Disusun Oleh:
"Secara fisik, mental, dan ekonomi, mereka belum siap menjadi orang tua.
Pengetahuan mereka mengenai asupan gizi bayi juga belum luas sehingga
risiko stunting jauh lebih besar," kata Khofifah saat gelaran acara Konsolidasi
Perencanaan dan Penganggaran II Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga Tahun Anggaran 2020 di Hotel Grand Mercure, Surabaya,
Senin (16/9).
Khofifah juga meminta seluruh bidan di Jawa Timur memantau ketat pertumbuhan
bayi. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah stunting sedini mungkin.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi stunting balita
umur 0-59 bulan di Jawa Timur mencapai 32,81 persen. Angka ini lebih tinggi dari
prevalensi stunting nasional, yakni 30,8 persen.
Adapun tiga daerah tertinggi prevalensinya adalah Kota Malang sebesar 51,7 persen,
Kabupaten Probolinggo 50,2 persen, dan Kabupaten Pasuruan 47,6 persen.
"Bidan adalah ujung tombak kesehatan ibu dan anak. Bukan hanya soal kematian ibu
dan bayi, namun juga terkait pencegahan stunting. Saya ingin kurva pertumbuhan
bayi-bayi di Jawa Timur sempurna, baik itu perkembangan berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala bayi. Jika ada stunting, tolong diidentifikasi dan segera ditangani
bersama-sama," ujarnya.
"Sejak hamil kondisi si ibu hamil harus benar-benar diperhatikan oleh bidan,
bagaimana nutrisinya, pemeriksaannya harus rutin. Kemudian pada saat lahir harus
ASI eksklusif. Makanan bayinya setelah 6 bulan itu juga harus betul-betul dijaga,"
imbuhnya.