Anda di halaman 1dari 19

FISIKA KUANTUM

HIPOTESIS DE BROGLIE DAN SIFAT GELOMBANG


MATERI

KELOMPOK II

MUHAMMAD ANDI TIADARMA (8186176004)

SETRIE FRIMAYRI (8186176005)

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasar dimulainya periode fisika kuantum adalah ketika fisika klasik tidak bisa menjelaskan
gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandangyang berbeda dengan sebelumnya
dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.Pada awal abad ke- 20 Albert Einstein dan Max Planck
ilmuwan yang telah mempelopori teori kuantum. Setelah itu bermunculan ilmuan lain seperti
pada tahun1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar sebagai
gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir sebagaimana
cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifatgelombang. Setalah 3
tahun kemudian, Hipotsis De Broglie terbukti kebenaranya oleh dua ahlifisika Amerika Serikat
yaitu Clinton Davisson dan Lester Germer. Dalam hipotesis-nya De Broglie menyatakan
partikel-partikel seperti elektron, neutron maupun proton mempunyai sifat dualisme yaitu
partikel dan gelombang.Prinsip dualisme partikel dan gelombang ini merupakan proses dasar
penelitian dan masih kita gunakan untuk belajar di bangku sekolah maupun perguruan tinggi.
Olehsebab itu, penulis menyusun sebuah makalah tentang “Teori Gelombang De Broglie dan
Sifat gelombang Materi ”dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca mengenai konsep dasar mengenai gelombang de Broglie dan Sifat
gelombang Materi

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan dualitas partikel-gelombang?
2. Bagaimana hipotesis de Broglie?
3. Bagaimana sifat-sifat gelombang materi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dualitas partikel gelombang.
2. Mengetahui sejarah hipotesis de Broglie.
3. Mengetahui sifat-sifat gelombang materi.

BAB II

MATERI DAN PEMBAHASAN

2.1 Dualisme Partikel Gelombang

2
Hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi membuktikan bahwa teori tentang cahaya
sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih lagi karena keberhasilan
teori elektromagnetik Maxwell. Einstein (1905) menolak teori tersebut berdasarkan fenomena
efek foto-listrik dimana permukaan logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya
berfrekuensi.
Menurut Einstein, dalam fenomena tersebut cahaya harus dipandang sebagai kuanta yang
disebut foton, yakni partikel cahaya dengan energi kuantum E=hν. Dalam teori relativitas
khususnya (1905), hubungan energi dan momentum suatu partikel diungkapkan sebagai berikut:
Dimana, p adalah momentum partikel, mo adalah massa diam partikel bersangkutan. Untuk
foton, karena tidak mempunyai massa diam, sedangkan energinya E=hv.
Setelah Max Planck dan Albert Einstein pada awal abad ke-20 sukses dalam mempelopori
teori kuantum yang menjelaskan tentang sifat-sifat partikel dari gelombang, pada tahun 1924
muncul gagasan dari Louis de Broglie yang mengajukan hipotesis sebaliknya, yaitu materi
mempunyai sifat-sifat gelombang selain sifat partikel. Hipotesisnya cukup revolusioner karena
tanpa didasarkan pada eksperimental yang kuat, tidak seperti teori kuantum cahaya yang
memang didukung oleh fakta-fakta empiris. Keberadaan gelombang “de Broglie” ditunjukkan
orang sekitar tiga tahun kemudian dan prinsip dualisme partikel dan gelombang de Broglie ini
digunakan sebagai proses awal perkembangan mekanika kuantum oleh Schrodinger.

2.2 Hipotesis de Broglie


Louis Victor duc De Broglie ( 1892 - 1987 ) adalah ahli fisika murni Perancis, Penemu sifat
gelombang electron, pengarang, guru besar, doctor, pemenang Hadiah Nobel, Anggota
Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis dan Inggris. Ia lahir di Dieppe, Perancis, pada tanggal 15
Agustus 1892 dan meninggal di Paris, Perancis pada tanggal 19 Maret 1987. Ia keturunan orang
bangsawan yang berkedudukan tinggi di Perancis. Broglie sebenarnya nama kota kecil di
Normandia. Kemudian nama ini berubah jadi nama keluarga. Sejak abad ke-17 dari keluarga ini
muncul tokoh-tokoh militer, politik dan diplomat terkenal.
Dalam buku pelajaran fisika De Broglie dipakai sebagai nama ahli fisika yang mengajukan
hipotesis, bahwa electron bersifat gelombang. De Broglie hanya membuat hepotesis atau teori.
Ia tidak pernah dan tidak suka mengadakan eksperimen. Ia tidak pernah membuktikan, bahwa
elektron bersifat sebagai gelombang. Tapi karena kemudian ternyata bahwa teorinya benar, maka

3
pada tahun 1929 ia mendapat Hadiah Nobel untuk fisika. Peristiwa itu membuktikan bahwa
intuisi kadang-kadang berada di atas akal sehat dan eksperimen. Bagaimana asal mulanya De
Broglie menemukan hipotesis itu?
Mula-mula De Broglie ingin jadi diplomat. Maka ia bersekolah dan kuliah di jurusan
sejarah. Pada umur 17 tahun ia berhasil mendapat gelar di bidang sejarah. Tapi tiba-tiba ia
mendengar tentang penemuan Max Planck dan Albert Einstein. Max Planck menemukan foton.
Einstein menemukan, bahwa massa sama dengan energi. Sejak itu De Broglie sangat tertarik
pada fisika. Maka pada umur 18 tahun ia masuk Universitas Sorbonne jurusan fisika teori. Empat
tahun kemudian pecah Perang Dunia I (1914 – 1918). De Broglie diangkat jadi petugas radio di
menara Eiffel. Di sini ia berhadapan langsung dengan gelombang radio. Pikirannya penuh
dengan pertanyaan tentang gelombang. Sesudah perang selesai, ia melanjutkan kuliahnya.
Pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar sebagai
gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir sebagai
berikut, “Kalau cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikelpun dapat bersifat
gelombang”. Hipotesis ini dibuktikan kebenarannya oleh Clinton Davisson dan Lester Germer
pada tahun 1927. Keduanya ahli fisika Amerika Serikat.
De Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti electron, proton dan netron
mempunyai sifet dualisme, yakni gelombang dan partikel. Ide tersebut dinyatakn sebagai berikut:
“Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p dikendalikan oleh suatu gelombang yang
panjang gelombangnya  memenuhi hubungan:
h
𝜆=
p
Untuk memahami pengertian gelombang de Broglie, maka terlebih dahulu kembali diingat
beberapa persamaan penting seperti ditulis di bawah ini. Sebuah foton dengan frekuensi 
mempunyai momentum

hν atau p  h
p
c λ

Berdasarkan persamaan di atas, jika p = mv, maka panjang gelombang foton dapat dinyatakan
dengan persamaan

4
h h
λ atau λ 
p mv

Panjang gelombang di atas sering disebut sebagai panjang gelombang de Broglie. Dari
persamaan, semakin besar momentum benda yang bergerak, maka semakin pendek panjang
gelombang yang dihasilkan. Massa benda m pada persamaan tersebut merupakan massa
relativistik yang dapat dituliskan sebagai berikut
m0
m
1  v 2 /c 2

Secara umum, aspek gelombang dan partikel dari sebuah benda yang bergerak tidak
dapat diamati secara bersamaan. Mungkin pada saat tertentu aspek gelombang yang terlihat,
tetapi pada saat yang lain justru aspek partikel yang terlihat. Kondisi semacam ini tergantung
dari perbandingan antara panjang gelombang de Broglie dengan dimensi benda yang bergerak.
Contohnya bola voli dengan massa 2 kg dan bergerak dengan kecepatan 20 m/s, mempunyai
panjang gelombang de Broglie sekitar 1,66 x 10-35 m. Panjang gelombang bola voli ini
sedemikian kecil dibandingkan dengan dimensi bendanya sehingga aspek gelombangnya tidak
teramati dari gerak bola voli tersebut. Tetapi sebuah elektron dengan massa 9,1 x 10-31 kg dan
kecepatan 107 m/s mempunyai panjang gelombang de Broglie sebesar 7,3 x 10-34 m. Nilai ini
sebanding dengan dimensi atom, sehingga sifat gelombang dari elektron yang bergerak dapat
teramati melalui suatu pengamatan di laboratorium.
Cara klasik untuk mengamati perilaku gelombang adalah dengan percobaan dua celah.
Marilah kita pilih seberkas elektron. Berkas elektron dapat dihasilkan dengan sembarang
momentum yang diinginkan, yaitu dengan cara mempercepatkannya melalui suatu beda potensial
elektrik yang dipilih. Akibatnya, kita dapat menghasilkan seberkas elektron yang panjang
gelombang de Broglinya dapat kita ubah-ubah dalam suatu selang nilai yang lebar. Hakikat
gelombang dari elektron dapat disingkap dengan melewatkan berkas elektron itu pada suatu
penghalang dua celah. Tetapi, pembuatan dua celah yang sesuai bagi elektron merupakan suatu
persoalan eksperimen sulit yang belum terpecahkan hingga bebrapa tahun kemuadian setelah
hipotesis de Broglie mendapat dukungan dari sejumlah percobaan lainnya.
2.3 Percobaan Pengujian Hipotesis De Broglie

5
Karena interferensi dan difraksi merupalan pertunjuk khas perilaku gelombang, maka
hakikat gelombang dari elektron hanya dapat disingkap dengan melakukan kedua percobaan ini.
Untuk meneliti hakikat gelombang dari elektron, kita harus mengikuti aturan kerja berikut. Mula-
mula kita percepat seberkas elektron melalui suatu potensial V, hingga mencapai energi kinetik
𝐾 = 𝑒𝑉 dan momentum 𝑝 = √2𝑚𝐾 . Mekanika gelombang melukiskan berkas elektron-elektron
ini sebagai suatu gelombang dengan panjang gelombang 𝜆 = ℎ⁄𝑝. Berkas gelombang ini
menumbuk sebuah kristal dengan cara yang sama seperti berkas sinar-X dan berkas yang
terhambur kemudian dipotret.

2.3.1 Difraksi Partikel


Pada tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris
secara terpisah membuktikan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron
terdifraksi jika berkas itu terhambur dengan kisi atom kristal yang teratur. Gambar di bawah,
menunjukkan skema peralatan eksperimen Davisson-Germer, dimana energi elektron dalam
berkas primer, sudut jatuhnya pada target dan posisi detektor dapat diatur. Pada eksperimen
tersebut target dibuat dari nikel yang dipanaskan pada temperatur yang tinggi. Dalam percobaan
ini, seberkas elektron dari suatu kawat pijar panas dipercepat melalui suatu beda potensial V.
Setelah melewati suatu celah kecil, berkas elektron ini menumbuk kristal nikel tunggal.
Elektronnya lalu dihamburkan kesegala arah oleh atom kristal, beberapa menumbuk suatu
detektor, yang dapat digerakan kesembarang sudut 𝜙 relatif terhadap arah berkas datang, yang
mengukur intensitas berkas elektron yang dihamburkan pada sudut itu

senapan elektron

detektor elektron
berkas
datang

berkas
hambur

Kristal

Gambar2.1 Skema eksperimen Davisson-Germer.

6
Hasil yang diperoleh dari eksperimen Davisson-Germer adalah kurva berkas hambur
elektron dengan pola maksimum-minimum yang jelas teramati yang posisinya tergantung dari
energi berkas elektron, seperti Gambar 2.2 Pola maksimum-minimum seperti kurva di bawah,
ditafsirkan sebagai hasil dari peristiwa difraksi gelombang elektron oleh target, seperti halnya
difraksi sinar-X oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Pada saat energi berkas elektron 54 eV
yang ditembakkan tegak lurus pada target nikel, maka terjadi pola maksimum pada sudut 50o
yang paling tajam dalam distribusi elektron.

Berkas
elektron

500

40 eV 44 eV 48 eV 54 eV 60 eV
Gambar 2.2 Hasil Percobaan Davisson-Germer

Jika kita menganggap bahwa setiap atom kristal dapat bertindak sebagai satu penghambur,
maka gelombang elektron yang terhambur dapat berinterferensi, sehingga kita memperoleh
semacam kisi difraksi kristal bagi gelombang elektron. Sebarang bidang khayal yang memuat
sejumlah atom dalam kristal memiliki pusat-pusat hambur yang tersusun secara teratur sehingga
dapat menghasilkan suatu pola interferensi.
Berkas yang terpantul dengan intensitas maksimum akan teramati pada sudut 𝜙 apabila
syarat Bragg bagi interferensi maksimum dipenuhi. Jika atom a berhubungan dengan jarakd
menurut persamaan
𝜙
𝑑 = 𝑎𝑠𝑖𝑛 ( )
2
Untuk karyanya, Davisson dianugerahi Nobel pada tahun 1937, bersama-sama dengan
G.P.Thomson, yang juga secara bersamaan memberoleh bukti tentang hakikat gelombang dari
elektron melalui percobaan difraksi elektron dalam lembaran logam tipis logam.
Selain percobaan Davisson-Germer yang memperagakan difraksi berkas elektron, mungkin pula
untuk memperagakan hakikat gelombang dari elektron lewat percobaan dua-celah Young dengan
menggunakan berkas elektron. Percobaan ini dilakukan pada tahun 1961 oleh Clauss Jonsson,

7
yang mempercepat suatu berkas elektron melalui suatu tegangan elektrik 50.000 V dan kemudian
melewatkannya melalui dua-celah berjarak 2,0 x 10-6 m dan lebar masing-masing celah 0,5 x 10-
6
m.
Elektron dapat berprilaku sebagai sebuah partikel ataupun gelombang, tetapi kita tidak dapat
mengamati keduanya secara serempak. Ini adalah dasar dari asas salin melengkapi yang
mengatakan bahwa gambaran lengkap dari suatu kesatuan fisika seperti foton atau elektron tidak
dapat diungkapkan secara tersendiri dalam perilaku partikel saja atau gelombang saja, tetapi
harus ditinjau dari kedua belah aspek. Karena hakikat partikel dari gelombang ini tidak dapat
diamati secara serempak, maka perilaku sistem yang kita amati bergantung pada jenis percobaan
yang sedang kita lakukan.
2.4 Gelombang Materi
Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein. Kemudian
diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan
Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak
dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak
(273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de
Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk
memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian
memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku
sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan
pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang
ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan
yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan P=h/𝜆. Dalam kedua persamaan ini,
perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum P) muncul di ruas kiri,
sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda).
Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck yaitu tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel.
Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk
partikel, seperti elektron, momentum P adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan

8
lajunya. Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat
“mendua”, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat juga memiliki sifat gelombang. Menurut de
Broglie suatu partikel yang memiliki momentum P jika dipandang sebagai gelombang,
mempunyai panjang gelombang. Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de
Broglie. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju
partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar
0,7 mm.
Bohr mengajukan postulat kuantisasi momentum sudutnya, begitu saja tanpa memberikan
alasan fisis sama sekali. Louis de broglie dengan teori gelombang-partikelnya menjelaskan
bahwa: partikel (misalnya elektron) yang bergerak dengan kecepatan v kemungkinan memiliki
sifat gelombang dengan panjang gelombang, λ, yang sesuai. Hipotesis ini telah diuji oleh
Davidsson-Germer dan G.P.Thomson yang membuktikan adanya pola difraksi pada elektron
seperti pada gelombang.

2.6 Wujud Gelombang Materi


Setelah kita meyakini adanya gelombang yang diasosiasikan dengan partikel material yang
bergerak, pertanyaan selanjutnya adalah seperti apakah wujud gelombang materi tersebut?
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita bicarakan gelombang materi
yang diasosiasikan dengan partikel bebas.
Partikel bebas adalah partikel yang tidak dipengaruhi oleh gaya apapun. Jadi momentum
linear dan energi totalnya (E) konstan, artinya tidak bergantung waktu maupun tempat. Dengan
demikian, gelombang de Broglie yang diasosiasikan dengannya haruslah memiliki frekuensi dan
vektor gelombang yang konstan, yaitu 𝜔 = 𝐸/ℏ dan 𝑘 = 𝑝/ℏ di mana-mana.
Untuk penyederhanaannya, kita andaikan partikel tersebut bergerak searah sumbu X positif.
Karena gelombang memiliki frekuensi dan bilangan gelombang yang sudah tertentu nilainya,
maka wujud gelombang dapat dinyatakan sebagai gelombang monokromatis
𝜓(𝑥, 𝑡) = 𝐴0 sin⁡(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
2.7 Persamaan Gelombang
Secara umum gelombang bergerak dengan kecepatan tertentu, misalnya v. Sekarang
diandaikan gelombang de Broglie juga menjalar dengan kecepatan tertentu, misalnya w yang
dapat dirumuskan

9
w  λ

Kuantitas  dapat diambil dengan menyamakan energi foton dengan energi total relativistik,
sehingga dapat diperoleh
mc 2
h  m c 2 atau  
h
Jika persamaan di atas maka kecepatan gelombang de Broglie dapat dinyatakan dengan
persamaan
mc 2  h  c 2
w  ν λ      
 h   mv  v
Karena v selalu lebih kecil dari c, w tentu selalu lebih besar dari c, sebuah hasil yang perlu
“dianalisis” lebih lanjut. Secara umum persamaan gelombang yang sedang bergerak untuk setiap
saat (t) dan tempat (x) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut
 x
y  A cos 2 π ν  t  
 w
Contoh: gelombang yang merambat pada tali. Tali mulai digetarkan pada x = 0 saat t = 0,
sehingga gelombang menjalar ke arah +x dengan kelajuan w. Dalam waktu t, gelombang ini
telah menempuh jarak x = wt, sehingga selang waktu penjalaran dari x = 0 hingga x = x adalah t =
x/w. Dengan demikian, pergeseran y di x = x pada waktu t sama dengan pergeseran y di x = 0
pada waktu sebelumnya yaitu t – x/w.

y
t=0
tali

y t=t

tali
x

wt

10
Gambar 2.3 Perambatan gelombang pada tali.

Apabila digunakan hubungan w =  , maka persamaan dapat dituliskan menjadi persamaan


 νx  x
y  A cos 2 π ν t   atau y  A cos 2 π ν  t  
 w   λ

Dari persamaan di atas, didefinisikan beberapa parameter gelombang seperti frekuensi anguler
dan bilangan gelombang
ω  2 π  (frekuensi anguler)
2π ω
k  (bilangan gelombang)
λ w
Persamaan dapat dinyatakan dalam variabel  dan k, sehingga dapat ditulis menjadi
y  A cos (ω t  k x)

2.8 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group


Gelombang de Broglie tidak dapat dinyatakan dengan formulasi sebagaimana persamaan
yang menggambarkan deretan gelombang dengan nilai amplitudo sama dan jumlahnya tidak
tentu. Hal ini dapat kita pahami, karena amplitudo dari gelombang de Broglie yang terkait
dengan benda yang bergerak mencerminkan peluang benda itu untuk diperoleh pada suatu
tempat dan saat tertentu. Untuk mempermudah memahami gelombang de Broglie, diperlihatkan
sebuah group gelombang seperti pada Gambar 2.4

Gambar 2.4. Sebuah group gelombang.

Group gelombang merupakan superposisi dari gelombang individu dengan panjang


gelombang yang berbeda-beda, sehingga interferensinya memiliki pola amplitudo yang
bervariasi, seperti terlihat pada Gambar 2.4 jika kecepatan gelombang individu sama, maka

11
kecepatan tersebut merupakan kecepatan penjalaran dari group gelombang. Tetapi jika kecepatan
gelombang berubah terhadap panjang gelombangnya, maka gelombang individu yang berbeda
tidak menjalar bersama, dan kecepatan group gelombang berbeda dengan kecepatan gelombang
individunya.
Misalnya ada dua gelombang dengan amplitudo sama A, selisih frekuensi sudutnya d dan
selisih bilangan gelombangnya dk. Kedua gelombang ini dapat dinyatakan dengan persamaan
y1  A cos (ω t  k x)

y2  A cos  ω  Δωt  k  Δk x 

Superposisi dua gelombang merupakan resultan y pada saat t dan pada posisi x yang dapat
dinyatakan dengan persamaan
y  y1  y 2

1
y  2 A cos 2ω  dω  t  (2k  dk) x cos 1 dω t  dk x 
2 2
Karena d <<  dan dk << k, maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi
 dω dk 
y  2A cos (ω t  k x) cos  t x
 2 2 

Persamaan diatas merupakan gelombang dengan frekuensi sudut  dan bilangan gelombang k
yang termodulasi dengan frekuensi sudut ½ d dan bilangan gelombang ½ dk. Maka kecepatan
fase dari gelombang de Broglie dapat dituliskan
ω
w
k

gelombang individu
+

gelombang individu
=

12
group gelombang
Gambar 2.5 Penjumlahan dua gelombang membentuk sebuah group gelombang yang
termodulasi.

Sedangkan kecepatan groupnya dapat dirumuskan dengan persamaan



u
dk
Frekuensi sudut dan bilangan gelombang de Broglie yang terkait dengan benda yang bermassa
diam m0 dan bergerak dengan kecepatan v adalah
2π mc2 2 π m0 c 2
ω  2π  
h h 1  v 2 /c 2

2 π 2 π mv 2 π m0 v
dan k  
λ h h 1  v 2 /c 2

maka kecepatan fase gelombang de Broglie dapat dituliskan dengan hasil yang sama seperti
persamaan
ω c2
w 
k v
Sedangkan kecepatan group gelombang de Broglie (u) yang terkait dengan benda yang bergerak
dapat dirumuskan
dω 2 π m0 v
atau u  h (1  v /c )
2 2 3/2
dω = dv
u v
dk dk 2 π m0
dv h (1  v 2 /c 2 ) 3/2

Jadi group gelombang de Broglie terkait dengan benda yang bergerak, menjalar dengan
kecepatan sama dengan kecepatan benda tersebut.

2.9 Partikel Dalam Kotak


Sifat gelombang dari partikel yang bergerak “akan” terlihat jelas, jika partikel itu dibatasi
pada suatu daerah tertentu, misalnya di dalam kotak seperti Gambar 4.6. Menurut teori
gelombang, sebuah partikel yang terperangkap di dalam kotak identik dengan gelombang berdiri

13
pada tali yang terbentang antara dinding-dindingnya. Pergeseran transversal tali dan fungsi
gelombang partikel  sama dengan nol pada dinding, karena gelombang terhenti di sini.
Panjang gelombang de Broglie dari partikel dalam kotak tergantung dari lebar kotak L. Dari
Gambar 4.7, panjang gelombang terbesar adalah  = 2L, kemudian  = L dan  = 2/3 L.
Berdasarkan hal ini, persamaan gelombang de Broglie yang diijinkan adalah
2L
λn  n = 1, 2, 3, …
n
Karena  = h/mv, maka pembatasan panjang gelombang de Broglie yang datang terhadap lebar
kotak setara dengan pembatasan momentum partikel atau energi kinetiknya. Energi kinetik
partikel (non relativistik) dengan momentum mv adalah
1 (m v) 2
EK  mv 2 
2 2m

Gambar 2.6. Partikel terperangkap di dalam kotak berdinding tegar.


Dengan memasukkan nilai mv = h/, maka diperoleh
h2
EK 
2m λ2

Jika tidak terdapat energi potensial pada model ini, maka energi yang dapat dimiliki partikel
tersebut adalah

n2 h2
En  n = 1, 2, 3, …
8 m L2

Setiap energi yang diijinkan disebut sebagai tingkat energi dan bilangan bulat n disebut sebagai
bilangan kuantum.

14
 = 2/3 L =L  = 2L

  

L L L

Gambar 2.7 Fungsi gelombang partikel yang terperangkap di dalam kotak dengan lebar L.

Aspek penting adalah, bahwa partikel yang ada dalam kotak tidak boleh memiliki energi nol.
Jika E = 0, maka  = 0 di setiap titik dalam kotak, sehingga kerapatan peluang  2 = 0, artinya
partikel tidak terdapat dalam kotak. Sebuah partikel dalam kotak berdinding tegar hanya suatu
model saja, namun demikian kuantisasi energi yang diperoleh berlaku secara umum. Artinya
bahwa sebuah partikel yang terperangkap dalam suatu ruang (meski ruang itu tidak memiliki
batas yang terdefinisikan secara baik) hanya dapat memiliki energi tertentu saja. Kuantisasi
energi dapat muncul untuk elektron dalam atom, molekul dan zat padat serta untuk proton dan
neutron dalam inti atomik.
Contoh:
Carilah tingkat energi sebuah elektron yang terperangkap di dalam kotak yang lebarnya 0,1 nm ?
Penyelesaian
Diketahui massa elektron = 9,1 x 10-31 kg dan L = 0,1 nm = 10-10 m, sehingga energi elektron
yang diijinkan adalah
n 2 x (6,63 x 10 34 Js )2
En  31 10 2
 6,0 x 10 18 n 2 J  38 n 2 eV
8 x (9,1 x 10 kg ) x (10 m)

Karena En = 38 n2 eV, maka tingkat energinya adalah E1 = 38 eV, E2 = 152 eV, E3 = 342 eV, E4
= 608 eV dan seterusnya.

2.10 Penerapan Hipotesis De Broglie (Mikroskop Elektron)


Mikroskop Elektron Sifat gelombang elektron yang bergerak merupakan dasar dari
mikroskop elektron yang dibuat untuk pertama kali dalam tahun 1932. Daya pisah setiap
instrumen optimis dibatasi oleh difraki sehingga besarnya berbanding lurus dengan panjang
gelombang yang dipakai untuk menyinari benda yang diselidiki. Untuk mikroskop yang baik

15
yang memiliki cahaya yang tampak, perbesaran maksimum yang bermanfaat ialah sekitar 500
kali; perbesaran yang lebih tinggi membentuk bayangan yang lebih besar tetapi tidak
mengungkapkan rincian. Elektron cepat memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek
dari cahaya tampak dan mudah dikendalikan oleh medan listrik dan magnetik karena elektron
bermuatan. Sinar-x juga memiliki panjang gelombang yang pendek, tetapi sampai sekarang
orang belum berhasil untuk memfokuskan sinar itu dengan baik.
Dalam mikroskop elektron, kumparan yang berarus listrik dipakai untuk menimbulkan
medan magnetik yang berlaku sebagai lensa untuk memfokuskan berkas elektron pada benda
yang diselidiki dan alat ini menghasilkan baying yang diperbesar pada layar pendar (fluoresen)
atau pelat fotografi. untuk mencegah berkas itu tersebar sehingga mengaburkan bayangan yang
dihasilkan, dipakai sampel yang tipis dan seluruh sistem itu dihampakan. Teknologi “lensa”
magnetic belum menghasilakan daya resolusi teoretis dari gelombang elektron. Misalnya,
elektron 100 keV mempunyai panjang gelombang 0,0037 nm, tetapi resolusi yang sebenarnya
yang dapat dicapai mikroskop elektron hanya sekitar 0,1 nm. Sumber elektron Lensa kodensor
magnetik Objek Lensa objektif magnetik Lintasan elektron Lensa proyeksi magnetik Bayangan
Gambar 4.7 Skema pengamatan mikroskop electron yang dipercepat daripada cahaya dalam
mikroskop optic, maka mikroskop elektron dapat menghasilkan bayangan yang tajam pada
perbesaran yang lebih tinggi.

16
Namun ini tetap merupakan kemajuan yang besar dibandingkan dengan daya pisah
mikroskop optis yang besarnya sekitar 200 nm, dan perbesaran 1.000.000 x telah dicapai oleh
mikroskop elektron.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
De Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti electron, proton dan netron
mempunyai sifet dualisme, yakni gelombang dan partikel. Ini adalah dasar dari asas saling
melengkapi yang mengatakan bahwa gambaran lengkap dari suatu kesatuan fisika seperti foton
atau elektron tidak dapat diungkapkan secara tersendiri dalam perilaku partikel saja atau
gelombang saja.
Sebuah paket gelombang dapat dipandang sebagai superposisi sejumlah besar gelombang,
yang berinterferensi secara maksimum disekitar partikel, sehingga menghasilkan sebuah
gelombang resultan dengan amplitudo yang lebih besar. Sebaliknya pada tempat yang jauh dari
partikel, mereka berinterferensi secara minimum, sehingga gelombang resultannya memiliki
amplitudo yang lebih kecil pada tempat dimana partikelnya kita perkirakan tidak ditemukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kenneth Krane, 1992. Fisika Modern ( Modern Physics ). Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.

Purwanto, Agus. Fisika Kuantum. Yogyakarta: Gava Media

Ronal Gautreau. 1996. Schaum’s Outlines Fisika Modern. Jakarta: Erlangga

Sutopo. 2005. Modul Fisika Kuantum UGM, Malang

19

Anda mungkin juga menyukai