Drosophila

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN

GENETIKA

Oleh:
Nama : Harditya Firdhaus
NIM : B1A017115
Rombongan : VI
Kelompok : B
Asisten : Fajar Nur Sulistyahadi

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Drosophila melanogaster Jantan dan Betina

Keterangan gambar :
1. Drosophila Betina
2. Drosophila Jantan

Gambar 2. Mutan Drosophila melanogaster


Keterangan gambar :

1. Lalat Drosophila tipe taxi


2. Lalat Drosophila tipe ebony
3. Lalat Drosophila tipe white eyes
Gambar 3. Isolasi Betina Virgin Drosophila melanogaster Sesudah Diinkubasi

Gambar 4. Isolasi Betina Virgin Drosophila melanogaster Sebelum Diinkubasi


B. Pembahasan

Drosophila melanogaster merupakan objek yang sering digunakan dalam


penelitian genetika karena mudah dikembangbiakkan dan juga mudah didapatkan di
alam bebas. Drosophila melanogaster biasanya ditemukan pada buah-buahan yang
sudah ranum. Hal ini dikarenakan makanan lalat buah adalah jamur yang tumbuh pada
buah. Biasanya dalam melakukan pengamatan tentang Drosophila melanogaster
dibuat sebuah medium untuk pemeliharaan Drosophila melanogaster tersebut
sehingga memudahkan melakukan pengamatan tentang lalat buah khususnya
mengenai siklus lalat buah. tanpa suatu medium, setiap fase pada siklus hidup
Drosophila melanogaster sulit diamati. Siklus hidup Drosophila melanogaster relatif
singkat. Hanya sekitar 2 minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, satu hari
kemudian menjadi larva dan pada tahap larva mengalami empat kali pergantian kulit
(instar), tiga hari kemudian larva akan menjadi pupa. Setelah delapan hingga sebelas
hari, pupa akan berubah menjadi imago. Imago inilah yang disebut lalat buah dewasa.
Beberapa waktu kemudian imago akan bertelur kembali. Siklus hidup Drosophila
melanogaster disebut metamorfosis sempurna (Hartwell et al, 2004).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan maupun betina dewasa yang
telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata. Menurut Jones
& Rickards, (1991) perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Drosophila melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar bila
dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.
2. Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat garis-garis hitam
yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian abdomen Drosophila
melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang
abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hitam di bagian ujung abdomennya
berfusi.
3. Bagian ujung abdomen Drosophila melanogaster betina lancip, kecuali ketika
sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophila melanogaster
jantan membulat dan tumpul.
4. Khusus Drosophila melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa sex comb
yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal pertama pada kaki
depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb
dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam pertama
setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum
berkembang sempurna.
Larva Drosophila jantan dan betina tidak memperlihatkkan perbedaan pada
tingkat pertumbuhannya. Namun, pada fase dewasa, ukuran tubuh Drosophila betina
sekitar 30% lebih besar dibanding dengan yang jantan. Perbedaan karakteristik di jenis
kelamin bukan karena jumlah makanan yang dimakan atau kebiasaan makan.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya gene transformer (Tra) pada Drosophila
betina dan tidak adanya gene transformer (Tra) pada Drosophila jantan. Normalnya,
Tra hanya diekspresikan pada betina. Tidak adanya Tra pada larva Drosophila betina
menurunkan ukuran dari larvanya (Elizabeth et al., 2015).
Terdapat berbagai variasi strain Drosophila melanogaster dengan ciri-ciri
tertentu. Morgan menemukan lalat jantan dengan mata putih berbeda dengan mata
normal, yaitu merah. Fenotip normal untuk suatu karakter, seperti mata merah pada
Drosophila, disebut tipe liar (wild type) yang memiliki ciri – ciri mata berwarna merah
karena terdapat pigmen pteridin yang tersusun atas drosopterin yang mengkode warna
merah dan ommochrom mengkode warna cokelat, tubuh berwarna cokelat kekuningan,
panjang sayap sekitar 4/3 dari panjang tubuh. Karakter - karakter alternatif dari tipe
liar, seperti mata putih pada Drosophila, disebut fenotip mutan (mutan phenotype),
yang sebenarnya berasal dari alel tipe liar yang mengalami perubahan atau mutasi
(Campbell et al., 2002). T.H Morgan dan beberapa orang rekannya berhasil
menemukan 85 bentuk mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type), seperti
bentuk sayap, warna tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-mutan
tersebut disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang (Campbell et al., 2002).
Menurut Borror & Triplehorn (1992) Drosophila memiliki beberapa jenis
mutan yaitu individu yang dihasilkan akibat mutasi antara lain :
1. Ebony
Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi pada gen
yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut berfungsi
untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Namun
karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh.
2. White eyes
Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang
terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan
pigmen merah sama sekali.
3. Taxi
Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang mahupun
hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0 (Russell, 1994)
Subkultur dilakukan pada lalat Drosophila dengan cara memindahkan lalat
tersebut dari botol lama ke botol baru dengan tujuan untuk peremajaan, dan
memberikan nutrisi pada lalat tersebut, dan memperbanyak keturunannya. Subkultur
dilakukan dengan cara meletakkan botol kultur baru di atas botol kultur lama dengan
posisi terbalik. Gelapkan botol kultur lama menggunakan tangan atau kertas sehingga
lalat akan bergerak naik ke botol kultur baru (Borror & Triplehorn, 1992).
Isolasi betina virgin dilakukan untuk mendapatkan betina yang belum pernah
dibuahi oleh satu ekor jantanpun, hal ini agar mendapatkan keturunan yang pasti pada
saat persilangan. Lalat betina memiliki kantung yang akan menyimpan sperma yang
masuk dari lalat jantan dengan jumlah yang banyak, disebut dengan spermateka,
pembuahan bisa terjadi dari spermatozoa yang berasal dari lalat manapun di dalam
spermateka tersebut, karena itulah isolasi betina virgin dilakukan agar hasil
persilangan lalat betina dan jantannya jelas. Praktikum ini melakukan isolasi betina
virgin dengan cara memasukkan pupa ke dalam selang bening yang sudah diberikan
media, tetapi hasil yang didapat dari kelompok kami adalah tidak ada pupa yang
menetas menjadi lalat baru, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
pupa tersebut sudah kosong, pupa jatuh ke dalam media, dan cara pengambilan pupa
yang tidak benar (Ashburner, 1989).
II. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Menyediakan medium kultur bagi Drosophila dengan komposisi pisang, agar,
gula merah, ragi dan asam benzoat.
2. Membuat subkultur Drosophila dengan cara memindahkannya dari tabung lama
ke tabung yang baru.
3. Morfologi Drosophila diantaranya memiliki mata berwarna merah, tubuh
berwarna coklat kekuningan, dan ukuran sayapnya normal sementara perbedaan
Morfologi Drosophila jantan dan betina diantarannya yaitu ukuran lalat betina
lebih besar dibandingkan lalat jantan, abdomen lalat jantan lebih gelap daripada
lalat betina, lalat jantan memiliki sisir kelamin, dan lalat betina memiliki
spermateka.
4. Tipe mutan yang diamati adalah lalat white eyes, lalat dumpy, dan lalat eboni.
5. Urutan daur hidup Drosophila yaitu Telur – Larva Instar 1 – Larva Instar II –
Larva Instar III – Pupa – Dewasa (imago).
6. Hasil isolasi betina virgin menghasilkan lalat Drosophila dengan jenis kelamin
betina.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini sebaiknya praktikan lebih teliti dan hati-hati
dalam memindahkan lalat untuk membuat subkultur Drosophila agar lalat tidak
bertebangan dari wadah.
DAFTAR REFERENSI

Ashburner, M., 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring Harbor


Laboratory Press.
Borror. J. D., & Triplehorn., 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Campbell, N.A., Recce, J.B., & Mitchell, L.G., 2002. Biologi. Edisi Kelima. Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Elizabeth, J. R., Marcus, S. N., Savraj, S. G., 2015. The Sex Determination Gene
transformer Regulate Male-Female Defferences in Droshophila Body Size.
Plos Genetics, (11)12, pp. 1-23.
Hartwell, L.H., Hood, Goldberg, L., & Reynolds, S. V., 2004. Genetics From Genes
to Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company
LTD.
Jones, R.N., & Rickards, G.K., 1991. Practical Genetics. Milton Keynes: Open
University Press.

Anda mungkin juga menyukai