Anda di halaman 1dari 5

4.

1 Keterbelakangan Sebagai Kegagalan Koordinasi


Pada abad kedua puluh satu dalam dasawarsa 1990-an terdapat salah satu syarat untuk
keberhasilan pembangunan yaitu dengan mengedepankan suatu tindakan yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan, pekerja, atau organisasi yang memperkuat dorongan bagi agen lain untuk
melakukan tindakan serupa, yang sering kali mencangkup investasi dengan hasil bergantung
pada investasi yang dilakukan para agen perekonomian lainnya. Tindakan tersebut disebut
dengan “komplementaritas”.
Pendekatan Kegagalan Koordinasi telah berkembang relatif mandiri serta menawarkan
gagasan yang penting dan berbeda daripada sejumlah model pendekatan lain yang digunakan
dalam pengedepanan komplementaritas dalam pembangunan. Kegagalan Koordinasi adalah
suatu keadaan hubungan yang dicirikan dengan ketidakmampuan para agen untuk
mengoordinasikan perilaku (pilihan) mereka, sehingga menimbulkan hasil (ekuilibrium) yang
membuat agen berada dalam keadaan lebih buruk dibandingkan dengan di suatu situasi lain yang
juga merupakan ekuilibrium. Hal ini dapat terjadi ketika para agen sama sekali tidak dapat
mencapai keadaan dimana mereka memahami baik adanya alternatif ekuilibrium yang lebih
menguntungkan, yang disebabkan oleh adanya kesulitan berkoordinasi. Kesulitan tersebut terjadi
karena beberapa sebab diantaranya yaitu terdapat perbedaan ekspektasi/harapan atau juga setiap
orang merasa lebih baik menunggu orang lain untuk melakukan gerakan pertama.
Contoh komplementaritas adalah munculnya perangkap keterbelakangan
(underdevelopment trap) ketika suatu wilayah tidak bergerak dari pertanian subsisten ketika
tanpa adanya perantara yang akan membeli produk para petani saat mengkomersialkan
produknya, maka sejak awal hanya akan lebih memilih untuk terus bercocok tanam bahan
makanan mereka/untuk konsumsi pribadi/untuk dijual di desanya. Masalah koordinasi
diilusrasikan melalui dilema tempat bertemu (where-to-met dilemma) dan dilema tawanan
(prisioners’ dilemma).

4.2 Ekuilibrium Jamak: Pendekatan Diagramatis


Ekuilibrium jamak adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya lebih dari satu
ekuilibrium. Semua ekuilibrium ini adakalanya dapat diperingkat, dalam arti bahwa ekuilibrium
yang satu lebih menguntungkan daripada ekuilibrium lainnya, tetapi pasar yang tidak akan
menggerakkan perekonomian ke hasil yang diinginkan. Ekuilibrium ini digambarkan dengan
diagram standar dibawah ini. Seperti yang terdapat di diagram tersebut terdapat fungsi yang
berbentuk S. Fungsi tersebut menunjukkan bagaimana keuntungan yang didapat jika tindakan
tersebut positif dan bergantung pada seberapa besar tindakan yang dilakukan oleh agen tersebut
berpengaruh terhadap agen lainnya.

Hal ini terjadi karena para agen dalam kasus tersebut mencermati apa yang diharapkan
akan terjadi. Seperti contoh berikut ini tentang ketika beberapa perusahaan X menduga bahwa
tidak ada perusahaan lain yang akan melakukan investasi, tapi ternyata terdapat sejumlah
perusahaan melakukan investasi (yang berarti adanya perpotongan vertikal positif dalam diagram
tersebut). Maka dengan keadaan itu perusahaan X tidak mungkin diam, dia harus mengubah
harapan mereka ke tingkat yang lebih tinggi, dengan menyesuaikan harapannya ke tingkat yang
lebih tinggi. Tetapi, jika perusahaan sekarang mengharapkan tingkat investasi yang lebih tinggi
maka mereka ingin berinvestasi lebih banyak lagi. Proses ini akan berlanjut hingga tingkat
investasi aktual sama dengan tingkat investasi yang diharapkan.
Maka, suatu kondisi ekuilibrium dalam kasus seperti itu adalah semua pihak yang terlibat
akan melakukan hal yang terbaik bagi diri mereka, berdasarkan pada apa yang mereka harapkan
akan dilakukan oleh pihak lain, yang pada gilirannya melakukan hal yang sesuai dengan apa
yang ternyata dilakukan oleh pihak lain itu. hal ini terjadi ketika fungsi itu berpotongan pada
garis 45 derajat. Pada titik ini nilai di sumbu x dan y sama—menunjukkan bahwa tingkat
investasi yang diharapkan sama dengan tingkat yang dipandang terbaik oleh semua agen yang
terlibat— Dalam diagram fungsi itu tiga kali (titik D1,D2,D3) memotong garis 45 derajat. Dari
contoh diatas menunjukkan bagian daerah :
- Ekuilibrium D1 jika investasi terjadi lebih sedikit lebih kecil.
- Ekuilibrium D3 jika investasi terjadi lebih sedikit lebih besar
- Ekuilibrium D2 menjadi ekuilibrium secara kebetulan (daerah pemisah harapan)
Ketiga titik itu, titik D1 dan D3—memotong garis 45 derajat dari atas— menunjukkan
ekuilibrium “stabil” karena jika harapan atau ekspektasi agak berubah sedikit ke atas atau ke
bawah tingkat itu maka perusahaan biasanya menyesuaikan tindakan mereka yang membawa
kita kembali ke ekuilibrium. Sedangkan Ekuilibrium D2 fungsi S memotong garis 45 derajat
dari bawah, sehingga ekuilibriumnya tidak stabil.
Pada awalnya kurva itu tidak akan menaik dengan cepat ketika jumah agen yang
melakukan tindakan baru bertambah banyak. Tetapi, setelah mereka melakukan investasi yang
cukup akan ada kemungkinan terjadinya efek bola salju ketika banyak agen yang mulai
memberikan manfaat imbasan ke berbagai agen lainnya, dan kurva itu meningkat dengan laju
jauh lebih cepat. Akhirnya, setelah hampir semua investor potensial telah terpengaruh secara
positif dan keuntungan yang paling penting telah tercapai, laju peningkatan itu mulai menurun.
Bentuk fungsi bisa jadi berbeda. Misalnya ketika nilai manfaat untuk melakukan tindakan terus
meningkat seiring dengan semakin banyaknya orang lainnya dalam jaringan, maka seketika
sangat mungkin sangat mungkin terjadi bahwa setiap orang akan berada dalam posisi yang
menguntungkan dalam ekuilibrium. Dalam ekuilibrium ini diperingkat secara pareto, artinya
pergerakan ke ekuilibrium itu merupakan perbaikan pareto—suatu situasi ketika satu atau lebih
orang dapat memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain—
Contohnya dalam pembangunan ekonomi berkaitan dengan mengkoordinasikan
keputusan investasi ketika nilai (tingkat pengembalian) sebuah investasi bergantung ada adanya
investasi lain atau cakupan investasi lain, tetapi tanpa pengaruh kebijakan tertentu oleh
pemerintah pasar tidak mungkin akan mewujudkannya. Kesulitan dalam koordinasi investasi
menyebabkan timbulnya berbagai strategi industrialisasi yang diarahkan pemerintah. hal ini
menjelaskan hakitkat dan cakupan masalah yang dihadapi jika terdapat imbas teknologi.
Tetapi mengubah harapan boleh jadi tidak mencukupi jika suatu perusahaan merasa lebih
diuntungkan dengan menunggu perusahaan lainnya berinvestasi daripada menjadi investor
“pelopor”. Maka, diperlukan kebijakan pemerintah selain adanya perubahan harapan. Hal ini
menunjukkan sangat pentingnya perhatian terhadap potensi ekuilibrium jamak.

4.3 Memulai Pembangunan Ekonomi: Model Dorongan Besar


Model kegagalan koordinasi yang paling penting dalam literatur yang saya miliki adalah
“dorongan besar” (big push) yang dipelopori oleh Paul Rosentein-Rodan. Model dorongan besar
adalah model yang menjelaskan bagaimana kegagalan pasar dapat menimbulkan kebutuhan akan
perekonomian yang terencana dan kemungkinan juga upaya yang dicetuskan oleh kebijakan
pemerintah agar proses pembangunan ekonomi yang berlangsung dalam jangka panjang dapat
berjalan dipercepat.
Dampak adanya kegagalan koordinasi terhadap model ini yaitu akan menghambat
keberhasilan industrialisasi dan merupakan kendala bagi dorongan pembangunan. Dorangan
besar sangat membantu bila kita dapat menemukan cara untuk mengidentifikasi situasi yang
membutuhkan adanya doronga besar.
Dorongan Besar Model Grafis

Asumsi-asumsi :
a. Hanya ada satu faktor produksi (tenaga kerja)
b. Pasar tenaga kerja memiliki dua sektor. Diasumsikan bahwa para pekerja di sektor pedesaan
menerima upah sebesar 1.
c. Diasumsikan bahwa terdapat N jenis produk, dan N adalah jumlah yang besar. Diasumsikan
juga bahwa tidak ada produk yang dapat dihasilkan jika tidak ada sejumlah minimal orang
yang diperkejakan, katakanlah sejumlah F.
d. Diasumsikan setiap barang mendapat bagian konsumsi yang konstan dan sama dalam
pendapatan nasional.
e. Diasumsikan bahwa bentuk perekonomiannya tertutup.
f. Diasumsikan adanya persaingan sempurna di sektor tradisional 9sektor industri rumahan),
tanpa hambatan masuk (free entry) dan tidak ada laba ekonomi.
Kasus Lain yang Mungkin Memerlukan Dorongan Besar - Perlunya dorongan besar dapat
timbul dari empat kondisi selain yang telah dikemukakan sebelumnya, antara lain:
1. Efek intertemporal. Sekalipun tingkat upah industri adalah 1 (sama dengan tingkat upah
sektor tradisioanl), ekuilibrium jamak dapat terjadi jika investasi harus dilakukan dalam
periode sekarang untuk mendapatkan proses produksi yang lebih efisien dalam periode
berikutnya.
2. Efek urbanisasi. Jika beberapa industri rumahan tradisional berada di pedesaan dan industri
manufaktur yang memberikan skala hasil yang semakin meningkat berada diperkotaan,
permintaan penduduk perkotaan mungkin akan lebih terkonsentrasi pada barang-barang
manufaktur. Dengan demikian, diperlukan dorongan besar bafi urbanisasi untuk mencapai
industrialisasi.
3. Efek infrastruktur. Dengan menggunakan infrastruktur seperti rel kereta api atau pelabuhan,
sebuah perusahaan modern yang berinvestasi akan membantu memikul biaya tetap yang besar
dari inrastruktur itu. Keberadaan infrastruktur itu membantu perusahaan-perusahaan yang
berinvestasi untuk menurunkan biaya mereka sendiri.
4. Efek pelatihan. Kurangnya investasi dalam fasilitas pelatihan karena pengusaha tahu bahwa
pekerja yang mereka latih mungkin akan terbujuk dengan upah lebih tinggi yang ditawarkan
oleh perusahaan pesaing, yang tidak harus mengeluarkan biaya pelatihan ini. Selain itu, terlalu
sedikit permintaan pekerja untuk mengikuti pelatihan karena mereka tidak tahu ketrampilan
apa yang perlu dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai