Anda di halaman 1dari 9

EFEK RUMAH KACA ADALAH :

Efek Rumah Kaca – Dewasa ini banyak masyarakat Indonesia yang membangun rumah kaca.
Rumah kaca sendiri adalah rumah yang keseluruhannya terbuat dari kaca. Baik itu bagian
dindingnya, atap, jendela dan masih banyak lainnya.

Ditinjau dari pengertiannya, efek rumah kaca merupakan istilah dari adalah efek yang dihasilkan
oleh rumah kaca untuk menggambarkan kondisi bumi dimana sinar matahari terperangkap di
atmosfer bumi.

Pada umumnya, sinar matahari yang masuk ke dalam bumi berfungsi untuk menyinari bumi dan
membuat bumi menjadi lebih hangat. Sedangkan saat malam hari, permukaan bumi akan menjadi
dingin karena sinar matahari kembali dipantulkan ke luar angkasa oleh bumi.

Nah, rumah kaca ini juga biasanya dibangun untuk menanam sayuran, bunga, buah-buahan dan
masih banyak lainnya. Jenis rumah ini juga sering ditemukan di negara-negara 4 musim oleh
para petani.

PENYEBAB MUNCULNYA EFEK

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab efek rumah kaca. Penyebab inilah yang
mengakibatkan munculnya gas-gas rumah kaca, selain itu, penyebab ini juga ternyata
diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak disadari berbahaya bagi kondisi bumi. Adapun
penyebab-penyebab ini adalah sebagai berikut:

 Pembakaran dan Penebangan Hutan


 Penggunaan Bahan Bakar Fosil
 Pencemaran Laut

CARA MENGATASI EFEK RUMAH KACA


Untuk mengatasi efek rumah kaca sebenarnya diawali dari kesadaran masyarakat di seluruh
dunia. jika persoalan ini hanya dilakukan oleh segelintir orang yang sadar akan bahaya efek
rumah kaca, sepertinya tidak akan berhasil.
Adapun cara mengatasi ini bisa dimulai dengan melakukan reboisasi, hemat listrik, pengolahan
limbah industri, menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, pengolahan
sampah, hingga meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor. Dengan menghasilkan gas
oksigen dalam jumlah banyak, maka efek rumah kaca bisa teratasi dan suhu di bumi kembali
stabil.
PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik
sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. ... Perubahan ini dapat
dikelompokkan sebagai perubahan iklim antropogenik atau lebih umumnya dikenal sebagai
pemanasan global atau pemanasan global antropogenik.

PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya konsentrasi karbon dioksida yang berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil.

Para ilmuwan telah mengamati beberapa perubahan jangka panjang dalam pola cuaca sejak
pertengahan akhir abad ke-19. Dengan melakukan pengukuran tingkat karbon dioksida dan suhu
global dalam derajat Fahrenheit atau derajat Celcius. Kenaikan suhu rata-rata yang diukur
sebagai anomali suhu relatif terhadap suhu rata-rata 1951-1980 menunjukkan bahwa suhu pada
tahun 2016 hampir satu derajat celcius lebih tinggi daripada rata-rata.

CARA PENYELESAIAN PERUBAHAN IKLIM

1. Pertanian dan Makanan

Menurut Emissions Gap Report 2018 dari UN Environment, sistem pangan --dari produksi
hingga konsumsi-- berpotensi mengurangi hingga 6,7 gigaton CO2. Pangan merupakan urutan
kedua setelah sektor energi.

"Kita membutuhkan transformasi pangan global dalam 12 tahun ke depan, di mana limbah
makanan dikurangi, serta menjalankan diet dan pola hidup sehat melalui penurunan asupan
protein hewani," menurut badan PBB ini.

2. Pembanguan Gedung dan Kota

Ilustrasi perubahan iklim (AFP)


Sekitar 70 persen penggunaan energi, bangunan dan konstruksi menyumbang 39 persen dari
emisi karbon dioksida. Infrastruktur perkotaan dalam jumlah besar akan dibangun dalam 15
tahun mendatang, seiring percepatan migrasi desa ke kota (atau sebaliknya).

UNEP menuturkan, ada peluang besar untuk memperbaiki bangunan yang didirikan,
meningkatkan standar bangunan, dan memikirkan kembali perencanaan kota seperti memberikan
insentif untuk mini-grid solutions atau solusi jaringan mini.
PEMANASAN GLOBAL ADALAH

Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-
negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-
gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer Bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.Efek
rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya
suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan
air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena
udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena
CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada
beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan
dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian,
umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan
dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke empat.[3]

Cara Mencegah Mengatasi Pemanasan Global

1. Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Pembakaran bahan bakar fosil (seperti premium dan solar) menghasilkan gas karbon dioksida
sebagai gas buangan. Seandainya alat transportasi yang berbahan bakar minyak marak digunakan
dan jumlahnya semakin bertambah, maka karbon dioksida yang dibuang ke atmosfer juga
semakin besar. Akibatnya pemanasan global yang terjadi akan semakin buruk. Oleh sebab itu
alat transportasi yang berbahan bakar minyak sebaiknya diminimalisir pemakaiannya. Kurangi
penggunaan kendaraan pribadi dan gunakanlah alat transportasi umum sehingga dapat
mengurangi gas karbon dioksida di udara.

Cara lain mengurangi penggunaan bahan bakar fosil adalah dengan menggunakan alat
transportasi yang tidak menghasilkan karbon dioksida sebagai gas buangan nya misalnya dengan
menggunakan sepeda, mobil berbahan bakar hidrogen atau akan lebih baik lagi jika kita biasakan
jalan kaki untuk berpergian pada jarak yang dekat.

2. Menggunakan Energi Alternatif

Cara mengatasi pemanasan global yang kedua adalah dengan beralih ke Energi Alternatif.
Manusia sejatinya dapat menggunakan energi alternatif guna meminimalisir hal - hal yang dapat
menjadi penyebab pemanasan global. Penggunaan energi alternatif terbarukan ini hendaknya
harus segera di terapkan di seluruh dunia. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil harus segera
diganti dengan energi bersih, seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi dan biomassa.
Sumber energi tersebut sejatinya berlimpah namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.

3. Tidak Menebang Pohon di Hutan Secara SembaranganSeperti yang sudah kita ketahui, pohon
merupakan tumbuhan yang dapat menyerap gas CO2 dan menghasilkan oksigen. Dengan
mengurangi dampak penebangan hutan secara ilegal kita juga berperan dalam menjaga
kelestarian hutan yang saat ini banyak mengalami kerusakan.

Hutan merupakan elemen yang sangat penting bagi kelestarian dunia, karena salah satu fungsi
hutan adalah sebagai paru-paru dunia sekaligus penyeimbang ekosistem. Hutan terutama jenis
hutan yang belum terjamah manusia memiliki keseimbangan ekosistem yang sangat baik
sehingga banyak hewan dan tumbuhan yang hidup dan bertahan dari pengaruh lingkungan luar.

4. Melakukan Penanaman Pohon Kembali (reboisasi)

Pohon dan jenis tumbuhan berklorofil lainnya mempunyai peran vital dalam membersihkan
udara. Sebab tumbuhan berklorofil mempunyai kemampuan untuk mengolah air, sinar matahari,
karbon dioksida dan unsur hara menjadi bahan organik dan oksigen.

Oksigen sendiri merupakan salah satu faktor penentu kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.
Karena itulah keberadaannya sangat dibutuhkan. Tanpa adanya oksigen, manusia dan makhluk
hidup lain tidak dapat bernapas. Karena itulah semakin banyak pohon yang ditanam di bumi,
maka semakin banyak udara yang dapat dibersihkan dari berbagai macam polutan.
ATMOSFER

Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan
planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi,atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di
atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi.

PENYEBAB ATMOFER

1. Hujan Asam

Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami
bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbon dioksida (CO2) di udara yang larut dengan
air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil
serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat
dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi
kehidupan ikan dan tanaman.

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses
biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga
ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.

Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina
(RRC), Eropa Barat, Rusia, dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit
tenaga listrik di Amerika Serikat bagian barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New
England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan
bakarnya.
CARA MENGATASI ATMOSFER :

a. Upaya Pengendalian Deposisi Asam

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung
sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran,
menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.

b. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini Indonesia
sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi merupakan
sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.

Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas
ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-
belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen.

Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak
akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai
lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin.

Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker).

c. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran

Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu.
Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk membersihkan
batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar belerang yang berupa pirit
(belerang dalam bentuk besi sulfida).

Anda mungkin juga menyukai