Anda di halaman 1dari 25

BAB I

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan sebuah lembaga formal, tempat anak didik memperoleh
pendidikan dan pelajaran yang diberikan oleh guru. Sekolah mempersiapkan anak
didik memperoleh ilmu penetahuan dan ketrampilan, agar mampu berdiri sendiri
dalam masyarakat. Di dalam pengembangan nasional, anak merupakan investasi
pembangunan dalam bagian tenaga kerja dan pewaris negara di masa depan, maka
pembinaan untuk anak perlu dimulai sejak dini.
Sehubungan dengan itu bidang pendidikan dan kesehatan mempunyai peranan
yang besar karena secara organisatoris sekolah berada di bawah Departemen
Pendidikan Nasional, sedangkan secara fungsional Departemen Kesehatan
bertanggung jawab atas kesehatan peserta didik (Sonja Poernomo, 1978:17-18).
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah bab 1 pasal 1 No.1 tahun 2004
yang dimaksud dengan UKS adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Keberadaan Usaha Kesehatan Sekolah yang telah dirintis sejak 1956, sangat penting
seperti yang tercermin dalam pasal 45 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yaitu
usaha kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam hidup sehat, sehingga mereka dapat belajar, tumbuh, dan berkembang
secara harmonis dan optimal menjadi manusia yang berkualitas (Depkes RI, 2004).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan saluran utama pendidikan kesehatan
yang ada di sekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya
membentuk perilaku hidup sehat, yang nantinya akan menghasilkan derajat
kessehatan peserta didik secara optimal. Dalam mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya peserta didik diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
sebaik-baiknya dengan menyediakan lingkungan lingkungan yang sebaik-baiknya
pula (Sonja Poernomo dkk, 1978:22). Dengan adanya UKS sebagai saluran utama
untuk pendidikan kesehatan, diharapkan pada akhirnya bukan masyarakat sekolah saja
yang menjalankan hidup sehat, tetapi masyarakat sekitar juga akan menjalankan hidup
sehat dalam kesehariannya. Usaha Kesehatn Sekolah (UKS) dalam pelaksanaanya
yang berfungsi sebagai saluran utama kesehatan terhadap peserta didik kurang
maksimal. Dilihat dari hasil observasi di 2 sekolah di daerah tersebut masih belum
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah secara terencana

1
dan terarah. Selain itu sebagian sekolah juga belum mampu mengorganisasi Usaha
Kesehatan Sekolah dengan baik, belum ada kerja sama yang baik dengan pihak-pihak
terkait misal Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, orang tua siswa dan dengan
organisasi lainnya, sehingga terkesan bahwa kesehatan anak didik adalah tanggung
jawab orang tua semata.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Unit Kesehatan Sekolah dan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3).
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian UKS ?
2. Apa tujuan dari UKS ?
3. Bagaimana pelayanan pada UKS ?
4. Apa saja tugas dari UKS ?
5. Bagaimana peran Puskesmas dalam UKS?
6. Bagaimana strategi UKS?
7. Bagaimana pengelolaan UKS?
8. Apa pengertian K3?
9. Apa tujuan K3?
10. Bagaimana teknik identifikasi bahaya K3?
11. Apa penyebab kecelekaan kerja pada K3?
12. Bagaimana pencegahan kecelakaan kerja?
13. Apa saja alat pelindung diri ?
14. Apa saja faktor yang mempengaruhi K3?

2
BAB II

A. UKS
1. PENGERTIAN
UKS usaha adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan si sekolah-sekolah
dengan peserta didik beserta linkungan hidupnya sebagai sasaran utama (R.J
Soenarjo, 2002:4) Sejalan dengan pengertian tersebut usaha kesehatan terutama
ditujukan kepada usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan mencakup antara
lain : mencegah penyakit, memperpanjang hidup manusia, meningkatkan hidup yang
sehat, memberantas penyakit menular, dan membina peran serta masyarakat dalam
rangka memelihara kesehatan. Usaha membina dan mengembangkan hidup sehat
dilakukan secara terpadu, baik dengan program pendidikan di sekolah melalui
pendidikan olahraga dan kesehatan, melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pemilaharaan kesehatan (Dirjen Diskesmen, 1985:6).
UKS adalah kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan peserta
didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. Jadi menurut Depkes RI
bahwa sekolah merupakan masyarakat usia muda yang perlu diperli diperhatikan
kesehatannya agar dapat optimal dalam pertumbuhannya. Usaha Kesehatan Sekolah
di selenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam
lingkungan sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang
secara harmonis serta optimal, menjadi sumber daya yang berkualitas (Depkes RI,
1982:15).
UKS adalah pusat kegiatan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan pada siswa
sekolah yang dikelola dan diselenggarakan oleh institusi kesehatan, bekerja sama
dengan institusi pendidikan melalui dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam
rangka pencapaian derajat kesehatan siswa (Depkes RI, 2002. Mengadopsi dari
internet).
Menurut John Biddulph dan John Stace (1999: 381-382), pentingnya UKS adalah
sebagai berikut:
1. Jumlah anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah merupakan
seperempat populasi masyarakat. Anak sekolah merupakan suatu kelompok yang
besar.
2. Sekolah merupakan tempat yang baik untuk mengajar kesehatan. Anakanak
berkumpul di satu tempat. Mereka berharap dapat belajar sesuatu yang baru di

3
sekolah. Guru sudah dilatih untuk mengajar anak. Salah satu hal penting yang
harus dipelajari anak sekolah adalah masalah kesehatan.
3. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat. Bermula dari sekolah hal-hal yang
menyangkut kesehatan akan menyebar ke masyarakat. Anak akan membawa
pulang apa yang sudah dipelajari di sekolah dan akan memberitahukannya kepada
keluarga di rumah.
4. Perbaikan kesehatan anak semasa sekolah akan menolong sisa hidup mereka.
Misalnya, anak dengan infeksi telinga dapat menjadi tuli jika tidak diobati dengan
tepat. Ketulian ini akan menghalangi dia untuk belajar dengan baik di sekolah.
Setelah ia selesai dan keluar dari sekolah, ketuliannya ini akan menghalangi ia
mendapatkan pekerjaan. Jika infeksi telinga diobati dengan benar di sekolah
semua masalah dapat dicegah.
5. Melalui pemeriksaan anak-anak sekolah ternyata didapatkan banyak anak sekolah
yang memerlukan pengobatan.
6. Jika anak sehat, ia akan belajar dengan baik di sekolah. Jika sakit, ia tidak dapat
belajar dengan baik di sekolah. Setelah anak lulus sekolah, ia akan sulit mendapat
pekerjaan yang baik.
7. Di sekolah anak berhubungan dengan banyak orang. Ini berarti mempunyai
banyak kemungkinan tertular penyakit infeksi.
2. Tujuan UKS
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan
UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang
sehat dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam
usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan
masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari
pengaruh buruk lingkungan. Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi
peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai sasaran
sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra

4
sekolah / TK / RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan
perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran
lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehata dan pelayanan kesehatan.
Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah,
keluaraga. Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS
memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan
keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat
mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat
bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang
dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator
kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga
kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama
mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan
ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih
berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008,
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa
biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh
karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat
kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai denganharapan. Ada tiga program
pokok UKS yang sering disebut trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan
secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah
melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran
Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran
lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler adalah
melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di sekolah atau di luar
sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya
terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta
didik, guru Pembina UKS dan kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan
kebiasaan hidup bersih melalui program sekolah sehat.

5
3. Pelayanan Kesehatan Sekolah
Menurut John Biddulph dan John Stace (1999: 382 - 383), pelayanan kesehatan
sekolah adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh petugas UKS dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada para murid di sekolah. Setiap sekolah harus dikunjungi
petugas kesehatan paling sedikit satu kali setahun. Petugas UKS harus mempunyai
kerjasama yang baik dengan guru sekolah. Tidak ada program kesehatan sekolah yang
dapat berhasil jika tidak ada kerjasama yang baik. Petugas UKS harus selalu
memberitahu guru mengenai apa yang didapatkan pada anakanak didik dan
memberitahu pengobatan apa yang diperlukan.
Hal-hal yang dilakukan pada saat melakukan kunjungan kesehatan sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Membicarakan tentang higiene sekolah, penyediaan air bersih dan keamanan
sekolah serta lapangan bermain dengan para guru.
2. Menanyakan tentang pelajaran kesehatan di sekolah. Pelajaran ini dapat
diberikan melalui guru, radio atau Petugas UKS.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap:anak-anak baru di sekolah
(Kelas 1), anak-anak yang akan segera meninggalkan sekolah (Kelas 6), anak-
anak yang kesehatannya dikuatirkan guru dan anak-anak yang ditemukan
adanya kelainan pada pemeriksaan kesehatan sebelumnya
4. Melanjutkan perawatan pada anak-anak yang memerlukan pengobatan
jangka panjang
5. Memastikan para guru dan karyawan sekolah lainnya tidak menderita suatu
penyakit infeksi yang dapat menular kepada anak-anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sekolah. Jika tersedia, pelayanan ini
diberikan oleh perawat gigi.
7. Anak-anak sekolah harus mendapat imunisasi yang diperlukan seperti campak
dan tetanus toksoid.
8. Guru-guru harus dapat mengenali dan mengobati berbagai penyakit ringan
seperti pilek, sariawan dan demam pada anak-anak sekolah. Para guru harus
dapat memberikan pertolongan pertama. Sekolah harus memiliki
perlengkapan pertolongan pertama. Petugas dapat membantu dengan
memberikan berbagai nasehat.
9. Guru harus memperhatikan adanya tanda-tanda emosional atau penyakit
mental (kesalahan penyesuaian diri) pada anak-anak. Hal ini biasanya

6
ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku atau penampilan anak. Mungkin
anak kehilangan minat di sekolah. Atau menjadi kesepian, sedih dan tidak
mempunyai teman. Atau anak menjadi tidak ramah dan berperangai buruk.
Atau anak menunjukkan tingkah laku yang tidak biasa. Guru sebaiknya
memberitahu Petugas UKS jika ada anak sekolah yang mengalami masalah
fisik, mental atau emosional.
10. Guru sebaiknya memeriksa anak setiap tahun di dalam kelas mereka untuk
meyakinkan mereka dapat melihat dan mendengar dengan baik.
4. Tugas Usaha Kesehatan Sekolah
Menurut Abdul Latief dkk (1985: 59), UKS bertugas untuk mencapai tujuan untuk
mencapai potensi maksimal yang ada pada anak didik dengan jalan di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengikutsertakan secara aktif guru dan orang tua murid dalam usaha
memberikan pendidikan kesehatan, menanamkan kebiasaan hidup sehat,
mengawasi kesehatan anak didik dan memberikan pengobatan sederhana
yang diperlukan
2. Menemukan kelainan pada tingkat permulaan dan mengusahakan
pengobatannya
3. Imunisasi ulangan
4. Pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit gigi
5. Usaha ke arah perbaikan gizi
6. Mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat Menurut
Notoatmodjo (2007: 12), tugas UKS perlu ditingkatkan karena kesehatan itu
relatif dan mempunyai bentangan yang luas, oleh sebab itu upaya kesehatan
promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang dan kelompok
harus ditingkatkan secara optimal. Menurut Azrul Azwar (1983: 14), tugas
UKS adalah untuk merubah perilaku perorangan dan masyarakat dalam
bidang kesehatan. Tujuan ini adalah tujuan yang amat mendasar, karena
sebenarnya banyak masalah kesehatan yang ditemukan antara lain perilaku
perorangan dan masyarakat yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip
kesehatan.
5. Peran Puskesmas dalam Meningkatkan Usaha Kesehatan Sekolah
Menurut Azrul Azwar (1983: 21), peran Puskesmas dalam meningkatkan UKS adalah

7
dengan melakukan pengembangan kesehatan masyakat, membina peran masyarakat
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Notoatmodjo (2007: 17),
peran Puskesmas dalam meningkatkan UKS adalah dengan secara langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada UKS dalam suatu wilayah kerjanya
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan yang bersifat kontinyu. Menurut Abdul Latief
dkk (1985: 60), peran Puskesmas dalam meningkatkan UKS adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pusat pembangunan UKS di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta UKS di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
siswa yang berada dalam wilayah kerja UKS. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka peran Puskesmas dalam meningkatkan UKS adalah dengan memberikan
petunjuk kepada UKS tentang menggunakan sumber daya UKS yang ada secara
efektif dan efesien. Selain itu dengan memberikan bantuan yang bersifat
bimbingan teknis materi dan rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menyebabkan ketergantungan
6. Strategi Pemberdayaan UKS
Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service) Pemeliharaan kesehatan
sekolah untuk tingkat sekolah dasar, dimaksudkan untuk memelihara, meningkatkan
dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi terhadap
peserta didik maupun gurunya. Pemeliharaan kesehatan di sekolah dilakukan oleh
petugas puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk dibawah seorang koordinator
usaha kesehatan sekolah yang terdiri dari dokter, perawat, juru imunisasi dan
sebagainya. Untuk koordinasi pada tingkat kecamatan dibentuk tim pembina usaha
kesehatan sekolah dengan kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus
dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan
bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah. Salah satu
pelayanan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah diwujudkan dalam bentuk
pemberdayaan usaha kesehatan sekolah. Inti kegiatan operasional dikemukakan oleh
tim pembina UKS pusat (1999 : 2) yang mencangkup tiga program meliputi (1)
penyuluhan (2) pencegahan (3) pengobatan/perawata. Pemberdayaan selalu dikaitkan
dengan manajemen. Ketika pemberdayaan dikonotasikan sebagai manajemen maka

8
secara umum segiovani (198. : 5) memberikan pengertian anatara lain “ the process of
working with and through others to effidiently accompls organizational goals”
pemberdayaan yang baik adalah penyelesaian pekerjaan dengan mencapai tujuan-
tujuan organisasi secara efisiensi. Dalam pengertian besar manajemen usaha
kesehatan sekolah dijelaskan Kurniasri Darliana (1990 : 17-25) sebagai berikut:
1. Perencanaan : rencana ini tijunjukan pada upaya pencegahan,pemberantasan
dan pembasmian penyakit menular. Kemudian diarahkan juga kepada pendidikan
kesehatan gizi,pengobatan,perawatan serta lingkungan sekolah dan tempat tinggal
2. Pengorganisasian : pemberdayaan usaha kesehatan sekolah merupakan tugas
dan tanggung jawab bagian UKS puskesmas komposisi struktur tersebut
tergantung kebutuhan dan kemampuan puskesmas.
3. Personalia : penentuan personalia dilihat dari aspek keterampilan, kemampuan
dan pengetahuan baik medis ( asuransi kesehatan,dana sehat dll).
4. Pengarahan : pelayanan pengarahan dilakukan secara langsung dan terintergrasi
dalam program, sehingga masyarakat, pihak sekolah dan siswa ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan manajemen kesehatan. Hal yang paling strategis
mewujudkan pengarahan adalah prosedur kerja yang harus ditaati dengan seksama
5. Pengawasan : tolak ukur menentukan pengawasan pemberdayaan manajeman
kesehatan yang baik antara lain : (a) mempunyai standart untuk pedoman
pertandingan hasil pelaksana rencana (b) mengadakan pengawasan kegiatan (c)
melakukan perbandingan hasil dan standart (d) melakukan tindakan oerbaikan
Untuk lagkah awal, implementasi manajemen dituangkan ke dalam program kerja
yang disusun oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru, prngurus BP3 serta pihak
puskesmas lainya. Hal-hal yang amat paling penting dituangkan meliputi : (1) visi
dan misi (2) substansi (3) fasilitas (4) pendanaan dan (5) mekanisme kerjasama
7. Pengelolaan UKS
Dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, prinsip pengelolaan yang
digunakan diantaranya mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah,
kegiatan yang terintegrasi, melaksanakan rujukan serta kerjasama. Kerjasama tim di
tingkat Puskesmas sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program usaha
kesehatan sekolah, kerjasama ini terdiri dari beberapa program yang terlibat
didalamnya diantaranya dokter, perawat komunitas, petugas gigi, ahli gizi, petugas
sanitasi, petugas posyandu dan tenaga kesehatan lainnya yang dikoordinir oleh Kepala
Puskesmas (Zein, 2008).

9
Dukungan yang diberikan dalam pengelolaan program usaha kesehatan sekolah oleh
tenaga kesehatan Puskesmas mencakup melakukan pengembangan program baik yang
dilakukan secara rutin maupun program tambahan, ikut berpartisipasi langsung dalam
setiap pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan sekolah disetiap sekolah serta kegiatan
pada waktu tertentu seperti perlombaan sekolah sehat, HUT kemerdekaan, Hardiknas,
Hari Kesehatan Nasional dan lainlain (Sujudi, 2004).
8. Sasaran UKS
Sasaran uks adalah peserta didik dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah (TK, SD, SMP, dan SMA/SMK) termasuk peserta didik di
perguruan agama beserta lingkungannya. Sasaran pembinaan UKS adalah sebagai
berikut:
a. Peserta didik
b. Pembina teknis (guru dan petugas kesehatan)
c. Pembina non teknis (pengelola pendidikan, karyawan sekolah/madrasah)
d. Sarana dan prasarana pendidikan serta pelayanan kesehatan
e. Lingkungan (lingkungan sekolah/madrasah, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat sekitar sekolah/madrasah)
9. Ruang lingkup program dan pembinaan UKS
Ruang lingkup program UKS tercermin dalam tiga program pokok UKS yang disebut
trias UKS meliputi :
a. Penyelengaraan pendidikan kesehatan
b. Penyelengaraan pelayanan kesehatan
c. Pembinaan lingkungan sekolah/madrasah sehat

Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi :

1) Penyusunan perencanaan program


2) Pelaksanaan program
3) Penilaian dan penelitian
4) Manajemen dan organisasi termasuk ketenagaan, sarana dan prasarana serta
pembiayaan

10
Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan UKS secara
terpadu dan terkoordinasi, maka dibentuk Tim pembina UKS pada setiap
jenjang pemerintahan yaitu Tim Pembina UKS Tingkat Pusat, Tingkat
Provinsi, dan Tingkat Kecamatan. Adapun Tim Pelaksana UKS adalah
sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah

PEDOMAN PELAKSANAAN TIGA PROGRAM POKOK UKS

1. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan atau tuntuna
kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi
(fisik, mental, dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan agar pserta didik :
a. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat
c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan
d. Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
e. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit
f. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk di luar (narkoba, arus
informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat
2. Pelayanan kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh Tim Kesehatan dari
Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelaksanaan
pelayanan kesehatan disekolah bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan melakukan tindakan hidup sehat
dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat
b. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit ,kelainan dan cacat
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,
kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik
yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal

11
Pelayanan kesehatan diberikan secara komprehensif dengan mengutamakan
kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif dan rehabilitatif untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal meliputi :

a. Kegiatan promotif
1) Latihan keteranpilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan
dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan
kesehatan, antara lain dokter kecil, kader kesehatan remaja, palang
merah remaja, dan saka bhakti husada.
2) Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah
anatara lain pembinaan kantin sekolah sehat dan pembinaan
lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor
pembawa penyakit.
3) Pembinaan keteladanan berperilaku hidup ersih dan sehat (PHBS)
b. Kegiatan preventif
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pengingkatan daya tahan tubuh,
kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan
penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit
yaitu :
c. Kegiatan kuratif dan rehabilitatif
Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan
kecatatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal yaitu
diagnosis dini, pengobatan ringan, pertolongan pertama pada kecelakaan
dan pertolongan pertama pada penyakit dan rujukan medik.

B. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut Mangkunegara (dalam Sayuti, 2013:196) kesehatan kerja adalah kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Sedangkan keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang,
mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja
tidak mengalami cedera. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut Ramli
(2013:62) adalah kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi

12
kesehatan dan keselamatan pekerja atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan
kontraktor), pengunjung, atau setiap orang di tempat kerja
1. Kriteria Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Ramli (2013:72) suatu kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang baik disyaratkan memenuhi kriteria berikut:
a. Sesuai dengan sifat dan skala risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
organisasi. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
pewujudan dari visi dan misi suatu organisasi, sehingga harus disesuaikan
dengan sifat dan skala organisasi. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) tentu berbeda antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya,
tergantung sifat dan skala risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dihadapi, serta strategi bisnis organisasi.
b. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan. Dalam kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus tersirat adanya komitmen untuk
peningkatan berkelanjutan. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
tidak statis, karena berkembang sejalan dengan teknologi, operasi dan proses
produksi. Karena itu, kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
terus menerus ditingkatkan selama organisasi beroperasi. Komitmen untuk
peningkatan berkelanjutan akan memberikan dorongan bagi semua unsur
dalam organisasi untuk terus menerus meningkatkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dalam organisasi.
c. Termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya memenuhi perundangan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku dan persyaratan lainnya
yang diacu organisasi. Hal ini berarti bahwa manajemen akan mendukung
pemenuhan semua persyaratan dan norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), baik yang disyaratkan dalam perundangan maupun petunjuk praktis atau
standar yang berlaku bagi aktivitasnya.
d. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara. Kebijakan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) harus didokumentasikan artinya bukan hanya
dalam bentuk ungkapan lisan atau pernyataan manajemen, tetapi dibuat tertulis
sehingga dapat diketahui dan dibaca oleh semua pihak berkepentingan.
Disamping itu kebijakan tersebut harus diimplementasikan, bukan sekedar
pajangan atau bagian dari manual Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Salah satu bentuk implementasinya adalah dengan menggunakan kebijakan

13
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sebagai acuan dalam setiap kebijakan
organisasi, pengembangan strategi bisnis dan rencana kerja organisasi.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga dipelihara, artinya
selalu disempurnakan sesuai dengan perkembangan, tuntutan dan kemajuan
organisasi.
e. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar pekerja
memahami maksud dan tujuan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), kewajiban serta peran semua pihak dalam Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Komunikasi kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dapat dilakukan melalui berbagai cara atau media, misalnya ditempatkan di
lokasilokasi kerja, dimasukkan dalam buku saku Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), website organisasi atau bahan pembinaan dan pelatihan.
f. Tersedia bagi pihak lain yang terkait. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) juga harus diketahui oleh pihak lain yangterkait dengan bisnis atau
aktivitas organisasi seperti konsumen, pemasok, instansi pemerintah, mitra
bisnis, pemodal, atau masyarakat sekitar. Dengan mengetahui kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tersebut, mereka dapat
mengantisipasi, mendukung atau mengapresiasi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) organisasi. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus dapat diakses misalnya melalui situs organisasi.
g. Ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan bahwa masih relevan dan
sesuai bagi organisasi. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
bersifat dinamis dan harus selalu disesuaikan dengan kondisi baik internal
maupun eksternal organisasi. Karena itu harus ditinjau secara berkala apakah
masih relevan dengan kondisi organisasi.
2. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Sedarmayanti (2011:124) ada 3 (tiga) tujuan dari sistem manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja bebas.
b. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

14
memberantas kelelahan kerja dan melipat gandakan gairah serta kenikmatan
bekerja.
c. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari
bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industry.
3. Teknik Identifikasi Bahaya
Menurut Ridley (2008:52), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian/kelukaan. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi bahaya yang
mungkin timbul di lingkungan kerja yaitu:
a. Survei keselamatan kerja.
1) Kadang dinamakan inspeksi keselamatan kerja
2) Inspeksi umum terhadap seluruh area kerja.
3) Cenderung kurang rinci dibandingkan teknik-teknik lainnya
4) Memberikan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan pencegahan
kecelakaan di seluruh area kerja tertentu
b. Patroli keselamatan kerja
1) Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan terlebih dahulu
2) Perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan cakupan
menyeluruh atas area kerja
3) Mempersingkat waktu setiap inspeksi
c. Pengambilan sampel keselamatan kerja
1) Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja
2) Fokuskanlah perhatian untuk melakukan identifikasi lebih rinci
3) Perlu merencanakan serangkaian pengambilan sampel untuk mencakup
seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
d. Audit keselamatan kerja
1) Inspeksi tempat kerja dengan teliti
2) Lakukanlah pencarian untuk mengidentifikasi semua jenis bahaya
3) Jumlah setiap jenis bahaya yang teridentifkasi harus dicatat
4) Dapat dikembankan menjadi sistem peringkat untuk mengukur derajat
kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan
5) Audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikanperbaikan apa saja
yang telah dilakukan

15
6) Bisa menyita waktu
e. Memeriksa lingkungan kerja
1) Dilakukan berdasarkan pengukuran konsentrasi zat-zat kimia
di atmosfer
2) Dapat mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap
kesehatan di tempat kerja
3) Mencatat pembacaan secara berturut-turut dapat menunjukkan
peningkatan atau kebalikannya
4) Pemeriksaan dengan sampel kasar sangat tidak akurat dan bisa
sangat mahal
5) Instrumen elektronik memang mahal namum memberikan
pembacaan yang cepat dan akurat
6) Instrumen elektronik dapat digunakan secara terus-menerus untuk jangka
panjang
f. Laporan kecelakaan
1) Dibuat setelah kecelakaan
2) Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa
kehilangan waktu
3) Informasi yang diperoleh dari laporan kecelakaan
4) Laporan harus dapat mengindikasikan tindakan pencegahan yang
diperlukan
g. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi
1) Laporan insiden-insiden yang dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat
menyebabkan kecelakaan
2) Memerlukan budaya keselamatan kerja yang tepat agar efektif
h. Masukan dari para karyawan
1) Secara formal dapat diperoleh melalui komite keselamatan kerja atau
secara informal melalui penyelia
2) Membutuhkan budaya “tidak saling menyalahkan” untuk memberanikan
pekerja melaporkan masalah
3) Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang
perlu dilakukan
4) Perlu umpan-balik ke pekerja dalam bentuk tindakan untuk
mempertahankan kredibilitas manajemen

16
4. Penyebab Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Suatu
kejadian atau peristiwa tertentu ada sebab musababnya, demikian pula kecelakaan
industri/kecelakaan kerja. Menurut Husni (2012:152) ada 4 (empat) faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu:
a. Faktor Manusianya
Misalnya karena kurangnya keterampilan atau kekurangannya pengetahuan,
salah penempatannya misalnya si tenaga kerja lulusan STM akan ditempatkan
dibagian tata usaha.
b. Faktor Materialnya/Bahannya/Peralatannya
Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih
murah dibuat dari bahan lainnya sehingga dengan mudah dapat menimbulkan
kecelakaan.
c. Faktor Bahaya/Sumber Bahaya
Faktor bahaya/sumber bahaya timbul karena 2 (dua) sebab, yaitu:
1) Perbuatan berbahaya; misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebaginya.
2) Kondisi/keadaan berbahaya yaitu keadaan yang tidak aman dari
mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.
d. Faktor yang Dihadapi
Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesinmesin/peralatan sehingga
tidak bisa bekerja dengan sempurna
5. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen atau orang
yang kompeten terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah berikut
(Sayuti, 2013:202):
a. Teknik (Engineering)
Maksud dari langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan harus
melengkapi semua perkakas, mesin-mesin, dan peralatan kerja yang digunakan
oleh para karyawan dengan alat-alat atau perlengkapan yang dapat mencegah
atau menghentikan kecelakaan dan gangguan keamanan kerja. Sebagai contoh,
melengkapi mesinmesin dengan tombol-tombol untuk menghentikan
bekerjanya mesin atau alat-alat, memasang alarm kontrol otomatis yang dapat

17
berhenti tiba- tiba bila terjadi kecelakaan, dapat pula memasang alat lain agar
pekerja secara teknis dapat terlindungi dari gangguan keamanan dan
keselamatan kerja. Intinya, teknik (Engineering) adalah dalam bekerja harus
menggunakan mesin yang standar atau mesin yang tidak rawan kecelakaan.
b. Pendidikan (Education)
Maksud langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan memberikan
pendidikan dan pelatihan kepada para pekerjanya untuk menanamkan
kebiasaan bekerja dan cara bekerja yang aman guna mencapai hasil yang
maksimum secara aman. Kegiatan pendidikan dan latihan ini diberikan kepada
semua karyawan sebelum mereka memulai bekerja, atau program ini harus
menjadi kegiatan wajib yang terjadwal bagi perusahaan yang diberikan kepada
karyawan yang merupakan bagian dari acara orientasi bagi karyawan baru,
sehingga pemahaman dan kesadaran atau kepedulian karyawan terhadap
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat membudaya sejak awal mereka
menjadi anggota organisasi.
c. Pelaksanaan (Enforcement)
Maksud langkah ini adalah kegiatan perusahaan untuk memberi jaminan
bahwa peraturan pengendalian kecelakaan atau program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dapat dijalankan. Untuk menjamin langkah ini dapat
berjalan, pihak perusahaan dapat melakukan konsep reward and punishment,
artinya perusahaan mengamati dan membuat rekam jejak para karyawannya
atau setiap unit kegiatan baik secara perorangan maupun secara kelompok
tentang tindakan dan kepedulian mereka terhadap program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), bagi mereka yang abai dan menjadi penyebab sering
terjadi kecelakaan dan gangguan kerja diberikan semacam peringatan dan
hukuman, tentu saja dengan cara yang santun dan mendidik. Sementara untuk
mereka yang selalu peduli dan tidak menjadi penyebab atau bahkan menjadi
penghalang terjadinya kecelakaan atau gangguan kerja diberikan suatu
apresiasi atau penghargaan, baik dalam wujud statemen kredit poin ataupun
sejumlah barang, benda atau uang yang dapat mereka konsumsi, tentu saja
tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang mendidik dan memotivasi
para karyawan untuk selalu peduli akan pentingnya program K3 dalam
lingkungan kerja di perusahaan.
6. Alat Pelindung Diri (APD)
18
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 bahwa
pengusaha wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja/buruh di
tempat kerja. Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. Menurut Ridley (2009:142)
alat pelindung diri sebaiknya memenuhi persyaratan berikut:
a. Alat pelindung diri yang efektif harus:
1) Sesuai dengan bahaya yang dihadap
2) Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
3) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
4) Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
5) Memiliki konstruksi yang sangat kuat
6) Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai
secara bersamaan
7) Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.
b. Alat pelindung diri harus:
1) Disediakan secara gratis
2) Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah
digunakan
3) Hanya digunakan sesuai peruntukannya
4) Dijaga dalam kondisi baik
5) Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan
6) Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan.
c. Operator-operator yang menggunakan alat pelindung diri harus
memperoleh:
1) Informasi tentang bahaya yang dihadapi
2) Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil
3) Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar
4) Konsultasi dan diizinkan memilih alat pelindung diri yang tergantung pada
kecocokannya
5) Pelatihan cara pemeliharaan dan menyimpan alat pelindung diri dengan
rapi

19
6) Instruksi agar melapor setiap kecacatan atau kerusakan Adapun jenis-jenis
dari alat pelindung diri yang wajib disediakan oleh perusahaan menurut
Ridley (2009:143) yaitu sebagai berikut:
a) Pelindung Kepala
Pelindung kepala terbagi menjadi beberapa jenis seperti helm keras
(hard hats), helm empuk (bump caps), topi, harnet, atau pemangkasan
rambut. Fungsi dari alat ini yaitu untuk melindungi kepala dari
jatuhnya benda benda keras, ruang yang sempit, dan rambut terjerat di
tempat kerja.
b) Pelindung Telinga
Pelindung telinga terbagi menjadi dua jenis yaitu penutup telinga (ear
muff) dan penyumbat telinga (ear plug). Fungsi dari alat ini yaitu untuk
melindungi telinga/pendengaran dari suara bising di tempat kerja.
c) Pelindung Mata
Pelindung telinga terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kacamata
pelindung (goggles), pelindung wajah, goggles khusus. Fungsi alat ini
yaitu untuk melindungi mata/penglihatan dari terkena debu, kersik,
partikel-partikel berbahaya yang berterbangan, radiasi, laser, dan
bunga api las di tempat kerja.
d) Pelindung Paru-Paru
Pelindung paru-paru terbagi menjadi beberapa jenis yaitu masker
wajah, respirator dengan filter penyerap, dan alat bantu pernapasan
lainnya. Fungsi alat ini yaitu untuk melindungi paru-paru dari debu,
asap, gas beracun, dan atmosfer miskin oksigen yang melewati hidung
dan mulut pada saat sedang bekerja.
e) Pelindung Tangan
Pelindung tangan atau sarung tangan terbagi menjadi dua jenis yaitu
sarung tangan tahan bahan kimia dan sarung tangan insulasi. Alat ini
berfungsi untuk melindungi tangan dari terkena tepi-tepi dan ujung
yang tajam dari suatu benda, zat kimia korosif, dan tempertur
tinggi/rendah pada saat sedanng bekerja.
f) Pelindung Kaki

20
Pelindung kaki atau sepatu pengaman berfungsi untuk melindungi kaki
dari terpeleset, menginjak benda tajam dilantai, tertimpa benda keras,
dan terkena percikan logam cair pada saat sedang bekerja.
g) Pelindung Kulit
Pelindung kulit atau krim pelindung berfungsi menjaga kelembaban
kulit dan untuk melindungi kulit dari terkena bahan korosif ringan atau
kuat, dan zat pelarut yang berbahaya pada saat sedang bekerja.
h) Pelindung Seluruh Tubuh
Pelindung seluruh tubuh terbagi menjadi beberapa jenis yaitu pakaian
bertekanan udara (pressurized suits), tali-temali pelindung (harness),
baju/rompi yang terlihat di kegelapan (high-visibility), baju pelindung
khusus, baju tahan panas, dan baju untuk segala cuaca. Alat ini
berfungsi untuk melindungi seluruh tubuh dari atmosfer yang
berbahaya (uap beracun dan debu radioaktif), terjatuh, kendaraan
bergerak, gergaji rantai, temperature tinggi, dan cuaca ekstrim.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
Menurut Sedarmayanti (2011:125) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu sebagai berikut:
a. Kebersihan
Kebersihan merupakan syarat utama bagi pegawai agar tetap sehat, dan
pelaksanaannya tidak memerlukan banyak biaya. Untuk menjaga kesehatan,
semua ruangan hendaknya tetap dalam keadaan bersih.
b. Air Minum dan Kesehatan
Air minum yang bersih dari sumber yang sehat secara teratur hendaknya
diperiksa dan harus disediakan secara cuma-cuma dekat tempat kerja. Hal ini
penting karena di tempat persediaan air yang disangsikan kebersihannya, dan
di tempat kerja terbuka, apabila tidak ada persediaan air bersih, pegawai akan
cenderung menyegarkan diri dengan air kotor.
c. Urusan Rumah Tangga
Kerapihan dalam ruang kerja membantu pencapaian produktivitas dan
mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika jalan sempit dan tidak bebas dari
tumpukan bahan dan hambatan lain, maka waktu akan terbuang untuk

21
menggeser hambatan tersebut sewaktu bahan dibawa ke dan dari tempat kerja
atau mesin.
d. Ventilasi, Pemanas dan Pendingin
Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan rasa keserasian para
pegawai, oleh karenanya merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi
kerja. Pengaruh udara panas dan akibatnya dapat menyebabkan banyak waktu
hilang karena pegawai tiap kali harus pergi ke luar akibat “keadaan kerja yang
tidak tertahan”.
e. Tempat Kerja, Ruang Kerja dan Tempat Duduk
Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersedia cukup
tempat untuk bergerak tanpa mendapat gangguan dari teman sekerjanya,
gangguan dari mesin ataupun dari tumpukan bahan. Dalam keadaan tertentu
kepadatan temapt kerja dapat berakibat buruk bagi kesehatan pegawai, tetapi
pada umumnya kepadatan termaksud menyangkut masalah efisiensi kerja
f. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan meniadakan penyebabnya,
apakah sebab itu merupakan sebab teknis atau sebab yang datang dari
manusia.
g. Pencegahan Kebakaran Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di
daerah beriklim panas dan kering serta lingkungan industri tertentu.
Pencegahan senantiasa lebih baik daripada memadamkan kebakaran, tetapi
harus ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapan lainnya untuk
pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalam keadaan baik.
h. Gizi 8 Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa menyinggung
tentang masalah jumlah dan nilai gizi makanan para pegawai. Di beberapa
negara jumlah makanan pegawai tiap hari hanya sedikit melebihi yang
diperlukan badannya, jadi hanya cukup untuk hidup dan sama sekali kurang
untuk dapat mengimbangi pengeluaran tenaga selama menjalankan pekerjaan
yang berat. Dalam keadaan yang demikian tidak dapat diharapkan bahwa
pegawai akan sanggup menghasilkan keluaran yang memerlukan energi berat,
yang biasanya dapat dihasilkan oleh pegawai yang sehat, cukup makan, lepas
dari kesulitan akibat iklim yang harus dihadapi.

22
i. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja Pemanfaatan
penerangan/cahaya dan warna di tempat kerja dengan setepat-tepatnya
mempunyai arti penting dalam menunjang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Kebisingan di tempat kerja merupakan faktor yang perlu dicegah dan
dihilangkan karena akan dapat mengakibatkan kerusakan.

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Usaha kesehatan sekolah (UKS) upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah, guna
menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS
memiliki tugas yaitu: Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat. Tujuan UKS mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta rehabilitasi anak-anak sekolah dan lingkungannya sehingga didapatkan anak-
anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya.

K3 atau adalah kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan pekerja atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor),
pengunjung, atau setiap orang di tempat kerja. Dengan meminimlaisirkan terjadinya
kecelakaan kerja dengan cara dan teknik yang sesuai standar keselamatan kerja.

24
Daftar pustaka

Adisamito, W.(2008). Sistem Kesehatan. Jakarta : PT RajaGralindo Persada.


Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Effendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai