Latar Belakang
5. Pengelolaan NutrisiTanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan
melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan
pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai
penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa
jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
a. Pengomposan
b. Penggunaan kascing
c. Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
6. Agroforestri
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman
semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu
tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air
hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri
ini antara lain:
1. Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan
tanaman-tanaman tahunan.
2. Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman
satu jenis (monokultur).
3. Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan
terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal.
Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air
hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapislapis
menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
7. Pemasaran
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu
langkah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat
dikembangkan antara lain:
a. Pemasaranlangsungmelaluisuratpermintaan, pasar petani, restoranlokal,
supermarket, dan kios-kios pasar tradisional.
b. Menggunakanbisnisusahakecilproduklokalsebagaibahanmentahmakananolahan
c. Lingkungan yang terbentuk dari berbagai tipe ekosistem yang saling berinteraksi
tanpa adanyaketimbangan dapat dikatakan seimbang dalam artian dalam suatu
lanskap terdapat keanekaragaman hayati saling terhubung, berinteraksi dan
bergantung satu sama lain sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian.
Ketika satu elemen hilang, maka akan mengganggu elemen lainnya. Sehingga pada
suatu lanskap perlu diterapkannya konsep dari konservasi biodiversitas. Pada studi
kasus ini dilakukan melalui observasi lapangan yang diteruskan oleh penulis dalam
analisis konservasi biodiversitas dan rekomendasi tepat Sasaram dari masing-
masing prinsip konservasi biodiversitas.
BAB 2
Semua daerah pasti memiliki lanskap pertanian yang berbeda-beda bentuk serta
penggunaan lahan di lanskaptersebut. Lanskap pertanian yang menjadi objek pengamatan
penulis diambil di Dusun Lokanden Lor, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang. Secara geografis Desa Kalisongo terletak pada perbukitan sisi utara dari Kota
Malang. Secara Administratif, Desa Kalisongo sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Pisang Candi Kota Malang. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandulan Kota
Malang. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Besuki Kota Malang
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Tengah/ Karang Widoro
Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Jarak tempuh Desa Kalisongo ke Ibukota Kecamatan
Dau adalah + 8 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan jarak
tempuh ke Ibukota Kabupaten Malang adalah + 6 km, yang dapat ditempuh dengan waktu
sekitar 15 menit. Dari sini dapat terlihat bahwa memang Desa Kalisodo termasuk dekat
dengan pusat Kota malang, sehingga cukup banyak berdiri perumahan kelas menengah-
atas, karena aksesnya yang mudah menuju pusat kota dan berbatasan langsung dengan
daerah pusat Kota Malang.
C A
Deskripsi atau cirri lanskap ang terdapat di Dusun Lokanden Lor, Desa Kalisongo,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang memiliki beberapa macam penampakan penggunaan
lahan, yaitu:
1. Lahan bagian A
Pada lahan bagian A yang terdapat di bagian atas dan bawah merupakan penggunaan
lahan untuk kawasan pemukiman. Dari penampakan tersebut dapat terlihat bahwa
pemukiman telah menjadi area sebagian besar dari seluruh lahan yag ada dalam lanskap
tersebut. Pada lahan A bagian bawah juga terlihat ada bekas pembakaran lahan yang
dilakukan oleh manusia. Hal ini merupaka masalah yang dapat mengganggu ekosistem
yang ada. Serta terlihat di area sekitar lanskap terdapat banyak bangunan-bangunan baru
yang akan menjadi area pemukiman tentunya dengan melakukan alih fungsi lahan pertanian
menjadi area pemukiman.
2. Lahan bagian B
Pada lahan bagian B merupakan lahan yang digunakan untuk budidaya berbagai
macam tanaman. Namun pada alanskap diatas terlihat bahwa ahan bagian B telah menjadi
lahan kosong. Bersumber dari masyarakat setempat bahwa lahan bagian B tersebut
sebelumnya merupakan lahan area budidaya tanaman semusim. Namun semakin lama
semakin menurun tingkat kesuburan dan kualitas lahannya, sehingga lahan tersebut telah
dibeli oleh beberapa perusahaan yang mana akan dijadikan area pemukiman baru. Bahkan
area jalan untuk masuk ke wilayah tersebut sudah ditutup total dari berbagai jalan yang ada.
Dari penjelasan singkat masyarakat setempat dapat dikatakan bahwa wilayah pertanian di
Dusun Lokanden Lor, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang hamper bisa
dikatakan telah beralih fungsi secara keseluruhan menjadi area penggunaan lahan
pemukiman. Pada pengalih fungsian ahan tersebut tanpa dialkukan berbagai pertimbangan
kondisi lingkungan sekitar yang padahal merupakan area lahan pertanain wilayah setempat.
Hal ini menjadi masalah serius karena area tersebut memang merupakan area yang sangat
menjanjikan untuk area pemukiman, namun penggunaan ini dapat sangat mempengaruhi
keberlanjutan dari lahan-lahan pertanian yang masih digunkan oleh masyarakat setempat
untuk usaha budidaya tanaman.
3. Lahan bagian C
Pada lahan bagian C terdapat vegetasi alami yang patut dilestarikan dan dijaga, karena
untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang terdapat didaerah tersebut. Terdapat
tanaman tahunan pada lahan bagian C perlu untuk ditambahkan kembali karena untuk
mencegah adanya erosi tanah didaerah sekitar. Karena fungsi dari tanaman tahunan yaitu
Lahan bagian C dapat dikelola secara aktif untuk memelihara heterogenitas baik pada skala
petak maupun skala landscape. Namun pada kenyataanya heterogenitas pada lahan
tersebut masih belum merata hal ini menggambarkan pola persebaran jenis yang tidak
merata, yang kemungkinan berkaitan dengan kondisi habitat ataupun karena campur tangan
manusia yang sudah berlangsung sejak lama. Namun area lahan bagian C tersebut hanya
tinggal tersisa dalam luasan ahan yang sangat kecil. Dari lanskap tersebut terlihat bahwa
area penggunaan lahan yang masih berdiri tanaman-tanaman tahunan seperti hutan dapat
dikatakan hamper habis, karena hanya tinggal area yang angat kecil dibandingkan area
yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian intensif maupu lahan pemukiman Dengan
kondisi semacam ini, maka dapat sangat mengancam keberlanjutan lahan-lahan pertanian
yang masih dapat difungsikan sebagai lahan pertanian.
Dari kedua gambar diatas dapat terlihat bahwa letak area yang masih terdapat
vegetasi alami hutan berupa tanaman-tanaman tahunan hanya tinggal area yang sangat
kecil. Disamping itu diatas lereng terjal telah ada bangunan yang sangat berada disamping
lereng tanpa adanya tanggul atau tembok penahan. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya
erosi yang dapat berdampak pada terjadinya longsor. Untuk itu wilayah lahan pertanain di
Dusun Lokanden Lor, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ini perlu benar-
benar diperhatikan agar lahan pertanian yang masih tersisa dan masih dapat dimanfaatkan
sebagai lahan budidaya pertanian dapat terus berfungsi sebagai mana mestinya.
BAB 3
REKOMENDASI PENERAPAN DAN PEMANFAATAN
Dari lanskap tersebut dapat kita lihat bahwa bentang lahan Dusun Lokanden Lor,
Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang tersebut memliki ketidak seimbangan
proporsi antara lahan yang masih dapat difungsikan sebagai lahan pemanfaatan pertanian
dengan lahan yang sudah beralih fungsi menjadi penggunaan lahan non pertanian.
Dari bentang lahan dalam lanskap diatas dapat dikatakan bahwa area pertanian
yang masih dapat dimanfaatkan secara baik ialah pada area pembatas biru saja. Area
pembatas hijau merupakan area penggunaan lahan yng merupakan area vegetasi alami
yang masih tersisa. Sedangkan pada lahan dengan pembatas merah merupakan lahan yang
benar-benar sudah menjadi area pemukiman. Serta pada lahan dengan pembatas orange
merupakan lahan yang mengalami transisi yang mana sebelumnya merupakan lahan
pertanian akan menjadi lahan pemukiman baru.
Dari hal tersebut maka perlu diadakanya konservasi atau penggunaan lahan dengan
memperhatikan lingkungan agar ekologi tetap terjaga serta tercapainya pertanian
berkelanjutan. Dari penjelasan permasalahan tersebut makan akan lebih baik jika
menggunakan rekomendasi yang sesuai dimana berkelanjutan sehingga dari ekologi dan
pertanian dapat saling menguntungkan. Menurut Seyhan (1990), menyatakan bahwa hutan
merupakan rintangan terhadap gerakan menurun air. Tanah-tanah hutan cenderung
memiliki laju infiltrasi yang tinggi karena timbunan sesesah (dari tetesan yang jatuh dari
daun, ranting dan cabang) pada lantai hutan, penetrasi akar (pengaruh perforasi) ke dalam
sistem tanah dan lebih jarang terjadinya suhu beku (frost). Sedangkan menurut
Kusumaningtyas (2012) keberadaan hutan atau vegetasi alami menjadi potensi sumber
daya alam yang menguntungkan bagi devisa negara. Di samping itu hutan memiliki aneka
fungsi yang berdampak positif terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Secara tidak
langsung fungsi hutan antara lain yaitu
1. Hutan mampu memproduksi Oksigen (O2) yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan
dapat pula menjadi penyerap karbondioksida (CO2) sisa hasil kegiatan manusia, atau
menjadi paru-paru wilayah setempat, bahkan jika dikumpulkan areal hutan yang ada di
daerah tropis ini, dapat menjadi paru-paru dunia. Siklus yang terjadi di hutan, dapat
mempengaruhi iklim suatu wilayah. Fungsi ini dapat disebut juga sebagai fungsi
klimatologis.
2. Hutan merupakan gudang penyimpan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun
embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai melalui mata air-mata
air yang berada di hutan. Dengan adanya hutan, air hujan yang berlimpah dapat diserap
dan diimpan di dalam tanah dan tidak terbuang percuma. Fungsi ini disebut juga sebagai
fungsi hidrologis.
3. Hutan merupakan tempat memasaknya makanan bagi tanaman-tanaman, dimana di
dalam hutan ini terjadi daur unsure haranya (nutrien, makanan bagi tanaman) dan melalui
aliran permukaan tanahnya, dapat mengalirkan makanannya ke area sekitarnya.
4. Hutan memiliki jenis kekayaan dari berbagai flora dan fauna sehingga fungsi hutan yang
penting lagi adalah sebagai area yang memproduksi embrio- embrio flora dan fauna yang
bakal menambah keanegaragaman hayati. Dengan salah satu fungsi hutan ini, dapat
mempertahankan kondisi ketahanan ekosistem di satu wilayah.
5. Hutan mampu memberikan sumbangan alam yang cukup besar bagi devisa negara,
terutama di bidang industri, selain kayu hutan juga menghasilkan bahan-bahan lain
seperti damar, kopal, terpentein, kayu putih, rotan serta tanaman-tanaman obat.
6. Hutan juga mampu memberikan devisa bagi kegiatan turismenya, sebagai penambah
estetika alam bagi bentang alam yang dimiliki. Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi
estetis.
7. Mencegah erosi dan tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat butiran-
butiran tanah. Dengan ada hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah
tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam tanah.
Dari berbagai pernyataan diatas terbukti bahwa keberadaan hutan alami sangat
diperlukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Selain itu adanya hutan yang memiliki
tipe utaman dimana tanaman tahunan menjadi peran utama karena tanaman tahunan
memiliki sistem perakaran yang kuat dalam menahan tanah sehingga mampu menahan
erosi. Sesuai dengan pernyataan Sudarsono (2003) Vegetasi akan memodifikasi kandungan
air dalam tanah dengan menurunkan muka air tanah akibat adanya evapotranspirasi,
sehingga dapat menunda tingkat kejenuhan air tanah, Dengan demikian akan menambah
kemantapan lereng.
Selain itu lahan yang terlihat pada lanskap memiliki kelerengan yang tidak terlalu
tinggi, namun jika tidak dilakukan tindakan yang tepat, dapat memicu terjadinya erosi yang
dapat menyebabkab longsor pada wilayah tersebut. Untuk itu dapat dilakukan beberapa
upaya berikut agar dapat dilakukan budidaya yang baik dan tidak mengalami permasalahan.
1. Teras Gulud
Teras gulud berbentuk barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian
belakang guludnya. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Teras
gulud memiliki fungsi yang hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju
dari aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air
dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke SPA. Untuk
meningkatkan efektivitas teras gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan,
serta agar guludan tidak mudah rusak sebaiknya guludan diperkuat tanaman penguat
teras (Dariah, 2005).
Gambar Teras Gulud
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada lanskap Dusun Lokanden Lor, Desa Kalisongo, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang memiliki masalah yang terfokuskan pada semakin berkurangnya
lahan pertanian yang rata-rata eralih fungsi menjadi lahan pemukiman, serta adanya lereng
yang membuat ketidak merataanya distribusi pemenuhan kebutuhan tanaman. Lahan
berlereng, tanpa aspek konservasi tanah menyebabkan terjadi erosi tanah yang berdampak
pada degradasi lahan dan penurunan produktivitas tanah yang akhirnya merusak ekosistem.
Sistim ini diarahkan pada mengembalikan sisa tanam, atau pemberian bahan organik yang
berasal dari kotoran ternak, serta penghasil biomas untuk dijadikan kompos. Penerapan
diarahkan menuju pertanian yang ramah lingkungan. Komponen teknologi konservasi tanah
yang perlu dilakukan untuk mendukung pengendalian erosi tanah adalah penerapan teras
guludan dengan saluran pembuangan air. Dampak ini sangat positif dalam meningkatkan
produktivitas tanaman dan tanah, sekaligus menekan laju erosi tanah. Aspek konservasi
tanah yang perlu menjadikan kunci adalah persentase kerapatan vegetasi tanaman yang
sesuai dengan kondisi lahan. Hal ini termasuk penyediaan masalah nutrisi atau hara
tanaman dan strategi pemupukan. Selain itu juga perlu dilakukan pengolaha lahan yang
tepat agar lahan pertanian yang masih dapat dimanfaatkan di bidang pertanian dapat terus
dimanfaatkan.
4.2 Saran
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendukung pertanian berlanjut baik dari sisi
perubahan sikap mental maupun perilaku ekonomi rumah tangga petani perlu dilakukan.
Teknologi-teknologi mendukung Pertanian Berlanjut harus disosialisasikan secara
berkesinambungan di sentra-sentra produksi untuk pengembangan kawasan pertanian yang
terpadu. Untuk itu, konsolidasi antar lahan pertanian/berbagai jenis penggunaan lahan
pertanian harus dibangun secara terpadu melibatkan instansi pertanian dan penyuluhan.
Serta perlu dilakukan pemberian sosialisasi agar lahan pertanian yang masih ada dan masih
dapat dimanfaatkan di sektor pertanian tetap bisa terus dimanfaatkan, tidak dialihfungsikan
menjadi lahan perumahan.
DAFTAR PUSTAKA
Nim : 175040207111109
Kelas :H
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019