Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LENGKAP IMUNOSEROLOGI (P)

“PEMERIKSAAN HIV METODE IMUNOKROMATOGRAFI (RAPID


TEST)”

OLEH :

NAMA : JUMRIATI MADE

NIM : 17 3145 453 033

KELAS : 17 A

KELOMPOK : IV (EMPAT)

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN


INFORMATIKA

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2019
A. JUDUL PEROBAAN
Pemeriksaan HIV metode imunokromatografi (rapid test).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui adanya HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada
sampel darah atau serum pasien.
C. PRINSIP PERCOBAAN
Serum atau plasma yang diteteskan pada bantalan sampel akan bereaksi
dengan partikel yang telah dilapisi dengan protein yang terdapat pada bantalan
specimen. Selanjutnya akan bergerak secara kromatografi dan bereaksi dengan
antigen HIV rekombinan yang terdapat pada garis test. Jika specimen
mengandung antibody HIV maka akan timbul garis warna pada garis T (Test)
dan C (control). Jika negatif, hanya muncul satu garis merah pada garis C
(control), dan jika invalid tidak muncul garis merah pada garis T (Test)
maupun pada garis C (control).
D. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perkembangan dan kemamuan yang pesat dalam segala
macam bidang teknologi, khususnya imunologi serologi. Dikembangkan
untuk menerangkan dan menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit.
Salah satunya adalah pemeriksaan HIV. Epidemi infeksi HIV di Indonesia
disadari sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting dan memberikan
dampak multifactorial. Apalagi Indonesia merupakan Negara yang rentan
terhadap epidemic HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena beberapa factor
risiko ada di Indonesia seperti perilaku seksual berisiko tinggi, kemiskinan,
prevalensi infeksi menular seksual yang tinggi serta arus perpindahan
penduduk yang tinggi.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan penangan lebih lanjut atau upaya-
upaya pencegahan. Salah satunya yaitu memeriksakan kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan darah. Untuk melihat ada atau tidaknya HIV (Human
Immunodeficiency Virus) pada darah seseorang.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukanlah percobaan
tentang p emeriksaan HIV metode imunokromatografi (rapid test).
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
AIDS adalah suatu keadaan akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
secara bertahap disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai HIV (Human
Immunodeficiency Virus) atau lebih tepat yaitu Human T-Cell
Lymphdenopathy Associated Virus (LAV). Infeksi HIV bisa terjadi bila
virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi virus masuk ke dalam aliran
darah. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, penderita yang telah
terinfeksi HIV akan terinfeksi lebih lanjut dengan bakteri, virus, atau
protozoa yang menyebabkan multiplikasi AIDS virus pada penderita
tersebut (Sri Harti, 2014).
2. Perkembangan HIV menjadi AIDS
Terdapat beberapa tahapan infeksi virus HIV sampai timbulnya gejala
AIDS, yakni sebagai berikut :
a. Tahap I periode jendela
 HIV masuk kedalam tubuh sampai terbentuknya antibodi dalam
darah.
 Tidak terdapat tanda-tanda khusus, penderita tampak sehat dan
mereasa sehat.
 Tes HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini.
 Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu
sampai 6 bulan (Achmad, 2014).
b. Tahap II HIV positif (tanpa gejala) rata-rata 5-10 tahun
 HIV berkembang biak di dalam tubuh.
 Tidak terdapat tanda-tanda khusus, penderita tampak sehat dan
merasa sehat.
 Tes HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang karena telah
terbentuk antibodi.
 Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun tergantung daya
tubuh masing-masing (rata-rata 8 tahun) (Achmad, 2014).
c. Tahap III positif HIV (muncul gejala)
 Sistem kekebalan tubuh mulai menurun.
 Mulai muncul gejala opportunistik, misalnya pembekakan kelenjar
limfa diseluruh tubuh, diare teru menerus, flu berkepanjangan, dan
lain-lain.
 Umumnya lebih dari 1 bulan, tergantuk kekuatan daya tubuhnya
(Achmad, 2014).
3. Pencegahan HIV
Ada lima cara pencegahan HIV yaitu sebagai berikut :
a. Abstinance yaitu tidak melakukan hubungan seks atau puasa seks.
b. Be Faithful yaitu bersikap saling setia dengan pasangan.
c. Condom, yaitu rekomendasi untuk selalu menggunakan kondom jika
melakukan hubungan seks yang beresiko.
d. Don’t Inject atau No Drugs yaitu himbauan untuk menghindari dan
meninggalkan penggunaan narkoba, khususnya narkoba suntik.
e. Education, yaitu dengan menambah wawasan dan membuka
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan
reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual) (Muhammad, 2010).
4. Diagnosis dan Pemeriksaan Laboratorium
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium diagnosis infeksi
HIV. Salah satunya yaitu deteksi adanya antibody terhadap HIV adalah
deteksi antigen dan deteksi materi genetic dalam darah pasien (Djauzi,
2014).
Rapid test relatif direkomendasikan terhadap diagnosa konvensional
seperti ELISA sejak cara itu lebih cepat (dibawah 30 menit) dan sederhana
untuk melakukan. Keuntungan utama dari Rapid Test HIV adalah waktu
yang singkat untuk melakukan pengujian dan kemungkinan memperoleh
hasil test HIV dalam beberapa menit dari koleksi specimen-specimen. Salah
satu jenis rapid test yang sering digunakan alat diagnostik berupa stik untuk
mendeteksi keberadaan antigen ataupun antibody dalam sampel berupa
darah, plasma atau serum (Marlina, 2017).
F. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu strip spuit 3 mL, tourniquet, kapas
alkohol, tabung EDTA, pipet tetes dan strip HIV.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel darah EDTA dan larutan
buffer.
G. PROSEDUR KERJA
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan sampling darah vena.
3. Dipindahkan sampel darah dari spuit kedalam tabung EDTA.
4. Dimasukkan 1 tetes sampel darah EDTA kedalam sumur sampel.
5. Ditambahkan 1 tetes larutan buffer.
6. Didiamkan selama beberapa menit.
7. Dibaca hasil dengan diperhatikan garis merah yang terbentuk.
H. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
Nama Jenis Kelamin Umur Hasil
Pemeriksaan
Fernando Laki-Laki 19 Tahun (-)

2. Gambar Hasil Pengamatan


Sebelum ditambahkan sampel Sesudah ditambahkan sampel
darah dan larutan buffer darah dan larutan bufferg
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan HIV menggunakan
metode imunokromatografi (rapid test). Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui adanya Human Imuno Defisiensi Virus (HIV) pada sampel darah
atau serum pasien. Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu serum atau plasma
yang diteteskan pada bantalan sampel akan bereaksi dengan partikel yang
telah dilapisi dengan protein yang terdapat pada bantalan specimen.
Selanjutnya akan bergerak secara kromatografi dan bereaksi dengan antigen
HIV rekombinan yang terdapat pada garis test. Jika specimen mengandung
antibody HIV maka akan timbul garis warna pada garis T (Test) dan C
(control). Jika negatif, hanya muncul satu garis merah pada garis C (control),
dan jika invalid tidak muncul garis merah pada garis T (Test) maupun pada
garis C (control). Sampel yang digunakan adalah darah EDTA.
Berdasarkan praktikum, sebelum melakukan pemeriksaan HIV terlebih
dahulu dilakukan sampling darah vena. Setelah melakukan sampling darah,
darah dari spuit dipindahkan kedalam tabung EDTA agar lebih memudahkan
pada saat memipet sampel. Kemudian dimasukkan 1 tetes sampel darah EDTA
kedalam sumur sampel. Ditambahkan 1 tetes larutan buffer. Didiamkan selama
beberapa menit. Kemudian dibaca hasil dengan memperhatikan garis merah
yang terbentuk. Adapun interpretasi hasilnya yaitu apabila specimen positif
mengandung antibody HIV maka akan timbul garis warna pada garis T (Test)
dan C (control). Jika negatif, hanya muncul satu garis merah pada garis C
(control) saja, dan jika invalid tidak muncul garis merah sama sekali baik pada
garis T (Test) maupun pada garis C (control).
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil yang negatif. Hasil
tersebut ditandai dengan . Dengan hasil negatif tersebut menandakan bahwa
tidak adanya Human Imuno Defisiensi Virus (HIV) pada sampel darah pasien.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan negatif yang menandakan bahwa tidak adanya Human Imuno
Defisiensi Virus (HIV) pada sampel darah pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Syarip, dkk. 2014. Buku saku Bagi Petugas Outreach. Pengurus Pusat

LKNU. Jakarta.

Djauzi, S dan Djoerban, Z. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3. Interna

Publishing. Jakarta.

Marlina. 2017. Hubungan Faktor Resiko Pada Pendonor Darah Dengan HIV

Reaktif Positif Secara Rapid Test HIV Tiga Metode Di PMI Medan.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Muhammad, Husein, Wahid, Marzuki, dkk. 2010 FIQH HIV dan AIDS; Pedulikah

Kita?”. PKBI. Jakarta.

Sri Harti, Agnes., dkk. 2014. Pemeriksaan HIV 1 DAN 2 Metode

Imunokromatografi Rapid Test Sebagai Test Screening Deteksi

AIDS. Vol. 5 N0.1 : 55-59

Anda mungkin juga menyukai