurnal Online Skripsi, ( April, 2000), (http://law.uii.ac.id, diakses pada
tanggal 15 september 2019 pukul 15.00).

4
merupakan pelaksanaan dari UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).5
Di Indonesia hal ini mendorong penyesuaian UUPPLH Tahun 2009
sebagai perkembangan baru yang masih perlu dibahas serta bagaimana
AMDAL menjadi pembentuk hukum lingkungan. Secara khusus di
Indonesia, perkembangan aturan pada periode ini ditandai dengan
berlakunya otonomi daerah dan desentralisasi. Kementrian Lingkungan
Hidup yang ditunjukan untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul
sejak diberlakukannya UU. No. 32 Tahun 2004. Salah satu tantangan utama
adalah untuk meninjau ulang peran pemerintah pusat terhadap berbagai
otoritas lingkungan di tingkat sub-nasional baik itu tingkat Provinsi atau
Kota/Kabupaten. Melakukan Kajian dan meningkatkan mekanisme
berbagai prosedur yang ada untuk partisipasi publik serta meninjau ulang
cakupan AMDAL juga memperkenalkan berbagai instrumen pengelolaan
lingkungan alternatif serta memperkuat penegakan hukum. Hal ini
dilakukan dengan penguatan sanksi administratif, antara lain melalui
instrumen pengelolaan lingkungan yang paling efektif dan efisien dengan
alat ukur dampak lingkungan yang lebih akurat, sehingga banyak
dikembangkan dalam sistem hukum lingkungan berbagai negara.6
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan
Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok -pokok
Agraria.
2) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara RI Tahun
1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan Lembaran Negara No 3419).
3) Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Permukiman

5
M.Daud Silalahi dan Kristianto, Perkembangan pengaturan amdal di Indonesia, (Bandung: Keni
Media, 2016), 1.
6
Ibid., 11.

5
4) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
5) Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115,
Tambahan Lembaran Negara No 3501).
6) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United
Nations Conventation On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati
7) Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68
Tambahan Lembaran Negara No. 3699).
8) Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
9) Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
10) Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan
Air.
11) Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan
Hutan.
12) Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13) Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang.
14) Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah untuk Penggantian.
15) Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 No. 59 Tambahan Lembaran Negara No.3838).
16) Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
17) Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Pembangunan

6
18) Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
19) Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
20) Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi
Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
21) Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan
Tanah Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
22) Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. 02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan
23) Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu
Air pada Sumber-sumber Air.
24) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH
/7/1992 tentang Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan Kerangka
Acuan ANDAL.
25) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
26) Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dalam
Bidang Pertambangan dan Energi.
27) Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana
AMDAL Bidang Pekerjaan Umum.
28) Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
29) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH
/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
30) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/
10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau

7
Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di
Daratan.
31) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/
11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/
11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
33) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH
/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
34) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
35) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH
/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
36) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
37) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003
tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan.
38) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
pada Sumber Air.
39) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
40) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
41) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

8
42) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
dalam Penyusunan AMDAL.
43) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
44) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta
Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
45) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan
Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08
tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi dalam Proses AMDAL.
47) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09
tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
48) Peraturan Daerah terkait yang relevan lainnya dengan studi ini.
Peraturan – peraturan tersebut tergantung/menyesuaikan juga pada
jenis kegiatan yang dilaksanakan/direncanakan.7

B. Proses Penapisan dalam AMDAL


1. Pengertian Proses Penapisan (Screening)
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib
AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan
wajib menyusun AMDAL atau tidak. Ketentuan apakah suatu rencana
kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

7
Anggita Pratiwi, “Makalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”, XII Akuntansi II, Jurnal
Online ( Mei, 2010), (https://www.academia.edu, diakses pada tanggal 15 september 2019 pukul
14.00).

9
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL. Di Indonesia penapisan dilakukan dengan daftar positif
seperti ditentukan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Kepmen-11/MENLH/4/1994.8
2. Proses Penapisan
a. Lampiran V Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012: Basis Penapisan dan
Penentuan Kewenangan
Basis dan kunci untuk melakukan penapisan dan penentuan
kewenangan adalah informasi yang dituliskan atau tercantum dalam
Lampiran V Peraturan MENLH No. 05 tahun 2012. Informasi yang yang
jelas dan rinci yang disampaikan dalam formulir seperti yang tercantum
dalam lampiran V akan memudahkan proses penapisan dan penentuan
kewenangan.
b. Gambaran Umum Proses Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan di
Indonesia

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan (Project)

Proses Penapisan (Screening)

Wajib Amdal Wajib UKL-UPL SPPL

Proses Amdal dan Proses UKL-UPL Proses


Izin Lingkungan dan Izin Lingkungan SPPL

8
Hamdani Fauzi, “Proses Penapisan dan Penerbitan Izin Lingkungan”, Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat, Jurnal Online (2010), (http://www.academia.edu, diakses pada
tanggal 16 september 2019 pukul 15.00).

10
c. Proses untuk Menentukan Apakah Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dapat dilakukan

Rencana usaha - proses AMDAL dan Izin


atau kegiatan Lingkungan, atau
- proses UKL-UPL dan Izin
lingkungan
Tidak
Ya
-Apakah Lokasinya Apakah lokasinya
Sesuai dengan Apakah termasuk
berada di dalam
Sesuai Ya usaha dan/atau
rencana tata ruang, berada di dalam
atau kegiatan yang
Kawasan Hutan
dikecualikan?
Primer & Lahan
-Sesuai dengan
Gambut dalam Peta
Ketentuan
Indikatif Penundaan
PUUPPLH & SDA
Izin Baru (PIPIB)?
Tidak sesuai Ditolak

Ditolak

“Inpress 06/2013 penganti Inpres 10/2011”


Usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dalam Inpres 10/2011(Inpres 06/2013)
yaitu:
1. Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri
Kehutanan;•Pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital,
yaitu: geothermal, migas, ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu
2. Pemanfaatan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan yang
telah ada sepanjang izin di bidang usahanya masih berlaku.9

9
Ibid., 6-7.

11
d. Proses Penapisan Usaha/Kegiatan Wajib Amdal (Screening)Penapisan
Usaha/Kegiatan Wajib Amdal (Screening) (Pasal 2 & Lampiran II
Peraturan MENLH No. 05/2012)

Deskripsi jenis rencana


Uji informasi awal Pemrakarsa mengisi usaha dan/atau kegiatan
dengan daftar jenis ringkasan informasi utama & pendukung harus
rencana usaha awal Rencana Usaha diuraikan secara jelas .
dan/atau kegiatan atau kegiatan yang Periksa dan bandingkan
wajib AMDAL diusulkan (kegiatan seluruh jenis usaha dan/atau
(lampiran I) utama dan kegiatan dengan Permen
pendukung) 05/201
(lampiran V) -K a w a s a n lindung
w a j i b ditetapkan
-T i d a k s e m u a j e n i s
Periksa apakah k a w a s a n lindung dalam
Tidak lokasi berada di PP 26/2008 dan Keppres
? dalam atau
berbatasan langsung
32/1990 dimasukan dalam
daftar kawasan lindung
Ya dengan kawasan -Ada jenis usaha atau
lindung (lampiran kegaitan yang dikecualikan.
III)
tidak

Uji ringkasan awal


dengan kriteria
pengecualian (pasal
3 ayat 4)

Wajib memiliki Wajib memiliki


AMDAL tidak
? Ya UKL-UPL atau
SPPL
-

12
e. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
Rencana usaha atau kegiatan dilakukan di dalam kawasan lindung
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung. Lampiran 1 di dalam
Peraturan MENLH No. 05/2012 terdiri dari 14 bidang dengan 72 jenis
kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
No. Bidang Jumlah jenis
kegiatan
1. Multisektor 5
2. Pertahanan 3
3. Pertanian 3
4. Perikanan dan kelautan 1
5. Kehutanan 1
6. Perhubungan 5
7. Teknologi satelit 5
8. Perindrustrian 8
9. Pekerjaan umum 12
10. Perumahan dan kaw. permukiman 1
11. Energi dan sumber daya mineral 18
12. Pariwisata 2
13. Ketenaganukliran 4
14. Pengelolaan LB3 4

f. Rencana Usaha/Kegiatan di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan


kawasan Lindung Wajib Memiliki AMDAL (Pasal 3 Peraturan MENLH No.
05/2012)
1) Jenis rencana usaha atau kegiatan yang lokasinya berada di dalam kawasan
lindung disini seperti jenis usaha yang diizinkan sesuai peraturan
perundang-undangan , misalkan: tambang di hutan lindung, wisata alam di
kawasan lindung. Selanjutnya jenis rencana usaha atau kegiatan yang
wajib memiliki amdal yaitu batas proyek terluar yang bersinggungan

13
dengan batas terluar dari kawasan lindung. Dan dampak potensial dari
rencana usaha atau kegaitan yang akan dilaksanakan tersebut secara nyata
mempengaruhi kawasan lindung terdekat.10
2) Jenis rencana usaha atau kegiatan yang berada di dalam atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung yang dikecualikan dari kewajiban
menyusun AMDAL adalah rencana usaha atau kegiatan:
a) Eksplorasi pertambangan, migas, dan panas bumi.
b) Penelitiandan pengembangan dibidang ilmu pengetahuan
c) Yang menunjang kawasan pelestarian kawasan lindung
d) Yang terkait dengan kepentingan pertahanan dan keamanan negara
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan
e) Budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting bagi lingkungan
hidup
f) Budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan
tidak mengurangi fungsi lindung kawasan di bawah pengawasan ketat.
3) Tools Penapisan dan Penentuan Kewenangan
No. Esensi dasar penapisan (screening) dan Tools yang digunakan
penentuan kewenangan
1. Apakah suatu rencana usaha atau PUU PPLH dan SDA
kegiatan dapat dilakukan disuatu lokasi i.e. UU41/1999, PP
yang telah direncanakan 24/2010, PP 10/2010,
PP 26/2008.
2. Apakah rencana usaha atau kegiatan Peraturan MENLH No.
tersebut termasuk wajib memiliki 5 Th.2012: Bagan Alur
AMDAL atau UKL-UPL atau bahkan Penapisan di Lampiran
cukup SPPL II, Lampiran I dan
Lampiran III.
3. Pendekatan studi Amdal yang akan Pasal 8 PP No. 27
dilakukan: Tunggal, Terpadu, atau Th.2012

10
Ibid., 8-10.

14
Kawasan.
4. KPA yang berwenang untuk melakukan Peratuarn MENLH
penilaian Amdal No.8 Th.2013: Pasal 10
dan 11, Lampiran II-
Lampiran IV

4) Studi Kasus
Seseorang pemrakarsa berencana akan melakukan:
(1) Usaha atau kegaitan perkebunan kelapa sawit dengan luasan 4000
hektar.
(2) Lokasi rencana usaha atau kegaitan tersebut sebagian besar berada di
kawasan hutan produksi dan sebagian berada di dalam kawasan
budidaya perkebunan.
(3) Areal lahan yang berada di dalam budidaya perkebunan tersebut
merupakan kawasan gambut.
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut maka pemrakarsa,
konsultan penyusun dokumen Amdal atau pihak instansi lingkungan hidup
harus menguasai PUU PPLH dan PSDA terkait dengan rencana usaha atau
kegaitan tersebut. Kata kunci:
(1) Perkebunan: cari PUU terkait perkebunan i.e. UU 18/2004
(2) Kawasan Hutan Produksi: cari PUU terkait dengan penggunaan
kawasan hutan
(3) Kawasan gambut: cari PUU terkait dengan kawasan gambut.
Berikut ini jawaban untuk studi kasus pertama:
Untuk kasus pertama, PUU PSDA yang digunakan adalah: PP 24
Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, PP No. 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan,
Peraturan Menteri Kehutanan No. 33 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Kawasan Produksi yang dapat dikonversi dan Inpres No. 6 Tahun 2013
tentang PIBIB.

15
Tidak dapat dilakukan jika status kawasan hutan produksi tersebut
berupa hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap. Rencana kegiatan
perkebunan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi yang
dapat dikonversi. Rencana kegiatan perkebunan di dalam kawasan gambut,
jika kawasan gambut tersebut termasuk dalam PIPIB sesuai dengan Inpres
No. 6 Tahun 2013, maka rencana kegiatan perkebunan tersebut tidak dapat
dilakukan.Pemanfaatan sistem informasi geografis yang didukung dengan
data layer yang memadai juga sangat penting untuk menentukan apakah
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan dapat dilakukan.11

11
Ibid., 12-15.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Peraturan Perundangan Terkait AMDAL
a. Ruang lingkup Amdal, UKL dan UPL
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting usaha
atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan
dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung
jawab dan/atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL.
b. Peraturan Perundangan Terkait AMDAL
Terdapat beberapa peraturan pengenai AMDAL, diantaranya sebagai
berikut:
1) Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
2) Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
3) Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata
Pengaturan Air.
4) Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan
Hutan.
5) Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai, dan
lain sebagainya.
2. Proses Penapisan dalam AMDAL
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib
AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan
wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Dalam proses penapisan Amdal terdapat beberapa sub di dalamnya,
diantaranya: Lampiran V Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012: Basis
Penapisan dan Penentuan Kewenangan, Gambaran Umum Proses Amdal,

17
UKL-UPL dan Izin Lingkungan di Indonesia, Proses untuk Menentukan
Apakah Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dapat dilakukan, Proses
Penapisan Usaha/Kegiatan Wajib Amdal, Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib Amdal, Rencana Usaha/Kegiatan di dalam dan/atau
berbatasan langsung dengan kawasan Lindung Wajib Memiliki AMDAL
(Pasal 3 Peraturan MENLH No. 05/2012), Tools Penapisan dan Penentuan
Kewenangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mukono, H.J. “Kedudukan Amdal Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan Yang


Berkelanjutan”. Sustainable Development Journal Online. Vol. 2. No. 1. Juli 2005. 19-20.
. (http://fkm.unair.ac.id. diakses pada 15 september 2019 pukul 07.00).

Sasongko, Nino Augusta.“Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Oleh Badan


Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap”. Skripsi Kementerian Pendidikan Nasional
Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Hukum Purwokerto. Jurnal Online. (April,
2010). (http://fh.unsoed.ac.id. diakses pada tanggal 15 september 2019 pukul 08.00).

Sulistyowati. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Dalam Pengelolaan Sampah


Kota”. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Tesis ( Mei. 2006). (http://eprints.ums.ac.id. diakses pada tanggal 15
september 2019 pukul 10.00).

Soemarwoto, Otto. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University
Press. 1987.

Sadono, Setio. ”Implementasi Dokumen Ukl Dan Upl Dalam Pengelolaan Limbah Cair Di Rsu
Muhammadiyah Wonogiri”. Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia
Fakultas Hukum Yogyakarta. Jurnal Online Skripsi. ( April. 2000), (http://law.uii.ac.id.
diakses pada tanggal 15 september 2019 pukul 15.00).

Pratiwi, Anggita. “Makalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”. XII Akuntansi II, Jurnal
Online ( Mei, 2010). (https://www.academia.edu. diakses pada tanggal 15 september
2019 pukul 14.00).

Fauzi, Hamdani. “Proses Penapisan dan Penerbitan Izin Lingkungan”. Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Online (2010). (http://www.academia.edu.
diakses pada tanggal 16 september 2019 pukul 15.00).

Silalahi, M.Daud. dan Kristianto. Perkembangan pengaturan amdal di Indonesia. Bandung: Keni
Media. 2016.

19

Anda mungkin juga menyukai