Anda di halaman 1dari 6

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam masyarakat dewasa ini,

dengan demikian masyarakat dapat hidup lebih produktif dalam mewujudkan tujuan

hidupnya baik dari segi ekonomi maupun sosial. Dengan adanya layanan pengobatan yang

baik dan terjamin diharapkan kesehatan masyarakat dapat meningkat dan merata. Masalah

kesehatan dari waktu ke waktu senantiasa berubah, dimana cenderung menuju ke arah

yang lebih baik, hal ini seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kedokteran atau kesehatan. Agar setiap masalah kesehatan dapat teratasi dengan

baik perlu adanya upaya kesehatan. Upaya kesehatan ini merupakan gambaran dari

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, hal ini bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Tuntutan peningkatan

kesehatan pada suatu bangsa khususnya di Indonesia, mendorong Industri Farmasi untuk

berkembang didukung dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

menciptakan obatobatan serta alat kesehatan yang berkualitas dan bermutu tinggi.

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 105 ayat 1

menyebutkan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus

memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. Buku standar lainnya

yang dimaksud dalam pasal 105 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009 adalah jika tidak ada dalam

Farmakope Indonesia, dapat menggunakan United States Pharmacopoeia, British

Pharmacopoeia, dan International Pharmacopoeia. Pemenuhan syarat dalam buku standar

lainnya bertujuan agar produk obat yang dihasilkan dapat dipasarkan secara global.

Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan

untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Menurut Permenkes RI No.

1799 tahun 2010 tentang Industri Farmasi yang dimaksud dengan Industri Farmasi adalah

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Adapun peraturan mengenai izin Industri Farmasi

mengalami perubahan yang diperbaharui melalui Permenkes No. 16 tahun 2013.

Obat merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam

pelayanan kesehatan untuk mendukung pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Pada

pembuatan obat, pengendalian secara menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa

konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Seiring dengan perkembangan pola hidup

masyarakat, maka kebutuhan masyarakat terhadap obatobatan yang bermutu, aman dan

efektif semakin meningkat sehingga mendorong perkembangan industri farmasi khususnya

di Indonesia. Produk obat berkualitas yang dihasilkan industri farmasi harus

memperhatikan faktor- faktor yang terlibat dalam proses produksinya. Untuk

menghasilkan produk obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan

bahan awal dan produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek produksi. Agar obat

yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta

konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang Cara Pembuatan

Obat yang Baik (Permenkes RI No. 1799, 2010).

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang

bertujuan untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan

tujuan penggunaan. CPOB menyangkut seluruh aspek produksi mulai dari manajemen

mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan hygiene; produksi;

pengawasan mutu; pemastian mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan

pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk;

dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi.

Salah satu aspek dalam CPOB adalah personalia, salah satunya adalah apoteker

yang memegang peranan penting dalam industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang

dihasilkan. Kedudukan apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Seorang apoteker dituntut untuk

mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta

kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahan- permasalahan yang

ada di Industri Farmasi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, calon apoteker

mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis yang cukup salah satunya dapat

diperoleh melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi.

Program profesi apoteker Universitas Surabaya bekerja sama dengan Lembaga

Farmasi TNI Angkatan Laut (LAFI-AL) Drs. Mochammad Kamal yang berlokasi di jalan

Bendungan Jatiluhur Nomor 1 Jakarta untuk melaksanakan PKPA bagi mahasiswa calon

apoteker periode 19-30 Agustus 2019. Kegiatan PKPA merupakan serangkaian kegiatan

yang terdiri dari pengarahan, peninjauan lapangan, pelaksanaan tugas khusus, diskusi dan

presentasi tugas khusus. Pelaksanaan PKPA ini diharapkan dapat meningkatkan mutu para

calon apoteker sebelum menghadapi dunia kerja di Industri Farmasi.

1.1 TUJUAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

PKPA yang dilakukan oleh calon apoteker di Industri ini bertujuan:


a. Mahasiswa peserta PKPA memahami peran, fungsi, dan tugas dari
seorang apoteker dalam Industri Farmasi, khususnya di Lembaga
Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal, Jakarta
Pusat yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi
dunia kerja yang sesungguhnya.
b. Mahasiswa peserta PKPA memahami CPOB terkini dan
penerapannya pada semua kegiatan di Industri Farmasi,
khususnya Lembaga Farmasi Angkatan Laut Drs. Mochammad
Kamal secara terpadu.

1.2 MANFAAT PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

Manfaat dilaksanakannya kegiatan praktik kerja profesi apoteker di


Industri Farmasi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian
di industri farmasi
3. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
profesional dan berkualitas, khususnya dalam bidang industri
farmasi

Anda mungkin juga menyukai