Anda di halaman 1dari 9

TUGAS : KMB II ( MUSKOLOSKELETAL )

DOSEN : A.ARNOLI, S.KEP.NS

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS

OLEH
SULTAN
07042
KELAS II A

AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR


2009
BAB I
KONSEP MEDIS
I. PENGERTIAN
 Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul
akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Pada
anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi pada tempat-tempat lain berpindah melalui aliran darah
menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid. Akibat perkembangbiakan bakteri dan
nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang terbatas ini akan
terasa nyeri dan nyeri tekan.
 Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
osteomielitis sangan resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika.
Menurut teori, hal ini disebabkan oleh karena sifat korteks tulang
yang tidak memiliki pembuluh darah. Tidak cukup banyak antibodi
yang dapat mencapai daerah yang terinfeksi tersebut. Infeksi tulang
sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase dan
debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak
cukup untuk menghilangkan penyakit.
 Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam
osteomielitis yaitu:
a. Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal
dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul,
luka fraktur dan sebagainya.
II. ETIOLOGI
 Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak
90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
 Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4
tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella
thyposa dan sebagainya.
 Bakteri anaerob
III. PATOFISIOLOGI
Osteomyelitis eksogen terjadi oleh karena luka tusuk pada jaringan lunak
atau tulang, akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskulus. Pada mulanya terdapat suatu embolus bacteri yang
umumnya terjadi dibagian metaphyse dari tulang. Bacteri yang bersarang
pada metaphyse tadi berkembang biak Jika daya tahan tubuh kuat maka
berkembang biaknya bakteri tidak akan bertahan dan akhirnya akan ada
keseimbangan diantara kekuatan bakteri dan kekuatan daya tahan tubuh
Sementara itu jaringan-jaringan dan bakteri telah musnah sehingga
merupakan benda cair yang kita kenal sebagai nanah (pus), terletak di
dalam lobang pada metaphyse tulang panjang. Dalam keadaan
keseimbangan tadi kumpulan nanah dapat bertahun-tahun ada di tempat
itu tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Keadaan ini dikenal dengan
nama “Brodie’s abscess”. Jika daya tahan tubuh lemah, maka peradangan
yang mula-mula ada di metaphyse tidak bertahan ditempat itu saja akan
tetapi dapat segera menjalar ke lain tempat, diantaranya ia bisa melalui
epiphyse menerobos ke dalam sendi di dekatnya sehingga menimbulkan
peradangan sendi. Peradangan ini tidak hanya dapat menerobos pada
sendi saja namun dapat menerobos pula pada diaphyse sehingga seluruh
sumsung tulang akan terserang peradangan ini, menerobos periost
sehingga terdapat periostitis, peradangan menerobos pada jaringan-
jaringan diatas tulang, peradangan juga dapat menerobos ke dalam
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan sepsis. Peradangan dapat
berjalan lama sehingga proses tersebut menjadi suatu proses kronis.
Disamping itu dapat juga terjadi bahwa ada tulang-tulang yang terputus
dari pembuluh darah sehingga mati karenanya. Tulang-tulang tadi
merupakan sequestra (jaringan tulang yang mati) yang harus dikeluarkan
(sequestrotomy) sebelum penyakit menjadi sembuh agar tidak
mengganggu pertumbuhan tulang baru dan mempercepat proses
penyembuhan itu sendiri.

IV. TANDA DAN GEJALA


1. Infeksi hematologic
 Awitan mendadak , terjadi dengan manifestasi klinik septikemi
 Menginggil , demam tinggi. Tacikardi dan malaise umum
 Ekstermitas menjadi sangat sakit, bengkak dan nyeri tekan
 Pasien mungkin menggambarkan nyeri berdenyut yang konstan
yang menguat dengan gerakan (akibat tekanan pus yang
tertumpuk)
 ISPA, ISK, OMA, atau infeksi kulit

2. Infeksi berbatasan atau kontak langsung


 Tidak terdapat gejala septicemia
 Area tampak bengkak , hangat, sangat nyeri, dan nyeri tekan
 Peradangan ditempat nyeri
 Pembesaran kelenjar getah bening regional

3.Fase akut

Fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari pada stadium akut
dimana daya peradangan belum tertahan oleh daya tahan tubuh
maka anak yang terserang osteomyelitis akan merasa sangat nyeri
pada tulang-tulang yang terkena dan selanjutnya akan terdapat pula
gejala-gejala panas tinggi dan syndroma yang menunjukkan bahwa
anak sakit keras, seperti gelisah, pols tinggi dan cepat, leucocytosis
yang hebat, dan mungkin anak tersebut tidak sadar. Anggota tubuh
yang terdapat osteomyelitis tidak akan dapat digunakan/digerakkan
karena sakit, nyeri tekan, kulit berwarna merah, bengkak lokal dan
juga panas.

4. Pada Osteomyelitis kronik :


Biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota tubuh yang terkena
merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel.
5. Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis
dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit
dan saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang
konstan pada daerah infeksi dan terdapat gangguan fungsi anggota
gerak yang bersangkutan.
V. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai
peningkatan laju endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50%
positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak
ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan
terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Perawatan di rumah sakit
6. Pada stadium akut sudah tentu yang pokok adalah pemberian
antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif
maupun gram negatif dan diberikan langsung tanpa menunggu
hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6 minggu.
Kemudian daya tahan tubuh perlu diperkuat misalnya
memberikan vitamin, obat-obat menahan sakit.
7. Imobilisasi anggota gerak yang terkena, bisa dengan
pemasangan gips yang diberi jendela.
8. Tindakan pembedahan, dengan indikasi : adanya abces, rasa
sakit yang hebat, adanya sequester dan bila mencurigakan
adanya perubahan ke arah keganasan (karsinoma epidermoid)
9. Pada stadium kronik disamping antibiotik maka tulang yang
jelas sudah mati dan terlepas perlu diambil dengan jalan operasi
10.Untuk drainage peradangan yang sudah kronis dapat pula
dibuat luang-lubang pada tulang( drainase bedah )

VII. PENCENGAHAN
1. Penanganan infeksi Fokal dapat menurunkan angka
penyebaran hematogen
2. Penaganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi
tulang
3. Perhatian terhadap lingkungan dan tehnik pembedahan
4. Antibiotic profilaksis
5. Tehnik perawatan luka pascaopersi aseptik

VIII. KELOMPOK RESIKO TINGGI

1. Nutrisi buruk
2. Lansia
3. Obesitas
4. Diabetes
5.Pernah menjalani terapi kortikostiroid jangka panjang
6. Bedah sendi/ ortopedi
7. Sepsis bersamaan

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan
Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko
sehubungan dengan osteomielitis
Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma,
luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan
terapi radiasi.
Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya
infeksi.
b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau
kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya
demam biasanya diatas 380C, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak
dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama
di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-
perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju
endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi
hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan
scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau
MRI.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang.
d. Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Peradaan nyeri
 Bagian terkena harus dimobilisasi dengan bidai untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot
 Lakukan relaksasi dan usapan lembut
 Peninggian daerah yang sakit
 Berikan obat analgetik
2. perbaiki mobilitas fisik
 Program pengobatan menbatasi aktivitas
 Memahami pembatasi pergerakan
 Partisipasi aktif sesuai dengan kemampuan
3. mengontrol proses infeksi
 Memantau respon terhadap pengobatan
 Obsevasi tanda-tanda infeksi
 Observasi tanda-tanda vital
 Pengaturan diet
4. pendikakan pasien
 Penanganan infeksi
 Perawatan luka
 Factor predisposisi
 Program pengobatan dan perawatan
IV. EVALUASI
1. Mengalami peredaan nyeri
2. Peningkatan mobilisasi fisik
3. Tiadanya infeksi
4. Mematuhi rencana terapiutik

Daftar pustaka
1. Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
2. Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
3. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
4. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1,
Jakarta, EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai