Pendahuluan
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban untuk memperoleh
pendidikan, sebagaimana tertera dalam UUD 1945 Pasal 28C ayat 1 yang
mengungkapkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan mendapatkan
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Majunya sebuah negara salah satunya dapat ditinjau dari kualitas pendidikannya.
Negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik akan membangun Negara
yang maju sehingga Negara tersebut tidak akan tertinggal oleh Negara lain.
Hadirnya Indonesia di tengah keberadaan Negara lain merupakan kewajiban
Indonesia untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing terhadap dunia
dalam hal pendidikan bahkan Indonesia merupakan Negara yang kaya dan subur
sehingga dapat melahirkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang cerdas, inovatif
dan kreatif.
Berbagai Masalah yang Menghambat Proses Pendidikan
Sesuai laporan yang sama untuk Indonesia dilaporkan untuk usia pendidikan
SD/MI/Paket A adalah 104,30%, SMP/Mts/Paket B adalah 89,38% dan
SMA/SMK/MA/Paket C usia 19-24 adalah 68,22%. Sedangkan APM sesuai tahun
laporan yang sama untuk Indonesia dilaporkan untuk usia pendidikan
SD/MI/Paket A adalah 92,49%, SMP/Mts/Paket B adalah 70,84% dan
SM/SMK/MA/Paket C usia 19-24 adalah 51,46%. Dari angka-angka tersebut saja
belum mencapai angka ideal yaitu 100%, untuk mencapai angka tersebut memang
sulit tetapi harus ada usaha untuk mendekati angkat tersebut. Mungkin bagi
sebagian orang, khususnya kementerian terkait atau dinas di daerah sudah puas
bila angka-angka tersebut bisa melebihi angka 50%. Ya, kalau daerahnya hanya
berpenduduk usia sekolah 100 orang saja, maka 50 orang sisanya belum
memperoleh pendidikan mungkin karena banyak faktor penghambat. Namun
bagaimana daerah dengan penduduk usia sekolah suatu daerah dengan jumlah di
atas jutaan? Atau katakanlah 1 juta, maka 500.000 yang belum mengenyam
pendidikan harus dapat dilihat sebagai ketidak berhasilan program pemerataan
pendidikan.
Keempat, berkaitan dengan rendahnya kualitas guru, guru yang sudah diangkat
sebaiknya diberikan pelatihan khusus dan serta diberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan pemerintah
bertanggung jawab membiayai pelatihan dan pendidikan bagu guru tersebut demi
meningkatkan kualitas guru. Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG)
tahun 2015, yang berhasil meraih nilai di atas rata-rata yang telah ditargetkan
sebelumnya hanya 7 Provinsi saja, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, dan Bangka Belitung. Walaupun demikian Hasil
UKG tidak bisa dijadikan untuk menentukan kualitas seorang guru, namun hasil
UKG dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan guru, itupun
hanyalah dalam teori saja. Hasil tersebut jauh dari harapan, oleh karena itu untuk
membenahi kualitas pendidikan di Indonesia pemerintah berkewajiban
membenahi dahulu kualitas gurunya.sarana perlengkapan sekolah perlu diatur
lagi, memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu bersekolah, dan
pemerataan populasi guru pada setiap sekolah perlu dibenahi lagi.