Anda di halaman 1dari 17

Makalah

ULUMUL HADIS

“Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar”

Dosen Pengampuh : Suharna S.HI., M.H


Oleh: Kelompok 1

RESMA 18.2200.042
HASMIRAH 18.2200.094
NURUL SHAFIRA AMAR: 18.2200.063

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran
di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami
sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Ulumul Hadis yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Parepare, 22 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3. Tujuan Makalah.................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
2.1. Pengertian hadis, sunnah, khabar, dan atsar ......................................................2
2.2. Perbedaan hadis, sunnah, khabar, dan atsar ...…………………………………………7
2.3. Kewahyuan Hadis... …………………………………………………………………...9
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................12
3.2. Kesimpulan……………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an
yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.
Sebagai sumber hukum kedua, kita sebagai umat Islam wajib
mempelajarinya. Terkhusus kepada para pelajar Muslim, kita harus
mengetahui pula pengertian hadits dan istilah ilmu hadits lainnya
berupa sunnah, khabar, dan atsar, persamaan dan perbedaannya,
serta bentuk-bentuk hadits, agar kita dapat mengetahui isi dari
hadits dengan baik, sehingga untuk menularkannya kepada
masyarakat pun bisa dilakukan dengan benar.
Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa
buku yang telah penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah,
khabar, dan atsar serta persamaan dan perbedaannya, juga bentuk-
bentuk hadits.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan hadis, sunnah, khabar, dan atsar?

1.2.2. Apa persamaan dan perbedaan antara hadis, sunnah, khabar, dan atsar?

1.2.3. Bagaimana kewahyuan hadis itu?

1.3. Tujuan Makalah

1.3.1. untuk mengetahui pengertian hadis, sunnah, khabar, dan atsar

1.3.2. untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hadis, sunnah, khabar, dan atsar

1.3.3. untuk mengetahui kewahyuan hadis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN HADIS, SUNNAH, KHABAR, DAN ATSAR


2.1.1 Pengertian Hadis
2.1.1.1. Secara Etimologi
Menurut Ibn Manzhur, kata ‘hadis’ berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hadits,
jamaknya al-ahadist, al-haditsan, dan al-hudtsan. Secara etimologi, kata ini memiliki
banyak arti, di antaranya al-jadid (yang baru) lawan dari al-qadim (yang lama), dan
al-khabar, yang berarti kabar atau berita.1
2.1.1.2. Secara Terminologi
Secara terminologi, para ulama, baik muhaditsin,fuqaha ataupun ulama ushul,
merumuskan pengertian hadis secara berbeda-beda. Perbedaan pandanga terebut lebih
disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek tinjauan masing-masing, yang tentu saja
mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang dialaminya.2
Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai berikut,
“Segala sesuatu yang diberitakan dari nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun ihwal nabi”.3
Menurut istilah ahli ushul fiqh, pengertian hadis adalah:

1 . Muhammad Ibn Mukaram Ibn Manzhur. Lisan Al-Arab. Juz ll. 1992.Hlm.131.
2 . Endang Soetari.Ilmu Hadis: Kajian Riwayah Dan Dirayah. Bandung: Mimbar Pustaka.2005.
Hlm.2.
3 . Drs. .M.Solahudin,M.Ag & Agus Suyadi, Lc.M.ag. op.cit. hlm. 15.
“Hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW., Selain Al-Quran Al-
Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir nabi yang bersangkut-paut
dengan hukum Syara”.4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan, maupun ketetapan yang “kepada
manusia.
Contoh Hadis :
Artinya
“Rasulullah SAW bersabda bahwasanya segala sesuatu amal perbuatan tergantung
pada niatnya, karena itu pahala bagi semua amalseseorang itu sesuai dengan niatnya”.
(H.R.Muttafaqun ‘Alaihi).5

2.1.2. Pengertian Sunnah

2.1.2.1 Secara Terminologi

Pengertian Sunnah menurut istilah, seperti yang diungkapkan oleh


Muhammad Ajaj Al-Khatib,

“Segala yang dilakukan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik sebelum Nabi diangkat menjadi
rasul atau sesudahnya”.6

Dari sudut terminologi, para ahli hadis tidak membedakan antara hadis dan
sunnah. Menurut mereka, hadis atau sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Nabi
SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan maupun sifat beliau, dan sifat ini,

4 . Ibid. Hlm.16
5 . Drs. Durri An-Naim. Qur’an Hadis untuk Madrasah Aliyah kelas X. Aneka Ilmu.hlm. 90
6 . M. Ajaj Al-Khathib. Ushul al-Hadist ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu. Beirut: Dar Al-Fikr. 1975.hlm.
19.
baik berupa sifat-sifat fisik, moral maupun perilaku, sebelum beliau menjadi nabi
maupun sesudahnya.7

2.1.2.2. Secara Etimologi

Menurut bahasa, Sunnah adalah “Jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela”.8

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW.,

“Sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalanan) orang yang


sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya
mereka memasuki sarang dhab (serupa biawak) sungguh kamu memasuki juga”.
(H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari hadis tersebut, kita bisa mengetahui bahwa kata “sunnah” sebagaimana
juga menurut ahli bahasa berarti jalan.

Contoh Sunnah:

Artinya

“Berpegang tegulah kamu dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafaur Rasyidin yang
menunjukkan sesudahku.” (H.R.Abu Dawud dan At-Tirmizi).9

2.1.3. Pengertian Khabar


7 . Mustafa Ash-Siba’i. Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam:Sebuah Pembelaan
Kaum Sunni. Jakarta: Pustaka firdaus. 1993. Hal.1.
8 . Soetari. op.cit. hlm. 6.
9 . loc.cit. hlm. 91
2.1.3.1. Secara Terminologi

Pengertian khabar menurut istilah, antara satu ulama dengan ulama lainnya
berbeda pendapat. Menurut ulama ahli hadis sama artinya dengan hadis, keduanya
dapat dipakai untuk sesuatu marfu’ mauquf’ dan maqtu’, mencakup segala yang
datang dari Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in, baik perkataan, perbuatan, dan
ketetapannya.

Menurut istilah ada tiga pendapat yaitu:

a. Merupakan sinonim dari hadis, yakni keduanya berarti satu.


b. Berbeda dengan hadis, dimana hadis adalah segala sesuatu yang datang dari
nabi SAW. Sedang khabar adalah suatu yang datang dari selain nabi SAW.
c. Lebih umum dari hadis, yakni bahwa hadis itu hanya datang dari nabi saja,
sedang khabar itu segala yang datang baik dari nabi SAW, maupun yang
lainnya.10

Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari
nabi SAW disebut hadis. Ada juga yang mengatakan bahwa hadis lebih umum dan
luas dari pada khabar. Sehingga setiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi tidak
setiap khabar dikatakan hadis.11

Contoh Khabar:

Artinya

“Sebagian dari sunnah, adalah meletakkan tangan dibawah pusar sewaktu melakukan
shalat”12

10.https://www.academia.edu/19804154/Pengertian_Hadits_Nabawi_Khabar_Atsar_dan_Hadits_Qud
sy
11 . H. Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: Rajawali Pers), Cet. VIII, 2013
12 . Drs. Durri. Loc.cit
2.1.3.2. Secara Etimologi

Menurut bahasa berarti an-Naba’ (berita-berita), sedang jama’nya adalah


Akhbar. Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para
sahabat, jadi setiap hadis termasuk khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadis.13

2.1.4. Pengertian Atsar

2.1.4.1. Secara Terminologi

Atsar menurut istilah yaitu “segala sesuatu yang diriwatkan dari sahabat dan
boleh juga disandarkan pada perkataan nabi SAW. Menurut istilah ada dua pendapat
mengenai atsar yaitu:

a. Pengertian atsar identik dengan pengertian hadis sebagaimana yang dikatakan


oleh Imam Al Nabawi bahwasanya para ahli hadis menyebut hadis marfu’ dan
hadis maukuf’ dengan atsar.
b. Dalam hal ini atsar berarti hadis mauquf. Dan ini barang kali ditinjau dari segi
bahasa yang berarti bekas atau peningglan sesuatu, karena perkataan dan
perbuatan merupakan sisa-sisa atau peninggaln-peninggalan dari nabi SAW,.
Dan oleh karena yang berasal dari nabi SAW disebut khabar, maka pantaslah
kalau yang berasal dari sahabat disebut atsar

Menurut Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.Sedangkan
menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan khabar untuk
yang marfu’.14

13 . Syarah Nukhbah Al-Fikr, hlm. 3.


14 . Al- Qasimi, Diiwaan khithab.hlm. 61.
Jadi, atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para
sahabat atau tabi’in, tapi terkadamg juga digunakan untuk hadis yang disandarkan
kepada nabi SAW, apabila berkait misal dikatakan atsar dari nabi SAW.15

2.1.4.2. Secara Etimologi

Atsar menurut bahasa ialah bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu, atau berarti sisa
reruntuhan rumah dan sebagainya. Dan berarti nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu
doa umpaanya yang dinukilkan dari nabi dinamai: doa matsur.

Contoh Atsar

Artinya

“Menurut sunnah, hendaklah imam bertakbir pada hari raya idul fitri dan hari raya
idul adha sebanyak sembilan kali ketika duduk diatas mimbar sebelum berkhutbah.”16

2.2. Perbedaan Hadis,sunnah, khabar, dan atsar

2.2.1. Persamaan hadis, sunnah, khabar, dan atsar

Dari keempat istilah, yaitu hadits, sunnah, khabar dan atsar, menurut jumhur
ulama hadits dapat dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu bahwa hadits
disebut juga dengan sunnah, khabar dan atsar. Begitu pula halnya sunnah, dapat
disebut dengan hadits, khabar dan atsar. Maka hadits mutawatir dapat juga disebut
dengan sunnah mutawatir atau khabar mutawatir. Begitu juga hadits shahih dapat
disebut dengan sunnah shahih, khabar shahih dan astar shahih. Dari keempat tema
15 . H. Munzier Suparta, loc.cit.
16 . Drs. Durri. Loc.cit. hlm.92
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tema tersebut sangat berguna sebagai ilmu
tambahan bagi masyarakat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
menentukan kulitas dan kuwantitas Hadits, sunnah, Khabar dan Atsar. Dam segala
sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW atau kepada para sahabat dan para tabi’in
baik itu perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifat maka secara umum dapat
diartikan sebagai hadis, sunnah, khabar dan atsar.

2.2.2. Perbedaan hadis, sunnah, khabar, dan atsar

Adapun perbedaan dari hadis, sunnah, khabar, dan atsar yaitu:

a. Hadis sesuatu yang disandarkan pada perkataan rasulullah SAW.

b. Sunnah segala sesuatu yg bersumber dari rasulullah SAW baik perkataan,


perbuatan dan yang disandarkan rasulullah.

c. khabar sesuatu yg datangnya dari selain nabi (sahabat nabi).

d. atsar segala sesuatu yg diriwayatkan oleh para sahabat berdasarkan perkataan


rasullullah SAW.

Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar sebagai
berikut:

a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber
pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan hidupnya,
baik sebelum di angkat menjadi rasulmaupun sesudahnya.
b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai suatu
yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai sesuatu yang
berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.
c. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar
dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu
sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabiin.17

2.3. KEWAHYUAN HADIS


Apakah seluruh sabda dan ucapan Nabi Saw merupakan wahyu atau tidak?
Dengan kata lain, apakah seluruh ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Saw dan
kemudian segala perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Saw merupakan ajaran dan
pelajaran Ilahi yang disampaikan kepadanya melalui wahyu, atau terdapat ucapan dan
sabda Nabi Saw yang bukan wahyu atau ucapan dan sabda yang berkaitan dengan
agama dan hukum-hukum harus dipisahkan dengan ucapan yang bertalian dengan
obrolan keseharian?
Jawaban Global:
Terdapat ragam pendapat para pemikir otoritatif terkait masalah ini. Sebagian
berpandangan, dengan memperhatikan kemutlakan ayat 3 dan 4 surah an-Najm,
bahwa seluruh ucapan, perbuatan dan perilaku Nabi Saw adalah wahyu. Sebagian
lainnya berkeyakinan bahwa ayat 4 surah al-Najm terkait dengan al-Qur’an dan ayat-
ayat yang diwahyukan kepada Nabi Saw. Meski Sunnah Nabi Saw merupakan hujjah,
ucapan, tindakan dan diamnya tidak bersumber dari hawa nafsu.
Nampaknya yang dapat dikatakan dalam masalah ini secara definitif adalah
bahwa tidak satu pun perbuatan dan sirah Nabi Saw yang dilakukan tanpa izin wahyu,
sebagaimana ucapan beliau demikan juga adanya. Dan obrolan keseharian dan adat
kehidupan Nabi Saw tidak berasal dari hawa nafsu, pada hakikatnya mustahil terjadi
perbuatan dosa pada pribadi Rasulullah Saw dalam hal ini.
Jawaban Global:
17 . http://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/12/perbedaan-dan-persamaan-hadits-sunah.html
Tanpa syak, para nabi Allah memiliki hubungan khusus dengan Allah Swt dan
mereka menerima berbagai hukum, aturan, ajaran Ilahi melalui hubungan ini yang
kemudian disampaikan kepada masyarakat.
Realitas dan kuiditas hubungan ini merupakan perkara yang sangat pelik dan
manusia tidak mampu memahami dan mencerap hubungan dengan baik. Namun hal
itu tidak bermakna kejahilan mutlak manusia terhadap permasalahan ini. Dengan kata
lain, masalah “wahyu” bukan merupakan sebuah permasalahan yang tidak dapat
dipahami dan dikenali hakikatnya oleh manusia sehingga harus ditinggalkan dan
dibiarkan begitu saja. Namun ia dapat dipahami sesuai dengan kadar dan keluasan
akal, pemahaman, pencerapan, manusia yang dapat menggali wahyu dan firman Ilahi
ini.
Wahyu secara leksikal
Wahyu merupakan prinsip dan kaidah yang berguna untuk menyampaikan
“ilmu” dan sebagainya. Tipologi wahyu adalah sebuah isyarat cepat yang bertautan
dengan tulisan dan risalah, terkadang merupakan deklarasi terhadap rumusan dan
formula, terkadang dalam bentuk tunggal dan terlepas dari susunan, isyarah terhadap
sebagian anggota badan, terkadang bermakna ilham dan ucapan tersembunyi. Karena
itu, tersembunyi, cepat dan misterius tergolong sebagai rukun-rukun asli wahyu.
Hakikat wahyu
Wahyu pada umumnya sepadan dengan ilmu, pemahaman dan pencerapan.
Tidak setimpal dengan perbuatan dan pergerakan, kendati manusia tatkala melakukan
perbuatan mencari bantuan dari percikan pemikiran dan pandangan. Ilmu dan
pemahaman merupakan bentuk tipikal eksistensi yang jauh dan bebas dari kuiditas.
Dengan kata lain, wahyu merupakan pahaman yang disaripatikan dari
“keberadaan.” Dengan demikian, wahyu tidak memiliki kuiditas dan tidak dapat
dimaknakan melalui genus, differentia, definisi, gambaran (rasm). Karena itu, wahyu
jauh dan terbebas dari sepuluh kategori kuiditas yang umum dikenal orang. Pahaman
wahyu seperti makna keberadaan memiliki instanta luaran (mishdaq) dimana contoh
luaran ini memiliki tingkatan yang beragam dan berbeda.
Karena itu, berbagai definisi yang dibeberkan bagi wahyu merupakan definisi
syarh al-ism (alih-bahasa semata) bukan definisi hakiki. Di samping itu, wahyu bukan
merupakan hubungan biasa sehingga dapat dicerap dan dipahami dengan mudah oleh
siapa saja.
Definisi wahyu
Allamah Thabathabai dalam mendefinisikan wahyu berkata, “wahyu
merupakan pencerapan dan pemahaman khusus dalam batin para nabi dimana hal ini
tidak mungkin diperoleh oleh siapa saja kecuali mereka yang mendapatkan inâyah
(perhatian khusus) Allah Swt.
Allamah Thabathabai pada kesempatan lain menulis, “Wahyu adalah perkara
ekstraordinari (luarbiasa) yang berasal dari pencerapan-pencerapan batin dan
pemahaman simbolik yang tertutup dari indera-indera lahir.
Dalam menjawab pertanyaan yang mengemuka maka harus dikatakan bahwa:
Para pemikir dan ulama Islam melontarkan berbagai pandangan beragam dan berbeda
dengan memanfaatkan ayat-ayat dan riwayat-riwayat:
Abdurrazzaq Lahiji terkait masalah ini berkata, “Apabila ada orang yang
menduga bahwa Nabi Saw pada sebuah perkara beramal berdasarkan pikiranya
sendiri dan tidak menantikan wahyu maka dari sudut mana pun orang ini tidak tahu
dan jahil terhadap tujuan kenabian dan hakikat nabi. Dan orang sedemikian di
hadapan orang-orang berakal telah keluar dari wilayah agama, khususnya karena hal
ini bertentangan dengan nash al-Qur’an “wama yanthiqu anilhawa, in huwa wahyu
yuha” dan menspesifikasi (takhsis) masalah ini terhadap sebagian masalah lainnya
sejatinya merupakan perbuatan yang tidak dapat diterima. Seluruh urusan yang
bertalian dengan agama memerlukan izin Ilahi dan wahyu Rabbani, nah tatkala Nabi
tidak berbuat berdasarkan pendapatnya sendiri maka bagaimana mungkin orang lain
dapat berbuat sebaliknya.18

18 . http://daufmustaqim.blogspot.com/2014/05/hadits-sunnah-khabar-dan-atsar.html
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hadis merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-quran. Definisi Hadis
yang paling komprehensif adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW,
baik ucapan, perbuatan,ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi, atau yang dinisbahkan
kepada sahabat atau bani’in.

Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat menjadi rasul dan sesudahnya.

Khabar berarti berita yang disampaikan seseorang.

Adapun Atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya sunnah, khabar, dan
hadis.

3.2. Saran
Setelah kita mempelajari pengertian hadis, sunnah, khabar, dan atsar semoga
dapat menambah wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ulumul hadis.

Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan
saran sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan
benar.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag,2009.Ulumul Hadis,

Bandung: Cv Pustaka Setia

Dr. H. Munzier Suparta M.A., 2010.Ilmu Hadis,Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA

http://azzahradamayanti.blogspot.com/2018/01/makalah-pengertian-hadits-sunnah-

khabar.html

https://www.academia.edu/17769920/Pengertian_Persamaan_dan_perbedaan_Hadits_

Sunnah_Khabar_dan_Atsar

http://daufmustaqim.blogspot.com/2014/05/hadits-sunnah-khabar-dan-atsar.html

Al-Khathib, Muhammad ‘Ajjaj.2003.Ushul Al-Hadits.Terj. H. M. Qodirun Nur dan

Ahmad Musyafiq.Jakarta: Gaya Media Pratama.

Al-Qaththan, Syaikh Manna.2005.Mabahits fi’ Ulum Al-Hadis. Terj. Mifdhol

Abdurahman. Jakarta: Pustaka A;-Kautsar.


Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz.4, Suriyah: Dar Al- Hadits, 1974,Cet. Ke-1.

Anda mungkin juga menyukai