Pengolahan Data Seismik 2D Darat Pre Stack Time Migration (PSTM) Pada Line Undip 0301 Dengan Menggunakan Promax
Pengolahan Data Seismik 2D Darat Pre Stack Time Migration (PSTM) Pada Line Undip 0301 Dengan Menggunakan Promax
Disusun Oleh :
ADI PUTRA
2404011413010
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Allah kita atas limpahan berkat sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Seismik Eksplorasi yang bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Seismik Eksplorasi.
Tujuan dari pembuatan Laporan Praktikum Seismik Eksplorasi ini sendiri yaitu
untuk dapat memberikan pemahaman tentang petrologi dan mineralogy yang berada
diwilayah semarang dan bayat. Hal ini sebagai dasar dalam interpretasi data geofisika.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Gatot Yulianto, S.Si, M.Si selaku pembimbing mata kuliah Praktikum
Seismik Eksplorasi yang telah membimbing kami hingga terselesaikannya
laporan ini.
2. Asisten Praktikum Seismik Eksplorasi yang telah memberikan arahan dan
membantu penulis dalam menyusun laporan praktikum ini.
3. Teman – teman jurusan Fisika khususnya yang telah memberikan pengarahan
dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran
dan kritik dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan Laporan Praktikum
Seismik Eksplorasi ini. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita
semua. Terimakasih.
Adi Putra
ii
DAFTAR ISI
iii
2.8.7 Stacking .......................................................................................... 20
2.8.8 Koreksi Residual Statik .................................................................. 20
2.8.9 Migrasi ............................................................................................ 21
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................... 23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Metode seismik ini terdiri dari seismik refraksi (bias) dan seismik
refleksi (pantul). Seismik refraksi digunakan dalam pengukuran bentuk
lapisan dibawah permukaan, perlapisan bawah permukaan diketahui
berdasarkan cepat rambat gelombang seismik pada setiap lapisan. Metode ini
dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal, sehingga metode ini
tidak dapat dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi yang
kompleks. Untuk seismik refleksi untuk penentuan struktur lapisan bumi
yang dalam sehingga metode seismik refleksi memberikan kontribusi yang
besar dalam menentukan titik pemboran minyak dan gas bumi serta telah
menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan success ratio dalam
penemuan migas.
1
Mengingat kemampuannya yang baik untuk menggambarkan bidang
batas perlapisan di bawah permukaan. Sebagai seorang mahasiswa geofisika
tentunya menjadi suatu hal yang wajib untuk mempelajari metode seismik ini,
dan untuk mendukung pembelajaran terhadap metode seismik, yang dapat
membantu mahasiswa dalam pemahaman metode seismik serta penerapannya
di lapangan
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Definisi Meode Seismik
3
membutuhkan biaya lebih besar, maka sebagai konsekuensinya survey refleksi
digunakan dalam eksplorasi minyak bumi. Adapun keunggulan metode seismik
refleksi antara lain sebagai berikut.
4
Terdapat dua tipe gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body
wave) dan gelombang permukaan (surface wave).
5
2.3.2 Gelombang permukaan (surface wave)
6
Dalam seismik eksplorasi, gelombang yang umumnya diselidiki adalah
gelombang P. Jika gelombang meambat dalam suatu medium menuju bidang
batas medium yang berbeda sifat maka gelombang akan terpartisi kedalam
empat komponen energi, yaitu shear pantul, shear kompresi pantul, shear bias
dan kompresi bias. Jumlah keempat komponen energi sama dengan energi
gelombang mula – mula.
Ada beberapa hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan pembiasan
gelombang yaitu Asas Fermat, Prinsip Huygens dan Hukum Snellius.
Menurut (Tipler, 2001) Prinsip Fermat yang lebih lengkap dan lebih
umum dinyatakan pertama kali oleh matematikawan Prancis Pierre de Fermat
pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa “lintasan yang dilalui oleh cahaya
untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga
waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi-variasi dalam
lintasan tersebut”.
Menurut Asas Fermat yang diasumsikan dalam metode seismik refraksi
yaitu gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat
waktu penjalarannya.
7
Front gelombang yang menjalar menjauhi sumber ada-lah superposisi front –
front gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut.
Dengan sudut kritis yaitu sudut datang yang menghasilkan gelom-bang bias
sejajar bidang batas (r = 90º).
sin 𝑖 𝑉
= 𝑉1 (1)
sin 𝑟 2
dengan:
i adalah Sudut datang
r adalah Sudut bias
V1 adalah Kecepatan gelombang pada medium 1
V2 adalah Kecepatan gelombang pada medium 2 (Tipler, 2001)
Ambient noise adalah noise yang disebabkan oleh segala sesuatu yang
tidak disebabkan oleh sumber (source). Noise acak ini dapat ditimbulkan oleh
adanya angin, hujan, aliran air, aktifitas manusia, hewan, aktifitas mesin
industri, dan faktor lingkungan lainnya. Ciri-ciri dari tipe noise ini antara lain:
8
bersifat acak (random), memiliki spektrum yang lebar, memiliki energi yang
relatif rendah (berasosiasi dengan amplitudo kecil).
9
Gambar 2.3 Beberapa macam Multiple: (a) Free-Surface Multiple, (b)
peg-leg Multiple dan (c) intra-bed Multiple (Yilmaz, 1987).
Multiple merupakan suatu fenomena gelombang seismik yang memantul lebih
dari sekali sebelum kembali ke permukaan dan terekam kembali oleh perekam.
Multiple terjadi apabila gelombang seismik melewati suatu batas lapisan yang
memiliki kontras impedansi antar lapisan yang sangat besar (misalnya dari
kolom air laut menuju lantai dasar laut yang keras, lapisan karbonat, dll). Saat
ini metode akuisisi yang biasa digunakan adalah metode dengan menggunakan
multi-coverage data acquisition, hal ini merupakan salah satu usaha dari
beberapa perusahaan penyedia jasa untuk meningkatkan kualitas image di
bawah permukaan. Penggunaan metode ini pada akuisisi seismik refleksi
biasanya dilakukan secara berulang, sehingga satu titik refleksi dapat
diiluminasi oleh beberapa pasangan source dan reciver. Hasilnya, akan
didapatkan beberapa pasangan source dan reciver untuk satu titik CMP dalam
data 2D. Data multi-coverage ini dimanfaatkan oleh semua metode imaging,
untuk dikumpulkan menjadi kumpulan data dari common cause. Kemudian
pada gambar 2.5. dipetakan ke posisi sebenarnya, menjadi satu kumpulan data
10
Zero Offset (simulasi ZO) yang lebih mudah untuk diinterpretasikan (Yilmaz,
1987).
Gambar 2.4 Contoh noise yang terdapat pada data seismik (Yilmaz,
1987)
11
Gambar 2.5 Konsep gelombang seismik (Yilmaz, 1987).
𝜌 𝑉 −𝜌 𝑉
𝑅𝑐 = 𝜌2 𝑉2 +𝜌1 𝑉1 (3)
2 2 1 1
dengan
Rc adalah Koefisien Refleksi
𝜌 adalah Massa Jenis (kg/m3)
V adalah Kecepatan Rambat Perlapisan (m/dt2) V
𝜌V adalah Impedansi Akustik (kgm/dt2)
T adalah Koefisien Transmisi
Waktu perambatan gelombang dari sumber ledakan, kemudian
dipantulkan kembali oleh bidang reflektor tersebut merupakan waktu dua arah
atau lebih dikenal dengan istilah two-way traveltime (TWT) dan besarnya
waktu ini tergantung pada kedalaman reflektor, semakin dalam lapisan batuan
semakin besar waktu yang diperlukan Tc>Ta>Tb.
12
Sebagian energi yang dipantulkan tersebut akan diterima oleh serangkaian
detektor, kemudian akan direkam dalam satu Magnetic Tape. Parameter yang
direkam adalah waktu penjalaran gelombang seismik dari sumber menuju
detektor (Nurdiyanto & dkk, 2011).
2.8.1. Reformatting
13
Geophysics).Magnetic Tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan
format universal seperti SEGD dan SEGY yang berisi header dan Amplitudo.
Header berisi informasi mengenai survey , project,parameter yang digunakan
dan informasi dari data itu sendiri.Perekaman data dilakukan dalam bentuk
diskrit, dimana data analog sudah di-sample dengan interval tertentu kemudian
disimpan dalam magnetic tapeyang disusun berdasarkan urutan pencuplikan
dari kelompok geophone (channel) atau yang disebut dengan proses multiplex.
2.8.2 Geometri
Data yang diperoleh dari lapangan saat akuisisi data seismik biasanya
terdiri dari data seismik dan data navigasi. Data seismik berisi hasil perekaman
gelombang oleh receiver, sedangkan data navigasi memberi informasi
mengenai koordinat dan elevasi source maupun receiver , kondisi lintasan ,
uphole , dan lain-lain. Karena kedua data ini direkam secara terpisah , maka
pada tahap pengolahan kedua data ini perlu digabungkan . Proses pendefinisian
posisi dan elevasi sumber maupun penerima ke header data seismik ini disebut
dengan tahap geometri atau labelling.
14
Geometri pada tahap pengolahan data seismik juga merupakan suatu
langkah mencocokkan antara file number yang terdapat di observer report
dengan data seismik yang direkam dalam satu shot yang terdapat di magnetic
tape atau media penyimpanan lain .Pada proses ini kita memasukkan nilai-nilai
parameter akuisisi seperti koordinat source dan receiver, kedalaman
source,uphole time,dan elevasi , dari masing-masing receiver.
Dalam obsever report terdapat data-data geometri shot point dan
receiver. Untuk geometri shoot point, format parameter yang dibutuhkan antara
lain station, FFID(Field File Identification),Uphole,Shot Depth, Elevation Shot
Static (X Y koordinat). Untuk geometri receiver, Format parameter yang
dibutuhkan antara lain Station (X Y koordinat) , Elevation Receiver Static .
Kelengkapan data yang harus ada dalam database geometri.
Melalui proses ini diharapkan dapat memperoleh informasi yang benar
tentang geometri daerah survei sehingga apabila kita memakai data CDP akan
berasal dari titik refleksi yang sama (Nuratmaja, 1996). Model geometri dalam
suatu sistem kooordinat digambarkan dalam bentuk diagram berupa stacking
chart 20 yang sesuai dengan geometri penembakan pada saat akuisisi data.
Setiap trace yang sudah didefinisikan identitasnya akan digunakan untuk
pengolahan data selanjutnya.
Koreksi statik lapangan terbagi menjadi 2 , yaitu koreksi elevasi dan koreksi
refraksi .
15
menentukan ketebalan lapisan lapuk, kecepatan gelombang pada lapisan
lapuk, dan kecepatan gelombang pada lapisan rigid (dibawah lapisan lapuk).
b. Koreksi Elevasi
Koreksi elevasi digunakan untuk menghilangkan pengaru topografi terhadap
sinyal –sinyal seismik yang berasal dari lapisan pemantul. Topografi
permukaan tanah yang umumnya tidak rata akan mengakibatkan bergesernya
waktu datang sinyal – sinyal refleksi yang diharapkan. Topografi permukaan
tanah ini mempengaruhi ketinggian titik tembak (shot point) maupun geophone
(receiver) bila dihitung terhadap bidang referensi atau datum yang datar.
2.8.4 Preprocessing
a. Gain/Amplitude Recovery
Gain adalah penskala-an amplitudo gelombang seismik untuk menampilkan
amplitudonya yang menurun akibat geometrical spreading.
16
Gambar 2.6 Fungsi Gain
Merupakan suatu proses yang dilakukan untuk membuang penguatan yang
dilakukan oleh amplifier pada saat perekaman dilakukan. Akibatnya, sinyal-
sinyal hasil refleksi tersebut akan semakin lemah dan akan digantikan dengan
hasil penguatan yang bisa kita dapatkan dari experimental gain curve yang
dianggap cocok pada daerah yang akan diselidiki (Abdullah, 2007).
b. Muting
Muting adalah pemotongan noise noise yang tidak diinginkan seperti noise
direct wave, ground roll, dan lain-lain. Muting berbeda dengan editing
berdasarkan dimensinya. Jika muting beroperasi dalam dua dimensi (X-T)
sekaligus, maka editing beroperasi dalam satu dimensi dan bersifat sangat
lokal. Namun tujuan dari muting dan editing adalah sama, yaitu untuk
menghilangkan noise noise yang terdapat dalan suatu event seismik, sehingga
diharapkan noise dapat berkurang dan sinyal akan menjadi bertamabah kuat
(Sismanto, 2006)
c. Editing
Hasil akuisis dilapangan seringkali terganggu oleh adanya noise yang tinggi,
pembalikan polaritas dan trace yang mati sehingga mempengaruhi kualitas
data saat dilakukan stacking. Oleh karena itu perlu dilakukan editing supaya
nilai noise berkurang (Yilmaz, 2001).
d. Filter Frekuensi Seismik
Adalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi yang dikehendaki dari
gelombang seismik dan 'membuang' yang tidak dikehendaki. Terdapat
beberapa macam filtering: band pass, low pass (high cut) dan high pass (low
cut).Didalam pengolahan data seismik band pass filter lebih umum digunakan
karena biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah
(seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise).
17
Gambar 2.7 Jenis-jenis filter frekuensi
Tanda A, B, C, D pada band pass filter merupakan frekuensi sudut (corner
frequency).Secara matematis, operasi filtering merupakan konvolusi dalam
kawasan waktu antara gelombang 'mentah' dengan fungsi filter diatas dan
perkalian dalam kawasan frekuensi (Abdullah 2006).
e. Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi tersebut
diatas agar wavelet yang terekam menjadi tajam dan tinggi kembali
amplitudonya di kawasan waktu atau pada kawasan frekuensi spektrum
amplitudonya dilebarkan (diputihkan/whitening) dan spektrum fasenya
dinolkan (Sismanto, 1996).
Secara garis besar dekonvolusi dibagi menjadi dua yaitu dekonvolusi
deterministik dan dekonvolusi statik. Dekonvolusi determionistik adalah
dekonvolusi menggunakan operator filter yang sudah diketahui atau didesain
untuk menampilkan suatu bentuk tertentu. Sedangkan jika desain filter tidak
diketahui, maka desain filter dapat diperoleh secara statistik dari data itu
sendiri atau yang disebut dengan dekonvolusi statik.
f. CDP Sorting
CDP Sorting adalah proses pengelompokan trace seismik berdasarkan posisi
Common Depth Point (CDP), dimana CDP adalah titik pada kedalaman yang
sama yang selalu dilalui oleh gelombang seismik. Pengelompokan ini sangat
ditentukan oleh geometri penembakan, arah gerakan penembakan.
18
2.8.5 Analisis Kecepatan
a. Kecepatan interval (Vi), yaitu laju rata-rata antara dua titik yang diukur tegak
lurus terhadap kecepatan lapisan yang dianggap sejajar, dengan Δt adalah
waktu yang diperlukan untuk melakukan penjalaran sejauh Δz.
b. Kecepatan rata-rata, yaitu kecepatan interval sepanjang suatu section geologi
ketika puncak dari interval adalah datum referensi untuk pengukuran seismik.
c. Kecepatan RMS (root mean square) (V_RMS), yaitu kecepatan total dari
sistem perlapisan horizontal dalam bentuk akar kuadrat. Apabila waktu
rambat vertikal Δt1, Δt2, …, Δtn dan kecepatan masing-masing lapisan atau
kecepatan yang menjalar pada lapisan yang homogen yang terletak diantara
dua bidang batas lapisan adalah Vint 1, Vint 2, …, Vint n, maka kecepatan
RMS-nya untuk n lapisan adalah akar kuadrat rata-rata (root mean square) dari
kecepatan interval. Kecepatan RMS selalu lebih besar daripada kecepatan
rata-rata kecuali untuk kasus satu lapisan (Sismanto, 2006).
19
𝑥2
𝑡𝑥2 = 𝑡02 + 𝑣2 (4)
Dengan: t = dua kali waktu tempuh gelombang pada offsetx (s), to=
dua kaliwaktu tempuh gelombang pada offset0 (s), x= jarak (offset) antara
posisi source dan receiver(m) , v= kecepatan medium (m/s). Koreksi NMO
dilakukan dengan mengaplikasikan model kecepatan yang sesuai terhadap
CMP gather. Pada model reflectordatar, kecepatan yang sesuai akan membuat
reflector pada CMP gather menjadi flat dari yang sebelumnya berbentuk
hiperbola. Kecepatan yang terlalu rendah akan mengakibatkan reflector
melengkung ke atas (overcorrection). Kecepatan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan reflector masih melengkung ke bawah (undercorrection).
2.8.7 Stacking
20
perbedaan elevasi sepanjang line seismik, tetapi masih perlu menghilangkan
sisa travel-time delays dekat permukaan yang disebabkan oleh variasi
kecepatan dan kedalaman dari lapisan lapuk. Dengan koreksi residual statik
ini CDP akan ditempatkan pada tempat yang benar dengan anggapan bahwa
source dan receiver dari tiap CDP berada pada satu level yang sama. Dalam
proses residual statik ini dilakukan penerapan prinsip cross correlation yaitu
untuk mencari koherensi dari trace yang berdekatan. Metode ini dapat
dilakukan dengan cara iteratif untuk mendapatkan hasil terbaik yang
diinginkan. Setelah koreksi residual statik ini dihitung dan diterapkan, maka
akan dihasilkan trace yang lebih baik. Trace yang dihasilkan tersebut
kemudian dihitung lagi dengan nilai koreksi residual statik hasil cross
correlation sebelumnya untuk kemudian diterapkan dan menghasilkan trace
yang baru lagi. Demikian seterusnya hingga diperoleh hasil yang terbaik yang
diinginkan (Sismanto, 2006).
2.8.9 Migrasi
Migrasi merupakan proses pada pengolahan data seismik yang
bertujuan untuk memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada
penampang seismik (Sismanto, 2006). Migrasi diperlukan karena rumusan
pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada lapisan datar, apabila
lapisannya miring maka letak titik-titik CMP/ reflektornya akan bergeser,
sehingga perlu digunakan koreksi migrasi agar titik-titik reflektor tersebut
kembali ke posisi sebenarnya. Migrasi akan memberikan gambaran penampang
seismik yang lebih mirip dengan kondisi geologi sebenarnya, selain itu migrasi
juga bertujuan untuk menghilangkan difraksi, dan meningkatkan resolusi
spasial. Namun, migrasi juga akan memberikan efek pada penampang seismik,
antara lain dapat memperbesar sudut kemiringan reflektor, memperpendek
reflektor, mengubah struktur antiklin menjadi lebih sempit atau mengubah
struktur sinklin menjadi lebih lebar.
Proses migrasi dapat berada dalam domain waktu dan kedalaman.
Migrasi pada domain waktu dikenal dengan time migration, sedangkan migrasi
21
pada domain kedalaman dikenal dengan depth migration. Migrasi pada domain
kedalaman akan memberikan hasil yang relatif lebih baik daripada migrasi pada
domain waktu, tetapi migrasi pada domain kedalaman membutuhkan waktu
pengolahan yang lebih lama. Selain itu, dalam migrasi juga dikenal istilah pre
stack migration maupun post stack migration. Pre stack migration adalah
migrasi yang dilakukan sebelum data di-stack, sedangkan post stack migration
dilakukan setelah data di-stack
22
BAB III
METODE PRAKTIKUM
23
3.3 Diagram Alir Pengolahan Data Seismik Eksplorasi
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Gambar 4.2 Output Trace Display
26
Gambar 4.3 Tampilan Flow Geometri
4.3 Editing
Proses selanjutnya setelah geometry matching di analisa adalah editing
yaitu melakukan edit pada data di display gelombangnya. Teknik dari proses
editing ini terdiri dari dua cara yaitu terdiri dari mutting (memotong) pada
27
semua trace tetapi pada bagian yang dominan noise dan dengan cara killing
pada beberapa trace saja yang dianggap kurang baik pola gelombangnya.
Tujuannya adalah menghilangkan bagian tertentu yang terdapat noise sehingga
pola refleksifitasnya data terlihat dengan baik. Pada praktikum ini dilakukan
mutting pada bagian atas data yang disebut top mute, lalu dilakukan killing pada
beberapa chanel saja. Hasil picking tersebut kemudian tersimpan dalam dataset
program, yang nantinya akan difungsikan kedalam data dengan menggunakan
flow Trace Kill/Reverse untuk hasil Killing dan Trace Mutting untuk hasil Top
Mute.
28
Gambar 4.6 Trace Display Editing Pada Proses Killing
29
Gambar 4.8 Tampilan Flow Koreksi Static
4.5 Preprocessing
Tahapan dari preprocessing ada dua proses penting yaitu TAR (True
Amplitude Recovery) dan dekonvolusi. Fungsi dilakukan TAR untuk
mengembalikan amplitude gelombang seismic yang sempat berkurang akibat
atenuasi saat penjalarannya didalam bumi. Sedangkan dekonvolusi dilakukan
untuk mengembalikan bentuk wavelet data menjadi bentuk wavelet reflector
yang membawa informasi untuk setiap lapisan pada data seismic. Penerapan
30
filter juga dilakukan pada data guna mengurangi noise pada dominan frekuensi,
yang mana jenis filter tersebut adalah bandpass filter.
Besarnya energi yang diperkuat untuk mengembalikan amplitude pada TAR,
dan metode yang dipilih untuk melakukan proses dekonvolusi merupakan
parameter yang penting dalam proses ini. Pada tahap pertama yaitu TAR input
yang digunakan adalah hasil dari proses koreksi static (Static Correction) yang
kemudian output kedalam dataset dengan nama TAR. Penerapan proses TAR
mengunakan flow True Amplitude Recovery yang didalamnya terdapat nilai
parameter yang berupa nilai penguat amplitude dan nilai kecepatan. Pada proses
dekonvolusi digunakan flow Surface Consistent Decon, dan dalam flow ini
digunakan metode PredictiveDeconvolution.
31
kecepatan dengan salah satu parameternya yaitu minimum semblance yang
akan dibuat yaitu 1500 dan maksimumnya 5000.
Hasil setelah dilakukan kedua flow diatas adalah masukan dari flow
Velocity Analysis, pada flow ini pemilihan kecepatan yang akan menentukan
hasil dari proses stacking sehingga hal tersebut merupakan parameter penting.
Hasil dari proses Velocity Analysis adalah berupa display yang menunjukkan
pola spectrum yang akan dianalisa dan di pilih nantinya. Seperti ditunjukkan
pada gambar 4.11 dengan melakukan picking pada spectrum kecepatan dan
time tertentu untuk memilih kecepatan yang sesuai, pemilihan kecepatan atau
pickin dilakukan dengan cara kekanan dan menurun. Gambar 4.12
menunjukkan hasil dari proses picking dan dapan dilihat kualitas dari pemilihan
kecepatan yang juga berfungsi untuk membandingkan dengan hasil stacking
setelah dilakukan pemilihan kecepatan. Kecepatan yang telah dipilih pada
proses True Amplitude Recovery yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi
untuk proses tersebut diperlukan kecepatan yang sudah dimanipulasi terlebih
dahulu dengan menggunakan flow Velocity Manipulation untuk mendapatkan
kecepatan dalam pola single velocity yang memberikan informasi untuk setiap
waktunya saja.
32
Gambar 4.12. Hasil Velocity Analysis
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Didalam input sinyal seismik untuk analisis kecepatan masih terdapat
noise yang dominan, yang tidak menunjukkan koherensi maksimum yang tepat
sehingga sulit untuk melakukan pemilihan kecepatan. Hasil dari proses picking
velocity analysis mempengaruhi hasil akhirnya, tiap individu melakukan proses
picking yang berbeda-beda karena terganting per individu tersebut. Karena
tujuan dilakukan velocity analysis ini adalah untuk menentukan kecepatan yang
sesuai dan proses picking menghasilkan hasil spectrum yang berbeda,
5.2 Saran
Sebaiknya proses pengolahan data seismik dilakukan dan terjadwal
tetap sesuai jadwal dari birokrasi agar mahasiswa tidak bingung ketika harus
pindah waktu dan tempat praktikum. Karena proses yang cukup rumit dan flow
yang sangat banyak, maka butuh waktu yang lama juga sehingga tidak terburu-
buru dan dapat menghasilkan hasil pengolahan yang baik sehingga dapat
diinterpretasi dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
36