Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 10

AZARYA HENDRY CHRISTY : 185020101111016


ALFI NURINTASYA : 185020100111037
NAILUL ALVI MUHARROMAH : 185020100111030

3.1 Teori-Teori Klasik Pembangunan Ekonomi : Empat Pendekatan


Para teorisi pada dekade 1950-an dan 1960-an cenderung memandang proses
pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang pasti
akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan. Pada dekade 1970-an
pendekatan tahapan-linear tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi (lebih berbau ideologi
daripada akademis). Aliran pemikiran yang pertama menitikberatkan pada teori dan pola
perubahan struktural.
Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi ketergantungan internasional. Aliran ini
bersifat radikal dan lebih berorientasi politik. Revolusi ini memandang keterbelakangan
negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak
adil, yan dalam menjalankan operasinya juga dibantu oleh segmen-segmen domestic tertentu.
Aspek-aspek kelembagaan dan ekonomi dari pola hubungan itu dianggap sangat ketat
sehingga sulit diubah. Pada decade 1980-an dan 1990-an, kontrarevolusi pasar bebas
neoklasik menjadi pendekatan yang paking menonjol. Menurut teori ini, kegagalan
membangun terutama disebabkan campur tangan dan regulasi pemerintah yang terlalu banyak
dalam perekonomian.
3.2 Pembangunan Sebagai Pertumbuhan dan Teori Tahapan Linear
1. Tahapan Pertumbuhan Rostow
Menurut teori ini negara-negara maju seluruhnya telah melampaui tahapan “tinggal
landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang berlangsung secara
otomatis”. Sedangkan negara-negara sedang berkembang dan terkebelakang pada
umumnya masih berada pada tahap masyarakat tradisional.
2. Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan
tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal. Bila diasumsikan bahwa ada hubungan
ekonomi langsung antara besarnya stok modal secara keseluruhan, atau K, dengan total
GNP, atau Y, maka berarti setiap tambahan neto terhadap stok odal dalam bentuk investasi
baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP. Berikut susunan
pertumbuhan ekonomi sederhana dari teori pertumbuhan Harrod-Domar :
a. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s dari pendapatan nasional (Y).
S = sY (Persamaan 3.1)
b. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili
oleh ∆K.
I = ∆K (Persamaan 3.2)
Tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah
pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output, k,
maka:

=c

Atau

=c

Atau akhirnya
∆K = c∆Y (Persamaan 3.3)
c. Terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama dengan
keseluruhan investasi (I), maka:
S = I (Persamaan 3.4)
Dari persamaan (3.1) telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (3.2) dan
persamaan (3.3), kita juga mengetahui bahwa :
I = ∆K = c∆Y
Dengan demikian identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dalam
persamaan (3.4) adalah :
S = sY = c∆Y = ∆K = I (Persamaan 3.5)
Atau sederhananya :
sY = c∆Y (Persamaan 3.6)
Selanjutnya apabila kedua sisi (Persamaan 3.6) dibagi mula-mula dengan Y dan
kemudian dengan k, maka :

= (Persamaan 3.7)

Persamaan 3.7 adalah versi yang sederhana dari teori pertumbuhan ekonomi Harrod-
Domar, yang menyatakan bahwa rasio tabungan nasional neto, s, dan rasio modal output
nasional, e secara bersama, menentukan tingkat pertumbuhan GDP (∆Y/Y).
3. Hambatan dan Kendala
Hambatan utama dan kendala menurut kelompok teori ini adalah relative
terbatasnya peluang pembentukan modal-modal baru, apalagi di negara miskin.
4. Syarat Perlu versus Syarat Cukup: Beberapa Kritik Terhadap Model Tahapan Pertumbuhan
Alasan utama tidak berlakunya teori Harrod-Domar karena dalam kenyataannya
telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu saja belumlah syarat cukup
untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
3.3 Model Perubahan Struktural
Struktur ekonomi yang berubah ini melakukan perubahan struktur ekonomi domestic
yang berfokus pada pertaian tradisional menjadi ekonomi manufaktur dan jasa yang lebih
modern dan beragam secara industri.
1. Teori Lewis Tentang Model Dasar Pengembangan Ekonomi
Dalam model Lewis ekonomi terbelakang ada 2 sektor yaitu
a. Subsisten tradisional, padat penduduk, pedesaan yang ditandai oleh produktivitas tenaga
kerja marginal nol. Lewis mengklasifikasinya sebagai “Surplus Tenaga Kerja dimana dapat
ditarik dari sector pertanian tanpa kehilangan hasil.
b. Sektor industry perkotaan modern dengan produktivitas tinggi dimana tenaga kerja dari
subsisten dipindahkan secara bertahap.
Fokus model ini adalah pada proses transfer tenaga kerja dan pertumbuhan output dan
pekerjaan di sektor modern. Kemudian Lewis berasumsi bahwa tingkat upah di sektor industri
perkotaan konstan, ditentukan sebagai premi yang diberikan di atas tingkat upah subsisten
rata-rata tetap di sektor pertanian tradisional. Dengan upah perkotaan yang konstan, kurva
penawaran tenaga kerja pedesaan ke sektor modern dianggap sangat elastis.
2. Kritik Terhadap Model Lewis
Model Pembangunan Lewis ternyata tidak dapat diterima oleh semua orang karena meskipun
mencerminkan pengalaman historis pertumbuhan ekonomi barat tidak sesuai dengan realitas
kelembagaan dan ekonomi sebagian besar negara berkembang kontemporer.
3. Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan
Hollis B. Chenery dan rekan-rekannya, meneliti tentang pola pembangunan untuk negara
berkembang selama periode pascaperang. Dan mendapat hasil bahwa terjadi pergeseran dari
produksi pertanian ke industri, akumulasi modal fisik dan manusia yang stabil, perubahan
permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan kebutuhan dasar menjadi keinginan
untuk barang dan jasa manufaktur yang beragam, pertumbuhan kota dan industri perkotaan
ketika orang bermigrasi dari pertanian dan kota-kota kecil, dan penurunan ukuran keluarga
dan pertumbuhan populasi.
4. Kesimpulan dan Implikasi
Model perubahan struktural yang diteliti oleh Chenery dan rekan-rekannya menghasilkan
hipotesis yaitu pembangunan adalah proses pertumbuhan dan perubahan yang dapat
diidentifikasi , yang fitur utamanya serupa di semua negara namun ternyata hipotesis tersebut
mendapatkan kontra yang muncul di antara negara negara dalam kecepatan dan pola
pembangunan nya. Faktor yang mempengaruhii proses pembangunan adalah dana abadi dan
ukuran eksternal serta lingkungan perdagangan internasional.
3.4 Revolusi Ketergantungan Internasional
Ketergantungan Internasional berarti ketergantungan negara berkembang pada negara
maju untuk memajukan negaranya dengan melihat pada sistem pendidikan, teknologi, sikap,
pola konsumsi. Hal ini dikarenakan negara berkembang mengalami kekakuan
institusional,politik,dan ekonomi baik domestic maupun internasional.
a. Model Ketergantungan Neokolonial
Kondisi ini ketika suatu negara mengalami keterbelakangan yang bercirikan tingkat
kehidupan rendah yang terus menerus mengaami kemiskinan, tingkat pendapat rendah,
pertumbuhan ekonomi rendah ,tingkat konsumsi rendah, pelayanan kesehatan buruk, dan
lain lain karena kebijakan ekonomi, politik dan budaya ekspolitatif yang terus dilakukan
para penguasa kolonial sebelumnya sehingga negara tersebut kurang berkembang atau
berdampak merugikan sedangkan yang mengeksploitasi diuntungkan.
b. Model Paradigma Salah
Pendekatan ketergantungan ini tidak tepat atau salah karena kebijakan yang diberikan oleh
penasihat dari lembaga bantuan negara maju yang harusnya baik unuk perkembangan atau
pembanguan tapi hasilnya menjadi dirugikan.
c. Tesis Pembangunan Dualistik
Dualisme adalah kondisi dimana terjadi perbedaan yang sangat ekstrem misalnya
beberapa unggul dan beberapa tidak , tingkat superior memiliki kecendengungan untuk
melekat misalnya kesenjangan produktivitas antara pekerja di negara maju dan rekan
mereka di sebagian besar negara berkembang tampaknya melebar.
3.5 KONTRA-REVOLUSI NEOKLASIK : FUNDAMENTALISME PASAR
Model Statis : Pendekatan Pasar Bebas, Pilihan Publik dan Pasar Yang Ramah
Argumen utama dari kontrarevolusi neoklasik adalah negara terbelakang merupakan
hasil dari alokasi sumber daya yang miskin karena kebijakan harga yang salah dan intervensi
pemerintah terlalu banyak.
1. Pendekatan pasar bebas
Analisis pasar bebas berpendapat bahwa pasar saja sudah efisien, pasar tenaga kerja
menganggap industri baru dengan cara yang tepat, produsen paling tahu apa yang akan
diproduksi dan bagaimana memproduksinya secara efisien serta produk dan harga faktor
produksi mencerminkan nilai kelangkaan barang dan sumber daya sekarang dan di masa
depan.
2. Pendekatan pilihan public
Teori pilihan publik mengasumsikan bahwa politisi, birokrat, warga negara dan negara
bertindak semata-mata untuk kepentingannya sendiri dengan menggunakan kekuasaan dan
kewenangan pemerintah. Hasil akhirnya tidak hanya kesalahan alokasi sumber daya, tetapi
juga kebebasan individu yang semakin berkurang.
3. Pendekatan pasar yang ramah
Pendekatan pasar yang ramah mengakui bahwa ada banyak ketidaksempurnaan dalam
produk LDC dan pasar faktor produksi, serta pemerintah memiliki peran penting dalam
memfasilitasi operasi pasar melalui intervensi nonselektif.
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional
Model pertumbuhan neoklasik Solow memperluas formulasi Harrod-Domar dengan
menambahkan faktor kedua, yaitu tenaga kerja dan memperkenalkan teknologi sebagai
variabel independen ketiga dalam persamaan pertumbuhan. Penulisan standar model
pertumbuhan neoklasik Solow mengunakan fungsi produksi agregat dimana: Y = Ka (AL)1-a
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional, hasil pertumbuhan output bisa
dipengaruhi oleh peningkatan kualitas dan jumlah tenaga kerja, peningkatan modal, atau
perbaikan dalam teknologi.
3.6 Teori Klasik Pengembangan: Menyatukan Perbedaan
Setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya. Masing-masing pendapatan
mempunyai pandangan dan gagasan yang baik dalam memahami pembangunan.
Keterampilan dan kecermatan dalam penyeimbangan penetapan harga pasar dan promosi
agar pasar beroperasi secara efisien diperlukan untuk pembangunan yang berhasil.

Anda mungkin juga menyukai