Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka
yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang
melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat
kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker
paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain
pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma
cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya(tuberculosis
fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium
saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan
kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok
dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru - paru yang mengejutkan. America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak.
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok.
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada
pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel
di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lain yang menyebar ke paru-paru.
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau
lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan
bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus.

2. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan
insiden kanker paru :
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih
dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh
kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok
berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan
radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen
etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang
bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam
atmosfer di kota.
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme
3. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul
dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada
stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
4. Manifestasi
a. Gejala awal.
1) Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus.
b. Gejala umum.
1) Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2) Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
3) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
3) Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
d. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
e. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
2) Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
3) Pneumonektomi pengangkatan paru.
4) Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua
lesi bisa diangkat.
5) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
6) Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
7) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
8) Resesi baji.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru. Tumor
jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
9) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari
berbagai sumber data untuk engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi
status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan
orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
a. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab :
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan
meliputi paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan
time (PQRST).
2) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran
penyakit sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang
memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan
bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
3) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami
klien yang berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain
seperti riwayat penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit
sistemik (DM), dan hipertensi.
4) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga
ada riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan
yang menular/keturunan.
d. Pemeriksaan fisik.
1) Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2) Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap
cahaya positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30
cm.
3) Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung
lembab, septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig
hidung, pada palpasi sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak
terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi
dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4) Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah
muda lembab, jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah,
tidak ada pembesaran, tonsil refleks menelan, bentuk abdomen,
turgor, bising usus 10 x/menit.
5) Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis,
peningkatan JVC, bunyi jantung 5152 tekanan darah.
6) Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada
nyeri tekan.
7) Sistem persyarafan dikaji :
a) sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
b) Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai
kaki.
c) Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan
rangsangan.
d) Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
lemfe, dan menanyakan riwayat penyakit DM.
e) Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka,
warna kulit, kepala
f) Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
g) Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya
hidup, dan pola interaksi melalui wawancara / menanyakan
kepada orang terdekat (keluarga).
h) Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep
diri, immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
i) Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di
rumah sakit.
e. Pemeriksaan diagnostic
1) Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
2) Rontgen foto
3) Pemeriksaan hematologi
4) Pemeriksaan urinalisa
5) Elektrokardiografi (EJG)
6) Pemeriksaan kimia darah
2. Penyimpangan KDM
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara (tar rokok, paparan industri)

Bahan karsinogelik mengendap

Perubahan epitel sillia dan mukosa/ulserasi bronchus

Deskuamasi produksi mukus


meningkat
Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus

Ketidakefektifan
Hyperplasi, metaplasi
bersihan jalan
napas
Cell kanker

Manifestasi klinis

intrapulmoner ekstratorasik non metastik ekstratorasik metastik

kanker lumen branchus

proksimal

distal

sumbatan parsial

bronkiektasis/aktelektasis

sesak napas

(wheezing) Gangguan pertukaran


gas

Ketidakefektifan
pola napas

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. Gangguan pertukaran gas
4. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas 1. Respiratory status: Airway Management
ventilation 1. Monitor respirasi dan
2. Respiratory status: status O2 oxygen
airway patency therapy
3. Vital sign status 2. Monitor TD, nadi, RR
Kriteria Hasil: sebelum, selama dan
1. Menunjukan jalan setelah aktivitas
napas yang paten 3. Buka jalan napas,
(klien tidak terasa gunakan teknik chin lift
tercekik, irama atau jaw thrust bila
napas, frekuensi perlu
pernapasan dalam 4. Keluarkan sekret
rentang normal, dengan batuk atau
tidak ada suara suction
napas abnormal) 5. Pertahankan jalan
2. Tanda-tanda vital napas yang paten
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernapasan)

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
2. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan 1. Respiratory status: Airway suction
napas ventilation 1. Monitor status oksigen
2. Respiratory status: Airway pasien
patency 2. Monitor respirasi dan
Kriteria Hasil: status O2
1. Menunjukan jalan napas
yang paten (klien tidak 3. Anjurkan pasien untuk
terasa tercekik, irama napas, istirahat dan napas
frekuensi pernapasan dalam dalam setelah kateter
rentang normal, tidak ada dikeluarkan dari
suara napas abnormal) nasotrakeal
2. Mampu mengidentifikasi 4. Ajarkan keluarga
dan mencegah faktor yang bagaimana cara
dapat menghambat jalan melakukan suction
napas 5. Buka jalan napas,
gunakan teknik chin lift
atau juw thrust bila
perlu
6. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
7. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
section

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
3. Gangguan NOC NIC
pertukaran gas 1. Resoiratory status: gas Airway Management
exchange 1. Monitor pola napas:
2. Respiratory status: bradipena, takipena,
ventilation kussmaul,
3. Vital sign status hiperventilasi cheyne
Kriteria Hasil stokes, biot
1. Mendemonstrasikan 2. Monitor rata-rata
peningkatan ventilasi dan kedalaman, irama dan
oksigenasi yang adekuat usaha respirasi
2. Memelihara kebersihan 3. Posisikan pasien untuk
paru-paru dan bebas dari memaksimalkan
tanda-tanda distress ventilasi
pernafasan 4. Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
5. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
6. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

Anda mungkin juga menyukai