Anda di halaman 1dari 18

Protoonkogenes Dan Onkogen Seluler

Gen-gen dengan rangkaian DNA yang sangat mirip dengan onkogen


retroviral dan yang mengkode protein dengan properti yang mirip telah
diidentifikasi dalam genom hewan tingkat tinggi termasuk manusia oleh
penggunaan dua pendekatan eksperimen nyata.

1. Melibatkan pencarian sekuen DNA sel yang akan bersilang hibrida dengan
oncogen virus hewan.

2. Melibatkan pencarian langsung gen penyebab kanker pada genom sel kanker
dengan eksperimen transfeksi, eksperimen yang mana sel tumor DNA diisolasi
dan ditambahkan ke kultur jaringan sel normal untuk melihat jika sel akan
merubah beberapa sel menjadi keadaan kanker.

Homologi dengan Onkogen Viral

Oncogen src pertama diidentifikasi pada genom virus Rous sarcoma


diisolasi dari ayam. Ketika transcriptase balik digunakan untuk merubah oncogen
32
src pada RSV ke bentuk cDNA ini dilabeli dengan P dan digunakan sebagai
probe pada eksperimen hibridisasi southern blot, dengan DNA genom dari ayam
normal, cDNA src dihibridisasi dengan fragmen restriksi spesifik genom DNA
pada setiap eksperimen. Hal ini tanpa menghiraukan sumber genom DNA ayam.
Selain itu, rangkaian DNA genomic yang mirip yang hibridisasi dengan
penyelidikan cDNA src viral telah diidentifikasi pada semua hewan vertebrata dan
bahkan pada lalat buah Drosophilla melanogaster.

Eksperimen yang demikian telah didemonstrasikan bahwa DNA genomic


dari sel normal (nonkanker) hewan tingkat tinggi mengandung rangkaian DNA
yang hibridisasi dengan rangkaian onkogen retroviral esensial. Dalam beberapa
kasus, rangkaian-rangkaian homolog dengan onkogen retroviral (contoh: ras)
bahkan ditemukan pada eukariot rendah, seperti Saccharomyces cerevisiae.

Pertama secara inisial dapat ditebak bahwa rangkaian DNA genomic


tersebut yang hibridisai dengan onkogen biasa muncul pada provirus terintegrasi.
Ketika rangkaian tersebut diisolasi dari perpustakaan genom dan dikarakterisasi,
mereka ditemukan menjadi gen sel normal dengan struktur yang membedakan
mereka dari onkogen viral homolog. Gen sel normal ini dengan homologi ke
onkogen disebut protoonkogen. Dalam beberapa kasus, protoonkogen ini dapat
bermutasi menjadi bentuk yang mampu menginduksi onkogenesis- kemampuan
untuk mengubah bentuk sel menjadi neoplastik atau keadaan seperti kanker.
Bentuknya kemudian, mereka disebut onkogen seluler (disingkat c-onc, contoh: c-
src, c-sis, c-myc) untuk membedakan mereka dari rekan viral-nya. Ini berarti
bahwa kita sekarang menyebut viral oncogenes lebih tepatnya adalah v-onc’s,
sebagai contoh, v-src, v-sis, dan v-myc.

Beberapa onkogen seluler yang sama diidentifikasi oleh cross-


hybridization (hibridisasi silang) untuk rangkaian onkogen viral juga telah
teridentifikasi atas dasar kemampuannya untuk mengubah bentuk sel yang
tumbuh dalam kultur menjadi neoplastik atau kondisi tumor dalam study langsung
transfer DNA yang disebut eksperimen transfeksi.

Eksperiman Transfeksi

Deteksi sel oncogen dengan eksperimen transfeksi didasarkan pada


kemampuan oncogen untuk mengubah pertumbuhan sel nonkanker pada kultur ke
keadaan kanker (ditandai dengan pembelahan sel tidak terkontrol). Fenomena ini
disebut transformasi sel atau sederhananya transformasi.

Pertumbuhan sel normal (nontransformed) pada kultur akan berhenti


membelah ketika mereka membuat kontak dengan sel tetangga (fenomenanya
disebut contact inhibition); jadi mereka akan membentuk sebuah monolayer sel
pada permukaan labu kultur atau cawan petri dimana mereka sedang tumbuh. Sel
yang bertransformasi tidak memperlihatkan contact inhibition. Mereka akan tetap
membelah walaupun kontak dengan lingkungan mereka dan akan membentuk
tumpukan-tumpukan sel atau “tumor” di atas permukaan labu kultur.

Ketika DNA dari sel-sel normal digunakan dalam percobaan transfeksi,


tingkat transformasi sel sangat rendah namun dapat dideteksi/dikenali. Ketika
DNA dari sel-sel berubah dan digunakan dalam putaran kedua percobaan
transfeksi, frekuensi yang lebih tinggi dari transformasi kadang-kadang diamati.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan genetik terjadi pada klon sel pertama,
tetapi perubahan epigenetik (tidak mewarisi perubahan perkembangan) yang
berpengaruh dalam perubahan dalam klon sel kedua.

Eksperimen transfeksi juga telah digunakan untuk mendemonstrasikan


kehadiran onkogen seluler dalam kultur sel diambil dari kejadian spontan
bervariasi dan tumor hewan yang diinduksi secara kimiawi. Sebagian besar
onkogen seluler terdeteksi oleh eksperimen transfeksi yang telah diisolasi
menggunakan DNA rekombinan dan teknik cloning gen. Ketika mereka
mengisolasi onkogen seluler dibandingkan dengan onkogen retrovirus dengan
beragam prosedur (contoh: hibridisasi DNA, restriksi, analisis enzim, sekuen
DNA), banyak dari mereka ditemukan homolog pada 1 dari onkogen retrovirus.
Contohnya, c-H-ras onkogen diidentifikasi dengan eksperimen transfeksi dalam
DNA dari sel karsinoma kandung kemih manusia mematikan untuk menjadi
homolog dengan v-H-ras onkogen virus sarcoma Harvey.

Oncogen Seluler mengandung Introns, Viral Homolog mengandung Satu


Exons

Pernyataan awal, ketika oncogen viral seperti src diklon oleh teknik DNA
rekombinan dan digunakan sebagai penyelidikan hibridisasi untuk mencari
sequens homolog pada sel normal, seperti sequens yang hampir selalu ditemukan.
Sequens homolog ini terdapat pada kromosom sel normal pada hewan normal
yang tidak bergabung dengan oncogen viral, karena mereka berbeda dari oncogen
viral yang mengganggu sequens coding seperti pada kebanyakan gen eukariotik
lainnya. Itu adalah oncogen selular dan protooncogen yang mempunyai banyak
ekson yang dipisah oleh intron, sehingga oncogen viral adalah ekson tunggal.
Contohnya pada sel src protooncogen ayam mengandung 11 intron yang terbagi
dalam 12 sequens coding, sehingga gen RSV v-src merupakan gen tunggal yang
tidak diganggu sequens coding (lihat gambar 17.4).

Keduanya mengkode gen v-src dan c-src untuk protein kinase yang
menghasilkan residu posphorilate tyrosin. lebih dari itu, dua protein kinase ini
mempunyai ukuran dan struktur yang sama. Kedua reaksi protein ini dengan
antibody dipersiapakan sebagai antigen. Gabungan dari sequens nukleotida pada
ayam gen v-src dan c-src menjadi satu strain (strain Schimd- Ruppin)
mengindikasikan bahwa dua gen dikode oleh protein tersebut. Protein c-src
mempunyai panjang 533 asam amino dan v-src mempunyai panjang 526 asam
amino. Perbedaan utama antara kedua protein ini terdapat pada terminal COOH
dimana 12 asam amino terakhir pada protein v-src dipindah oleh 19 asam amino
complete yang berbeda pada terminal protein c-src. Selanjutnya, mereka
mempunyai 18 pasang nukleotida tunggal yang berbeda antara sequens coding
dari v- src dan c-src dan hasilnya terjadi perubahan 8 asam amino pada produk
protein. Perubahan 8 asam amino ini pada protein v-src dalam strain Schimd-
Ruppin tidak muncul keduanya tidak pada oncogenicyti dalam protein v-src sejak
mereka tidak ditemukan pada oncogen v-src biasa. Sehingga perbedaan utama
kedua gen ini terdapat pada 11 intron c-src, sedangkan pada v-src tidak ada. Butuh
100 kali lebih banyak protein kinase v-src pes sel pada tumor ayam untuk
menginduksi virus rous sarcoma daripada protein kinase c-src pada sel ayam
normal.

Gambar 2. Struktur onkogen v-src dan protoonkogen src pada ayam.


Konservasi Protooncogen Selama Evolusi

Satu argumen protooncogen yang penting dan produk yang mereka kode
dalam pertumbuhan sel normal atau pembelahan sel itu adalah protooncogen yang
bertahan selama evolusi. Gen c-src tidak hanya ditemukan pada ayam tetapi juga
pada burung, mamalia (termasuk manusia), ikan dan insekta seperti Drossophila
melanogaster. Lebih dari itu, penjelasan yang jelas gambaran konservasi
protooncogen ini diobservasi untuk kebanyakan protooncogen yang lain. Seluruh
hewan vertebrata mempunyai protooncogen yang homolog sebagai dasar seluruh
daftar oncogen. Drossophila melanogaster mempunyai gen sel normal yang
menunjukkan homolog kuat dalam oncogen c-abl, c-erbB, c-fps, c-raf, c-ras, dan
c-myb sel vertebrata, dan juga homolog c-src. Dalam kenyataanya, genom
Drossophila melanogaster mempunyai dua gen yang homolog dengan src dan tiga
gen yang homolog dengan ras, seperti pada genom vertebrata. Dalam kasus
protooncogen ras genom dari saccharomyces cerevisiae ditemukan mempunyai
dua sequens homolog sehingga jelas variasi protooncogen dilestarikan selama
evolusi berlangsung.

Ketika sequens protooncogen homolog dari spesies yang berbeda


digabung, sequens ini hampir selalu bisa beradaptasi, perbedaan ini kurang dari 15
% pada sequens pasangan nukleotida. Keadaan sebenarnya secara relatif pada
jarak jauh protoonkogen ras antara yeast dan vertebrata terkait, diprediksi sekuen
asam amino (diprediksi dari sekuen nukleotida) pada dua-tiga amino terminal
pada produksi protein identik dalam 75 % posisi asam amino. Rupanya, daerah
yang sangat terpelihara dari hasil protoonkogen homolog memiliki fungsi yang
sama atau mirip pada spesies yang berbeda yang mengandung gen ini.
Pengamatan sturktur protoonkogen di semua hewan vertebrata dan bahkan di
banyak spesies invertebrata memperlihatkan bahwa gen ini mengkodekan produk
penting, dan ternyata sekuens dari gene telah dipelihara secara alami bertindak
untuk menjaga intergritas fungsional dari produksi gen penting yang dikodekan
oleh gen ini. Meskipun belum dipahami peran yang tepat produk protoonkogen
ini, nampaknya mereka terlibat langsung dalam pengendalian pembelahan sel.

Produk Protoonkogen: Kunci Regulasi Pembelahan Sel


Siat yang menyatukan protoonkogen sebagai kelompok yaitu mereka
memainkan peran sentral dalam mengendalikan pembelahan sel. Klasifikasi
berdasarkan fungsi, perbedaan dari protooncogens terdapat pada empat kelompok
yaitu;

1. Pengkode faktor pertumbuhan (c-sis) atau reseptor faktor pertumbuhan (c-fms


dan c-erbB)
2. Pengkode ikatan GTP protein dengan aktivitas GTPase (c-H-ras, c-K-ras, dan
N-ras)
3. Pengkode protein kinase, atau protein tyrocine-spesifik kinase (c-mil, c-mos,
dan c-raf)
4. Pengkode regulator transkripsi (c-fos, c-jun, c-erbA, c-myc, dan pos-sibly c-
myb dan c-ets)

Kebanyakan dari produk protooncogene adalah faktor pertumbuhan atau


reseptor faktor pertumbuhan, misalnya reseptor faktor pertumbuhan dikode oleh
c-fms dan c-erbB. Struktur prototip dari reseptor faktor pertumbuhan yang
memiliki aktivitas protein kinase tyrocine-spesifik pada intraselulernya. Namun,
fungsi dari protein tersebut belum benar-benar diketahui, tetapi jelas diketahui
jika protein tersebut berpengaruh pada transfer signal dari permukaan sel ke
nukleus. Protein tersebut mengikat faktor pertumbuhan pada sisi pengikatan
ekstraseluler dan mentransmit signal, diperkirakan melalui transmisi allosteric sisi
tyrocine kinase di intracelluler.

Aktivitas sisi tirosin kinase berbengaruh terhadap autofosforilasi, karena


reseptor protein kinase tersebut menunjukan bahwa autofosforilasi mengalami
reversible dari residu tirosin spesifik di dekat COOH termini dari protein di
intraseluler. Reseptor faktor pertumbuhan epidermal telah diketahui mengalami
fosforilasi protein kinase seluler dan berinteraksi dengan protein faktor yang
mengatur aktifitasnya.

S-rc protein dan produk dari beberapa protoonkogen terkait juga memiliki
aktivitas protein kinase tirosin yang spesifik. Namun, protein kinase ini bukan
protein transmembran, melainkan berhubungan dengan permukaan sitoplasma
dari membran plasma. Sepertinya, protein kinase ini juga terlibat dalam transduksi
sinyal, tetapi belum diketahui sinyal apa yang akan menanggapi atau bagaimana
sinyal ini ditransmisikan. Sebagai model kerja, tampaknya masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa fosforilasi target protein intraseluler utama adalah yang
paling mungkin sebagai model aktivitas dari produk protoonkogen ini.
Mekanisme kerja dari gen-produk c-ras dan produk protoonkogen yang
berfungsi sebagai aktivator transkripsi berbeda dari mekanisme kerja dari produk
protoonkogen.

Gambar 17.5 Gambar skematik dari struktur prototipe reseptor faktor


pertumbuhan transmembran dengan kegiatan protein kinase tirosin. Protein
reseptor ini memainkan perang kunci transduksi sinyal dari permukaan sel ke
inti sel, rincian mekanisme molekuler dimana cara mengirimkan sinyal ini
masih belum diketahui.

Pjun dan pfos sebagai Aktivator pada Gen Transkripsi


Produk dari dua protooncogen, diantaranya adalah c-jun dan c-fos baru-
baru menunjukan sifat seperti proteinyang sebelumnya telah didemonstrasikan
komponen kompleks nuklearnya yang aktif pada transkripsi pada gen yang
spesifik. Produk dari c-jun sekarang diketahui menjadi faktor transkripsi AP-1,
yang diidentifikasi sebagai faktor nuclear untuk transkripsi yang diinduksi oleh
tumor-promotin.
Sebuah model untuk aktivitas kompleks yang mengandung produk protein
c-jun dan c-fos ditunjukkan pada gambar 17.6. Catatan bahwa produk dari
protoonkogen ini biasanya ditunjuk hanya c-Jun dan c-fos (gen yang sesuai adalah
c-jun dan c-fos). Aktivasitrans dari transkripsi gen responden dengan kompleks c-
jun / c-fos kini telah ditunjukkan dalam beberapa laboratorium. Penelitian ini
diarahkan untuk mengidentifikasi lebih dari gen yang diatur oleh c-Jun / c-Fos
kompleks ini dan untuk menentukan faktor apa yang mengatur ekspresi c-jun dan
c-fos protoonkogen.

Gambar 17.6 Diagram ilustrasi dari interaksi pjun dan pfos dan peranannya
dalam trans-aktivasi transkripsi gen dengan sekuens TGACTCA mengikat urutan
penambah / promotor yang mengendalikan elemen. Interaksi pjun dan pfos,
khusus untuk mengikat DNA di sekuens TGACTCA, dan efeknya pada
transkripsi yang telah jadi, aspek-aspek lain dari model yang ditampilkan masih
spekulatif.

Mutasi asal dari ras Oncogen Seluler


Onkogen hadir dalam sel-sel kanker yang kadang dapat diidentifikasi oleh
kemampuan mereka untuk mengubah sel tumbuh (secara khusus sel tumbuh pada
tikus disebut NIH 3T3) dalam situasinya ke keadaan neoplastik dengan cara
eksperimen transfeksi. Ketika oncogen dari sel kanker manusia diklon dan
ditandai, sel tersebut sering ditemukan menjadi derivate c-ras protooncogen.
Genom dari vertebrata terdiri dari tiga bagian tetapi ikatannya masih erat dengan
ras protooncogen. Dua dari tiga, c-H-ras dan c-K-ras masih erat kaitannya dengan
v-ras oncogen dari strain Harvey dan Kristen pada virus sarcoma pada tikus.
Ketiga, ditunjukkan oleh N-ras, yang belum memiliki gen homolog dalam setiap
genom retroviralnya. Ketiga dari ras protooncogen seluler ini diketahui untuk
mengkode protein pengikat GTP yang sama dengan aktivitas GTPase.
Ketiga dari ras protooncogen untuk membelah mutasi ke derivate oncogen
yang dideteksi oleh eksperimen transfeksi yang dilakukan genom DNA secara
spontan atau induksi karsinogen tumor. Mayoritas dari sel transformasi NIH 3T3
oncogen dideteksi dalam sel tumor manusia berubah menjadi satu dari tiga ras
protooncogen seluler. Oncogen seluler pertama ras protooncogen yang ditandai
berasal dari karsinoma sel kandung kemih manusia disebut EJ. Ketika onkogen
selular sel tumor kandung kemih EJ dikloning dan disekuensing, yang ditemukan
pada derivat dari c-H-ras protoonkogen. Hasil mutasi ini menyebabkan substitusi
valin untuk menjadi glisin sebagai asam amino kedua belas (dari terminal amino)
di c-H-ras protein normal.
Berbeda dengan kebanyakan onkogen retrovirus, EJ pada c-H-ras onkogen
dari karsinoma kandung kemih manusia tidak mengakibatkan sintesis abnormal
sejumlah besar dari produk proteinnya. Saat ini, kita tidak mengetahui mengapa
terjadi perubahan kecil seperti dalam protoonkogen, gen sel normal, harus mampu
memproduksi beberapa oncogene dari transformasi sel ke dalam keadaan yang
bersifat kanker. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kedua sel normal dan sel
tumor beberapa pasien dengan karsinoma adalah heterozigot untuk c-H-ras
onkogen dan protoonkogen. Hasil ini menunjukkan bahwa onkogen penyebab
kecenderungan, bukan suatu perubahan langsung ke dalam keadaan yang bersifat
kanker.
Berikut merupakan karakteristik c-H-ras oncogene yang terdapat pada EJ
karsinoma kandung kemih manusia, variasi oncogene dari tiga c-ras protooncogen
telah mendeteksi dan mengkarakterisasi dalam jumlah besar perbedaan sel kanker
pada mamalia. Ketika oncogene terdapat dalam sel kanker. Semua varian alel ras
dengan potensial oncogenic diuji dengan transfeksi percobaan NIH 3T3 yang
mengakibatkan substitusi asam amino pada salah satu posisi dari tiga asam amino
pada produk gen ras. Semua alel ras dengan potensi oncogen diuji oleh percobaan
transfeksi NIH 3T3 yang menghasilkan subtitusi asam amino dari tiga posisi asam
amino dalam produk gen-ras. Proses tersebut meliputi beberapa kodon dengan
nomor 12, 59 dan 61. Beberapa mutasi telah didokumentasikan dalam gen c-ras
pada variasi sel kanker yang ditunjukkan pada table 17.2.

Gambar 17.2
Mutasi tidak terlihat
mengubah ikatan GTP dari protein
ras, tetapi tidak mengurangi atau
mengeliminasi aktivitas GTPase pada
protein tersebut. GTP lain mengikat
protein dengan aktivitas GTPase ,
yang disebut G protein . G protein
adalah protein membran plasma yang
tidak aktif kecuali ketika mendapat
stimulasi oleh interaksi hormon -
reseptor spesifik. Ketika terjadi
stimulasi, protein G mengikat GTP
dan termodulasi aktivitas adenylate
cyclase. Bagaimanapun, GTP yang
terikat pada protein G akan dihirolisis
oleh GTPase, pengembalian proteisn
pada keadaan inaktif. Jika protein ras
mendapat tindakan oleh mekanisme yang hampir sama, maka hilangnya mutasi
dari aktivitas GTPase dapat mengikat protein ras dalam bentuk aktif, yang
mungkin memicu secara terus-menerus pembelahan sel dan terbentuknya tumor.
Saat ini, tampak bahwa derivat mutan onkogen dari gen c-ras ada dalam
sel kanker dan akan memberikan petunjuk penting yang mengarah pada penemuan
dari fungsi seluler normal c-ras proto-oncogenen. Apapun fungsinya, dapat
disimpulkan bahwa produk gen c-ras mempunyai peran penting dalam kontrol
pembelahan sel.

Tempat Putusnya Translokasi pada Lokus Protooncogene


Translokasi (lembar yang terputus dan transfer bagian dari kromosom ke
kromosom non homolog) dan penghapusan atau kekurangan (lembar yang
terputus dan hilangnya bagian kromosom) yang melibatkan kromosom tertentu,
dan, lebih penting lagi, sering terjadi putus pada posisi yang sama dalam
kromosom ini, berulang kali diamati pada beberapa jenis sel kanker. Contoh
paling terkenal dari hal ini adalah apa yang disebut "Philadelphia" kromosom,
sebuah perubahan dari kromosom 22 yang telah kehilangan sebagian besar
segmen lengan panjang. Kromosom yang abnormal ini telah ditemukan dalam
berbagai penelitian hingga 90 persen daripasien yang menderita jenis kanker
tertentu yang disebut leukimia myelogenous kronis.
Awalnya, kromosom Philadelphia dianggap penghapusan sederhana dari
bagian distal dari lengan panjang kromosom 22. Selanjutnya, kromosom
Philadelphia terbukti telah diproduksi oleh translokasi timbal balik yang
melibatkan ujung lengan panjang kromosom 9 dan 22 di titik pemutusan pada
kromosom 9 yang menimbulkan translokasi ini terjadi sangat dekat denganc-abl
proto onkogen, dan pertukaran transfer genc-abl pada kromosom 22 pada
beberapa pasien, transkripsic-abl abnormal diproduksi; pada pasien lain,titik
pemutusan terjadi jauh dari, tapi selalu 5' (relatif terhadap arah transkripsi) kec-abl
(gambar 17.8).

Gambar 17.8

Pada gambar 17.7 merupakan gambar lokasi kromosom dari lima belas
protooncogenes manusia dan breakpoints (panah di sebelah kanan kromosom)
diamati pada translokasi ditemukan secara konsisten terkait dengan jenis kanker
tertentu. simbol untuk berbagai protooncogenes berasal dari nama-nama retrovirus
yang membawa onkogen virus homolog.

Gambar 17.7

Penyisipan Aktivasi Protooncogenes


Virus RNA tumor terdiri dari dua jenis yang berbeda: (1) akut mengubah
virus seperti virus Rous sarcoma yang membawa onkogen seperti v-src dan (2)
virus transformasi lambat yang tidak membawa onkogen dan menginduksi
transformasi sel untuk bagian neoplastik setelah periode laten diperpanjang
(biasanya beberapa bulan). Virus transformasi lambat sering menyebabkan kanker
dengan mengintegrasikan sebagai provirus berdekatan dengan protooncogenes
dan, dengan demikian, mengaktifkan protooncogenes ini "diekspresikan" ke
bagian. Mengulangi terminal panjang (LTRs) bentuk provirus DNA virus tumor
RNA mengandung unsur penambah / promotor yang sangat kuat, dan integerasi
dari provirus ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat transkripsi gen yang
berdekatan.
Salah satu contoh yang paling terkenal dari aktivasi retroviral dari
protoonkogen seluler normal melibatkan limfoma sel B disebabkan oleh virus
avian leukosis (ALV). Limfoma dihasilkan dari ekspresi lebih dari c-myc
disebabkan oleh integrasi provirus LTRs dengan enhancer kuat / promotor yang
berdekatan dengan c-myc.
Pada gambar 17.9 merupakan diagram yang menunjukkan sifat dari
peristiwa translokasi timbal balik yang menimbulkan abnormal 14q + kromosom
lazim di sel tumor pasien dengan limfoma Burkitt. meskipun translokasi biasanya
melibatkan pertukaran timbal balik dari ujung lengan panjang kromosom 8 dan
14, hanya translokasi kromosom 14q + yang membawa kedua protoonkogen c-
myc dan gen antibodi rantai berat ditampilkan (fig 17.9)

Gambar 17.9

Amplifikasi dari Protooncogen pada Sel Kanker


Contoh yang paling terkenal dari amplifikasi gen induksi meliputi
teoleransi sel binatang tumbuh pada budidaya ke obat metotreksat. Methotrexate
menghambat enzim reduktase dihydrofolate yaitu enzim katalisis yang merupakan
bagian penting dalam sintesis dTMP (dan, jadi, dalam sintesis DNA).
Methotrexate terikat pada sisi aktif dari reduktase dihydrofolate dan mencegah
terjadi pengikatan oleh substrat normal. Jika satu pemilihan sel dengan toleransi
peningkatan konsentrasi secara bertahap dari methotrexate, bebeerapa sel akan
menjadi toleran disebabkan oleh penguatan gen mengkode reduktase
dihydrofolate. Sel toleran methotrexate terdiri dari banyak kopian dari gen ini dan
mensintesis lebih banyak dihydrofolate reduktase daripada sel normal. Sebagai
hasil mereka dapat mentolerir level yang lebih tinggi dari metotreksat tanpa harus
mati. Beberapa molekul enzim akan mengikat methotrexate dan dihambat, tetapi
dengan enzim yang lebih, moleku enzim cukup bebas akan tetap mengijinnkan sel
untuk hidup dan tumbuh. Lebih banyak gen kopian yang dihasilkan (derajat
amplifikasi lebih besar) lebih banyak enzim yang dapat disintesis, dan lebih tinggi
konsentrasi darimethotrexate maka sel dapat mentolerir dan tetap bertahan hidup.
Perbanyakan ekstra gen enzim dihydrofolat reduktase pada barisan sel
toleransi methotrexate diperlihatkan pada (1) kromosom berukuran ekstra kecil
yang disebut “double minutes” atau DMs atau (2) sebagai dua bagian sekuen
berulang di bagian dalamnya disebut “homogeneusly staining regions” atau HSRs
di bagian lain kromosom normal pada genom. Kromosom double-minutes
merupakan kromosom yang jumlahnya lebih banyak yang terdiri dari gen
amplifikasi dan kromosom DNA yang berdekatan pada molekul circular
ekstrakromosom DNA. Ini terdiri dari molekul circular DNA yang dibungkus
pada nukleosom dan benang-benang kromatin seperti pada kromosom normal.
Kromosom dengan ukuran kecil ini seperti dua titik kecil pada bentangan
kromosom (inilah yang dinamakan “double minutes”). Molekul circular DNA
pada kromosom DM mendominasi bagian akhir replikasi dengan dua lingkaran
DNA yang saling mengikat satu sama lainnya, ini menjelaskan struktur yang
terdiri dari dua bagian. Unit kromosom yang mengalami proses amplifikasi sering
bertindak sebagai amplicon. Pada data sebuah study kasus, ukuran dari amplicon
lebih besar dibandingkan ukuran gen pengkode enzim target yang biasanya
digunakan dalam proses seleksi. Unit amplicon yang sama yang terdapat pada
DMs sering ada sebagai dua bagian berulang di bagian dalam daerah HSR pada
kromosom yang terdiri dari gen amplifikasi. Model ini telah menunjukkan
keakuratan pada detail gross pada kasus amplikasi gen dihidrofolat reduktase dari
protozoa Leishmania tropica pada respo seleksi untuk toleransi obat methotrexate.
Efek amplifikasi dari protoonkogen seluler adalah hasil dari produksi yang
berlebihan pada hasil protoonkogen. Peristiwa amplifikasi kemungkinan tidak
terkait pada inisiasi onkogenesis, tetapi bisa berkontribusi pada tahap subsequent
dari jalur onkogenik. Peristiwa amplifikasi bisa menjadi tidak lebih dari efek
sekunder dari tahap-tahap lain pada jalur onkogenik. Meskipun demikian,
amplifikasi yang berulang dari protoonkogen yang spesifik faktanya tipe-tipe
kanker memberi kesan bahwa hubungan ini mungkin menjadi lebih dari sekedar
kesempatan dan tentunya memerlukan pembelajaran yang lebih lanjut. Selain itu,
fungsi utama dari produk beberapa protoonkogen jalur komunikasi interseluler ,
sepertinya terlihat bahwa produksi yang berlebihan pada produk protoonkogen
tertentu bisa berkontribusi baik bagi onkogenesis.

Asal Mula Onkogen Viral


Terlepas dari bagaimana onkogen menginduksi kanker, onkogen retroviral
telah berevolusi dari sel protoonkogen normal. Awalnya, ia berpikir bahwa
homolog selular dari viral onkogen mungkin peninggalan dari provirus retroviral
terintegrasi. Namun, hal ini jelas tidak terjadi. Perbandingan urutan basa
nukleotida onkogen virus dan homolog seluler proto-onkogen telah menunjukkan
bahwa gen ini berbagi wilayah utama urutan identitas. Perbedaan utama adalah
bahwa sel protoonkogen mengandung intron, sedangkan oncogenes virus yang
ekson tunggal. Ini tidak konsisten dengan ide bahwa seluler protoonkogen telah
berevolusi dari v-onkogen pada provirus terintegrasi. Sebaliknya, sangat
menunjukkan bahwa v-onkogen berasal dari leluhur seluler proto-onkogen.
Perbedaan ini diharapkan jika v-onkogen berevolusi dari sel proto-onkogen.
Genom retroviral adalah RNA, dan urutan intron dari RNAtranscripts dari proto-
onkogen harus disambung keluar selama pemrosesan RNA. Semua yang perlu
terjadi adalah untuk salinan mRNA dari protoonkogen yang akan diligasi ke
dalam genom mRNA retrovirus dengan mekanisme rekombinasi yang melindungi
daerah LTR dari genom virus. Reverse transcriptase virus maka akan
mengkonversi mRNA virus RNA hybrid menjadi DNA homolog untuk integrasi
ke dalam genom inang.

Dalam beberapa kasus, retrovirus yang berbeda yang infedistantly terkait


secies telah memperoleh salinan dari protoonkogen selular yang sama. Misalnya,
virus sarkoma simiar dari monyet dan virus SARCOM P1 kucing kucing baik
membawa onkogen virus berasal dari protoonkogen c-sis. Dalam kasus, ditutup
virus terkait mengandung onkogen berasal dari protoncogenes seluler sama sekali
tidak berhubungan.

Dengan membandingkan urutan nukleotida dari v-onkogen dan homolog


c-protooncogenes situs kerusakan dan bergabung dalam peristiwa rekombinasi
yang memunculkan v-onkogen kadang-kadang dapat diidentifikasi. Dalam kasus
lain, rearangement luas telah terjadi, sehingga mustahil untuk mengidentifikasi
situs rekombinasi terlibat dalam akuisisi pada onkogen oleh retrovirus. Dalam
beberapa kasus, virus onkogen protein encode fusi yang berisi bagian dari protein
gag dan produk onkogen. Dalam kebanyakan kasus (virus sarkoma Rous menjadi
pengecualian paling terkenal), akuisisi retrovital dari onkogen telah disertai
dengan hilangnya materi genetik virus diperlukan untuk replikasi. virus yang
rusak tersebut dapat mengintegrasikan biasanya sebagai provirus, tetapi hanya
dapat menghasilkan virus progeni di hadapan sebuah "virus pembantu" yang
menyediakan fungsi yang hilang.

Gambar 17.12. Gambar skematis mekanisme amplifikasi gen. Model


yang disajikan di sini telah terbukti akurat dalam rincian groos dalam kasus
amplifikasi gen dihidrofolat reduktase dari tropica protozoa Leishmania dalam
menanggapi seleksi untuk toleransi terhadap methotrexate obat. Metotreksat
khusus menghambat enzim dihydrofolate reductase, enzim penting dalam
biosintesis DNA prekursor. Struktur dari DMs dan reaksi hiperpeka yang berisi
diperkuat salinan protoonogenes khususnya jenis sel kanker manusia tampak
sangat mirip. Meskipun rincian molekul struktur amplicom yang belum tersedia
dalam kasus-kasus yang terakhir.

Kanker Sebagai Produk Akhir Dari Proses Yang Bertingkat (Multistep)


Kanker adalah produk akhir dari proses bertingkat. Baris sel yang
digunakan dalam percobaan transfeksi mungkin sudah pada tahap pertengahan
dalam jalur ini, mungkin hanya untuk seleksi untuk kemampuan tumbuh dalam
kondisi kultur sel. Transformasi onkogen diinduksi diamati pada kultur sel tak
diragukan lagi hanya pada bagian dari jalur yang lebih kompleks.

Ada bukti bahwa onkogen memiliki efek transformasi neoplastik. Selain


itu, onkogen yang berbeda tampaknya memainkan jenis sel yang berbeda.
Akhirnya, melihat kemungkinan bahwa peristiwa molekuler yang berbeda yang
terlibat dalam akuisisi capa proliferatif sel ditingkatkan, dalam kemampuan tumor
untuk menyerang jaringan, dan dalam kapasitas untuk metastasis. Untuk sejauh
mana dan dalam apa peran protoonkogen dan atau gen yang terlibat dalam proses
ini di kanker manusia tetap ditentukan. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam
pembentukan tumor, protooncogen menginvestigasi yang sedang berlangsung dan
yang akan datang.Onkogen juga berperan untuk menghasilkan informasi penting
tentang lingkaran molekuler yang mengontrol proliferasi sel di eukariotik lebih
tinggi seperti manusia.

QUESTION AND ANSWER

1. Bagaimana proses pembelahan sel terjadi secara tidak terkendali?


Jawab:
Hal ini dikarenakan pembelahan sel berada di bawah kendali genetik. Gen
tertentu harus meregulasi proses pembelahan sel yang diakibatkan respon
terhadap sinyal-sinyal, baik interselular, intraselular, atau sinyal dari
lingkungan. Gen regulatori dapat terpengaruh oleh mutasi, seperti halnya gen
lain. Mutasi yang merubah fungsi dari gen regulatori tersebut dapat
menyebabkan pembelahan sel yang abnormal, dalam keadaan yang ekstrem
dapat menyebabkan sel tersebut tidak dapat membelah ataupun terus menerus
membelah. Penelitian terbaru mengenai gen viral yaitu onkogen, yang dapat
menyebabkan hilangnya kontrol terhadap pembelahan sel, telah menyebabkan
adanya identifikasi dari satu set gen homolog yang disebut dengan
protoonkogen pada genom dari hewan normal, termasuk manusia.
Protoonkogen normal pada sel dapat dirubah menjadi onkogen yang dapat
menyebabkan tumor dengan cara mutasi ataupun terhubung dengan sekuens
baru melalui proses rekombinasi.

Anda mungkin juga menyukai