Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN PROGRAM

SOSIALISASI BUDAYA
KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT

Yayasan Kesehatan Gotong Royong


RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG
Jalan Medokan Semampir Indah No.97 Surabaya
Telp. (031) 5939693, 5991593
i
Fax. (031) 5991592
KERANGKA ACUAN PROGRAM
SOSIALISASI BUDAYA KESELAMATAN
DI RUMAH SAKIT

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG


Kerangka Acuan Program Sosialisasi Budaya Keselamatan di RS

KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

dr. Andi Gunawan,Sp.A,M.Biomed Pembuat Dokumen

Juni Dwi Irawati Ka.Unit Diklat

dr. Mardha Handiwidjaja,QIA,CMA Direktur

ii
KATA PENGANTAR

Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam pelaksanaan


keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin penerapan keselamatan pasien
pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien . Upaya dalam pelaksanaan
keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien. Hal tersebut
dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan akan menghasilkan penerapan
keselamatan pasien yang lebih baik dibandingkan hanya berfokus pada program
keselamatan pasien saja . Budaya keselamatan pasien merupakan pondasi dalam usaha
penerapan keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama dalam pemberian
layanan kesehatan.
Maka dari itu kami Komite Mutu dan Keselamatan Pasien berusaha untuk berperan aktif
dalam peningkatan mutu di RS Gotong Royong dengan mengadakan sosialisasi Budaya
Keselamatan untuk seluruh staf di RS Gotong Royong.

Surabaya, 16 Maret 2019

1
KERANGKA ACUAN PROGRAM SOSIALISASI BUDAYA KESELAMATAN

A. PENDAHULUAN
Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam pelaksanaan
keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin penerapan keselamatan
pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien . Upaya dalam
pelaksanaan keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan
pasien. Hal tersebut dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan akan
menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang lebih baik dibandingkan hanya
berfokus pada program keselamatan pasien saja . Budaya keselamatan pasien
merupakan pondasi dalam usaha penerapan keselamatan pasien yang merupakan
prioritas utama dalam pemberian layanan kesehatan. Pondasi keselamatan pasien
yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan. Penerapan budaya keselamatan pasien yang adekuat akan menghasilkan
pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak
cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana prasarana yang canggih dan petugas
kesehatan yang profesional, namun juga ditinjau dari proses dan hasil pelayanan yang
diberikan. Rumah sakit harus bisa memastikan penerima pelayanan kesehatan
terbebas dari resiko pada proses pemberian layanan kesehatan . Penerapan
keselamatan pasien di rumah sakit dapat mendeteksi resiko yang akan terjadi dan
meminimalkan dampaknya terhadap pasien dan petugas kesehatan khususnya
perawat. Penerapan keselamatan pasien diharapkan dapat memungkinkan perawat
mencegah terjadinya kesalahan kepada pasien saat pemberian layanan kesehatan di
rumah sakit. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman pasien yang
dirawat di rumah sakit . Pencegahan kesalahan yang akan terjadi tersebut juga dapat
menurunkan biaya yang dikeluarkan pasien akibat perpanjangan masa rawat yang
mungkin terjadi . Pelayanan yang aman dan nyaman serta berbiaya rendah merupakan
ciri dari perbaikan mutu pelayanan. Perbaikan mutu pelayanan kesehatan dapat
dilakukan dengan memperkecil terjadinya kesalahan dalam pemberian layanan
kesehatan. Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi kesalahan yang
akan dan telah terjadi . Budaya keselamatan pasien tersebut akan meningkatkan
kesadaran untuk mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan. Hal ini dapat
memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh rumah sakit tersebut. Outcome yang baik
dapat tercapai jika terjadi peningkatan budaya keselamatan pasien di lingkungan
rumah sakit. Peningkatan tersebut harus dipantau dan dapat diukur.

B. LATAR BELAKANG
Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
dan pola perilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap,
serta kemampuan manajemen pelayanan kesehatan maupun keselamatan. Budaya
keselamatan dicirikan dengan komunikasi yang berdasar atas rasa saling percaya
dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan dan dengan keyakinan
akan manfaat langkah-langkah pencegahan.
Tim belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera. Staf klinis
pemberi asuhan menyadari keterbatasan kinerja manusia dalam sistem yang
kompleks dan ada proses yang terlihat dari belajar serta menjalankan perbaikan
melalui brifing.
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerja

2
sama dan rasa hormat terhadap sesama tanpa melihat jabatan mereka dalam rumah
sakit. Direktur Rumah Sakit menunjukkan komitmennya tentang budaya keselamatan
dan medorong budaya keselamatan untuk seluruh staf rumah sakit.
Berdasarkan dari database Kejadian Sentinel mengungkapkan bahwa kegagalan
kepemimpinan untuk menciptakan budaya keselamatan yang efektif merupakan
faktor penyebab berbagai jenis efek samping dari operasi yang salah hingga
keterlambatan dalam pengobatan.
“Budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif
karena staf klinis memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan melibatkan
serta memberdayakan pasien dan keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi
asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan mendukung proses kolaborasi
interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien.
Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
dan pola perilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap,
serta kemampuan manajemen pelayanan kesehatan maupun keselamatan.
Budaya keselamatan dicirikan dengan komunikasi yang berdasar atas rasa saling
percaya dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan dan dengan
keyakinan akan manfaat langkah-langkah pencegahan.
Budaya keselamatan juga dikenal sebagai budaya yang aman, yakni sebuah budaya
organisasi yang mendorong setiap individu anggota staf (klinis atau administratif)
melaporkan hal-hal yang menghawatirkan tentang keselamatan atau mutu pelayanan
tanpa imbal jasa dari rumah sakit.

C. TUJUAN
1. Umum:
Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS Gotong Royong.
2. Khusus:
a. Terwujudnya budaya keselamatan pasien di RS Gotong Royong.
b. Terwujudnya sistem pelaporan dan menurunnya angka kejadian tidak
diinginkan di RS Gotong Royong.
c. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga kejadian tidak
diinginkan tidak terulang lagi di RS Gotong Royong.

D. JUDUL KEGIATAN
“ Sosialisasi Budaya Keselamatan di Rumah Sakit”

E. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Gelombang I : Sabtu, 23 Maret 2019
Gelombang II : Sabtu, 13 April 2019
Gelombang III : Sabtu, 20 April 2019
Gelombang IV : Sabtu, 27 April 2019
Tempat : R. Pertemuan Lt. 2 Ged. Lama RS Gotong Royong
Waktu : pkl. 10.00 – 11.00 WIB

F. SASARAN PESERTA
Seluruh Karyawan RS Gotong Royong

G. NARASUMBER / PEMATERI
Narasumber / Pemateri : Direktur RS Gotong Royong

H. METODE KEGIATAN
Ceramah, Tanya jawab, diskusi.

3
I. RENCANA KEGIATAN:

Kegiatan PIC Waktu


Pembukaan Unit Diklat/Ka.Panitia 10.00 – 10.05
Ice Breaking Unit Diklat 10.05 – 10.10
Materi Pemateri 10.10 – 10.40
Diskusi dan Tanya Jawab Pemateri 10.40 – 10.55
Penutup Unit Diklat/Ka.Panitia 10.55 - 11.00

J. RENCANA ANGGARAN

1. Air Mineral 4 dos @ Rp. 17.500,- = Rp. 70.000,-


TOTAL = Rp. 70.000,-

K. KEPANITIAAN
Ketua Panitia : dr. Andi Gunawan,Sp.A,M.Biomed
Sekretaris : Vivitra Wallada Tika Sari Putri,A.Md.Kep
Sie Acara : Ita Kurniati,S.Kep.Ners

L. EVALUASI KEGIATAN
Sebagai bahan evaluasi dari kegiatan ini akan dilakukan pengisian kuesioner oleh
seluruh staf di RS Gotong Royong dan dilakukan pengukuran indikator budaya
keselamatan di rumah sakit oleh Komite Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit Gotong
Royong.

Anda mungkin juga menyukai