Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL


Ny. S dengan …….. di Ruang Hemodialisa
RS. PMI Kota Bogor

Dosen Pembimbing :

Tantri W.U., M.Kep.,SpKepJ

Disusun oleh :

1. Kendyta A P (P17320317061) 7. Hilda H (P17320317067)


2. Mega Yunita (P17320317062) 8. Cinthia S H (P17320317068)
3. Wahyu D (P17320317063) 9. Elfa K H (P17320317069)
4. Mahalika N (P17320317064) 10. Zahra Pratiwi (P17320317070)
5. Mita Azani Y (P17320317065) 11. Atik Darwati (P17320317071)
6. Trisna W (P17320317066) 12. Manggar E A (P17320317072)

TK. II B

POLITEKNIK KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, penulis telah menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Asuhan Keperawatan Psikososial Ny. S dengan …… di Ruang Hemodialisa RS.
PMI Kota Bogor”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dari semua pihak mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu
penulis harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, 21 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................. 3
A. Diagnosa Medis ............................................................................................... 3
1 Pengertian CKD .......................................................................................... 3
2 Etiologi CKD ............................................................................................... 4
3 Patofisiologi CKD ....................................................................................... 5
B. Diagnosa Keperawatan Psikososial .................................................................6
1 Pengertian Keperawatan Psikososial ........................................................... 6
2 Macam Diagnosa Keperawatan Psikososial di Ruang Hemodialisa ........... 7
BAB III KASUS ASUHAN KEPERAWATAN .................................................. x
A. Pengkajian Psikososial .................................................................................... x
1 Identitas Klien ............................................................................................. x
2 Riwayat Kesehatan ...................................................................................... x
3 Konsep Diri .................................................................................................x
4 Pengkajian Sosial ........................................................................................ x
5 Pemeriksaan Status Mental.......................................................................... x
6 Pemeriksaan Diagnostik dan Labolatorium ................................................ x
7 Pengobatan ..................................................................................................x
8 Diagnosa Medis ........................................................................................... x
B. Analisa Data ....................................................................................................x
C. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... x
D. Rencana keperawatan ...................................................................................... x
E. Implementasi dan Evaluasi .............................................................................. x
F. Catatan Perkembangan ..................................................................................... x

ii
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ x
A. Kesimpulan......................................................................................................x
B. Saran ............................................................................................................... x
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata hemodialisa atau yang lebih dikenal dengan cuci darah pasti sudah tdak asing lagi
di telinga masyarakat Indonesia. Kata cuci darah sering jadi momok yang menakutkan bagi
masyarakat Indonesia terutama pasien. Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah,
dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan
darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah ‘cuci darah’.
Hemodialisa adalah terapi cuci darah di luar tubuh untuk orang yang ginjalnya sudah
tidak bisa berfungsi dengan optimal. Sebenarnya, tubuh kita secara alami mampu
melakukan cuci darah secara otomatis. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ yang
bertanggung jawab dalam melakukan tugas ini. Selain membersihkan darah dalam tubuh,
ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, pada pengidap
penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal (CKD), organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan
baik. Karena itulah, proses cuci darah bisa dilakukan dengan bantuan alat medis.
Hemodialisa menggantikan fungsi ginjal ketika ginjal sudah tidak lagi bekerja.
Cuci darah bukan permasalahan yang ringan apalagi jika seseorang harus melakukan
cuci darah seumur hidupnya atau hingga dia melakukan transplantasi ginjal. Permasalahan
efek samping hemodialisa, biaya, panjangnya usia harapan hidup dan lainnya menjadi
fikiran fikiran yang menghantui para pasien yang menjalani hemodialisa. Atas latar
belakang itulah Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor dalam mata kuliah
psikososial melakukan praktek psikososial di ruang hemodialisa untuk mengetahui masalah
psikososial bagi pasien yang menjalani cuci darah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan CKD?
2. Apa yang menyebabkan CKD?
3. Bagaimana proses terjadinya CKD?
4. Apa itu keperawatan psikososial?
5. Apa saja diagnosa psikososial yang sering terjadi pada pasien CKD on HD?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari CKD
2. Mengetahui penyebab CKD
3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya CKD
4. Mengetahui definisi keperawatan psikososial
5. Mengetahui macam diagnosa psikososial yang sering terjadi pada pasien CKD on HD

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DIAGNOSA MEDIS
1. Pengertian CKD
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi
ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular
filtration rate (GFR). Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai
kerusakan ginjal (National Kidney Foundation, 2002).
Gejala-gejala dari fungsi ginjal memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin
termasuk perasaan kurang sehat dan mengalami nafsu makan berkurang. Seringkali,
penyakit ginjal kronis didiagnosis sebagai hasil dari skrining dari orang yang dikenal
berada di risiko masalah ginjal, seperti yang dengan tekanan darah tinggi atau diabetes
dan mereka yang memiliki hubungan darah dengan penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal
kronis juga dapat diidentifikasi ketika itu mengarah ke salah satu komplikasi yang diakui,
seperti penyakit kardiovaskuler, anemia atau pericarditis.
Penyakit ginjal kronis diidentifikasi oleh tes darah untuk kreatinin. Tingginya
tingkat kreatinin menunjukkan jatuh laju filtrasi glomerulus dan sebagai akibat penurunan
kemampuan ginjal mengekskresikan produk limbah. Kadar kreatinin mungkin normal
pada tahap awal CKD, dan kondisi tersebut ditemukan jika urine (pengujian sampel urin)
menunjukkan bahwa ginjal adalah memungkinkan hilangnya protein atau sel darah merah
ke dalam urin. Untuk menyelidiki penyebab kerusakan ginjal, berbagai bentuk pencitraan
medis, tes darah dan sering ginjal biopsi (menghapus sampel kecil jaringan ginjal)
bekerja untuk mencari tahu apakah ada sebab reversibel untuk kerusakan ginjal. pedoman
profesional terbaru mengklasifikasikan tingkat keparahan penyakit ginjal kronis dalam
lima tahap, dengan tahap 1 yang paling ringan dan biasanya menyebabkan sedikit gejala
dan tahap 5 menjadi penyakit yang parah dengan harapan hidup yang buruk jika tidak

3
diobati . 'Stadium akhir penyakit ginjal (ESRD ), Tahap 5 CKD juga disebut gagal ginjal
kronis (CKF) 'atau kegagalan kronis ginjal (CRF).
Tidak ada pengobatan khusus untuk memperlambat tegas menunjukkan
memburuknya penyakit ginjal kronis. Jika ada penyebab yang mendasari untuk CKD,
seperti vaskulitis, ini dapat diobati secara langsung dengan pengobatan bertujuan untuk
memperlambat kerusakan. Pada tahap yang lebih maju, pengobatan mungkin diperlukan
untuk anemia dan penyakit tulang. CKD parah memerlukan salah satu bentuk terapi
penggantian ginjal, ini mungkin merupakan bentuk dialisis, tetapi idealnya merupakan
transplantasi ginjal.

2. Etiologi CKD
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation, 2015). Keadaan
lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit peradangan
seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, malformasi saat perkembangan janin
dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar
prostat, dan infeksi saluran kemih yang berulang (Wilson, 2005).
Pada sebagian kasus, mengkonsumsi Minuman energi secara rutin dan terus
menerus selama minimal 3 tahun dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal kronis. Alfiah
Kurnia, mahasiswi Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, UMS Solo pada tahun 2002
meneliti minuman suplemen merk A sebagai sampel studi kasus pada tikus putih. Di
lapangan (rumah sakit hemodialisa atau tempat cuci darah rutin) ditemukan fakta menarik
terhadap himbauan perawat atau suster Rumah Sakit PGI Cikini seperti berikut: “kalo
kata mama saya, Minuman energi itu bikin ginjal kerja keras ntar bisa gagal ginjal kata
mama kalo sering sering minum gituan”
Bukan hanya konsumsi terhadap Minuman energi saja, akan tetapi juga terhadap
es teh seperti dikutip dari detik health dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH dari bagian
Ginjal dan Hipertensi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Sama halnya dengan
es teh, konsumsi kopi yang berlebihan dan rutin dapat menyebabkan masalah pada
system ginjal.

4
5
3. Patofisiologi CKD
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural
dan
fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti
sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat,
hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron progresif,
walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi (Suwitra, 2009).

Gambar 2.1 Piramid Iskemik dan Sklerosis Arteri dan Arteriol


pada Potongan Lintang Ginjal
sumber: (McAlexander, 2015)

Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
bentuk. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di
ginjal pada DM (Wilson, 2005). Mekanisme peningkatan GFR yang terjadi pada keadaan

6
ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen
oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai oleh hormon vasoaktif, Insuline-like
Growth Factor (IGF) – 1, nitric oxide, prostaglandin dan glukagon. Hiperglikemia kronik
dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein. Proses ini
terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointerstisialis (Hendromartono, 2009).
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol di
seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh
darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal (Wilson, 2005). Ketika
terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah akan melebar.
Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan
akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang kelebihan air serta zat sisa
dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian dapat
menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat, sehingga keadaan ini membentuk
suatu siklus yang berbahaya (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Disease, 2014).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL


1. Pengertian Keperawatan Psikososial
Psikososial adalah kombinasi dari dua kata, psiko (berarti mental atau psikologis)
dan sosial, yang memberikan arti dari gangguan mental dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial.Beberapa penyakit yang dikategorikan gangguan psikososial adalah gangguan
makan, gangguan perkembangan, disosiatif, kognitif, perkembangan, mood dan berbagai
gangguan lainnya. Penyesuaian dan gangguan kecemasan juga diklasifikasikan sebagai
gangguan psikososial.
keperawatan psikososial adalah aspek psikologis dan sosial dalam kehidupan
pasien. keperawatan psikososial menurut Jarvis (2004) merupakan bagian dari
pemeriksaan fisik dan pengkajian kesehatan meliputi kurangnya pengetahuan, koping
dan istirahat yang berkontribusi terhadap kesehatan.

7
8
2. Macam Diagnosa Keperawatan Psikososial di Ruang Hemodialisa
a) Gangguan Pola Tidur
Gangguan pola tidur adalah interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akan faktor
ekternal.
Batasan karakteristik:
1) Kesulitan berfungsi sehari hari
2) Kesulitan memulai tertidur
3) Kesulitan mempertahankan tetap tidur
4) Ketidakpuasan tidur
5) Tidak merasa cukup istirahat
6) Terjaga tanpa jelas penyebabnya

b) Nyeri Akut
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(international association for the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau lambat
denan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau
dipresiksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik:
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan pada parameter fisiologis
3) Diaforesis
4) Perilaku distraksi
5) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya
6) Perilaku ekspresif
7) Ekspresi wajah nyeri
8) Sikap tubuh melindungi
9) Putus asa
10) Fokus menyempit
11) Sikap melindungi area nyeri

9
12) Perilaku protektif
13) Laporan tentang perilaku nyeri / perubahan aktifitas
14) Dilatasi pupil
15) Fokus pada diri sendiri
16) Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
17) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri

c) Anxietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai dengan respons
otonom; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak menghadai ancaman.
Batasan karakterikstik:
1) Perilaku
- Penurunan produktifitas
- Gerakan ekstra
- Melihat sepintas
- Tampak waspada
- Agitasi
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Gelisah
- Perilaku mengintai
- Khawatir tentang perubahan dalam peristiwa hidup
2) Afektif
- Kesedihan yang mendalam
- Gelisah
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Putus asa

10
- Sangat khawatir
- Peka
- Gugup
- Senang berlebihan
- Menggemerutukan gigi
- Menyesal
- Berfokus pada diri sendiri
- Ragu
3) Fisiologis
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar
- Tremor
- Suara bergetar
4) Simpatis
- Gangguan pola pernafasan
- Anoreksia
- Peningkatan refleks
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare
- Mulut kering
- Wajah memerah
- Palpitasi jantung
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Dilatasi pupil
- Vasokontriksi superfisial
- Kedutan otot

11
- Lemah
5) Parasimpatis
- Nyeri abdomen
- Perubahan pola tidiur
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare
- Pusing
- Keletihan
- Mual
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang – anyangan
- Dorongan segera berkemih
6) Kognitif
- Gangguan perhatian
- Gangguan konsentrasi
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking pikiran
- Konfusi
- Penurunan lapang persepsi
- Penurunan kemampuan untuk belajar
- Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
- Lupa
- Preokupasi
- Melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
d) Harga Diri Rendah Situasional
Muncul persepsi negative tentang makna diri sebagai respon terhada lingkungan
Batasan karakterikstik:
1) Tidak berdaya

12
2) Perilaku bimbang
3) Perilaku asertif
4) Tanpa tujuan
5) Ungkapan negative tentang diri
6) Tantangan situasi terhadap diri sendiri
7) Meremekan kemampuan manghadapi situasi

e) Gangguan Citra Tubuh


Kunfusi dalam gambaran mental tentang dri fisik individu
Batasan karakterikstik:
1) Tidak ada bagian tubuh
2) Perubahan fungsi tubuh
3) Perubahan struktur tubuh
4) Perubahan pandangan tentang penampilan tubuh seseorang
5) Menghindari melihat tubuh oranglain
6) Perilaku mengenali tubuh seseorang
7) Perubahan pada kemampuan memperkirakan hubungan spasial tubuh dengan
lingkungan
8) Perubahan gaya hidup
9) Perubahan dalam keterlibatan sosial
10) Depersonalisasi bagian tubuh melalui penggunaan kata ganti impersonal
11) Depersonalisasi kehilangan melalui penggunaan kata ganti impersonal
12) Menekankan pada kekuatan tersisa
13) Memperluas batasan tubuh
14) Takut reaksi oranglain
15) Berfokus pada penampilan masa lalu
16) Berfokus pada fungsi masalalu
17) Berfokus pada kekuatan sebelumnya
18) Menekankan pencapaian
19) Menyembunyikan bagian tubuh
20) Perasaan negatif tentang tubuh

13
21) Respons non verbal pada perubahan yang dirasakan tubuh
22) Terlalu terbuka tentang bagian tubuh
23) Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan tubuh
seseorang
24) Personalisasi bagian tubuh dengan nama
25) Personalisasi kehilangan dengan nama
26) Preokupasi pada perubahan
27) Preokupasi pada kehilangan
28) Menolak menerima perubahan
29) Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi
f) Ketidakberdayaan
Pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhi hasil
Batasan karakterikstik:
1) Perasaan asing
2) Bergantung pada orang lain
3) Depresi
4) Ragu tentang penampilan peran
5) Frustasi karena ketidakmampuan untukmelakukan aktifitas sebelumnya
6) Kurang berpartisipasi dalam perawatan
7) Kurang rasa kendali
8) Malu

14

Anda mungkin juga menyukai