ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN 4 Fix
ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN 4 Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005).
2
berasal dari lingkungan. Hasil pengobatan akan menjadi jauh lebih baik apabila
tanda infeksi dapat dikenal secara dini dan segera dilakukan pengobatan yang
tepat dan sesuai (Sarwono, 2008).
Tetanus pada bayi yang baru lahir disebabkan kuman Clostridium tetani.
Biasanya terjadi pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali pusat
tidak bersih. Selain itu, tetanus dapat disebabkan tali pusat yang diberi macam-
macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan tetanus toksoid lengkap
sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman tetanus (Iis
Sinsin, 2008).
Tingkat kejadian yang tinggi infeksi ini umumnya ada dipedesaan dimana
masih banyak ibu yang melahirkan didukun. Peralatan tidak steril yang memotong
tali pusat berisiko tinggi menimbulkan infeksi. Infeksi tetanus neonatorum dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari pada sebagian besar bayi (Iis Sinsin,
2008).
Sewaktu masih berada dalam rahim, bayi mendapatkan makanan dan
oksigen melalui plasenta atau tali pusat. Setelah bayi dilahirkan, tali pusat
dipotong karena sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat penghantar makanan.
Pangkal tali pusat yang berwarna putih, bening, dan mengkilat baru putus setelah
bayi berusia sekitar 1 sampai 3 minggu. Biasanya tali pusat yang belum putus
akan membuat bayi rewel karena tidak nyaman. Bayi merasa sakit bila tali
pusatnya yang masih lembap itu tersentuh. Karena itu, tali pusat perlu mendapat
perawatan (Iis Sinsin, 2008).
Merawat tali pusat juga penting untuk mencegah tetanus neonatorum, yang
dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat
menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan
tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan lepas dari pusat bayi (Iis
Sinsin, 2008).
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara benar dan
tepat tentang penanganan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan menganalisa jurnal tentang
perawatan tali pusat
b. Mahasiswa mampu mengimplikasi tindakan keperawatan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
c. Mahasiswa mampu menilai kekuatan dan kelemahan jurnal
4
5
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Analisa Jurnal Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi
Baru Lahir
1. Perbedaan Perawatan Populasi target yakni Responden Puskesmas Lama pelepasan tali pusat 1-7 Hasil pada
Tali Pusat Terbuka semua bayi yang lahir Gajahan sebagai kelompok hari pada kelompok kasus penelitian
Dan Kasa Kering di Surakarta. Populasi kasus dan RS Amanah Ibu sebanyak 31 bayi (77.5%) menunjukkan
Dengan Lama terjangkau yakni bayi dan Anak sebagai kelompok dan 9 bayi (22.5%) dengan bahwa dari 40
Pelepasan Tali Pusat yang lahir di kontrol dimana Puskesmas lama pelepasan tali pusat >7 responden
Pada Bayi Baru Lahir, Puskesmas Gajahan Gajahan menerapkan hari. Kelompok kontrol kelompok kasus
Oleh Dian Puspita dan Rumah Sakit perawatan tali pusat dengan dengan lama pelepasan tali terdapat 31
Reni, Fadhilah Tia Amanah Ibu dan Anak kasa kering dan RS Amanah pusat 1-7 hari sebanyak 38 responden (77.5%)
Nur, Erindra Budi bulan Februari-April Ibu dan Anak telah bayi (95%) dan 2 bayi (5%) dengan lama
Cahyanto, Angesti 2016. menerapkan perawatan tali dengan lama pelepasan tali pelepasan tali
Nugraheni, pusat terbuka. pusat >7 hari. pusatnya berkisar
Tahun 2018 Rerata waktu lepas tali pusat antara 1-7 hari dan
PLACENTUM Jurnal pada responden kelompok 9 responden
Ilmiah Kesehatan dan kontrol lebih cepat yaitu 5.43 (22.5%) dengan
6
Aplikasinya, Vol.6(2) hari dibanding kelompok lama pelepasan tali
2018. kasus yaitu 6.55 hari pusat >7 hari.
Rerata waktu lepas
tali pusat bayi yang
dirawat dengan
kasa kering adalah
6.55 hari.
Hasil pada
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 40
responden
kelompok kontrol
terdapat 38
responden (95%)
dengan lama
pelepasan tali
pusatnya berkisar
antara 1-7 hari dan
2 responden (5%)
dengan lama
pelepasan tali pusat
7
>7 hari. Rerata
waktu lepas tali
pusat bayi yang
dirawat dengan
perawatan terbuka
lebih cepat yaitu
5.43 hari.
8
B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Implikasi pada Jurnal Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa
Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir:
Perawat dapat memberikan perawatan tali pusat bayi dengan cara
terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali
pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik
lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara menurut hasil
penelitianwaktu lepas tali pusat bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka
lebih cepat yaitu 5.43 hari.
C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN JURNAL
1. Kekuatan :
Dengan data yang diambil dari kelompok kasus dan kelompok kontrol maka pada
sampel data akan lebih seimbang dan mudah untuk membandingkan.
2. Kelemahan :
peneliti kurang mempersiapkan teknik-teknik komunikasi dan konseling ketika
penelitian untuk dapat mengatasi kendala sosial budaya yang ada pada
masyarakat. Selain itu, hendaknya peneliti lain ikut andil dalam memberikan
komunikasi informasi edukasi (KIE) mengenai cara perawatan tali pusat yang
benar ketika dirumah.
9
memperlambat pelepasannya tali pusat. Lama pelepasan tali pusat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya timbulnya infeksi, cara perawatan tali pusat,
kelembaban tali pusat, dan kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus
2. Saran
a. Masyarakat Diharapkan kepada masyarakat agar merawat tali pusat
bayi dengan teknik perawatan terbuka.
b. Instansi Kesehatan Bagi puskesmas, Bidan Praktik Mandiri (BPM),
dan rumah sakit yang masih menerapkan perawatan tali pusat selain perawatan
terbuka agar merubah metode perawatan tali pusat menjadi perawatan terbuka
dengan tetap menerapkan prinsip bersih, kering dan terbuka agar tali pusat
bayi terhindar dari infeksi. Instansi kesehatan harus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) mengenai perawatan tali pusat terbuka.
c. Puskesmas dan rumah sakit hendaknya membekali ibu atau orangtua
bayi dengan informasi tentang cara perawatan tali pusat yang benar ketika di
rumah.
d. Peneliti lain diharapkan dapat menambah instrumen penelitian agar
dapat memeriksa atau melihat bakteri yang berkoloni pada tali pusat sehingga
dapat dilihat hubungan perawatan tali pusat dengan infeksi tali pusat secara
lebih objektif.
DAFTAR PUSTAKA
10
Iis Sinsin, 2008, Masa Kehamilan Dan Persalinan, Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo
11