Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan ekspor dari tahun 2003-2007 menunjukan kenaikan karena antara nilai tukar

Rupiah terhadap nilai ekspor berbanding terbalik dan sesuai dengan angka korelasi pada tabel
coefficient yang menghasilkan angka – (minus). Jadi dapat dikatakan bahwa, jika nilai kurs Rupiah
terhadap USD menurun maka berdampak baik bagi kegiatan ekspor indonesia. Karena harga jual
barang atau jasa yang diekspor akan disesuaikan dengan nilai USD di luar negeri.

Menurut teori, seharusnya setiap kenaikan nilai tukar akan menurunkan daya saing ekspor
walaupun karena produk akan lebih mahal jika dijual ke luar negeri. Untuk Indonesia ada 2 hal
mengapa kenaikan nilai tukar Rupiah menyebabkan kenaikan ekspor walaupun pengaruh itu tidak
begitu besar. Pertama, struktur industri yang menghasilkan barang ekspor didominasi dengan bahan
baku supply dari barang-barang impor, sehingga setiap kenaikan nilai tukar justru akan
meningkatkan daya beli bahan baku dan membuat biaya produksi menjadi semakin murah sehingga
meningkatkan ekspor. Kedua adalah kenaikan ekspor Indonesia didorong oleh kenaikan harga-harga
komoditas di pasar Internasional sehingga kenaikan nilai tukar Rupiah tidak terlalu dirasakan
karena secara keseluruhan harga pasaran Internasional juga meningkat lebih besar lagi.
Dari data-data di atas dan beberapa keterangan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan
bahwa antara nilai tukar Rupiah terhadap USD memiliki pengaruh negatif. Akan tetapi pengaruh
yang dimiliki oleh keduanya tidak terlalu besar. Pengaruh negatif di sini maksudnya adalah, jika
pada grafik atau data ditunjukkan nilai tukar Rupiah mangalami penurunan berarti nilai USD
meninggi terhadap Rupiah, dan hal inilah yang menyebabkan nilai ekspor Juga ikut naik.

Dengan adanya hubungan antara keduanya hendaknya pemerintah tetap mempertahankan nilai
tukar Rupiah agar ada dalam batas wajar. Karena jika nilai Rupiah terlalu tinggi maka ekspor akan
berkurang yang akan berdampak pada pendapatan negara.

Anda mungkin juga menyukai