(Pembelajaran Materi Termokimia Kelas XI IPA Semester Gasal SMA 1 Kudus Tahun
Pelajaran 2013/2014)
1Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
mahmudhilmi25@yahoo.co.id
2Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
widhasunarno@gmail.com
3 Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
sulistyo68@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor pada
pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek, kreativitas, kemampuan berpikir kritis dan
interaksinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini adalah semua siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014. Sampel diambil dengan teknik cluster
random sampling sejumlah 2 kelas. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif,
kemampuan berpikir kritis, angket untuk prestasi afektif dan kreativitas siswa dan observasi untuk prestasi
psikomotor. Teknik analisis data menggunakan analisis anava 2x2x2. Hasil pada penelitian ini adalah 1) tidak
ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek,
namun ada perbedaan antara pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek terhadap prestasi
belajar afektif dan psikomotor. 2) ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan psikomotor antara kreativitas
tinggi dan rendah, namun tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara kreativitas tinggi dan rendah. 3)
ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara kemampuan berpikir kritis tinggi dan
rendah. 4) ada interaksi antara pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar kognitif, namun tidak ada interaksi antara pendekatan inkuiri melalui metode
eksperimen dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. 5) tidak ada
interaksi antara pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. 6) tidak ada interaksi antara kreativitas dan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor 7) tidak ada interaksi antara
pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan proyek dengan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.
Kata Kunci : Pendekatan inkuiri, eksperimen, proyek, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, prestasi belajar.
92
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan bahan praktikum sehingga pembelajaran akan
untuk hidup mandiri dan mengikuti menyenangkan dipandang dari sudut siswa.
pendidikan lebih lanjut. Dalam kurikulum itu Materi termokimia merupakan salah
juga disebutkan setelah mempelajari mata satu materi dalam pembelajaran kimia yang
pelajaran kimia di sekolah, siswa diharapkan sering menjadi permasalahan bagi siswa,
mempunyai kemampuan memecahkan terutama kelas XI IPA untuk dapat
masalah yang meliputi kemampuan memahami materi tersebut dengan baik.
memahami masalah, merancang model Berdasarkan hasil ulangan harian termokimia
pembelajaran kimia, menyelesaikan model masih relatif rendah, maka materi termokimia
dan menafsirkan solusi yang diperoleh. belum bisa dipahami siswa secara maksimal.
Tujuan tersebut merupakan tuntutan yang Berikut ini adalah data nilai rata-rata hasil
sangat tinggi bagi siswa, sehingga tidak ulangan harian materi termokimia siswa
mungkin dapat dicapai melalui pembelajaran SMA Negeri 1 Kudus semester gasal untuk
konvensional. tiga tahun terakhir.
Pada pembelajaran konvensional,
pada umumnya kurang membangkitkan siswa Tabel 1. Daftar Nilai Termokimia Kelas XI
untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan IPA SMA Negeri 1 Kudus
hanya dilatih untuk mengerjakan soal yang Tahun Rata- KKM Prosentase (%)
bersifat teori. Hal ini yang menyebabkan Pelajaran rata Tuntas Tidak
kemampuan siswa memecahkan masalah Tuntas
terutama yang berkaitan dengan praktikum 2010-2011 71,25 75 61,25 38,75
masih kurang serta hasil belajar siswa 2011-2012 71,75 75 62,50 37,50
rendah. Oleh karena itu, seorang guru kimia 2012-2013 72,50 75 63,75 36,25
harus dapat merancang pembelajaran kimia (Sumber: Buku daftar nilai kimia kelas XI IPA
yang tepat, antara lain: dengan pendekatan SMA Negeri 1 Kudus)
inkuiri, pendekatan ketrampilan proses, Hal tersebut disebabkan
pendekatan CTL, metode eksperimen, pembelajaran materi termokimia selama ini
metode demonstrasi ataupun metode proyek dilakukan dengan ceramah, pemberian rumus
yang mampu meningkatkan kemampuan dan contoh-contoh penyelesaian soal tanpa
siswa dalam memecahkan masalah. melibatkan siswa untuk ikut serta dalam
Kurikulum Tingkat Satuan membangun pemahaman. Padahal
Pendidikan menuntut kreativitas guru dalam karakteristik materi termokimia banyak
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. melibatkan reaksi-reaksi kimia dan
Kreativitas tersebut diantaranya meliputi perhitungan matematik. Akibatnya siswa
kreatif dalam memilih pendekatan , model, tidak terlatih untuk memecahkan
dan metode pembelajaran yang tepat dan permasalahan dan kerja kelompok kurang
sesuai dengan materi yang disajikan. dibangun. Kondisi ini dapat diperbaiki
Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh dengan memperhatikan pendekatan dan
kurikulum tersebut adalah pembelajaran yang metode pembelajaran yang sesuai dengan
berpusat pada siswa, sehingga siswa dituntut karakteristik materi, seperti pembelajaran
untuk aktif dan senantiasa ambil bagian yang berpusat pada siswa antara lain
dalam aktivitas belajar. Guru dapat berfungsi pendekatan inquiri menggunakan metode
sebagai fasilitator dan membantu eksperimen dan proyek. Guru kadang-kadang
memecahkan masalah yang dihadapi oleh tidak memperhatikan faktor lain yang ada
siswa selama belajar. Guru tidak hanya dalam diri siswa seperti kreativitas dan
berpengetahuan luas tentang materi kemampuan berpikir kritis yang dapat
pembelajaran yang dikuasai, guru juga harus mempengaruhi prestasi belajar siswa.
mampu merancang dan mengelola Pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran, memilih pendekatan, metode inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang
pembelajaran yang tepat, untuk memahami mampu menggiring siswa untuk menyadari
karakteristik siswa, memanfaatkan sumber apa yang telah didapatkan selama proses
sarana yang ada, memanfaatkan alat dan belajar. Inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003 :
234).
93
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
94
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
95
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
96
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dan kemampuan berpikir kritis dapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir
ditunjukkan pada Tabel 5. kritis rendah. Begitupun ditinjau dari
kreativitas siswa., siswa yang memiliki
Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Afektif kreativitas tinggi memperoleh prestasi
Ditinjau dari Penggunaan Metode, pikomotor lebih besar.
Kreativitas dan Kemampuan Uji Pendahuluan
Berpikir Kritis Siswa Pada uji pendahuluan ini digunakan
Penggunaan Kemampuan
Kreativitas statistik uji anava satu, dengan tujuan untuk
Metode Berpikir Kritis
mengetahui sampel dari dua kelompok
Eksperi Proyek T R T R
men eksperimen yaitu kelas yang menggunakan
NN 31 32 34 29 33 30 metode eksperimen dan proyek dalam
MMean 71,77 77,94 75,1 74,65 78,0 71,47 keadaan seimbang, maka secara statistik
StStd-dev 6,41 6,81 7,06 7,59 7,24 5,6 apakah terdapat perbedaan rata-rata yang
MMaks 61 68 61 63 65 61 signifikan antara kedua kelompok
MMin 84 96 89 96 96 83 eksperimen tersebut. Daerah penolakan H0
adalah p-value < . Dengan nilai =0,05,
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan dan p-value > 0,05, hal ini berarti p-value >
bahwa penggunaan metode proyek , maka H0 tidak ditolak atau populasi
memperoleh prestasi afektif lebih tinggi berdistribusi setara.
daripada penggunaan metode eksperimen. Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis
Sedangkan prestasi afektif pada kreativitas Pada analisis data, sebelum uji
dan kemampuan berpikir kritis dengan hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
kategori tinggi lebih baik daripada kreativitas prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat yang
dan kemampuan berpikir kritis dengan dipakai dalam penelitian ini meliputi uji
kategori rendah. normalitas dan uji homogenitas. Dalam
c. Psikomotor pelaksanaan uji prasyarat ini menggunakan
Pada aspek psikomotor merupakan program SPSS, jika syarat normal dan
hasil observasi yang dilakukan pada saat homogen terpenuhi maka analisis dapat
melakukan praktikum baik melalui metode dilanjutkan.
eksperimen maupun melalui metode proyek. Pada uji normalitas menggunakan
Adapun deskripsi data prestasi psikomotor metode Kolmogorov-Smirnov. Daerah
disajikan pada Tabel 6. penolakan pada uji normalitas H0 adalah p-
value < . Dengan nilai =0,05, dan p-
Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi value > 0,05, hal ini berarti p-value > ,
Psikomotor Ditinjau dari maka H0 tidak ditolak atau populasi
Penggunaan Metode, berdistribusi normal.
Kemampuan Berpikir Kritis dan Pada uji homogenitas menggunakan
Kreativitas Siswa. metode Levenens test. Berdasarkan hasil
Penggunaan Kemampuan pengujian homogenitas di atas didapatkan
Kreativitas
Metode Berpikir Kritis bahwa p-value >0,05. Nilai p-value > 0,05
Proyek Eksperimen T R T R
untuk semua uji homogenitas yang dilakukan
N 32 31 33 30 34 29
menggunakan uji Levene’s Test. Maka
Mean 92,7 90,6 93,1 90,1 93,0 90,3
St-dev 5,16 5,63 4,70 5,89 5,23 5,44 keputusannya adalah data untuk prestasi
Maks 82 79 85 79 82 79 belajar adalah homogen.
Min 100 100 100 100 100 100 Hasil analisis variansi data prestasi
Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat belajar baik kognitif menggunakan program
dilihat bahwa penggunaan pendekatan inkuiri SPSS versi 16 dengan komputasinya dihitung
melalui metode proyek memperoleh rata-rata dengan Tests of Between-Subjects Effects.
prestasi psikomotor lebih tinggi daripada Adapun ringkasan hasil anava aspek kognitif
pengguaan metode eksperimen. Sedangkan ditampilkan pada Tabel 7.
pada siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi memiliki rata-rata nilai Tabel 7. Ringkasan p-value ANAVA Data
prestasi pikomotor yang lebih tinggi daripada Penelitian
97
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
98
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Sedangkan hasil uji pada prestasi afektif memberikan pengaruh yang signifikan
adalah p-value > 0,05; maka H0 diterima, terhadap prestasi belajar kognitif dan
berarti tidak ada perbedaan pengaruh psikomotor. Hal ini berarti bahwa dalam
antara kreativitas tinggi dan rendah proses pembelajaran faktor kemampuan
terhadap prestasi afektif. berpikir kritis siswa menunjang keberhasilan
dalam prestasi siswa khususnya materi
Kreativitas merupakan kemampuan
termokimia.
siswa dalam mendapat sustu informasi yang
Kemampuan berpikir kritis
telah diperoleh sebelumnya sehingga dapat
merupakan kemampuan untuk menganalisis
memecahkan masalah dengan menemukan
fakta, mencetuskan dan menata gagasan,
banyak kemungkinan jawaban. Siswa yang
mempertahankan pendapat, membuat
mempunyai kreativitas yang tinggi mampu
perbandingan, menarik kesimpulan,
mengolah informasi dari guru yang kemudian
mengevaluasi argumen dan memecahkan
dikembangkan lagi dalam bentuk informasi
masalah. Siswa yang memiliki kemampuan
yang lain. Hal ini terlihat pada saat proses
berpikir tinggi dapat memecahkan masalah
pembelajaran terutama pada saat melakukan
dengan kritis. Sehingga siswa yang memiliki
diskusi. Siswa yang mempunyai kreativitas
kemampuan berpikir kritis tinggi mampu
tinggi lebih antusias dalam pembelajaran dan
menyelesaikan tes prestasi kognitif dengan
praktikum, karena mereka sangat tertarik
baik.
pada tugas-tugas yang diberikan guru dan
Pada prestasi aspek afektif siswa yang
menganggap tugas tersebut sebagai suatu
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
tantangan. Sedangkan pada siswa yang
dan rendah memiliki perbedaan pengaruh
mempunyai kreativitas rendah cenderung
yang hampir sama. Siswa yang memiliki
diam dan mudah bosan dengan proses
kemampuan berpikir kritis tinggi dapat
pembelajaran. Sehingga dapat diketahui
mempengaruhi siswa dengan kemampuan
bahwa kreativitas merupakan faktor internal
berpikir kritis rendah. Hal ini dapat dilihat
yang sangat berpengaruh terhadap prestasi
pada saat proses diskusi kelompok, terjadi
belajar baik pada aspek kognitif dan
hubungan yang timbal balik antara siswa
psikomotor. Hal ini dapat dilihat bahwa
dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan
siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
rendah.
memperoleh prestasi belajar lebih tinggi
4. Hipotesis 4 (HoAB)
dibanding dengan siswa yang mempunyai
Berdasarkan hasil uji General Linier
kreativitas rendah.
Model menunjukkan probabilitas aspek
Pada prestasi afektif, baik siswa yang
kognitif p-value = 0,047, probabilitas aspek
mempunyai kreativitas tinggi dan rendah
afektif p-value = 0,637 dan probabilitas
memperoleh prestasi afektif hampir sama.
aspek psikomotor p-value = 0,558. Hasil
Proses diskusi siswa yang mempunyai
menunjukkan pada prestasi kognitif adalah
kreativitas rendah mampu mengimbangi
p-vlaue<0,05; maka H 0 ditolak, berarti
siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
interaksi antara pendekatan inkuiri melalui
dengan memberikan pendapatnya untuk
metode eksperimen dan proyek dengan
memecahkan persoalan yang terjadi pada saat
kreativitas memberikan pengaruh yang
praktikum.
signifikan terhadap prestasi kognitif.
3. Hipotesis 3 (HoC)
Sedangkan hasil uji menunjukkan pada
Berdasarkan hasil uji General Linier
prestasi afektif dan psikomotor adalah p-
Model diperoleh P-value prestasi belajar baik
value > 0,05; maka Ho diterima, berarti
pada aspek kognitif dan psikomotor
tidak ada interaksi antara pendekatan inkuiri
mempunyai hasil yang signifikan yaitu 0,000
melalui metode eksperimen dan metode
dan 0,034. Nilai P-value>taraf signifikansi
proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
5% ( =0,05) hipotesis ditolak, artinya ada
belajar afektif dan psikomotor.
perbedaan antara kemampuan berpikir kritis
Pada uji lanjut prestasi kognitif
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
diperoleh bahwa siswa yang diberi metode
kognitif, afektif dan psikomotor. Pada
eksperimen dan memiliki kreativitas tinggi
penelitian ini, kemampuan berpikir kritis
dengan siswa yang diberi metode eksperimen
siswa baik tinggi maupun rendah
99
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dan memiliki kreativitas rendah memperoleh dan bekerjasama dengan siswa yang
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi mempunyai kemampuan berpikir kritis
kognitif. Metode eksperimen membutuhkan rendah. Pada metode eksperimen dan metode
kreativitas tinggi dalam menganalisis data, proyek dalam pelaksanaannya memerlukan
mengolah hasil penelitian dan menyelesaikan kemampuan berpikir kritis untuk
persoalan dalam bentuk tes kognitif. Hal ini mengembangkan hasil praktikum menjadi
dapat disimpulkan bahwa siswa yang informasi baru yang dapat dikaitkan dalam
mempunyai kreativitas tinggi memperoleh kehidupan sehari-hari. Penerapan praktikum
prestasi kognitif lebih baik daripada siswa dalam metode eksperimen dan metode
yang mempunyai kreativitas rendah pada proyek membuat siswa mampu berpikir kritis
metode eksperimen. Sedangkan pada metode untuk menganalisis hasil praktikum. Prestasi
proyek, siswa yang mempunyai kreativitas afektif dapat dilihat pada saat melakukan
tinggi dan rendah memberikan pengaruh diskusi, siswa yang mempunyai kemampuan
yang sama terhadap prestasi kognitif. berpikir kritis tinggi bisa mempertahankan
Tidak ada interaksi pendekatan pendapat dan mengevaluasi pendapat siswa
inkuiri melalui metode eksperimen dan lain menjadi informasi yang dapat diolah
metode proyek dengan tingkat kreativitas pengetahuan baru.
terhadap prestasi afektif dan psikomotor. Hal Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ini dapat dilihat ketika melakukan praktikum interaksi antara metode pembelajaran dengan
baik metode eksperimen dan metode proyek kemampuan berpikir kritis siswa tidak
mampu melakukan praktikum dengan teliti memberikan pengaruh yang sinifikan
dan siswa aktif bekerjasama dan aktif dalam terhadap prestasi kognitif, afektif dan
pembelajaran sehingga siswa yang psikomotor. Artinya tingkat kemampuan
mempunyai kreativitas tinggi dapat berpikir kritis dan penggunaan metode
membantu siswa yang mempunyai kreativitas pembelajaran mempunyai pengaruh yang
rendah. Pada saat diskusi, siswa yang sama terhadap prestasi belajar kimia
mampunyai kreativitas rendah dan tinggi termokimia. Hal ini dimungkinkan karena
memberikan pendapatnya sehingga terwujud banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pembelajaran yang aktif dan interaktif. proses pencapaian prestasi belajar baik dalam
Penggunaan metode eksperimen dan metode maupun luar diri siswa diluar faktor metode
proyek juga dapat memberikan motivasi pembelajaran, kemampuan awal dan aktivita
siswa untuk lebih aktif dan siswa terlibat belajar siswa yang digunakan dalam
langsung dalam pembelajaran. penelitian ini, serta masih banyak
5. Hipotesis 5 (HoAC) keterbatasan dalam penelitian ini sehingga
Berdasarkan hasil uji General Linier peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor
Model diperoleh probabilitas aspek kognitif tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
p-value=0,067, probabilitas aspek afektif p- 6. Hipotesis 6 (HoBC)
value=0,514 dan probabilitas aspek Berdasarkan hasil uji General Linier
psikomotor p-value=0,896. Hasil uji Model diperoleh probabilitas aspek
menunjukkan pada prestasi kognitif, kognitif p-value = 0,510, probabilitas
afektif dan psikomotor adalah p-value > aspek afektif p-value = 0,973 dan
0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada probabilitas aspek psikomotor p-value =
interaksi antara pendekatan inkuiri melalui 0,249. Hasil uji menunjukkan pada
metode eksperimen dan metode proyek
prestasi kognitif, afektif dan
dengan kemampuan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor adalah p-value > 0,05;
psikomotor. maka Ho diterima, berarti tidak ada
Siswa yang memiliki kemampuan interaksi antara kreativitas dengan
berpikir kritis mampu menganalisis persoalan kemampuan berpikir kritis terhadap
dan menarik kesimpulan pada informasi pada prestasi belajar kognitif, afektif dan
metode eksperimen dan metode proyek psikomotor.
dengan baik. Siswa yang mempunyai Siswa yang mempunyai kreativitas
kemampuan berpikir kritis tinggi membantu tinggi dan kemampuan berpikir kritis tinggi
100
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dalam setiap proses pembelajarannya lebih faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar
unggul dibandingkan dengan kelompok siswa mengajar.
yang lain. Kemampuan berpikir kritis yang 7. Hipotesis 7 (HoABC)
tinggi menjadi modal utama untuk dapat Berdasarkan hasil uji General Linier
menyelesaikan permasalan dalam bentuk tes Model diperoleh probabilitas aspek kognitif
ataupun nontes. Kreativitas tinggi membantu p-value=0,962, probabilitas aspek afektif p-
menyelesaikan masalah pada materi value=0,077 dan probabilitas aspek
termokimia dengan cara yang baru dan psikomotor p-value=0,681. Hasil uji
kreatif. Dalam penelitian ini dilakukan pada menunjukkan pada prestasi kognitif,
siswa IPA yang mempunyai latar belakang afektif dan psikomotor adalah p-value >
siswa yang pintar dan disiplin belajar yang 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
tinggi. Sehigga baik siswa yang mempunyai interaksi antara pendekatan inkuiri melalui
tingkat kreativitas tinggi atau rendah dan metode eksperimen dan metode proyek,
tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi atau kemampuan berpikir kritis dan kreativitas
rendah dapat mengerjakan tes kognitif dan terhadap prestasi kognitif, afektif dan
menyelesaikan tugas-tugas pada materi psikomotor.
termokimia dengan baik. Selain itu, adanya Pada deskripsi data menjelaskan
kerjasama yang baik dalam menyelesaikan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas
tugas kelompok. Adanya kekompakan siswa tinggi dan kemampuan berpikir kritis tinggi
dalam menyelesaikan tugas, secara tidak jika diberi pendekatan inkuiri melalui metode
langsung dapat memotivasi siswa yang proyek memperoleh rata-rata prestasi belajar
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah baik kognitif, afektif dan psikomotor lebih
dan kreativitas rendah. besar dibandingkan yang diajar dengan
Perbedaan rata-rata prestasi kognitif, pendekatan inkuiri melalui metode
afektif dan psikomotor antar kelompok siswa eksperimen.
yang mempunyai kreativitas rendah dan Hal ini dapat dilihat pada saat
kemampuan kritis rendah, siswa yang pembelajaran, penggunaan metode proyek
mempunyai kreativitas rendah dan mampu meningkatkan minat belajar siswa.
kemampuan kritis tinggi, siswa yang Pada kelompok siswa yang memiliki
mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah dan kemampuan berpikir
kemampuan kritis rendah dan siswa yang kritis rendah dapat memahami materi
mempunyai kreativitas tinggi dan termokimia karena dapat memperjelas materi
kemampuan kritis tinggi masih kecil. yang bersifat abstrak menjadi lebih nyata.
Sehingga menurut perhitungan General Proses pembelajaran yang disajikan
Linier Model, interaksi tingkat kreativitas dalam bentuk praktikum, siswa yang
tinggi dan rendah dengan tingkat kemampuan mempunyai kreativitas rendah dan
berpikir kritis tinggi dan rendah memberikan kemampuan berpikir rendah dapat belajar
pengaruh yang hampir sama. dari siswa yang mempunyai kemampuan
Pada hasil anava menunjukkan tidak berpikir kritis tinggi. Adanya kerjasama antar
ada interaksi antara kreativitas dengan kelompok dan siswa terlibat langsung dalam
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi pembelajaran juga menambah pembelajaran
belajar termokimia. Artinya tingkat menjadi lebih menyenangkan Situasi belajar
kreativitas belajar dan kemampuan berpikir yang menyenangkan dapat membuat memori
kritis mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tentang penyelesaian persoalan menjadi
terhadap prestasi belajar termokimia. Hal ini berkesan dan bertahan lama sehingga siswa
dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat termotivasi untuk menemukan
dapat mempengaruhi proses pencapaian informasi baru. Informasi tentang materi
prestasi belajar baik dalam maupun luar diri termokimia digunakan untuk menyelesaikan
siswa diluar faktor kreativitas dan tes dan nontes pada prestasi belajar baik
kemampuan berpikir kritis siswa yang aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
digunakan dalam penelitian ini, serta masih Perhitungan statistik pada hasil uji
banyak keterbatasan dalam penelitian ini anava menunjukkan perbedaan rata-rata
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol kognitif dan afektif yang diperoleh hampir
101
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
102
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 92-103)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Daftar Pustaka
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar.
Semarang: UPT MKK Unnes.
Arifin, Mulyati. 1995. Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Maulana.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Candra, Julius. 1994. Kreativitas:
Bagaimana Menanam, Membangun
dan Mengembangkannya,
Yogyakarta: Kanisius.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Margono. 1998. Pengantar Strategi Belajar
Mengajar. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Masidjo, 2007. Penilaian Pencapaian Hasil
Belajar Siswa di Sekolah.
Yogjakarta: Kanisius.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung:. Remaja
Rosdakary
103