Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH GIZI DAN PRODUKTIVITAS

MASALAH KHUSUS GIZI TENAGA WANITA (HAMIL, HAID DAN LAKTASI)

DI APOTIK PRIMA BANYUWANGI

Disusun oleh :
Kelompok 4
Nanda Agustina 101611535003
Nadis Eka Putri 101611535009
Eka Zuristia Putri 101611535010
Adella Atika L 101611535032

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA

DI BANYUWANGI

2019
A. Gambaran Umum Apotik Prima Banyuwangi
Apotek Prima Banyuwangi terletak di Jalan Wachid Hasyim 47 Banyuwangi dengan
jumlah total pekerja perempuan sebanyak 18 orang. Terdapat 2 pelayanan dalam Apotik
Prima di Banyuwangi yaitu adanya pelayanan khusus vitamin dan pelayanan khusus obat
beserta resep. Jam buka Apotik Prima terdapat 2 shift, diantaranya shift yang pertama
dimulai pukul 07.00 sampai 14.30 dan shift kedua dimulai pukul 14.30 sampai 21.30,
kemudian untuk jam istirahat pada pekerja tidak ada ketentuan yang pasti dari penanggung
jawab apotik tersebut. Kemudian pekerja perempuan mendapatkan cuti atau libur 12
hari/tahun.
B. Karakteristik Responden
C. Hasil dan Pembahasan
Pada beberapa perusahaan masih banyak yang belum mematuhi dan menerapkan
peraturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan
kurang memperhatikan hak-hak pekerja perempuan termasuk di Apotik Prima Banyuwangi.
Berdasarkan data di lapangan, terdapat masalah khusus gizi pada tenaga kerja wanita yaitu
kondisi haid, hamil dan laktasi atau menyusui.
1. Masalah Khusus Gizi Pekerja Perempuan Saat Haid
Terdapat beberapa masalah gizi pekerja yang terjadi di Apotek Prima yang sampai saat
ini masih belum sesuai dengan peraturan yang seharusnya diterapkan di suatu instansi
perusahaan. Beberapa masalah yang terjadi mengenai gizi pekerja di Apotek Prima antara
lain:
a. Pada pekerja wanita yang ada di Apotek Prima ketika sedang pada masa haid
karyawan tidak mendapatkan tablet penambah darah. Asuransi yang didapatkan
seperti JPSM tidak meliputi multivitamin sehingga tablet penambah darah tidak
termasuk kedalam beberapa jaminan yang diusulkan.
b. Karyawan yang bekerja di Apotek Prima hampir semuanya tidak mengetahui
mengenai adanya cuti haid ketika masa haid datang tanpa mengurangi gaji yang
diberikan kepada pekerja pada setiap bulannya. Kondisi di Apotek Prima memang
tidak terdapat cuti secara khusus untuk hari pertama dan kedua masa haid, akan
tetapi ketika masa haid datang dan terasa nyeri karyawan diperkenankan untuk
meninggalkan pekerjaan dengan catatan izin kepada atasan.
c. Ketika rasa nyeri datang ketika masa haid berlangsung karyawan akan berhenti
sejenak dan memanfaatkan ruangan yang berada di lantai dua untuk sedikit
rebahan. Pihak perusahaan tidak menyediakan ruangan khusus untuk ibu haid
sehingga satu ruangan yang ada di lantai dua merupakan ruangan serbaguna bisa
digunakan untuk istirahat, untuk meredakan nyeri, dan untuk ruangan laktasi juga
menjadi satu dalam ruangan tersebut.
d. Secara khusus perusahaan tidak memiliki program untuk mengatasi rasa nyeri
yang ada. Akan tetapi dengan JPSM yang diberikan kepada karyawan maka,
mereka bebas untuk menggunakannya untuk berobat ke dokter yang dapat dituju
di dalam asuransi tersebut. Dalam satu bulan karyawan hanya diperbolehkan
untuk mengambil cuti maksimal 12 hari dalam satu tahun sehingga ketika rasa
nyeri itu datang dan ingin mengambil jatah cuti diperbolehkan. Akan tetapi,
ketika jatah cuti sudah habis maka apabila tidak masuk akan mengurangi gaji atau
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan.
e. Ketika masa haid datang karyawan sudah mengetahui apa saja makanan yang
harus dikonsumsi karena mayoritas dari mereka berlatar belakang kesehatan
sehingga mereka mengetahui ketika gejala – gejala nyeri atau ketika haid apa saja
yang harus mereka konsumsi untuk menyeimbangkan gizi mereka atau untuk
dapat menghilangkan rasa nyeri yang ada.
f. Karyawan yang ada di Apotek Prima mayoritas tidak mengetahui mengenai
undang – undang yang berlaku mengenai adanya cuti pada masa haid pertama dan
kedua dalam suatu perusahaan dan apabila dalam pelaksanaan cuti tersebut masih
mendapatkan kompensasi atau gaji. Pihak manajemen Apotek Prima tidak pernah
melakukan sosialisasi mengenai hal tersebut, sehingga pengetahuan karyawan
atas adanya cuti haid sangat kurang.
2. Masalah Khusus Gizi Pekerja Perempuan Saat Hamil
Masalah khusus gizi mengenai hamil pada tenaga kerja wanita di apotik Prima
masih belum teratasi. Hal ini dapat diketahui bahwa tidak terdapat program khusus untuk
pekerja wanita saat hamil, tidak terdapat pemberian tablet penambah darah, tidak terdapat
fasilitas perawatan kehamilan untuk pekerja yang sedang hamil dan tidak memberikan
kebutuhan zat gizi saat sedang hamil.
a. Tidak terdapat program khusus bagi pekerja saat hamil dan pasca kehamilan di
Apotik Prima Banyuwangi seperti adanya senam hamil, edukasi tentang kehamilan
dan pasca kehamilan dikarenakan di Apotik Prima Banyuwangi sendiri tidak terdapat
tenaga kesehatan yang khusus dan terlatih untuk memberikan konseling pada para
pekerja saat hamil maupun pasca hamil. Namun terdapat upaya yang dilakukan oleh
pihak apotik yaitu adanya uang tambahan untuk makan dan hak itu diberikan pada
seluruh pekerjanya.
b. Tidak memberikan kebutuhan zat gizi saat sedang hamil dan tidak ada upaya yang
dilakukan oleh pihak apotik.
c. Pada pemberian sumplemen TTD (Tablet Tambah Darah) juga tidak diterapkan di
Apotik Prima Banyuwangi.
Apotik Prima sudah menerapkan hak cuti melahirkan pada pekerja perempuan
yang berlangsung selama tiga bulan yaitu satu setengah bulan sebelum melahirkan dan
satu setengah bulan setelah melahirkan. Pada pasal UU nomor 13 Tahun 2003 ayat 2 dan
ayat 3 menyatakan bahwa “Buruh wanita harus diberi istirahat selama saru setengah
bulan sebelum saatnya ia melahirkan menurut perhitungan dan satu setengah bulan
setelah melahirkan anak atau gugur kandungan”.
Berdasarkan hasil kuesioner dari 9 responden dan indepth interview yang sudah
dilakukan permasalahan yang pernah terjadi pada pekerja perempuan di Apotik Prima
Banyuwangi pada saat kehamilan yaitu mengalami mual dan muntah. Dari permasalahan
tersebut pihak apotik mengatasinya dengan cara memberikan obat kepada pekerja yang
mengalami mual ataupun muntah, untuk biaya obat yang diberikan sudah ditanggung
dengan adanya JPSM (Jaminan Perlindungan Sosial Mandiri). JPSM tersebut diberikan
kepada semua pekerja di Apotik Prima Banyuwangi dan dapat digunakan untuk para
pekerja Apotik Prima jika mengalami sakit, dan apabila terdapat anggota keluarga yang
sakit maka apotik prima tidak menanggung biayanya. Jika dengan penanganan pemberian
obat tersebut masih dirasa tidak memberikan efek pada kesakitan yang dialami oleh para
pekerjanya maka atasan memberikan hak untuk pekerjanya istirahat dirumah, untuk
fasilitas dalam menangani masalah pekerja saat hamil dan pasca hamil di Apotik Prima
Banyuwangi belum tersedia, hanya terdapat ruangan untuk para pekerja yang tiba-tiba
mengalami sakit seperti pusing atau merasakan nyeri.
Menurut peraturan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 76 tentang
Ketenagakerjaan bahwa dilarang memperkejakan perempuan hamil apabila antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 karena berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya. Dari peraturan tersebut tidak menjadi suatu masalah di apotik prima
Banyuwangi karena jam buka pada apotik prima tidak 24 jam. Pada apotik prima terdapat
pembagian 2 jam bekerja, shift yang pertama dimulai pukul 07.00 sampai 14.30 dan shift
kedua dimulai pukul 14.30 sampai 21.30 sehingga aman untuk pekerja saat masa
kehamilan.
3. Masalah Khusus Gizi Pekerja Perempuan Saat Laktasi atau Menyusui
Terdapat masalah juga yang belum teratasi pada pekerja perempuan saat
menyusui di Apotik Prima, diantaranya :
a. Apotik Prima masih belum meberikan tambahan energi sebanyak 330kkal/hari dan 20
gram protein sebelum enam bulan pertama dan 400kkal/hari dan 20 gram protein
setelah enam bulan selanjutnya untuk pekerja perempuan. Belum ada upaya yang
dilakukan oleh pihak apotik, hanya pekerja perempuan jika ingin menambah energi
dan zat gizi lain untuk mencukupi kebutuhannya harus membeli makanana secara
individual.
b. Apotik prima belum menyediakan tempat sarana umum untuk mendukung program
ASI eksklusif dan menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui atau memerah ASI.
Belum adanya upaya yang diberikan oleh Apotik Prima untuk mencukupi sarana
umum dan menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui atau memerah ASI.
Seharusnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 tentang Pemberian
ASI eksklusif disebutkan pada pasal 30 bahwasanya pengurus tempat kerja dan
penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI eksklusif dan
pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum juga harus
menyediakan fasilitas khusus untuk ibu menyusui atau memerah ASI sesuai kondisi
kemampuan perusahaan.
c. Pekerja perempuan masih tidak diberikan kesempatan untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi atau memerah ASI. Upaya yang diberikan oleh perusahaan yaitu
pekerja wanita harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengelola dan pengelola
akan memberikan izin untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi dan memerah ASI.
Seharusnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 tentang Pemberian
ASI eksklusif pada Pasal 34 yaitu bahwa pengurus tempat kerja wajib memberikan
kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi
atau memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja.
d. Apotik Prima belum menyediakan fasilitas khusus menyusui atau memerah ASI dan
masih belum adanya upaya dari Apotik Prima dalam menyediakan fasislitas khusus
untuk menyusui dan memerah ASI. seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang cara peyediaan khusus menyusui dan memerah ASI pada pasal 9
disebutkan bahwa Ruang ASI diselenggarakan pada bangunan yang permanen, dapat
merupakan ruang tersendiri/merupakan bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang
ada di tempat kerja & tempat sarana umum dan pasal 10 dengan persyaratan ruang
ASI minimal :
1. Tersedia ruang khusus minimal 3x4 m2 dan/atau disesuaikan dengan jumlah
pekerja perempuan yang sedang menyusui
2. Terdapat pintu yang dapat dikunci, mudah dibuka/ ditutup
3. Lantai keramik/semen/karpet
4. Ventilasi & sirkulasi udara cukup
5. Bebas potensi bahaya di tempat kerja, termasuk bebas polusi
6. Lingkungan cukup tenang, jauh dari kebisingan
7. Penerangan cukup, tidak menyilaukan
8. Kelembaban 30-50%, maks 60%
9. Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk mencuci tangan & peralatan
Dan pada pasal 12 juga menyebutkan bahwa standar ruang ASI sekurang-
kurangnya minimal terdapat kursi dan meja, wastafel, serta sabun cuci tangan
e. Apotik Prima tidak menyediakan peralatan dalam mencukupi kebutuhan pemberian
ASI eksklusif pada bayi atau memerah ASI. Apotik prima masih belum memberikan
upaya dalam mencukupi kebutuhan penyediaan peralatan pemberian ASI eksklusif
atau ASI namun para pekerja memenuhi kebutuhan peralatan secara individu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 15 tahun 2013 tentang tata cara
penyediaan fasilitas khusus menyusui atau memerah ASI bahwa pada pasal 11
disebutkan bahwa Peralatan ruang ASI di tempat kerja sekurang-kurangnya terdiri
dari peralatan menyimpan ASI & peralatan pendukung lainnya sesuai standar serta
perlu adanya peralatan menyimpan ASI meliputi: lemari pendingin, gel pendingin, tas
untuk membawa ASI perahan, dan sterilizer botol ASI.
f. Apotik Prima tidak memberikan tenaga kesehatan terlatih untuk memberikan
konseling pada saat pekerja wanita sedang hamil. Apotik prima tidak menyediakan
tenaga kesehatan terlatih untuk pekerja namun Apotik Prima hanya menyediakan
kartu BPJS agar pekerja melakukan konseling kepada tenaga kesehatan terlatih secara
individual. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2013 tentang
tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui atau memerah ASI bahwa pada pasal
13 dan 14 perusahaan menyediakan tenaga terlatih pemberian ASI memberikan
konseling menyusui kepada pekerja di ruang ASI dan menyampaikan manfaat
pemberian ASI yaitu peningkatan kesehatan ibu & anak, peningkatan produktivitas
kerja, peningkatan rasa percaya diri ibu, keuntungan ekonomis dan higienis serta
penundaan kehamilan
D. Simpulan

Anda mungkin juga menyukai