Anda di halaman 1dari 5

ANALISA KASUS DARI ARTIKEL DETIK HEALTH

“Khofifah Sebut Pernikahan Dini Sebabkan Tingginya Stunting


di Jatim (17 September 2019)”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mutu Pelayanan Kebidanan

Disusun Oleh:

FITRI LATIPATUL ANSHOR


183112540120572

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKLUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2019
Selasa 17 September 2019, 10:08 WIB

Khofifah Sebut Pernikahan Dini


Sebabkan Tingginya Stunting di Jatim
Titania Dewanti - detikNews

Gubernur Khofifah (Hilda Meilisa Rinanda/detikcom)

Surabaya - Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengatakan maraknya pernikahan


dini menyumbang tingginya angka stunting di Jawa Timur. Usia ayah dan ibu yang
masih sangat muda membuat risiko bayi stunting menjadi ikut tinggi.

"Secara fisik, mental, dan ekonomi, mereka belum siap menjadi orang tua.
Pengetahuan mereka mengenai asupan gizi bayi juga belum luas sehingga
risiko stunting jauh lebih besar," kata Khofifah saat gelaran acara Konsolidasi
Perencanaan dan Penganggaran II Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga Tahun Anggaran 2020 di Hotel Grand Mercure, Surabaya,
Senin (16/9).

Khofifah juga meminta seluruh bidan di Jawa Timur memantau ketat pertumbuhan
bayi. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah stunting sedini mungkin.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi stunting balita
umur 0-59 bulan di Jawa Timur mencapai 32,81 persen. Angka ini lebih tinggi dari
prevalensi stunting nasional, yakni 30,8 persen.

Sementara itu, berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis


Masyarakat (EPPGBM), per 20 Juli 2019 prevalensi stunting balita di Jawa Timur
sebesar 36,81 persen.

Adapun tiga daerah tertinggi prevalensinya adalah Kota Malang sebesar 51,7 persen,
Kabupaten Probolinggo 50,2 persen, dan Kabupaten Pasuruan 47,6 persen.

"Bidan adalah ujung tombak kesehatan ibu dan anak. Bukan hanya soal kematian ibu
dan bayi, namun juga terkait pencegahan stunting. Saya ingin kurva pertumbuhan
bayi-bayi di Jawa Timur sempurna, baik itu perkembangan berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala bayi. Jika ada stunting, tolong diidentifikasi dan segera ditangani
bersama-sama," ujarnya.

Khofifah mengatakan upaya pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sejak bayi


masih dalam kandungan. Bidan harus mendampingi sekaligus mengawal tumbuh
kembang janin hingga lahir dan melalui 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Menurut Khofifah, banyak ibu hamil dan yang memiliki bayi yang kurang paham,
bahkan tidak tahu, pola pengasuhan yang benar seperti apa. Mereka tidak tahu
bahaya stunting mengintai sejak bayi dalam kandungan karena saat hamil sang ibu
kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Tak mengherankan jika
kasus stunting bukan hanya ditemukan pada masyarakat berpenghasilan rendah dan
masuk kategori miskin, namun juga mereka yang berkecukupan.

"Sejak hamil kondisi si ibu hamil harus benar-benar diperhatikan oleh bidan,
bagaimana nutrisinya, pemeriksaannya harus rutin. Kemudian pada saat lahir harus
ASI eksklusif. Makanan bayinya setelah 6 bulan itu juga harus betul-betul dijaga,"
imbuhnya.

Terkait keberadaan Kampung KB, Khofifah berharap keberadaan kampung KB dapat


berkontribusi maksimal dalam mengikis angka prevalensi stunting di Jawa Timur.
Sebab, program ini dirancang untuk mengintegrasikan berbagai program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dengan program-
program pembangunan secara lintas sektor.

"Kampung KB juga diharapkan dapat memberi edukasi untuk menurunkan


pernikahan dini usia. "Saya berharap jumlah Kampung KB di Jawa Timur semakin
ditambah jumlahnya dan ditingkatkan kontribusinya, terutama di daerah-daerah
pelosok dan terpencil," papar Khofifah.

"Dengan demikian, semakin banyak masyarakat Jatim yang tersosialisasikan


informasi tentang pola hidup sehat, pencegahan stunting sejak dini, juga risiko
pernikahan dini mengingat nikah dini usia di Jatim masih sangat tinggi. Pada saat
yang sama diharapkan makin banyak yang mengakses program Tis Tas untuk SMA
dan SMK, sehingga anak usia sekolah di didorong untuk melanjutkan sekolah,"
pungkasnya.
(sun/bdh)
1. Apa masalah yang terdapat dalam kasus diatas?
Angka Stunting yang tinggi di Jawa Timur.
2. Apa penyebab dari angka stunting yang tinggi?
Pernikahan dini dimana usia ibu dan ayah masih sangat muda yang secara
fisik, mental, dan ekonomi, mereka belum siap menjadi orang tua.
Pengetahuan mereka mengenai asupan gizi bayi juga belum luas sehingga
risiko stunting jauh lebih besar.
3. Apa upaya penyelesaiannya?
Menurut Ibu Khofifah;
1) Kampung KB memberi edukasi untuk menurunkan pernikahan dini usia
2) Upaya pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sejak bayi masih dalam
kandungan. Bidan harus mendampingi sekaligus mengawal tumbuh
kembang janin hingga lahir dan melalui 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK).
(Bidan mengupayakan setiap klien memeriksakan kehamilannya secara
rutin dan memperhatikan asupan nutrisi baik makro maupun mikro selama
hamil, Asi Eksklusif selama 6 bulan, pemberian MPASI yang memenuhi
kebutuhan makro dan mikro anak mulai usia 6 bulan).
4. Apa tindak lanjutnya?
Bidan melakukan pemantauan ketat terhadap pertumbuhan bayi baik
perkembangan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi. Jika
ada stunting, tolong diidentifikasi dan segera ditangani bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai