Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas anak di negara berkembang. 1 Terdapat banyak penyebab diare akut
pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut
intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan tetapi
berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self
limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah
terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin
asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.2
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi
di sektor kesehatan karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang
ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu
juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam
urutan 10 penyakit terbanyak di populasi.1,2 Diare juga erat hubungannya dengan
kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh
karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan,
sehingga apabila episode berlangsung berkepanjangan akan berdampak terhadap
pertumbuhan dan kesehatan anak.2,3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. N
Tanggal lahir : 05 Oktober 2018
Umur : 10 bulan 2 hari
BB : 8 kg
TB : 76 cm
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : RT 01 DS Mudo MA Papalik
MRS : 2 Agustus 2019
2.2 Anamnesis
Alloanamnesis dengan : Ibu pasien
Keluhan utama : BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari
a. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan mengalami
BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari dan muntah berlendir hingga 7 kali
dalam sehari sejak ± 3 hari SMRS. Pada hari pertama anak BAB cair
sebanyak lebih dari 5 kali dalam sehari. Anak juga mengalami muntah
berlendir hingga 7 kali dalam sehari dalam sehari. Nafsu makan anak juga
menurun. Menurut orang tuanya anak susah untuk makan dan minum. ± 1
hari SMRS anak BAB cair hingga 10 kali dalam sehari .
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan tidak
memiliki kelainan bawaan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
d. Status Neonatologi Dan Tumbuh Kembang
Pasien lahir di klinik dengan bantuan bidan secara spontan dan ketuban
berwarna jernih. Berat badan lahir (BBL) dan Panjang badan lahir (PBL)

2
tidak diingat oleh orang tua. Riwayat pemberian vit. K (+) dan vaksin
hepatitis B (+). Riwayat berbalik saat 3 bulan dan duduk saat 7 bulan.
Status gizi :
a. Makanan
Sebelum yang dialami saat ini, kebiasaan makan pasien menurut
orang tua baik.
b. Antropometri
BB : 8 kg
TB : 76 cm
Status gizi menurut WHO
Anak usia 10 bulan, dengan:
BB : 8 kg
PB : 76 cm

BB/U : Gizi baik (- 2 SD sampai dengan 2 SD)

3
PB/U : Normal (- 2 SD sampai dengan 2 SD)

BB/PB : Kurus (– 3 SD sampai dengan < - 2 SD)

4
2.3 Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
 Riwayat kehamilan dan kelahiran
Masa kehamilan : Aterm
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 05 Oktober 2018
Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan : Ibu lupa
 Riwayat makanan
ASI : ASI diberikan sampai usia 1 bulan
Susu formula : Saat usia 1 bulan lebih sampai sekarang
Bubur nasi : (+)
Nasi tim/lembek : (+)
Nasi biasa : (-)
Daging, ikan : (+)
Telur : (+)
Tempe dan tahu : (+)
Sayur dan buah : (+)

 Riwayat imunisasi
a. BCG :+
b. Polio :+
c. DTP :+
d. Campak :+
e. Hepatitis :+
f. Kesan : Imunisasi dasar lengkap

 Riwayat keluarga
Perkawinan : Orang tua menikah
Umur : Ayah : 39 tahun
Ibu : 39 tahun
Saudara : anak kedua dari dua bersaudara

5
 Riwayat perkembangan
Gigi pertama : 1 tahun 3 bulan
Tengkurap : ibu lupa
Merangkak : 9 bulan
Duduk : ibu lupa
Berdiri : ± 1 tahun
Berjalan : ± 1,5 tahun
Berbicara : > 1,5 tahun
Sering mimpi :-
Aktifitas : Aktif
Membangkang :-
Ketakutan :-
Kesan : Perkembangan normal
 Status gizi
Usia 10 bulan dengan berat badan 8 kg dan panjang badan 76 cm
- BB/U = diantara -2 dan 2 Kesan: gizi baik
- PB/U = diantara -2 dan 2 Kesan: normal
- BB/PB = diantara -3 dan <-2 Kesan: kurus
 Riwayat penyakit yang pernah diderita
Parotitis :- Muntah berak : -
Pertusis :- Asma :-
Difteri :- Cacingan :-
Tetanus :- Patah tulang :-
Campak :- Jantung :-
Varicella :- Sendi bengkak : +
Thypoid :- Kecelakaan :-
Malaria :- Operasi :-
DBD :- Keracunan :-
Demam menahun : - Sakit kencing : -
Radang paru :- Sakit ginjal :-
TBC :- Alergi :-

6
Kejang :- Perut kembung: -
Lumpuh :- Otitis Media : -
Batuk/pilek : + (sering)
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5 = 15
b. Pengukuran
Tanda vital  Nadi : 128 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 37,2 °C
SpO2 : 99 %
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 76 cm
c. Kulit
Pucat :-
Sianosis :-
Kemerahan (rash) :-
Turgor : Baik
d. Kepala
Bentuk : Normochepal, tanda-tanda trauma (-)
 Rambut
Warna : Hitam, merata, tidak mudah dicabut
Kehalusan : Halus
Lain-lain :-
 Mata
Palpebra : Edema (-), cekung (-)
Alis dan bulu mata : Hitam
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+)
 Telinga

7
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Serumen : (+/+) minimal
Nyeri tekan : (-/-)
 Hidung
Bentuk : Simetris
Sekret : -/-
Epistaksis : - /-
Lain-lain :-
 Mulut dan Gigi
Bentuk : Simetris
Bibir : Sianosis (-)
Karies :-
 Faring
Hiperemis :-
Edema :-
Membran / pseudomembran : -
 Tonsil
Warna : Merah muda
Pembesaran :-
Abses / tidak :-
Membran / pseudomembran : -
e. Leher
Pembesaran kelenjar leher : -
Kaku kuduk :-
Massa :-
f. Thoraks
 Paru
Inspeksi  Bentuk : Simetris
Retraksi :-
Pernapasan : Thorakoabdominal
Sternum : ditengah

8
Palpasi  Fokal fremitus : getaran sama kiri dan kanan
Perkusi  Sonor
Auskultasi  Suara nafas dasar : Vesikuler (+/+)
Suara nafas tambahan : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : Batas kiri : ICS V linea mid klavikularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Suara dasar : S1-S2 reguler,
Bising : murmur (-), gallop (-)
g. Abdomen
Inspeksi  Bentuk : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi  Nyeri tekan :-
Nyeri lepas :-
Defans muskular : -
Turgor : cepat kembali
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Massa :-
Perkusi  Timpani :+
Ascites :-
h. Ekstremitas
Dextra Sinistra

Superior Look : Jejas (-), hematom (-) Look : Jejas (-), hematom (-)
edema (-) edema (-)
Feel : Nyeri tekan (-), sensibilitas Feel : Nyeri tekan (-), sensibilitas
(+), akral hangat, CRT<2detik (+), akral hangat,CRT<2detik

9
Move : Nyeri gerak aktif (-), pasif(-), Move : Nyeri gerak aktif (-), pasif
gerak aktif dan pasif dalam (-), gerak aktif dan pasif
batas normal dalam batas normal
Inferior Look : edem genu dekstra Look : Jejas (-), hematom (-)
Feel : Nyeri tekan (+), sensibilitas edema (-)
(+), akral hangat, CRT<2detik Feel : Nyeri tekan (-), sensibilitas
Move :Nyeri gerak aktif (+), pasif (+), akral hangat,CRT<2detik
(+), gerak aktif dan pasif Move : Nyeri gerak aktif (-), pasif
terbatas (-), gerak aktif dan pasif
dalam batas normal

i. Genitalia : dalam batas normal

Status Lokalisata

Gambar 2.1 Ekstremitas Inferior

10
2.5 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi (4 September 2018)
Tabel 2.1 Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13,1 g/dL 10,7-14,7
Hematokrit 41,3 % 31- 43
Leukosit 13,61 103/mm3 5,0 – 14,5
Trombosit 502 103/mm3 229-553
Eritrosit 5,43 103/mm3 3,7-5,7
MCV 76 µm3 72-88
MCH 24,1 Pg 23-31
MCHC 31,6 g/dl 32-36
Hitung Jenis
Basofil 1,2 % 0-2
Eosinofil 2,7 % 0-5
Neutrofil 45,5 % 37-75
Limfosit 44,2 % 10-20
Monosit 6,4 % 2-10
LED 25 mm/jam 0-20
Imunoserologi
CRP Kualitatif Negatif Negatif
ASTO Negatif Negatif

Pemeriksaan Urinalisis (5 September 2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Urin lengkap
Warna Kuning muda Kuning mudaa-tua
Kejernihan Jernih Jernih-agak keruh
pH 6,0 4,8-7,5
Berat jenis 1020 1005-1030
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Reduksi urin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Sedimen Urin
Leukosit 1-2 /LPB <5
Eritrosit 0-1 /LPB <3

11
Epitel 0-1 /LPK 1-15
Kristal Negatif /LPB Negatif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Lain-lain Negatif Negatif

 Pemeriksaan Rongten Genu Dekstra (6 September 2018)

Gambar 2.2 Rontgen Genu Dekstra

Expertise :
Foto genu dekstra AP/Lateral
Tampak kedudukan dan densitas tulang-tulang baik, tak tampak lesi/SOL
Celah sendi baik
Tampak penebalan jaringan lunak disekitar sendi bentuk cembung
Tak tampak kalsifikasi
Belum tampak tanda-tanda erosi tulang-tulang

Kesan : Gambaran mengesankan adanya Tenosynovitis jaringan lunak di


sendi genu dekstra

12
Pemeriksaan EKG (4 September 2018)

Gambar 2.3 Hasil pemeriksaan EKG


Interpretasi:
- Irama : sinus rythm
- Frekuensi : 107 x / menit (normal)
- Regularitas : regular
- PR interval : 0,124 ( Normal : 0,12 – 0,20 detik)
- Gelombang QRS : 0,078 (Normal : tidak lebih dari 0,12 detik)
- Aksis : normal

Kesimpulan : Sinus rythm (Normal)

Pemeriksaan Echocardiography 31 Mei 2018

13
Gambar 2.3 Hasil pemeriksaan Echocardiography

Hasil pemeriksaan Echocardiography

 Situs solitus
 AV VA Concordance
 Fungsi kontraktilitas LV baik, EF 64%
 Fungsi kontraktilitas RV baik, TAPSE1,7 cm
 Global normokinetik
 IAS intak, VSD (-), PDA (-)
 MV : kalsifikasi ringan di AML-PML, Regurgitasi (-)

2.6 Diagnosis
Demam Rematik Akut Reaktivasi

2.7 Terapi
 Inj PP 900.000 IU/3 cc IM
 Aptor tab  p.o 1 tab 4x/hari
 Sucralfat syr  p.o 5 cc 3x/hari
 Ambroxol syr  p.o 5 cc 3x/hari
 Cetirizine syr  p.o 2,5 cc 2x/hari
 Piroxicam

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari satu minggu.1

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-

4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis

atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak

tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum

sempurnanya perkembangan saluran cerna.1

2.2 Epidemiologi

Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

negara berkembang dimana tertinggi pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Di

Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab

kematian bayi yang terbanyak, yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk

golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25.2% dibanding pneumonia

15.5%.1,3

2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Pada umumnya cara penularan diare melalui fekal-oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

15
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat.1,4

Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara

lain:1,4

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 6 bulan pertama kehidupan bayi.

2. Tidak memadainya penyediaan air bersih.

3. Pencemaran air oleh tinja.

4. Kurangnya sarana kebersihan (MCK).

5. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

6. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara

penyapihan yang tidak baik.

2.4 Etiologi

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,

bakteri, dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non

inflammatory dan inflammatory.1

Enteropatogen menimbulkan non-inflammatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan fili oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya infllamtory diare

biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin.4

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada

manusia adalah sebagai berikut.1

Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut1

Golongan Bakteri Golongan Virus Golongan Parasit


 Aeromonas  Rotavirus  Balantidium coli

16
 Bacillus cereus  Coronavirus  Blastocystis
 Campylobacter jejuni  Astrovirus homonis
 Clostridium perfinges  Cytomegalovirus  Entamoeba
 Clostridium defficile  Herpes simplex histolytica
 E. coli virus  Giardia lamblia
 Salmonella  Enteric adenovirus  Strongiloides
 Shigella stercoralis
 Staphylococcus aureus  Trichuris trichiura
 V. cholera

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada

anak, yaitu: Rotavirus, E. coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni,

dan Cryptosporidium.4,5

Selain itu penyebab diare non infeksi yang dpaat menimbulkan diare pada

anak antara lain:5

o Kesulitan makan

o Defek anatomis

 Malrotasi

 Hirschprung disease

 Atrofi mikrofili

o Malabsorbsi

 Malabsorbsi glukosa-galaktosa

 Cystic fibrosis

 Celiac disease

o Neoplasma

 Neuroblastoma

o Keracunan makanan

 Logam berat

 Mushrooms

17
o Lain-lain

 Infeksi non-GI

 Alergi susu sapi

 Crohn disease

 Gangguan motilitas usus

2.5 Klasifikasi

Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbs

atau sekresi. Terdapat beberapa pertimbangan diare:2,5

1. Pembagian diare menurut etiologi.

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan

a. Absorbsi

b. Gangguan sekresi

3. Pembagian diare menurut lama diarenya

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-

infeksi.

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi

infeksi.

2.6 Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala

lainnya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.

Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan

manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.2

18
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan

air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya

karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular, dan kematian bila

tidak diobati dengan tepat.4

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang non spesifik akan tetapi muntah

mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian

atas, seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan

Cryptosporidium.1

Tabel 2.2 Gejala Khas Diare oleh Berbagai Penyebab1

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella Etec Eiec Kolera


klinis
Masa 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 6-72 jam 48 – 72
Tunas jam jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual dan sering jarang sering + - sering


Muntah
Nyeri tenesmus Tenesmus Tenesmus + Tenesmus Kramp
Perut kramp kolik kramp
Nyeri - + + - - -
Kepala
Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 variasi 3 hari
Sakit hari

SIFAT TINJA

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus


meneru
s

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

19
Darah - Sering Kadang- - + -
kadang
Bau - Busuk + Tidak Amis
khas

Warna Kuning Merah Kehijaua Tak Merah Seperti


hijau hijau n berwar hijau air
na cucian
beras

Leukosit - + + - - -

Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteori Infeksi -


smus sistemik

2.7 Diagnosis

2.7.1 Anamnesis2

o Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja,

lendir dan/darah dalam tinja.

o Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil

terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.

o Jumlah cairan yang masuk selama diare.

o Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi

makanan yang tidak biasa.

o Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik2

o Keadaan umum, kesadaran, tanda vital.

o Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa

haus, turgor kulit abdomen menurun.

o Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,

mulut, dan lidah.

o Berat badan.

20
o Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti: napas cepat

dan dalam (asidosis metabolik)l, kembung (hipokalsemia), kejang (hipo atau

hipernatremia).

o Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai beberapa kriteria diantaranya

menurut WHO 1995 (tabel 2), sistem pengangkaan – Maurice King:1

Tabel 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 19956

Penilaian A B C

Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai/tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air mata Ada Tidak ada sangat cekung dan
Mulut dan lidah Basah Kering kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin sangat kering
tidak haus minum banyak *malas minum atau
tidak bias minum

Periksa Kembali *kembali * kembali sangat


turgor kulit cepat lambat lambat

Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat


pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang
Bila ada 1 tanda Bila ada 1 tanda *
* ditambah ditambah 1 atau
1/lebih tanda lebih tanda lain
lain
Terapi Rencana Rencana terapi Rencana terapi C
terapi A B

Tabel 2.4. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut Sistem Pengangkaan Maurice King1

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


yang diperiksa
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau,
cengeng, apatis, koma/ syok
ngantuk
Kekenyalan kulit Normal Sedikit, kurang Sangat
kurang

21
Mata Normal Sedikit cekung Sangat
cekung

UUB Normal Sedikit, cekung Sangat


cekung

Mulut Normal Kering Kering dan


sianosis

Denyut nadi/mnt Kuat <120 Sedang (120- lemah >140


140)

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, atau 2 sesuai dengan tabel

kemudian dijumlahkan.1

Nilai:

o 0–2 : ringan

o 3–6 : sedang

o 7 – 12 : berat

2.7.3 Laboratorium1

o Darah

Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

tes kepekaan terhadap antibiotik.

o Urin

Urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

o Tinja

o Makroskopik: konsistensi, warna, lendir, darah, dan bau.

o Mikroskopik: leukosit, eritrosit, parasit, dan bakteri.

2.8 Tatalaksana

22
o Lima (5) pilar penatalaksanaan diare menurut Departemen Kesehatan bagi

semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah

maupun sedang dirawat di rumah sakit,, yaitu:1,4

1. Cairan (rehidrasi dengan menggunakan oralit)

2. Zinc (diberikan selama 10 hari berturut-turut)

3. Nutrisi (ASI dan makanan tetap diteruskan)

4. Antibiotik selektif

5. Edukasi kepada orang tua

o Tanpa Dehidrasi2

 Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan

5 – 10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu:

o Anak umur < 1 tahun : 50 - 100 ml tiap kali BAB

o Anak umur 1 - 5 tahun : 100 – 200 ml tiap kali BAB

o Anak umur 5 – 12 tahun : 200 – 300 ml tiap kali BAB

o Dewasa : 300 – 400 ml tiap kali BAB

 Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak, ASI harus

tetap diberikan.

 Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain

(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus).

o Dehidrasi Ringan-Sedang2

 Penderita harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi

rehidrasi oral dengan oralit.

23
 Terapi Rehidrasi Oral (TRO) hiperosmolar diberikan sebanyak 75

ml/kgBB dalam 3 jam untuk menggantikan kehilangan cairan yang

telah terjadi sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.

 Apabila tidak dapat diberikan secara per-oral, oralit dapat diberikan

melalui nasogastric dengan volume yang sama dengan kecepatan 20

ml/kgBB/jam.

 Bila gagal dengan pemberian secara nasogastric maka dapat diberi

melalui parenteral (intravena) dengan cairan ringer laktat, KaEN 3B

atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.

 BB 3 – 10 kg : 200 ml/kgBB/hari

 BB 10 - 15 kg : 175 ml/kgBB/hari

 BB > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari

 Pasien terus dipantau selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi

tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.

o Dehidrasi Berat2

 Penderita harus dirawat di sarana kesehatan.

 Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer

asetat 100 ml/lgBB dengan cara pemberian:

 < 1 tahun

30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5

jam berikutnya.

 > 1 tahun

24
30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam

2 ½ jam berikutnya.

 Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat

minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.

 Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat

dipercepat.

 Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan

evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan

diare dengan dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehdrasi.

o Koreksi Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit2,5

 Hipernatremia (Na >155 mEq/L)

Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian

cairan dekstrosa 5% ½ sakin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari

10 mEq per hari karena bias menyebabkan edema otak.

 Hiponatremia (Na <130 mEq/L)

Kadar natrium diepriksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih

dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:

Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x BB

(diberikan dalam 24 jam).

 Hiperkalemia (K >5 mEq/L)

Koreksi dilakukan dengan pemberikan kalsium glukonas 10%

sebanyak 0.5-1 ml/kgBB IV secara perlahan-lahan dalam 5 – 10 menit,

sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.

 Hipokalemia (K<3.5 mEq/L)

25
Koreksi dilakukan menurut kadar kalium.

 Kadar K 2.5-3.5 mEq/L, diberikan KCl 75 mEq/kgBB per oral per

hari dibagi 3 dosis.

 Kadar K <2.5 mEq/L, berikan KCl melalui drip iv dengan dosis:

 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4

jam pertama

 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20

jam berikutnya.

o Zinc2,5

Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi BAB dan

volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada

anak. Zinc elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah

berhenti mengalami diare dengan dosis:

 Umur < 6 bulan : 10 mg/hari

 Umur > 6 tahun : 20 mg/hari

o Nutrisi2,5

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur

tetap diberikan untuk mecegah kehilangan BB dan sebagai pengganti nutrisi

yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering

(lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama

pisang.

o Medikamentosa2,5

 Tidak boleh diberikan obat anti diare.

26
 Antibiotik

Diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian

antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora

usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium

difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan.

Selain itu juga dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.

 Anti parasit

Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan

untuk amoeba vegetatif.

o Edukasi2,5

a. Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayan

kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan

atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik

dalam 3 hari.

b. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

c. Langkah promotif/preventif

1. ASI tetap diberikan

2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan

3. Kebersihan lingkungan, BAB di jamban

4. Imunisasi campak

5. Memberikan makanan penyapihan yang benar

6. Penyediaan air minum yang bersih

7. Selalu masak makanan

27
BAB IV
ANALISA KASUS

Bayi laki-laki berusia 10 bulan datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi


dengan keluhan mengalami BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari dan muntah
berlendir hingga 7 kali dalam sehari sejak ± 3 hari SMRS. Pada hari pertama anak
BAB dengan konsistensi cair sebanyak lebih dari 5 kali dalam sehari. Anak juga
mengalami muntah berlendir hingga 7 kali dalam sehari. Nafsu makan dan minum
anak juga menurun. Menurut orang tuanya anak susah untuk makan dan minum. ±
1 hari SMRS anak BAB cair hingga 10 kali dalam sehari . tidak ada sesak, kejang
dan kembung pada pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU: sakit sedang,
gizi baik, compos mentis dan ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi ringan. HR:
128x/menit, RR: 26x/menit, T: 37,2°C dengan status antropometri gizi baik. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil:
Hasil Normal
WBC 11,73 x 109 /L 4-10 x 109 /L
RBC 6,06 x 1012 / L 3,5-5,5 x 1012 / L
HGB 12,6 g/dL 11-16 g/dL
HCT 44,4% 35-50%
PLT 436 x 109 /L 100-300 x 109 /L
GDS 65 mg/dL ≤ 140 mg/dL

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


pada bayi didapatkan diagnosa penyakit pada bayi adalah Diare Akut dengan
Dehidrasi Ringan-Berat.
I. Tatalaksana
1. Preventif
a. Meningkatkan penggunaan air bersih seperti minum dari air yang sudah
dimasak, mencuci setiap bahan makanan yang akan dimasak atau dimakan
dengan air bersih, mencuci terutama alat makan dan masak dengan air
bersih.
b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.

28
c. Cuci tangan pakai sabun setelah dari WC, BAB, beraktivitas dengan
lingkungan seperti bermain, berkebun dll ataupun hewan peliharaan,
sebelum makan, memasak.
d. Menutup makanan dan minuman yang terbuka.
e. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
f. Segera membawa ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya umum
seperti anak tidak bisa minum, anak selalu memuntahkan semua makanan,
anak kejang dan anak letargis/ tidak sadar.
g. Segera membawa ke pelayanan kesehatan jika terdapat dua atau lebih tanda
dehidrasi berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang: Gelisah/rewel,
Haus dan minum dengan lahap, Mata cekung, Cubitan kulit perut
kembalinya lambat.
h. Apabila mencret masih berulang, anak tidak bisa atau malas minum atau
menyusu, kondisi anak memburuk, anak terlihat gelisah, anak demam atau
perubahan konsistensi dan warna feses seperti bercampur darah, cucian
beras, berminyak-minyak segera dibawa kembali ke pelayanan kesehatan.
2. Promotif
a. Menjelasnya penyakit anak ialah diare yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri akibat kebersihan makan atau minuman yang dimakan.
b. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit yang diderita
kemungkinan dapat berulang untuk itu harus tetap menjaga kebersihan.
c. Menjelaskan pemakaian obat dimana oralit dilarutkan dalam 1 air gelas dan
diminum jika mencret sebanyak kira-kira kira-kira 5 ml/kg/jam dan tablet
zink dilarutkan dalam air dalam sendok dan diminum selama 10 hari.
d. Perlunya imunisasi pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terdapat penyakit pada anak dan saudaranya yang lain.
3. Kuratif

a. Oralit 200mg/240 ml (tiap BAB encer), PO


b. Zinc 20 mg tablet 1x1 selama 10 hari
c. Antasida 200 mg tablet kunyah 3x1 sebelum makan
4. Rehabilitatif :

29
a. Meningkatkan frekuensi makan pada pasien walaupun hanya sedikit-sedikit
makannya, banyak minum, dan makan buah pisang.
b. Istirahat yang cukup
PROGNOSIS
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam

30
BAB V
KESIMPULAN
Anak didiagnosa Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan – Berat karena
terdapat kriteria klinis yaitu…..serta lriteria laboratoris yaitu…
Seseorang dinyatakan menderita diare akut bila terdapat…

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY,
Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku Ajar
Gastroenterologi – Hepatologi. Edisi ke- 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2012. h. 87-120
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuto S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
EV, penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid I. Edisi
ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. h. 58-62.
3. Behrman, R. E et. al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International
Edition. Saunders 2004. p 1239-1241.
4. Budiarso, Aswita, dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
Jakarta: Departement Kesehatan R. I. PPM dan PLP. 2009.
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung: 2005.
6. Pusponegoro H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.

32

Anda mungkin juga menyukai