Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Patogenesis Asma

Hingga saat ini, konsep patogenesis asma terus berkembang (envolving


concept). Dahulu asma hanya dianggap sebagai sutu proses adanya bronkopasme
yang disertai hipersekresi lendir dan edema dinding bronkus yang menyebabkan
obstruksi. Namun, sejak 1960 telah diperkenalkan konsep hiperreaktivitas bronkus
pada patogenesis asma.1 Konsep terkini patogenesis asma adalah asma merupakan
suatu proses inflamasi kronik yang khas, melibatkan dinding saluran respiratori
dan menyebabkan terjadinya keterbatasan aliran udara.

1.1.1 “Gen Asma”


Asma merupakan complex genetic disorder yang
diengaruhi oleh banyak gen. Diantaranya ialah ADAM-33
(a disintegrin and metalloprotease-33) yang dikaitkan
dengan hiperreaktifitas bronkus dan remodelling. Ativitas
ADAM-33 merupakan dasar abnormalitas fungsi oto polos
bronkus sauran respiratori dan fibroblast, yang
menyebabkan hipereaktivitas dan airway remodelling.
1.1.2 Epithelial Mesenchymal Trophic Unit (EMTU)
Diperkenalkan oleh Holgate dkk,dimana epitel saluran
respiratori dan jaringan mesenkim dibawahnya yang
bertindak sebagai trophic unit yang saling berkomunikasi.
Selama embriogenesis, EMTU berperan dalam remodeling
fisiologis saluran respiratori dengan cara menyeibangkan
epithelial growth factor (EGF), fibroblast growth factor
(FGF), dan transforming growth factor (TGF-β). Namun,
pada pasien asma, EMTU teraktivasi sehingga menebabkan
remodelling patologis.
Tahap pertama (inisiasi) proses komunikasi EMTU dimulai
dengan adanya kepekaan epitel bronkus terhadap inhalan
lingkungan. Pada tahap propagasi, epitel yang rusak
mengalami penurunan PGE2 dan HETE sehingga
mengakibatkan aktivasi fibroblast dan mifibroblas dibawah
lapisan epitel. Kemudian terjadi tahap amplifikasi, dimana
miofibroblas melepas growh factor(GF) yang menyebabkan
proliferasi miofibroblas dan otot polos respiratori serta
deposisi maktriks ekstraseluler dengan hasil terjadinya
remodelling. Pada tiap proses juga terjadi proses inflamasi
yang diatur oleh limfosit Th2 yang akan menghasilkan
interleukin sehingga memperberat proses remodelling.

1.2 Inflamasi Saluran Respiratori pada Asma


1.2.1 Mekanisme imunologis inflamasi saluran respiratori
Pada anak dan dewasa muda, asma dikaitkan dengan manifestasi
atopi melalui mekanisme Ig-E dependent. Dimana faktor atopi
diperkirakan memberi kontribusi pada 40% pasien asma. Terdapat
dua jenis limfosit Th yang berperan dalam memprodksi itokin pada
kejadian asma yaitu Th1 yanng erutama memproduksi IL-2, IF-γ,
dan TNF-β. Sedangkan Th2 terutama memproduksi sitokin yang
proinflamasi terhadap asma yaitu IL-4, IL-5, IL-9 IL-13, dan IL-
16. Proses dimulai dari adanya antigen yang berikatan dengan sel
dendritik dimana sel ini akan berperan sebagai Antigen Presenting
Cell (APC) utama pada saluran respiratori. Sehingga akan
mengaktivasi limfosit T dan memicu keuarnya sitokin sebagai
mediator inflamasi sehingga terjadi proses hiperesponsitivitas
bronkus dan obstruksi jalan nafas.
1.3 Inflamasi Akut dan Kronis
Pajanan allergen inhalasi pada psien yang alergi dapat
menimbulkan respon alergi fase cepat dan pada beberapa kasus
diikuti dengan fase lambat. Reaksi fase cepat dihasilkan oleh
aktivasi sel-sel yang sensitive tehadap Ig-E yang nantinya akan
menghasilkan mediator seperti histamine, protelitik, enzim
glikolitik, dan heparin serta mediator lain seperti prostaglnin,
leukotrin, adenosisn, dan oksigen reaktif yang akan menginduksi
kontraksi otot polos saluran respiratori dan menstimulasi saraf
aferen, hipersekresi mucus, vasodilatasi, dan kebocoran
mikrovaskuler. Sedangkan reaksi fase lambat timbul beberapa jam
setelah fase cepat meliputi pengerahan dan aktivasi dari sel-sel
eosinophil, sel T, basophil, neutrophil, dan makrofag dan juga
pemicuan keluarnya sel Th2 yang akan menghasilkan mediator
proinflamasi.
1.4 Remodeling Saluran Respiratori
Remodeling saluran respiratori merupakan serangkaian proses
yang menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah
struktur saluran respiratori melalui proses
dediferensiasi,diferensiasi, migrasi, dan maturasi struktur sel.
Miofibroblas teraktivasi akan memproduksi factor-faktor
pertumbuhan, kemokin, dan sitokin yang menyebabkan proliferasi
sel-sel otot polos saluran respiratori, meningkatkann permeabilitas
mikrovaskuler, serta memperbanyak vaskularisasi ,
neovaskularisasi, dan jaringan saraf. Konsekuensi klinis
remodelling saluran respiratori yaitu berupa efek terhadap
inflamasi saluran respiratori efek terhadap obstruksi saluran
respiratori, dan efek tehhadap hipereaktivitas bronkus.

1.2 Patofisiologi Asma

1.2.1 Obstruksi saluran respiratori

Penyebab utama terjadinya penyempitan saluran nafas ialah


kontraksi otot polos bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan
sel inflamasi berupa histamine, triptase, prostaglandin D2, dan leukotrien C4 yang
dikeluarkan oleh sel mast. Akibat yang ditimbulkan dari kontraksi otot polos
saluran nafas adalah hyperplasia kronik dari otot polos, pembuluh darah serta
terjadi deposisi matriks pada dinding saluran nafas. Penyempitan saluran nafas
perifer menyebabkan peningkatan volume residu sehingga kompensasi tubuh ialah
dengan kecenderungan untuk bernafas dengan hiperventilasi agar mendapati
volume yang lebih besar, yang kemudian dapat menimbulkan hiperinflasi toraks.
Inflasi toraks yang berlebihan mengakibatkan otot diafragma dan intercostal
secara mekanik mengalami kesulitan sehingga kerjanya menjadi tidak optimal.
Peningkatan usaha bernafas dan penurunan kerja otot menyebabkan timbul
kelelahan dn gagal nafas.

1.2.2 Hipereaktivitas saluran respiratori

Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap reaktivitas yang berlebihan


ini sampai saat ini tidak diketahui, namun dapat berhubungan dengan perubahan
otot polos saluran nafas yang terjadi sekunder yang menyebabkan perubahan
kontraktilitas Hipereaktivitas bronkus secara klinis diperiksa dengan memberikan
stimulus aerosol histamine atau metakolin yang dosisnya dinaikkan secara
progresif , kemudian dilakukan pengukuran fungsi paru.2

1.2.3 Otot polos saluran repiratori

Pemendekan dari panjang otot saat kontraksi isotonik terjadi pada pasien
asma dimana kelainan kontraksi ini diakibatkan oleh adanya perubahan pada
apparatus kontraktil pada bagian elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks
ekstraselulernya. Peran dari pergerakan aliran udara pernafasan dapat diketahui
melalui hipotesis perturbed equilibrium yang mengatakan bahwa otot polos
saluran nafas mengalami kekakuan bila dalam waktu yang lma tidak direganggkan
hingga sampai pada tahap akhir, yang merupakan fase terlambat dan
menyebabkan penempitan saluran nafas yang menetap atau persisten.

1.2.4 Hipersekresi mukus

Produksi mucus yang berlebihan merupakan salah satu karakteristik pasien


asma yang tidak pernah memiliki riwaya merokok ataupun bekerja pada
lingkungan yang berdebu. Hipersekresi mucus pada pasien asma merefleksikan
dua mekanisme patofisiologi yaitu mekanisme yang bertanggung jawabterhadap
sekresi sel yang mengalami metaplasia dah hyperplasia dan mekanisme
patofisiologi yang bertanggung jawab hingga terjadinya sekresi sel granulasi.

1.2.5 Keterbatasam aliran udara irreversible


Penebalan saluran nafas pasien asma terjadi pada bagian kartilago dan
membranosa dari saluran nafas. Bersamaan dengan perubahan pada bagian elastic
dan hilangnya hubungan antara saluran nafas dengan parenkim diskitarnya,
penebalan dinding saluran nafas dapat menjelaskna mekanisme timbulnya
penempitan saluran nafas yang gagal untuk kembali normal dan terjadi terus-
menerus pada pasien asma.

1.2.6 Eksaserbasi

Eksaserbasi asma dapat timbul beberapa hari dan sebagian besar berhubungan
dengan infeksi saluran nafas, yang paling sering adalah common cold akibat
Rhinovirus dan juga dengan adanya zat allergen. Paparan allergen juga dapat
mencetuskan eksaserbasi pada pasien asma

1.2.7 Asma nokturnal

Asma yang memburuk pada malam hari sesuai dengan siklus nocturnal,
ditemukan secara klinis sebagai karakteristik pada sejumlah pasien. Adanya peran
inflamasi adventisial pada saluran nafas perifer, yang berhubungan dengan
beratnya proses penyempitan saluran nafas. Hubungan yang saling mempengaruhi
antara sauran nafas dengan parenkim paru sangat penting arinya pada asma
nocturnal, yang kemudian diperkuat oleh penelitian yang menemukan bahwa
adanya gangguan tersebut pada paseian asma saat tidur dengan posisi supine
dibandingkan saat bangun.

Anda mungkin juga menyukai