Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru


lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir
pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia
tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem
registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang
jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama. Dalam
Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia
Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus
adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara disebabkan karena Infeksi pada tali pusat pada umumnya menjadi
tempat masuk utama bakteri, terutama apabila diberikan sesuatu yang tidak steril
(Sarwono, 2008).
Guna mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum.
Upaya ini dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan dan perawatan
tali pusat (Depkes, 2007). Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan
pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan
kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali
pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar
adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat
mengakibatkan kematian (Depkes, 2007).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora

1
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Angka


kematian bayi baru lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar
penyebab kematian terebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat
(Depkes, 2007).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi
pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65% kemudian meningkat
menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menumjukkan bahwa infeksi tali pusat
di kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat diprediksi angka
infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan
tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat
infeksi tali pusat.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal adalah perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi. Bahwa 50%
kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Sarwono, 2006).
Infeksi masih merupakan penyebab kematian bayi baru lahir di
masyarakat. Untuk pencegahan infeksi, tindakan dasar seorang bidan lakukanlah
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan jaga kesterilan alat (Sarwono,
2008).
Infeksi berasal dari 2 sumber utama, ibu dan lingkungan, termasuk
di dalamnya tempat persalinan, tempat perawatan dan rumah. Infeksi yang terjadi
pada hari pertama kehidupan pada umumnya berasal dari kontak dengan
mikroorganisme yang berasal dari ibu. Infeksi yang terjadi setelah itu lebih sering

2
berasal dari lingkungan. Hasil pengobatan akan menjadi jauh lebih baik apabila
tanda infeksi dapat dikenal secara dini dan segera dilakukan pengobatan yang
tepat dan sesuai (Sarwono, 2008).
Tetanus pada bayi yang baru lahir disebabkan kuman Clostridium tetani.
Biasanya terjadi pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali pusat
tidak bersih. Selain itu, tetanus dapat disebabkan tali pusat yang diberi macam-
macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan tetanus toksoid lengkap
sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman tetanus (Iis
Sinsin, 2008).
Tingkat kejadian yang tinggi infeksi ini umumnya ada dipedesaan dimana
masih banyak ibu yang melahirkan didukun. Peralatan tidak steril yang memotong
tali pusat berisiko tinggi menimbulkan infeksi. Infeksi tetanus neonatorum dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari pada sebagian besar bayi (Iis Sinsin,
2008).
Sewaktu masih berada dalam rahim, bayi mendapatkan makanan dan
oksigen melalui plasenta atau tali pusat. Setelah bayi dilahirkan, tali pusat
dipotong karena sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat penghantar makanan.
Pangkal tali pusat yang berwarna putih, bening, dan mengkilat baru putus setelah
bayi berusia sekitar 1 sampai 3 minggu. Biasanya tali pusat yang belum putus
akan membuat bayi rewel karena tidak nyaman. Bayi merasa sakit bila tali
pusatnya yang masih lembap itu tersentuh. Karena itu, tali pusat perlu mendapat
perawatan (Iis Sinsin, 2008).
Merawat tali pusat juga penting untuk mencegah tetanus neonatorum, yang
dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat
menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan
tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan lepas dari pusat bayi (Iis
Sinsin, 2008).

3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara benar dan
tepat tentang penanganan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan menganalisa jurnal tentang
perawatan tali pusat
b. Mahasiswa mampu mengimplikasi tindakan keperawatan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
c. Mahasiswa mampu menilai kekuatan dan kelemahan jurnal

C. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah tentang perawatan tali pusat secara benar dan tepat pada bayi baru lahir
sesuai dengan teori dan penelitian.

D. Metode Dan Teknik Pencarian Jurnal


Pada penulisan makalah jurnal ini penulis menggunakan teknik pencarian
jurnal dengan google scholar adapun caranya sebagai berikut
1. Buka website: https://scholar.google.co.id/. Kemudian ketikkan
kata pencarian. Gunakan pencarian dengan tidak melebihi 5 kata kecuali
jika sudah mengetahui judul jurnalnya.
2. Ketika sudah memperoleh hasil, maka akan terlihat beberapa hasil
pencarian yang menunjukkan hasil link PDF. Jika Anda ingin membuka
saja, silahkan abaikan link PDF, namun jika ingin membuka dan
menyimpan hasil pencarian dalam bentuk PDF, silahkan klik link yang
bertuliskan PDF.
3. Pada tampilan ini, akan ada menu artikel dan koleksiku. Dalam
keadaan default, maka akan diperoleh hasil sesuai dengan yang dicari.
Sementara pilihan koleksiku adalah hasil yang telah disimpan. Anda bisa
mengaktifkan fitur tersebut.
4. Pada bagian ini, akan ditampilkan waktu publikasi ilmiah tersebut.
Anda bisa memilih tahun publikasi mulai dari yang terbaru hingga paling
lama.
5. Pada bagian ini, google scholar akan menampilkan hasil pencarian
sesuai dengan relevansi suatu artikel ilmiah. Namun jika anda bisa
mengubahnya berdasarkan urutan tanggal publikasi yang terbaru

4
5
BAB II

ANALISA JURNAL

A. Analisa Jurnal Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi
Baru Lahir

NO JUDUL, PENULIS, POPULATION INTERVENTION COMPARATION OUTCOM


TAHUN, SUMBER
JURNAL

1. Perbedaan Perawatan Populasi target yakni Responden Puskesmas Lama pelepasan tali pusat 1-7 Hasil pada
Tali Pusat Terbuka semua bayi yang lahir Gajahan sebagai kelompok hari pada kelompok kasus penelitian
Dan Kasa Kering di Surakarta. Populasi kasus dan RS Amanah Ibu sebanyak 31 bayi (77.5%) menunjukkan
Dengan Lama terjangkau yakni bayi dan Anak sebagai kelompok dan 9 bayi (22.5%) dengan bahwa dari 40
Pelepasan Tali Pusat yang lahir di kontrol dimana Puskesmas lama pelepasan tali pusat >7 responden
Pada Bayi Baru Lahir, Puskesmas Gajahan Gajahan menerapkan hari. Kelompok kontrol kelompok kasus
Oleh Dian Puspita dan Rumah Sakit perawatan tali pusat dengan dengan lama pelepasan tali terdapat 31
Reni, Fadhilah Tia Amanah Ibu dan Anak kasa kering dan RS Amanah pusat 1-7 hari sebanyak 38 responden (77.5%)
Nur, Erindra Budi bulan Februari-April Ibu dan Anak telah bayi (95%) dan 2 bayi (5%) dengan lama
Cahyanto, Angesti 2016. menerapkan perawatan tali dengan lama pelepasan tali pelepasan tali
Nugraheni, pusat terbuka. pusat >7 hari. pusatnya berkisar
Tahun 2018 Rerata waktu lepas tali pusat antara 1-7 hari dan
PLACENTUM Jurnal pada responden kelompok 9 responden
Ilmiah Kesehatan dan kontrol lebih cepat yaitu 5.43 (22.5%) dengan
6
Aplikasinya, Vol.6(2) hari dibanding kelompok lama pelepasan tali
2018. kasus yaitu 6.55 hari pusat >7 hari.
Rerata waktu lepas
tali pusat bayi yang
dirawat dengan
kasa kering adalah
6.55 hari.
Hasil pada
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 40
responden
kelompok kontrol
terdapat 38
responden (95%)
dengan lama
pelepasan tali
pusatnya berkisar
antara 1-7 hari dan
2 responden (5%)
dengan lama
pelepasan tali pusat
7
>7 hari. Rerata
waktu lepas tali
pusat bayi yang
dirawat dengan
perawatan terbuka
lebih cepat yaitu
5.43 hari.

8
B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Implikasi pada Jurnal Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa
Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir:
 Perawat dapat memberikan perawatan tali pusat bayi dengan cara
terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali
pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik
lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara menurut hasil
penelitianwaktu lepas tali pusat bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka
lebih cepat yaitu 5.43 hari.
C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN JURNAL
1. Kekuatan :
Dengan data yang diambil dari kelompok kasus dan kelompok kontrol maka pada
sampel data akan lebih seimbang dan mudah untuk membandingkan.
2. Kelemahan :
peneliti kurang mempersiapkan teknik-teknik komunikasi dan konseling ketika
penelitian untuk dapat mengatasi kendala sosial budaya yang ada pada
masyarakat. Selain itu, hendaknya peneliti lain ikut andil dalam memberikan
komunikasi informasi edukasi (KIE) mengenai cara perawatan tali pusat yang
benar ketika dirumah.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Ρ value (0.023) < α (0.05) maka H0 ditolak atau Ha diterima. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama
pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir, dengan tingkat kepercayaan 95% dimana
nilai α = 0.05 dan dk = 1. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan hipotesis
penelitian bahwa jika ρvalue (0.023) < α (0.05) maka H0 ditolak atau Ha diterima.
Setelah tali pusat dipotong, bakteri dapat berkolonisasi pada tali pusat, seperti
Escherichia coli, Clostridium tetani, Streptokokus grup B (SGB), dan
Staphylococcus aureus. Bakteri anaerob merupakan bakteri yang tidak dapat
tumbuh dalam suasana O2 atau zat asam karena dalam suasana ini akan terbentuk
H2O2 yang bersifat toksik terhadap bakteri. Tali pusat dianjurkan terbuka agar
terkena udara secara leluasa karena akan lebih cepat kering. Pada luka terbuka
terdapat bakteri anaerob yang tidak tahan terhadap oksigen. Salah satu cara untuk
mematikannya adalah dengan membiarkan luka terpapar udara . Tali pusat yang
tertutup rapat dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali pusat dan
membuatnya menjadi lembab . Kelembaban tali pusat merupakan faktor yang

9
memperlambat pelepasannya tali pusat. Lama pelepasan tali pusat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya timbulnya infeksi, cara perawatan tali pusat,
kelembaban tali pusat, dan kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus
2. Saran
a. Masyarakat Diharapkan kepada masyarakat agar merawat tali pusat
bayi dengan teknik perawatan terbuka.
b. Instansi Kesehatan Bagi puskesmas, Bidan Praktik Mandiri (BPM),
dan rumah sakit yang masih menerapkan perawatan tali pusat selain perawatan
terbuka agar merubah metode perawatan tali pusat menjadi perawatan terbuka
dengan tetap menerapkan prinsip bersih, kering dan terbuka agar tali pusat
bayi terhindar dari infeksi. Instansi kesehatan harus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) mengenai perawatan tali pusat terbuka.
c. Puskesmas dan rumah sakit hendaknya membekali ibu atau orangtua
bayi dengan informasi tentang cara perawatan tali pusat yang benar ketika di
rumah.
d. Peneliti lain diharapkan dapat menambah instrumen penelitian agar
dapat memeriksa atau melihat bakteri yang berkoloni pada tali pusat sehingga
dapat dilihat hubungan perawatan tali pusat dengan infeksi tali pusat secara
lebih objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2007, Pelatihan Asuhan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusui


Dini, Jakarta, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

10
Iis Sinsin, 2008, Masa Kehamilan Dan Persalinan, Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo

Sarwono Prawiharhardjo, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawiharhardjo, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawiharhardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai