Anda di halaman 1dari 29

Kebutuhan Nutrisi pada Remaja, Ibu Hamil, dan Ibu Postpartum

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Kuliah Pakar


Mata Ajar Keperawatan Maternitas 1

Dosen Pengampu:
Ns. Erika,SKp,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD

Disusun oleh:
Annisa Ramadhani
(1811112392)
A 2018 2

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syujur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan lancar. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu
Erika,SKp,M.Kep.,Sp.Mat,PhD selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah
Keperawatan Maternitas 1 yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Makalah ini berjudul “Kebutuhan Nutrisi pada Remaja Putri, Ibu Hamil,dan Ibu
PostPartum” dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas 1. Dalam hal ini penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan disana sini baik dalam pengambilan
kutipan maupun penyusunan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna. Atas kritik dan
sarannya penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 23 September 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hierarki
kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan,
minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) memiliki prioritas tertinggi dalam
hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan cairan, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, keseimbangan suhu
tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan Nutrisi (Ernawati, 2012).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia yang
tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta implikasinya
terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Nutrisi merupakan
proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nutrisi?
2. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada remaja perempuan?
3. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil?
4. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu Post Partum?
5. Apa saja asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu nutrisi
2. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada remaja putri
3. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu post partum/pasca
melahirkan
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Nutrisi
1. Definisi
Tubuh memerlukan nutrisi untuk kegiatan kelangsungan hidup. Nutrisi yang
diperlukan tubuh adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena mengandung
nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh. Nutrien esensial yang
diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Proses pencernaan dan
penyerapan nutrien esensial tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan kerja organ
system pencernaan (Astuti, 2010).
Nutrisi merupakan proses pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.
Proses ini mencakup 3 tahap, yaitu tahap memasukkan makanan atau minuman ke
dalam tubuh, tahap pemecahan makanan atau minimum menjadi unsur gizi, dan tahap
pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh, dimana
makanan tersebut disajikan bahan bakar untuk berbagai keperluan tubuh. (Sutandyo,
2007).
2. Faktor faktor yang mempengaruhi nutrisi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan nutrisi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga
mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap
bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan

5
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja.
Padahal, makanan tersebut sumber vitamin yang sangat baik. Adapula
larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan cacingan.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Misalnya,
mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan ini tentu saja
dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu
sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi
biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan
dengan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
3. Jenis jenis nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat
dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan kompleks.
Karbohidrat sederhana tersususun atas gula sederhana, dan karbohidrat
tersusun lebih dari dua unit gula sederhana di dalam satu molekul.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh, karbohidrat
juga memberikan rasa manis pada makanan terutama monosakarida dan
disakarida. Karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan
protein, mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna,
membantu mengeluarkan feses dengan mengatur peristaltik usus dan
memberikan bentuk pada feses. Bentuk karbohidrat yaitu monosakarida,
disakarida, polisakarida.

6
b. Protein
Protein bagian penyusun tubuh yang paling besar setelah air. Seperlima
bagian dari tubuh terdiri dari protein. Separuh jumlah protein terdapat
dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di
dalam kulit, dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Unsur
utama protein yakni nitrogen sebanyak 16% berat protein, yang tidak ada
pada ikatan karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat mengandung
unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein juga memiliki fungsi
membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, membentuk
ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara
netralitas tubuh yang bertindak sebagai buffer, pembentukan antibody,
mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi.
c. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energy, sumber asam lemak esensial,
alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat
penggunaan protein, dapat memberikan rasa kenyang dan kelezatan,
sebagai pelumas, menjaga suhu tubuh, dan melindungi organ tubuh.
Kebutuhan lemak yang dianjurkan WHO (1990) menganjurkan konsumsi
lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total yang dianggap baik
untuk kesehatan. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan
paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh,
dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu
minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarine, dan lemak hewan.
Sumber lemak lainnya yaitu kacang-kacangan, biji-bijian, daging, krim,
susu, dan kuning telur serta makanan yang dimasak dengan lemak atau
minyak.
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutukan dalam
jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi
ikut berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energy,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, umumnya sebagai koenzim atau

7
bagian dari enzim. Sebagian besar vitamin sebagai koenzim berbentuk
apoenzim, dimana vitamin berikatan dengan protein.
Kelompok vitamin:
1) Larut dalam lemak:vitamin A, D, E dan K
2) Larut dalam air:vitamin B, dan C
e. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro
dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Fungsi umum mineral adalah
sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh, memelihara
keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, mengatalisis reaksi yang
bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan lemak.

B. Kebutuhan Nutrisi pada Remaja Putri


Masa remaja adalah masa adanya hal yang berubah dan proses tersebut
berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, jiwa, kognitif, dan solial. Remaja
adalah tahapan yang harus dilalui seseorang sebelum memasuki masa dewasa. Remaja
memiliki peluang menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan
melihat perkembangan potensi biologisnya (Muchtar, 2011).
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh
hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow
spurt). Pada remaja putri, grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Kebutuhan gizi
remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja
umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga
diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014).
Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia terhadap BMR
(komponen keluaran energi harian) berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel
tubuh. Nilai BMR semasa pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan pembelahan sel
begitu tinggi (Arisman, 2004). Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi

8
yang dikonsumsi melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan
oleh berat badan ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.
Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup memenuhi
kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil simpanan
glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Jika hal itu terus terjadi maka tubuh
akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh
menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga
berat badan berlebih atau kegemukan(Almatsier, 2005).
Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
1. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak lahir
hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk
laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah 2125 kkal untuk
perempuan setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber
karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil olahannya (mie,
spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
2. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino
esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan
lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan
protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa
pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein bagi remaja perempuan 13-15 tahun adalah setiap hari. Makanan sumber protein

9
hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati karena
komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas.
Berbagai sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih
(ayam, ikan), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil
olahannya (tempe,tahu), kacang-kacangan dan lain-lain.
3. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi
muskularskeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan
masa anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50
persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-
15 tahun adalah 1000mg baik untuk laki-laki maupun perempuan.S umber kalsium
diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
4. Zat besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama
menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi
dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka
dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya
defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa
remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi
remaja perempuan usia 13-15 tahun adalah 26 mg.
5. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4mg per hari
untuk laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.
6. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan
dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan
RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk

10
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan
untuk pertumbuhan dan penggantian sel.

C. Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil


Menurut Hakim dan Karyadi (1988) dalam Budianto (2009), Kehamilan akan
menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi. Dua proses anabolik
fundamental yang bebas satu sama lain terjadi selama kehamilan. Proses pertama ialah
pertumbuhan serta pematangan janin dan plasenta yang selanjutnya menjadi bayi,
dengan berat waktu lahir kira-kira 3,4 kg. Sebagai tambahan, si ibu akan menjalani
penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung, yang sebenarnya serasi
dengan proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut
dikatalis oleh perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada si ibu sehingga membesarkan
ukuran uterus, payudara, volume darah ibu, cairan ketuban, dan massa jaringan adiposa.
Sebagai akibat proses-proses anabolik tersebut, kebutuhan zat gizi umumnya meningkat
selama kehamilan. Karena itu, penting sekali menganjurkan wanita hamil agar
mengkonsumsi makanan yang cukup kalori serta zat-zat gizi pelindung.
Sebelum hamil, semua wanita harus berjuang untuk mencapai berat badan yang
sesuai. Wanita yang memiliki berat badan prakehamilan yang kurang atau underweight
serta gagal mencapai berat badan yang sesuai saat kehamilan memiliki kemungkinan
besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). Berat badan bayi pada
waktu dilahirkan merupakan indikator masa depan bayi. Bayi yang lahir dengan berat
badan rendah yakni kurang dari 2.500 gram memiliki 40 kali resiko kematian pada
tahun pertama kehidupannya dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Untuk mencegah terjadinya BBLR, maka setiap wanita harus berusaha untuk
mencapai berat badan prakehamilan yang ideal serta harus mencapai berat badan yang
sesuai pada saat hamil (Sizer et al, 2007).
Wanita dengan proporsi tubuh yang besar cenderung akan memiliki bayi yang
besar pula, dan telah banyak dikemukakan bahwa berat badan ibu berpengaruh terhadap
ukuran plasenta bayi. Ukuran plasenta merupakan indikator kesehatan plasenta yang
menentukan jumlah nutrisi yang tersedia untuk janin. Wanita dengan berat badan
prakehamilan yang kurang ideal cenderung akan memiliki berat plasenta yang lebih

11
ringan dan semakin meningkatkan angka kejadian BBLR dan persalinan prematur
dibanding dengan wanita yang memiliki berat badan normal (Mahan, Stump, 2004).
Idealnya, seorang wanita memulai kehamilannya dalam kondisi berat badan
yang ideal. Akan tetapi yang lebih penting ialah bahwa wanita hamil harus mencapai
berat badan yang disarankan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) prakehamilannya
(Sizer et al, 2007).
Energi tambahan dibutuhkan selama kehamilan untuk mendukung kehamilan
dan pertumbuhan janin. Metabolisme meningkat 15% selama kehamilan.
(Mahan,Stump,2004). Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal kira-kira 80.000
kkal di atas konsumsi biasanya selama seluruh masa kehamilan yaitu 280 hari.
Kebutuhan energi ini memperhitungkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan
plasenta serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain karena perubahan tubuh ibu selama
kehamilan. Hal ini berarti penambahan sebanyak 300 kkal setiap hari selama masa
hamil. (Budianto, 2009)
World Health Organization (WHO) menganjurkan penambahan sebanyak 150
kkal per hari di atas konsumsi harian selama trimester pertama dan 350 kkal per hari di
atas konsumsi harian sesudah masa itu. Angka-angka ini dihitung hanya berdasarkan
kehamilan, dan tidak memperhitungkan faktor lain seperti variasi aktivitas fisik,
perubahan temperatur sekeliling atau kebutuhan untuk pertumbuhan kedewasaan yang
tak ada kaitannya dengan kehamilan. Pengeluaran energi menurun selama trimester
ketiga karena berkurangnya kegiatan. (Budianto, 2009)
1. Karbohidrat
Peran utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk sel-sel di dalam
tubuh, terutama otak dan sistem saraf pusat. Dalam kehamilan, janin menggunakan
glukosa sebagai sumber utama energinya.Perpindahan glukosa dari ibu ke janin
diperkirakan sekitar 17-26 gram/hari, dan di akhir kehamilan kebanyakan glukosa
dipakai untuk perkembangan otak janin. (Shils et al, 2006).
Rekomendasi asupan harian atau Dietary Recommended Intake(DRI)
menyarankan kebutuhan rata-rata karbohidrat pada ibu hamil adalah 135-175 gram/hari.
Jumlah ini cukup dan mampu menyediakan kalori yang cukup, mencegah terjadinya
ketosis, dan menjaga kadar glukosa dalam darah yang sesuai dan normal selama
kehamilan. (Mahan,Stump,2004).

12
2. Protein
Protein merupakan komponen struktural utama di dalam tubuh manusia.
Protein juga dapat berfungsi sebagai enzim dan hormon. Selama kehamilan terjadi
peningkatan perombakan protein di dalam tubuh dan sejumlah protein dapat
terakumulasi sejalan dengan pertumbuhan janin, uterus, volume darah, plasenta, cairan
amnion (Shils et al, 2006).
Ibu hamil membutuhkan tambahan protein untuk mendukung sintesis
jaringan tubuhnya dan jaringan tubuh janin. Kebutuhan protein meningkat selama
kehamilan dan mencapai puncak pada trimester ketiga. Adapun rekomendasi asupan
harian untuk protein sebesar 71 gram/hari (Mahan, Stump, 2004).
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar untuk tubuh manusia dan menjadi
komponen penting dalam penyerapan vitamin-vitamin larut lemak dan karotenoid (Shils
et al, 2006). Jumlah asupan lemak seharusnya bergantung kepada kebutuhan energi
untuk penambahan berat badan yang sesuai selama kehamilan. Jumlah anjuran lemak n-
6polyunsaturated atau lemak tak jenuh sebesar 13 gram/hari, sementara untuk lemak n-3
polyunsaturated sebesar 1,4 gram/hari.(Mahan, Stump, 2004)
4. Vitamin larut lemak
Vitamin A berperan penting dalam pengaturan eskpresi gen serta
mendukung proliferasi dan diferensiasi sel secara khusus untuk perkembangan tulang
belakang, medula spinalis, anggota gerak, jantung, mata dan telinga (Shils et al, 2006).
Jumlah asupan vitamin A yang disarankan untuk ibu hamil dengan usia kurang dari 18
tahun adalah sebesar 750 μg retinol atau 2800 IU, sedangkan untuk ibu hamil dengan
usia lebih dari 18 tahun sebesar 770 μg atau 3000 IU. Kelebihan asupan retinol dapat
menyebabkan efek teratogenik yakni kelainan neural crest(Mahan, Stump, 2004)
Vitamin D berfungsi untuk menjaga kadar serum kalsium dan konsentrasi
fosfor dengan cara meningkatkan penyerapan sistem gastrointestinal. Selain itu,
Vitamin D juga merupakan antiproliferasi yang poten. Dalam kehamilan, peningkatan
asupan vitamin D meningkatkan konsentrasi 25(OH)D3 di sirkulasi. Jumlah asupan
vitamin D yang disarankan sebesar 5 μg (200 IU)/hari (Shils et al,2006). Defisiensi
vitamin D dalam kehamilan dapat berhubungan dengan terjadinya hipokalsemia pada

13
neonates, hipoplasia enamel gigi, serta mempengaruhi mineralisasi tulang janin. (Mahan,
Stump, 2004)
Vitamin E berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh. Vitamin E atau
Tokoferol juga berfungsi menghambat aktivitas protein kinase. Jumlah asupan vitamin
E yang disarankan tidak berbeda untuk wanita yang sedang hamil dan tidak hamil yakni
sebesar 15 mg α-tokoferol. (Shils et al, 2006)
Vitamin K berperan sebagai koenzim dalam sintesa protein tertentu yang
berperan dalam koagulasi dan metabolism tulang (Shils et al, 2006). Jumlah asupan
vitamin K yang disarankan selama kehamilan tidak berbeda baik untuk wanita hamil
dan tidak hamil, yakni sebesar 90mg/hari untuk wanita usia lebih dari 18 tahun dan
75mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun (Mahan,Stump,2004).
5. Vitamin tidak larut lemak
Vitamin B1 atau thiamin berperan sebagai koenzim dalam metabolisme
karbohidrat dan asam amino-rantai-bercabang. Peningkatan kebutuhan thiamin sebesar
30% dalam kehamilan didasarkan pada peningkatan pertumbuhan baik untuk
kompartemen maternal dan janin (Shils et al,2006).
Vitamin B2 atau riboflavin berperan sebagai koenzim dalam banyak reaksi
oksidasi-reduksi di dalam tubuh. Kebutuhan tambahan untuk riboflavin selama masa
kehamilan didasarkan pada penambahan kebutuhan energi dan pertumbuhan (Shils et al,
2006).
Vitamin B3 atau niacin dibutuhkan untuk pembentukan nicotinamide-
adenine dinucleotide yang berperan dalam proses oksidasi dan biosintesis asam lemak
serta steroid (Shils et al, 2006).
Vitamin C atau asam askorbat yang dianjurkan selama masa kehamilan
adalah 80-85 mg/hari atau 20% lebih banyak dibanding yang wanita yang tidak hamil
(Cunningham,Leveno,2005).
6. Air dan elektrolit
Air merupakan pelarut dalam berbagai reaksi biokimia. Air berperan penting
dalam mempertahankan volume intravascular, mentranspor berbagai zat gizi dan
membantu mengontrol suhu tubuh. Konsumsi air yang disarankan untuk wanita adalah
2,7-3 L/hari. Total akumulasi air sekitar 6-9 liter terjadi pada kehamilan dengan sekitar

14
1,8-2,5 liter berada di interstisial. Osmolalitas plasma berkurang sekitar 8-10 mOsm/kg
selama kehamilan dan tetap rendah hingga persalinan (Shils et al, 2006)
Natrium dan klorida dibutuhkan untuk mempertahankan volume
ekstraselular dan osmolalitas serum. Natrium merupakan kation yang terpenting dalam
kompartemen ekstraselular, sedangkan klorida merupakan anion terpenting dalam
kompartmen ekstraselular. Walaupun perubahan substansi baik di intravaskular maupun
ekstravaskular dapat terjadi selama kehamilan, penambahan konsumsi natrium dan
klorida tidak dianjurkan (Shils et al, 2006).
7. Mineral makro
Kalsium berperan penting dalam kekuatan tulang dan gigi. Selain itu juga
berperan dalam kontraksi vaskular, kontraksi otot, dan transmisi saraf (Shils et al, 2006).
Faktor hormonal mempengaruhi metabolism kalsium pada wanita yang sedang hamil.
Hormon Human chorionic somatomammotropin dari plasenta meningkatkan kecepatan
perombakan tulang ibu. Sekitar 30 gram kalsium terakumulasi selama kehamilan, dan
kebanyakan terakumulasi di tulang janin. Asupan kalsium yang disarankan selama
kehamilan adalah 1300 mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun dan 1000 mg/hari
untuk wanita lebih dari 19 tahun (Mahan,Stump,2004).
Fosfor merupakan komponen penting dari seluruh jaringan tubuh memiliki
fungsi struktural dan fungsi regulasi. Perubahan dalam kehamilan selain dapat
meningkatkan absorpsi kalsium juga dapat meningkatkan absorpsi fosfor (Shils et al,
2006). Asupan fosfor yang dianjurkan bagi wanita yang sedang hamil sama dengan
wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari untuk wanita usia kurang dari 19 tahun dan
700 mg/hari untuk wanita usia lebih dari 19 tahun (Mahan,Stump,2004).
Magnesium merupakan kofaktor untuk lebih dari 300 enzim yang bekerja di
dalam tubuh. Asupan magnesium yang disarankan untuk wanita dalam masa kehamilan
adalah 360-400 mg. Dalam hal ini terdapat peningkatan asupan senilai 40-90 mg
dibanding wanita yang tidak hamil(Mahan,Stump,2004).
8. Mineral tambang
Peningkatan suplai aliran darah selama kehamilan juga meningkatkan
kebutuhan terhadap zat besi selain itu volume eritrosit juga meningkat 20% - 30%
selama kehamilan. Seorang wanita hamil harus mengkonsumsi sekitar 700 – 800 mg
penambahan zat besi selama kehamilan. Sekitar 500 mg akan digunakan untuk proses

15
pembentukan darah (hematopoiesis) dan 250 – 300 mg untuk perkembangan jaringan
janin dan plasenta. Untuk itu asupan zat besi yang disarankan untuk seorang ibu hamil
adalah 27 mg/hari (Mahan,Stump,2004). Kekurangan zat besi dalam kehamilan akan
meningkatkan resiko kematian pada ibu hamil ketika anemia berat telah terjadi. Anemia
maternal juga berhubungan dengan kejadian persalinan prematur dan berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) (Shils et al, 2006)
Zinc atau seng memiliki fungsi struktural, regulasi, dan katalisis. Ada sekitar
100 enzim yang bergantung kepada kerja zinc. Asupan harian yang dianjurkan bagi ibu
hamil yaitu 11 mg untuk wanita hamil dengan usia lebih dari 19 tahun, sedangkan 12
mg untuk wanita hamil usia kurang dari 18 tahun. Menurut Murtaugh dan Weingart
(1995) dalam Mahan dan Stump (2004), asupan zinc rata-rata pada wanita hamil adalah
11,1mg/hari. Wanita hamil dengan defisiensi seng atau zinc tidak dapat mengatur
penyimpanan zinc di dalam tulang secara efektif (Mahan,Stump,2004).
Fluor atau fluoride berhubungan dengan jaringan yang terkalsifikasi. Fluor
juga dapat menghambat pembentukan dan perkembangan karies pada gigi serta dapat
merangsang perkembangan tulang (Shils et al, 2006). Asupan harian yang disarankan
selama kehamilan adalah 3 mg/hari (Mahan,Stump,2004)
Yodium atau Iodine merupakan komponen esensial hormon tiroid. Hormon
tiroid berperan dalam proses mielinasi sistem saraf pusat janin.Kekurangan yodium
dapat menyebabkan kerusakan pada otak janin serta dapat meningkatkan resiko
terjadinya kretinisme. Kretinisme merupakan salah satu bentuk gangguan neurologis
akibat hipotiroid janin yang menyebabkan retardasi mental, tubuh pendek, bisu, tuli dan
spasme otot.(Shils et al,2006). Asupan yang disarankan selama kehamilan sebesar 220
μg/hari. Jumlah ini harus adekuat untuk memenuhi kebutuhan yodium janin
(Mahan,Stump,2004)
Tembaga merupakan salah satu komponen metalloenzym yang berperan
dalam oksidasi dan reduksi molekul oksigen (Shils et al, 2006).Asupan tembaga pada
ibu hamil umumnya masih kurang. Asupan tembaga yang disarankan selama kehamilan
sebesar 1000 μg/hari (Mahan, Stump,2004).
Selenium merupakan komponen esensial dari enzim glutathione peroxidase,
yang mengkatalisis perubahan hydrogen peroksida menjadi air. Seleniuma adalah salah
satu komponen pertahanan tubuh yang penting dalam melawan kerusakan akibat radikal

16
bebas. Defisiensi zat mineral ini dapat menyebabkan manifestasi Cardiomyopathy pada
ibu hamil dan pada anak-anak. Asupan selenium yang dianjurkan pada ibu hamil
sebesar 60 μg/hari (Cunningham,Leveno,2005).
9. Asam folat
Kebutuhan akan asam folat meningkat selama kehamilan. Asam folat
berperan dalam pembentukan sel darah merah ibu hamil atau maternal erythropoiesis,
pertumbuhan plasenta, dan yang terpenting untuk mencegah terjadinya neural tube
defect atau Spina Bifida(Mahan,Stump,2004).
Asupan asam folat yang disarankan selama kehamilan adalah 600 μg/hari.
Defisiensi asam folat ditandai dengan adanya pengurangan sintesis DNA atau
deoxyribonucleic acid dan aktivitas mitosis pada sel-sel individu. Anemia megaloblastik
merupakan tahap lanjut yang banyak terjadi akibat defisiensi folat. Gejala-gejalanya
mungkin tidak terlalu terlihat hingga trimester ketiga, akan tetapi perubahan morfologi
sel-sel darah dan perubahan biokimia dapat terjadi sepanjang anemia
(Mahan,Stump,2004).
Centers for disease control and prevention (CDC) telah merekomendasikan
seluruh wanita yang sedang hamil untuk meningkatkan asupan asam folat dan konsumsi
suplemen asam folat juga seharusnya sudah dimulai sebelum konsepsi. Beberapa contoh
makanan yang kaya akan asam folat adalah roti, beras, dan pasta (Mahan,Stump,2004).

Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status nutrisi saat ibu hamil dan
melahirkan. Status nutrisi ibu hamil dipengaruhi oleh : a. Keadaan sosial dan ekonomi
ibu sebelum hamil b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu c. Paritas d. Usia kehamilan
pertama Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan
diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu
berkemampuana membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Manfaat
riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena
terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh (Arisman, 2010).

D. Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Post Partum

17
Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi berfokus pada
penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran dan persiapan laktasi. Ibu menyusui
memiliki nutrisi tambahan. Asupan kalori harian sedikitnya 1800 kcal, pada umumnya
laktasi memerlukan 500 kcal di atas asupan ibu sebelum hamil. Selama minggu pertama
pasca partum ibu dapat dianjurkan untuk minum 3000 ml per 24 jam. ibu menyusui
harus menghindari minum-minuman yang menganndung kafein, alcohol dan makanan
yang mengandung gula pengganti (Walsh L, 2008: h.387-388)
Berdasarkan penelitian Veny (2012) diperoleh kebutuhan gizi ibu nifas. Jumlah
energi yang dibutuhkan 2500 kalori meliputi protein sebanyak 64 gram, Vitamin A
6000 UI, Vitamin D 400 IU, Vitamin E 16 IU, Vitamin K 100 mg, Tiamin 1,6 mg,
Riboflafin 1,7,Niasin 18 gram, Vitamin B6 2,5 mg, Folasin 0,5 mg, Biotin 0,3 mg,
Vitamin B12 4,0 mg dan Asam pantotenat 4-7 mg. Makanan gizi seimbang bagi ibu
memiliki reaksi positif. Nutrisi pada ibu menyusui dibutuhkan pada tiap komponen zat
gizi yang terkandung.
1. Energi
Energi dibutuhkan sebesar 700 kkal/hari (6 bulan pertama menyusui).
Enam bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/hari dan pada tahun ke dua
dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari. Karbohidrat kompleks adalah salah satu
sumber vitamin B dan mineral terbaik untuk pertumbuhan bayi. Selama menyusui harus
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat kompleks. Sumber
makanan yang mengandung kalori lebih dari dua kali kalori protein (9 kalori) atau
karbohidrat (4 kalori). Pilih makanan yang mengandung kalori tinggi. Resiko kelebihan
kalori jika terjadi kegemukan maka meningkatkan kematian. Komplikasi pada kelahiran
yaitu operasi. (Marmi, 2013: h . 239-241)
Faktor- faktor yang mempengaruhi asupan Kalori yang diperlukan yaitu:
(Varney,2007: h. 127)
a. Usia
Pemberian makanan pendamping ASI dengan tingkat konsumsi
kategori baik sebanyak 91.89%. Tingkat nutrisi dengan katagori normal
enam sampai duapuluh empat bulan sebanyak 77.3%. Usia enam
sampai duapuluh empat bulan dengan kategori tidak normal sejumlah
16 anak ( 22.97%) . Hasil analisis didapatkan uji Chi Square0.043.

18
Terdapat hubungan signiikan antara pemberian makanan tambahan
pendamping ASI dengan status gizi baik pada anak usia 6-24 bulan.
(Rika, 2010)
b. Tingkat aktivitas
Aktiitas yang dilakukan oleh ibu nifas di Papua mencari makanan dan
mengurus urusan rumah tangga. Kondisi tersebut membahayakan
kesehatan ibu dimasa nifasnya. Setelah melahirkan satu sampai dua hari
ibu melakukan aktifitas yang berat mencari makanan untuk kebutuhan
makanan. Pada hari kesatu dan kedua hari belum pulih dan masih
rentan terhadap penyakit. Konsumsi makanan yang kurang bergizi
karena ibu nifas di papua memiliki pantangan makanan seperti ikan,
cumi-cumi, dan makanan yang berbau amis. (Qomariah:2012).
c. Status kehamilan
Berdasarkan penelitian dari afiyah (2006) menyatakan 60% responden
memiliki pantangan makanan atau tabu terhadap makanan tertentu
seperti cumi, ikan, lele, jagung, dan daging. Separuh dari responden
menderita anemia. Tingkat konsumsi protein kurang sebanyak 70%
serta deisit zat besi dari responden. Hasil Chi Squere yaitu 0.599
d. Status menyusui
Rekomendasi untuk diet makronutrien pada ibu menyususi. Hal
tersebut berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan bayinya.
Total energi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui sebanyak 1.200
kcal/hari sampai 2.000 kcal/hari. Konsumsi protein, karbohidrat dan
lemak rendah. Menjelaskan pada ibu menyusui yang tinggal di
yakutsa ,mengkonsumsi protein mempengaruhi produksi ASI dan tidak
menyebebkan kegemukan dibandingkan mengkonsumsi karbohidrat.
(Burteva.dkk,2012 )
2. Protein
Ibu menyusui membutuhkan tiga porsi protein per hari selama menyusui.
Tambahan protein dibutuhkan sebesar 16 g/hari untuk enam bulan pertama. Enam bulan
kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar
11 g/hr. Manfaat dari protein adalah mengatur pertumbuhan dan perbaikan jaringan,

19
perkembangan otak, produksi ASI, dan membentuk tubuh bayi. Resiko berlebihan
protein berkaitan dengan jenis kanker dan ketidak seimbangan yang dapat menyebabkan
kekurangan nutrisi lain. (Marmi, 2013: h . 239-241)
3. Zat besi
Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu nifas. Zat besi terdapat sebanyak 0,3
mg/hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karena itu perlu ditambahkan dengan basal
loss setiap hari. Rata- rata kebutuhan zat besi untuk enam bulan pertama menyusui
adalah 1,1 g/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg /hari.
(Marmi,2013: h. 239-241)
4. Kalsium
Kalsium diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400
mg. Kalsium dibutuhkan dalam produksi ASI. Tubuh juga menjaga konsentrasi dari
kalsium dalam ASI relative tetap baik . Kondisi dialami ibu yaitu intake kalsium cukup
atau kurang. (Marmi, 2013: h. 239-241)
5. Vitamin A
Kebutuhan sayur dan buah akan meningkat untuk menjamin adanya vitamin
A dan vitamin yang esensial lain dalam air susu. Vitamin A dibutuhkan dalam tubuh
adalah tiga porsi sehari. Manfaat vitamin A yaitu pertumbuhan dan perkembangan sel,
perkembangan dan kesehatan mata, kesehatan kulit dan sel membran, pertumbuhan
tulang, kesehatan reproduksi, metabolisme lemak dan ketahanan terhadap ineksi. Resiko
berlebihan vitamin A yaitu berwarna kekuningan karena kelebihan karoten, cacat lahir,
kerapuhan tulang, rasa nyeri, perdarahan pada hidung, pembesaran hati dan empedu,
kulit kering, gatal, rambut rontok, mual, pandangan berkunang, sakit kepala. Gejala-
gejala diatas disebabkan oleh kandungan vitamin A sebanyak 50.000 IU. (Marmi,2013:
h. 239-241)
Suplemen Vitamin A pada ibu nifas memiliki efek positif. Pemberian
vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas merupakan startegi yang efektif memperbaiki
Vitamin A pada bayi melalui ASI. Cakupan Vitamin A di kecamatan Ciampea tahun
2012 yaitu 85.8% serta sudah mengcakup lebih dari target. Suplemen vitamin A dosis
tinggi (warna merah) 200.000 UI untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemulihan
masa nifas. (Mei, 2013)
6. Vitamin D

20
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang. Manfaat kalsium dan
fosor terjadi disaluran usus, penggunaannya di tulang, darah dan jaringan lainya. Risiko
berlebihan vitamin D yaitu kehilangan selera, muntah, diare, sakit kepala, mengantuk,
masalah BAK, dan kelebihan kalsium dalam darah. (Marmi, 2013: h . 239-241)
7. Vitamin C
Bayi tidak dapat memperoleh vitamin C selain dari ASI, maka ibu
menyusuin perlu makan dua porsi makanan segar yang mengandung vitamin C perhari.
Vitamin C memiliki manfaat yaitu mendukung pembangunan tulang, system vascular,
otot, tulang rawan, dan jaringan lain. Vitamin C memiliki manfaat pada kehamilan
adalah Metabolisme, pembentukan Hb dan sel darah merah meningkat selama
kehamilan.Risiko jika mengkonsumsi berlebihan maka akan menyebabkan beberapa
keluhan yaitu diare, batu ginjal dan ketergantungan janin.(Marmi, 2013: h . 239-241)
8. Vitamin B6
Metabolisme lemak dan protein, menfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung
syaraf dan sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel darah
merah dan putih. Asam folat memiliki manfaat yaitu metabolisme protein, konversi
triptofan menjadi niasin, serta metabolisme lemak dan karbohidrat. Risiko jika terjadi
berlebihan dalam mengkonsumsi B6 maka dapat menyebabkan gangguan disfungsi
sistem syaraf yang parah pada dosis yang berlebihan. Resiko berlebihan vitamin B6
belum diketahui secara pasti untuk 10-50 kali dari RDA. Kandungan B6 dapat
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu terbaik, baik dan kurang baik. Kandungan
terbaik yaitu ragi, kedelai dan beras merah. Kandungan dengan kategori baik adalah
jeroan, daging kambing, tomat, pisang, dan salmon. Kandungan dengan kategori kurang
baik yaitu ikan, kol, jagung, oat, wortel, kentang dan unggas. (Marmi, 2013: h . 239-241)
9. Asam folat
Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel. (Marmi, 2013: h.
239-241)
10. Vitamin B12
Mendukung system syaraf dan produksi sel darah merah. Resiko kelebihan
pada vitamin B12 belum diketahui secara pasti. Kandungan vitamin B12 dibagi menjadi
tiga kategori berdasarkan kandungan makanan yang dimiliki oleh tiap komponen yaitu
terbaik, baik dan agak baik. kandunga terbaik atau paling banyak terdapat pada jeroan.

21
Kategori kandungan vitamin B12 yang baik adalah daging berotot, dan ikan. Kategori
kandungan vitamin baik yaitu susu, telur dan keju. (Marmi,2013: h. 239-241)
11. Zinc
Mendukung system kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam
penyembuhan luka. (Marmi, 2013: h . 239-241)
12. Garam
Garam dalam jumlah yang cukup diperlukan pembentukan air susu. Garam
yang di gunakan harus mengandung yodium, karena yodium sangat dibutuhkan oleh
bayi. (Marmi, 2013: h . 239-241)
13. Lemak
Lemak merupakan komponen yang penting dalam air susu, sebagai kalori
yang berasal dari lemak. Lemak bermanfaat untuk pertumbuhan bayi. Kebutuhan lemak
berhubungan dengan berat badan, apabila berat badan ibu menyusui turun, maka tingkat
asupan lemak sampai empat kali sehari. (Marmi, 2013: h . 239-241)
14. Cairan
Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan ASI
dengan cepat, hampir 90% air susu ibu terdiri dari air. Minum delapan gelas air perhari,
atau lebih jika udara panas, banyak berkeringat dan demam. Terlalu banyak minum
lebih dari dua belas gelas perhari juga tidak baik karena dapat menurunkan
pembentukan ASI. Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang
menyusu atau sebelumnya, sehingga cairan dapat diminum bayi dapat diganti (Marmi,
2013: h. 239-241).

Kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi ibu, energi
dalam ASI sebanyak 6% dihasilakan oleh protein, 48% oleh lemak, dan 46% oleh
karbohidrat. Kandungan protein ASI kurang lebih 1,5 g/ 100 ml. Hampir 90% lipida
pada ASI terdapat dalam bentuk trigliserida. Kandungan karbohidrat utama ASI adalah
laktosa, suatu disakarida yang mengandung glukosa dan galaktosa.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan
sewaktu - waktu apabila diperlukan. Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur
gizi yang terdapat dalam dua piring nasi di tambah satu butir telur. Jadi diperlukan

22
kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan nasi untuk membuat satu liter
ASI.
Rata –rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik
adalah 70 kal/ 100 ml, dan kira –kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan. Rata –rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama,
dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-
rata ibu mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui. (Istiyani A, 2013: h. 74-75)
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada
ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi
mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan
gangguan pada mata atau tulang. Salah satu penyakit yang dialami oleh ibu menyusui
adalah anemia gizi. Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan
asam folat, yang seharusnya tidak terjadi bila makanan sehari hari beraneka ragam dan
memenuhi zat gizi yang mudah diabsobsi oleh tubuh manusia adalah sumber protein
hewan seperti daun singkong, kangkung, bayam dan sebagainya juga mengandung zat
besi, tetapi lebih sulit absorbsi dalam tubuh .Penyakit infeksi seperti cacing, malaria dan
penyakit kronis atau wasir yang sering menyertai dewasa muda akibat kekurangan
konsumsi sayuran hijau sering kali memperberat keadaan anemia. Gejala anemia adalah
letih, lesu, dan lemah. Penyebab dari kurangnya zat gizi perlu diketahui, sehingga ibu
menyusui tidak akan mengalami defisiensi gizi.
Pola makan adalah salah satu penentu keberhasilan ibu dalam menyusu. Untuk
itu, ibu menyusui perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Beberapa
penelitian membuktikan ibu dengan gizi baik, umumnya mampu menyusui bayinya
selama minimal enam bulan. Sebaiknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu
menyusui selama itu, bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar. (Atikah , 2009: h.
125)

E. Asuhan Keperawatan Terhadap Kebutuhan Nutrisi


1. Pengkajian
a. Identitas Klien: Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, BB, TB, alamat,
agama, pendidikan, suku bangsa, tanggal masuk, No. RM, diagnosa medis

23
b. Identitas Penanggung Jawab: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
c. Riwayat Keperawatan: Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang, genogram,
kebutuhan cairan.
1) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
2) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
3) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar, luka operasi dan demam?
4) Adakah toleransi makanan/minuman tertentu?
d. Faktor yang mempengaruhi diet
1) Stasus kesehatan
2) Kultur dan kepercayaan
3) Status social ekonomi
4) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet yang benar
e. Pemeriksaan fisik
1) TTV
2) Keadaan fisik, apatis, dan lesu.
3) Otot : flaksia/lemah, tonus kurang , tenderness, tidak mampu bekerja.
4) System saraf : bingung, rasa terbakar, parethesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver/lien.
6) Abdomen : bising usus, simetris, tidak ada massa
7) Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi, jantung, paru
8) Rambut dan kepala : tidak ada lesi, bersih, simetris, kusam, kering, pudar,
kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
9) Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie,lemak disubkutan tidak mukosa
perut.

24
10) Bibir : lembab, kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,
membrane mukosa pucat.
11) Gusi : pendarahan, peradangan.
12) Lidah : edema, hiperemis.
13) Gigi : karies, nyeri, kotor.
14) Mata : simetris, konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-
tanda infeksi.
15) Kuku : mudah patah.
16) Pengukuran antropometri :
a) Berat Badan ideal : (TB-100) lebih kurang 10 %
b) Lingkar pergelangan tangan
c) Lingkar lengan atas (MAC)
Nilai normal Wanita : 28,5
Nilai normal Pria : 28,3
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Nilai normal Pria : 12,5-16,5 cm
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Albumin (N: 4-5,5 mg/100ml).
2) Transferin (N: 170-25 mg/100ml).
3) Hb (N: 12 mg%)
4) BUN (N: 10-20mg/100ml).
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lalki: 0,6-1,3 mg/100ml, wanita:
0,5-1,0 mg/100ml).
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolism tubuh.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Efek dari pengobatan.
b. Mual /muntah.
c. Gangguan intake makanan.
d. Radiasi/kemoterapi.

25
e. Penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Berat badan menurun.
b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit.
g. Kulit kering.
Kondis klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Anoreksia nervosa.
b. AIDS.
c. Pembedahan.
d. Kehamilan.
e. Kanker.
f. Anemia.
g. Marasmus.
Tujuan yang diharapkan :
a. Terjadi peningkatan berat baadan sesuai batasan waktu.
b. Peningkatan status nutrisi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Tingkatkan intake makanan melalui:
1) Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain
2) Jaga privasi pasien
3) Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot,urinal tidak
berada dekat tempat tidur)
4) Berikan obat sebelum makan juka ada indikasi
b. Jaga kebersihan mulut pasien
c. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
d. Sajikan makanan yang mudah dicerana dalam keadaan hangat, tertutup, dan
berikan sedikit sedikit tapi sering.
e. Selingi makan dengan minum.

26
f. Hindari makanan yang banyak mengandung gas.
g. Ukur intake makanan dan timbang berat badan.
h. Lakukan latihan pasif dan aktif.
i. Kaji tanda vital sensori dan bising usus.
j. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin,
hemoglobin,kolaborasi dengan dokter.
k. Berikan umpan balik yang positif tentang peningkatan intake, berat badan.
l. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, dan
tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien
menggunakan NGT.
m. Cek kecepatan tube.
n. Pemberian cairan/makanan tidak lebih 150cc sekali pemberian.
o. Cek temperatur makanan agar tidak terlalu panas/dingin.
p. Atur poissi semifowler saat memberikan makanan.
q. Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya.
4. Rasional Berdasarkan Intervensi.
a. Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan
b. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
c. Membantu pasien makan
d. Meningkatkan selera makan dan intake makan.
e. Memudahkan makanan masuk.
f. Mengurangi rasa mual.
g. Observasi kebutuhan nutrisi.
h. Menambah nafsu makan.
i. Membantu mengkaji keadaan pasien.
j. Monitor status nutrisi.
k. Meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan.
l. Meningkatkan pengetahuan agar pasien lebih kooperatif.
m. Menghindari aspirasi dan obstruksi tube.
n. Menghindari aspirasi.
o. Mengurangi kram dan terbakar.
p. Mengurangi regurtasi.

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan. Jenis- jenis nutrisi terbagi menjadi beberapa macam jenis. Diantaranya :
karbohidrat, protein , lemak, vitamin, dam lain sebagainya. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi setiap individu berbeda-beda. Tergantung bagaimana konidisi atau keadaan
individu itu sendiri. Adapaun faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi seseorang :
Pertumbuhan yng cepat seperti bayi, anak – anak, remaja, dan juga ibu hamil.
Kebutuhan nutrisi pada remaja, ibu hamil dan postpartum tentunya juga kan
berbeda beda. Oleh karena itu perawat perlu memahami masing-masing porsi seperti
karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh masing masing individu
tersebut. Kebutuhan nutrisi pada setiap individu haruslah tercukupi. Jika tidak tercukupi
akan menngakibtkan gangguan gangguan dalam system kerja tubuh. Terlebih pada ibu
hamil dan post partum yang kebutuhan nutrisi nya juga meningkat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna, penulis akan memperbaiki makalah ini dimasa mendatang dengan
berpedoman pada sumber-sumber yang telah ada. Maka dari itu dengan penulis
meminta kesediaan dari pembaca untuk mengkritik ataupun dapat memberikan saran.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku Pertama. Bandung: PT Refika Aditama.
Cunningham et.al. 2013. Buku Obstetri William. Edisi 23. Vol. 1. Jakarta: EGC.
Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan.EGC: Jakarta.
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika:
Jakarta
Irianto, K. 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Alfabeta: Bandung
Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan
Aplikasinya. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Mann, Jim & A. Stewart Truswell. 2014. Buku Ajar Ilmu Gizi (Essentials of Human
Nutrition) Edisi 4. Jakarta: EGC

29

Anda mungkin juga menyukai