Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS AGROEKOSISTEM

Oleh :

IDAM

D1B1 16 220

AGT-D

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayahnya, kami
dapat menyelesaikan makalah ANALISIS AGROEKOSISTEM “Hubungan
Agroekosistem Dengan Aspek Sosiologi, Ekonomi, Kesesuaian Lahan Dan
Kesesuaian Iklim” dengan baik dan sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan.
Makalah ini di susun dengan bekal ilmu yang terbatas, dan jauh dari kata sempurna.
Sehingga tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, penulis tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
bapak Agustono selaku dosen mata kuliah Mekanisasi Pertanian dan teman-teman.

Dengan segala kerendahan hati, kami selaku penulis mohon kritik dan saran dari
para pembaca guna penyempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL...........................................................................................................................i

KATAPENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah………………………...………………………………………….1

1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Aspek Sosiologi……………………………………………………………………..2

2.2. Aspek Ekonomi……………………………………………………………………..3

2.3. Aspek Kesesuaian Lahan……………………………………………...…………….3

2.4. Aspek Kesesuaian Iklim…………………………………………...………………..4

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan…………………………………………...……………………………..5

3.2. Saran………………………….……………………………………………………..5

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawes
i Tenggara. Ibu kota kabupaten ini terletak di Andoolo. Kabupaten ini berasal dari hasil
pemekaran Kabupaten Kendari yang disahkan dengan UU Nomor 4 tahun 2003,
tanggal 25 Februari 2003.

Agroekosistem adalah suatu sistem kawasan tempat membudidayakanmakhluk


hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta materialyang saling
berinteraksi. Lahan pertanian merupakan arti agroekosistem secaraluas, sehingga di
dalamnya juga dapat pula dimasukkan hutan produksi dengankomoditas tanaman
industri (KTI), kawasan peternakan dengan padangpenggembalaan serta tambak-tambak
ikan. Indonesia yang secara geografisterletak di wilayah yang beriklim tropis memiliki
agroekosistem yang dapatdigolongkan sebagai agroekosistem tropik. Agroekosistem ini
adalah kawasanpertanian yang terletak di daerah tropika secara geografis ataupun
vegetatif danedafis (tanah) yang dipengaruhi oleh faktor iklim setempat (Jumil : 2002).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aspek sosiologi dalam agroekosistem ?


2. Bagaimana aspek ekonomi dalam agroekosistem ?
3. Bagaimana aspek kesesuaian lahan dalam agroekosistem ?
4. Bagaimana aspek kesesuaian iklim dalam agroekosistem ?

1.3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Aspek sosiologi dalam agroekosistem ?


2. Untuk Mengetahui Aspek ekonomi dalam agroekosistem ?
3. Untuk Mengetahui Aspek penyesuaian lahan dalam agroekosistem ?
4. Untuk Mengetahui Aspek penyesuaian iklim dalam agroekosistem ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Sosiologi

Secara konsepsual pendekatan pertanian berkelajutan merupakan pola dan cara


pandang yang harus dikembangkan dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan secara sinergis. Pendekatan ekonomi berkelanjutan berbasis pada konsep
maksimalisasi aliran pendapatan antargenerasi,dengan cara merawat dan menjaga
cadangan sumber daya atau modal yang mampu menghasilkan suatu keuntungan. Upaya
optimalisasi dan efesiensi penggunan sumber daya yang langka menjadi keharusan
dalam menghadapi berbagai isu ketidak pastian baik aspek alam maupun non alam.
Konsep sosia berkelajutan berorientasi pada manusia dan hubungan pelestarian
stabilitas sosial dan sistem budaya, termasuk upaya mereduksi berbagai konflik sosial
yang merusak. Dalam perspektif sosial, perhatian utama ditujukan pada pemerataan,
pelestarian keanekaragaman budaya, serta pemanfaatan praktek pengatahuan lokal yang
berorientasi panjang dan berkelanjutan. Tinjauan aspek lingkungan berkelanjutan
terokus pada upaya menjaga stabilitas sistem biologis dan lingkungan fisik dengan
bagian utama menjaga kelangsungan hidup masing-masing subsistem menuju stabilitas
yang dinamis dan menyeluruh pada ekosistem (Salikin, 2003).
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian
muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi
dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan
demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem
kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat
diadopsinya teknologi pertanian. Menyebutkan semenjak keberadaan manusia kira-kira
dua juta tahun yang lalu, manusia baru mengenal cocok taman sekitar 10.000 tahun
yang lalu. Sebelumnya cara hidup manusia masih dalam taraf food gathering
economics seperti berburu,menangkap ikan dan meramu. Dengan berkembangnya cocok
tanam memaksa manusia untuk hidup menetap disuatu tempat untuk menjaga dan
menunggui panenan. Proses awal yang dilakukan manusia telah memungkinkan
terjadinya akumulasi pengetahuan dan tata perilaku bersama yang terwujud dalam pola
kebudayaan bercocok tanam. Sehingga tidak mengherankan seperti disebutkan Childe,
peristiwa penemuan cocok tanam marupakan revolusi kebudayan. Makna revolusi
kebudayaan juga berkaitan dengan kenyataan bahwa dengan ditemukannya pertanian
bukan hanya menyebabkan munculnya daerah desa namun juga lebih lanjut terhadap
munculnya kota (Mahmuddin, 2013).

2.2. Aspek Ekonomi


Kenaikan output pada tingkat sumber daya yang sama, dapat disebabkan oleh
kenaikan jumlah output fisik atau kenaikan harga per satuan output. Yang pertama
mungkin disebabkan interaksi biofisik yang positif, yang kedua dapat disebabkan
kualitas produk atau waktu panen yang tepat. Demikian juga penurunan biaya input
dapat disebabkan oleh penurunan jumlah output yang dibutuhkan, atau penurunan harga
per satuan input. Pada umumnya, interaksi biofisik yang positif akan menghasilkan
penurunan biaya input, misalnya dari segi tenaga kerja dan penggunaan sumber daya
yang lain. Adanya naungan pohon dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga
kebutuhan tenaga kerja berkurang. Dengan adanya berbagai komponen dengan waktu
panen yang berbeda, distribusi tenaga kerja menjadi merata. Contoh yang lain, di Costa
Rica kopi yang ditanam di bawah naungan Cordia alliodora mengalami panen raya 2,5
minggu lebih lambat dibandingkan dengan yang tanpa naungan. Hal ini membuat petani
memiliki posisi tawar yang relative tinggi, karena terhindar dari surplus produksi pada
saat yang bersamaan (Hoekstra, 1990).

2.3. Aspek Kesesuaian Lahan


Evaluasi kesesuaian lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
merancang pengelolaan sebidang lahan yang sesuai dengan potensinya. Menurut Sitepu
(2007), evaluasi lahan merupakan proses penilaian penampilan atau keragaan
(performance) lahan yang dipergunakan untuk tujuan tertentu yang meliputi
pelaksanaan dan interpretasi survey dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan
aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai
penggunaan
lahan yang dikembangkan. Keluarannya adalah alternatif pilihan penggunaan lahan
yang optimum di masa mendatang dengan mempertimbangkan aspek fisik dan sosial
ekonomi serta konservasi sumberdaya alam (Erningpraja. 2006).

2.4. Aspek Kesesuaian Iklim


Jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu wilayah harus disesuaikan dengan
kondisi iklim wilayah tersebut, karena setiap tanaman mempunyai syarat-syarat tumbuh
yang berbeda dengan tanaman lainnya. Misalnya untuk jenis tanaman pangan ketela
pohon. Jenis tanaman ini harus ditanam pada daerah panas. Ini berarti bahwa ketela
pohon tidak dapat ditanam dibawah perlindungan. Dengan curah hujan 760-1.015 mm.
Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan kelembaban udara menjadi tinggi dan
menstimulir timbulnya serangan cendawan pada batang dan daun, dan apabila drainase
kuran baik akan menyebabkan umbi menjadi busuk. Penanaman didataran tinggi akan
menghambat dan menyebabkan percabangan serta berbuah. Penanaman didataran tinggi
hanya cocok untuk usaha pemuliaan tanaman, dalam usaha untuk mendapatkan biji
yang sebanyak-banyaknya. Untuk daerah kering atau rata-rata hujan yang rendah ketela
pohon akan tumbuh lambat dan produksivitasnya rendah (Indrowuryatno, 2003).

Kemampuan agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada


gangguan besar. Gangguan utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah,
sampai ke yang kurang biasa dan lebih besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya
introduksi hama baru. Aspek keberlanjutan sebenarnya mengacu pada bagaimana
mempertahankan tingkat produksi tertentu dalam jangka panjang. (Marten, 1998).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Subsistem biotik dan subsistem abiotik sangat berpengaruh dalam bidang


pertanian. Subsistem biotik yang terdiri dari kompetisi,predasi,dan simbiosis
keberadaannya dapat dikendalikan oleh petani (manusia) dengan akal dan
pikirannya,sedangkan subsistem abiotik seperti atmosfer,pedosfer,litosfer,dan hidrosfer
terjadi secara alami (tidak dapat dikendalikan oleh manusia).

3.2 Saran

Agar Agroekosistem yang ada di alam ini tetap seimbang maka kelestarian
ekosistem harus dijaga yaitu dengan cara menjaga keanekaragaman makhluk hidup.
Dalam menanam tanaman kacang tanah kita harus memperhatikan komponen biotik dan
komponen abiotiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius.Yogyakarta.

Mahmuddin, 2013. Paradigma Pembangunan Pertanian: Pertanian Berkelanjutan


Berbasis Petani Dalam Perspektif Sosiologis. Jurnal Sosiologi Universitas
Syiah Kuala, Vol. 3, No.3.

Hoekstra DA.1 990. Economics of agroforestry. In MacDicken K. G. and N.T. Vergara


(eds.), Agroforestry: Classsification and Management. John Wiley and
Sons. NewYork. pp. 310-331.
Erningpraja, L., T. Wahyono, M. Akmal, Ratnawati, dan A. Kurniawan. 2006. Strategi
Mengembalikan Kejayaan Kelapa Sawit Indonesia dengan Barometer
Malaysia. Sawit. Medan.
Indrowuryatno, 2003. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Andi. Yogyakarta.
Marten, Gerald G.,1998. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and
Autonomy as Properties for Agroecosystem Assessment. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai