CT-SINUS
Oleh:
Evita Ayu Juliana
151610383019
1.1 Tujuan
1. Mampu menyiapkan data gambar yang akan di lakukan post-
processing.
2. Mampu melakukan post-processing Sinus Paranasalis.
3. Mampu membuat print gambar CT-scan Sinus Paranasalis dengan
menggunakan berbagai media.
4. Mampu menyajikan gambar CT-Scan setelah melakukan post-
processing.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars
transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut
menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi
eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks
sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada
bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
Perdarahan :
Persarafan :
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi
oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari
septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars
membranosa = kolumna = kolumela.
Perdarahan :
Persarafan :
1. Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus maksila
disebut juga antrum Highmore. Saat lahir, sinus maksila bervolume 6-
8 ml. Sinus ini kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila
berbentuk piramid. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os
maksila yang disebut fossa canina, dinding posteriornya adalah
permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya adalah dinding
lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita, dan
dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium
sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan
bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
2. Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan
keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel
infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang
pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum
usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu
lebih besar daripada lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di
garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu
sinus frontal dan kurang lebih lima persen sinus frontalnya tidak
berkembang. Ukuran sinus frontal adalah mempunyai tinggi 2.8 cm ,
lebarnya 2.4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-
sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-
septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen
menunjukkan adanya infeksi sinus.
3. Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling penting karena
dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang
dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian
posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cm
dan lebarnya 0.5 cm di bagian anterior dan 1.5 cm di bagian posterior.
Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai
sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid,
yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel
ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi
menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara ke meatus media dan
sinus etmoid posterior bermuara ke di meatus superior. Sel-sel etmoid
anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng
yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding
lateral (lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior
biasanya lebih besar dan sedikit jumlahnya dan terletak di posterior
dari lamina basalis.
4. Sinus Spenoid
Sinus spenoid terletak dalam os spenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus spenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
interspenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2.3 cm dan
lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os spenoid
akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus. Batas-batasnya
ialah, sebelah superior terdapat fosa superior serebri media dan
kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral
berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna dan di
sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah
pons. (Porter, Glen. 2002)
1. Sinusitis
2. Tumor.
METODE PRAKTIKUM
b c
a. Sinus Frontal
a
b Sinus Maksila
Gambar Keterangan
a Palatum
a
b Mandibula
b
c Cervical
c
a
a Nasal Septum
e
b b Sinus Maksila
c c Nasopharing
d Mandibula
a Nasal Septum
a
b b Sinus Maksila
c Nasopharing
d Atlas (cervical 1)
c
d
a Nasal Septum
a
b b Sinus Maksila
c c Nasal Concha
d d Mastoid Cell
a Nasal Septum
a
b Etmoid Cell
b
c c Sinus Spenoidalis
a Sinus Frontal
a
b Optika
c
b c Greater spenoid bone
a Sinus Frontalis
a b Orbita
c Nasal Septum
b d Sinus Maksilla
c
d e Inferior Nasal Concha
a Sinus Etmoid
b Zygomatic
g
a c Sinus Maksila
d Mandibula
b
c e Inferior Nasal Concha
d
f Middle Nasal Concha
f e g Orbita
b a Sinus Frontal
a c
b Etmoid cells
c Sinus Spenoidal
d Palatum
d
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sinus Paranasalis terdiri dari sinus frontal, sinus etmoid,
sinus maksila, dansinus spenoid. Sinus-sinus ini terletak di daerah
facial. Pada citra hasil gambar dengan menggunakan WW/WL
400/2000 (tanpa kontras) mempermudah untuk mendeteksi sinus
karena sinus berisi cairan yang menjadi hitam (radiolusen).
informasi yang terlihat dari gambar adalah sinus frontal, sinus
etmod, sinus maksila, sinus spenoid, nasal septum, etmoid cell,
nasopharing, inferoir dan middle nasal concha, mandibula, dan
zygomatic,.
4.2 Saran
1. Mahasiswa harus mengerti anatomi pada sinus paranasalis.
2. Mahasiswa harus mengerti letak sinus paranasalis.
3. Mahasiswa harus terampil dalam pemotonganan citra.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Sukri. 2012. Tumor Sinus Paranasal Dengan Perluasan Intrakranial dan
Metastasis ke Paru: Jurnal Kesehatan Andalah. 1(3).