Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGKAJIAN FISIK
PENYAKIT DALAM WANITA

ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA


3/25/2008
PENGKAJIAN FISIK

1. Definisi
Tindakan memeriksa dan mengkaji kondisi kesehatan klien dimana informasi yang
didapat merupakan dasar untuk mengambil keputusan tentang status kesehatan klien

2. Tujuan
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b. Untuk menambah, menginformasi atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan
c. Untuk menginformasi dan mengindentifikasi diagnose keperawatan
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan

3. Persiapan Alat
a. Formulir pengkajian dan alt tulis
b. Timbangan badan dan meteran
c. Thermometer
d. Sphigmanometer
e. Stpwatch atau jam
f. Stetoskop
g. Tongue spatel
h. Senter
i. Handscun
j. Masker
k. Apron

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 2
4. Persiapan Klien
a. Validasi perlunya prosedur pada status medis atau rencana keperawatan
b. Bina hubungan saling percaya
c. Rumuskan kontrak tindakan bersama: waktu, tempat, aktivitas, tahapan prosedur.
d. Berikan kenyamanan fisik yaitu dengan:
 Menanyakan klien apakah perlu ke toilet terlebih dahulu
 Menjaga privacy dengan memasang sampiaran
 Instruksikan klien untuk melonggarkan pakaian
 Instruksikan klien untuk duduk atau berbaring diatas tempat tidur

5. Prosedur Kerja
a. Observasi keadaan umum klien
b. Observasi kesadaran klien
c. Observasi cara berpakaian
d. Obsevasi kebersihan diri
e. Observasi postur dan cara berjalan
f. Observasi bentuk dan ukuran tubuh
g. Kaji status emosi(lihat melalui cara bicara, bahasa tubuh, ekspresi wajah,
kesesuaian)
h. Kaji tingkat kecemasan (lihat karakteristik cemas untuk fisik dan mental, skala
kecemasan)
i. Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
j. Kaji proses berpikir/kecerdasan (kesesuaian jawaban, kemampuan berpikir
abstrak)
k. Kaji cara berbicara (volume, artikulasi, irama dan isi)
l. Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
m. Kaji kekuatan otot
n. Ukur tinggi badan klien
o. Ukur berat badan

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 3
p. Kaji Kepala
 Observasi bulat, tonjolan, laserasi (luka karena terputusnya kontuinitas
jaringan), luka robek, lokasi dan ukuran, tanyakan adanya pusing

q. Kaji Mata
 Observasi simetris/tidak simetris mata
 Observasi keadaan pupil: isokor, anisokor, midriasis
 Observasi konjungtiva: normal, anemis,
 Observasi palpebra: normal, ptosisi (kelopak mata terjatuh, mata tertutup dan
tidak dapat dibuka)
 Observasi sklera: normal ,ikterik, merah berdarah
 Observasi penglihatan: normal, kabur, diplopia
 Observasi reaksi cahaya: normal, tidak ada reaksi
 Observasi tanda-tanda radang: rubor, kalor, dolor, tumor dan fungtio laesa

r. Kaji Hidung
 Observasi keadaan hidung: simetris/tidak ada simetris, serumen, radang,
perdarahan, gangguan penciuman

s. Kaji Mulut/geligi
 Observasi keadaan mulut: simetris/tidak simetris, kotor, bau
 Observasi mukosa: normal, kering, stomatitis
 Observasi lidah: bersih, kotor, beslag
 Obervasi keadaan gigi: tidak lengkap, berlubang, caries, infeksi

t. Kaji Leher
 Tujuan adalah untuk mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang
berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi dan
pengkajian mobilitas leher.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 4
a) Inspeksi
Prosedur kerja :
1. Anjurkan klien untuk melepas baju
2. Melakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut dan adanya massa. Bentuk leher yang
panjang dan ramping umumnya ditemukan pada orang berbentuk
ektomorf, orang dengan gizi jelek atau orang dengan TBC paru. Leher
pendek dan gemuk didapatkan pada orang berbentuk endomorph atau
obesitas.
- Normal :
Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya.
- Abnormal :
Mengalami peradangan jika adanya kuning, merah, bengkak,
panas dan nyeri tekan.
3. Inspeksi thyroid
Prosedur kerja :
o Instruksikan klien untuk menelan dan amati gerakan kelenjar
thyroid pada takik suprasternal.
- Normal :
Kelenjar thyroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang
sangat kurus.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 5
b) Palpasi

Dilakukan terutama untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar limfe,


kelenjar thyroid dan trachea.

1. Limfe

Prosedur Kerja :

1) Duduklah dihadapan klien


2) Anjurkan klien untuk menengadah ke samping menjauhi pemeriksa
sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks
3) Lakukan palpasi secara sistematis menurut lokasi, batas-batas,
ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe
sperti : Preaurikular (didepan telinga), Tonsilar (disudut mandibula),
Supraklavikula (Dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula
dan sternomastoideus)

2. Thyroid

Lakukan palpasi kelenjar thyroid dengan cara:

a) Letakkan tangan pemeriksa pada leher klien .

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 6
b) Letakkan jari tengah pada bagian bawah trachea dan raba trachea
keatas, kebawah dan kesamping sehingga kedudukan trachea dapat
diketahui.
c) Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengah
pemeriksa.
d) Instruksikan klien menelan atau minum untuk memudahkan palpasi.
- Normal : Kelenjar thyroid kecil, halus dan bebas dari nodul.
- Abnormal : Adanya pembesaran kelenjar thyroid (massa atau
nodul) dapat menjadi penyakit keganasan.

3. Distensi vena jugularis


Prosedur :
a) Mulailah dengan klien dalam posisi supine, dengan kepala dinaikkan
setinggi 15-30° pada tempat tidur atau meja pemeriksaan.
b) Kepala klien harus sedikit dipalingkan menjauhi sisi leher yang akan
diperiksa.
c) Carilah vena jugularis ekdterna.
d) Carilah denyutan vena jugularis interna.
e) Tentukan titik tertinggi dimana denyutan vena jugularis interna
masih terlihat.
f) Dengan mengunakan penggaris sentimeter, ukurlah jarak ventrikel
antara titik ini dengan sudut sterna.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 7
g) Catatlah jarak dalam sentimeter dan tentukan sudut kemiringan klien
berbaring ( misal, denyut vena jugularis 5 cm diatas sudut sterna,
dengan kepala dinaikkan 30 derajat.
h) Pengukuran yang lebih dari 3 – 4 cm di atas sudut sterna dianggap
suatu peningkatan.

4. Periksa adanya kaku kuduk


a) Instruksikan klien dalan keadaan supine
b) Letakkan kedua tangan perawat pada kepala klien, kemudian
fleksikan
c) Bila terdapat nyeri berat, maka terdapat kaku kuduk (biasanya
terjadi pada meningitis dan tetanus)

u. Kaji Mamae

Pemeriksaan payudara dilakukan dengan cara Inspeksi dan palpasi.

a) Inspeksi

Prosedur kerja :

1. Bantu klien mengatur posisi duduk klien menghadap kedepan, telanjang


dada dengan kedua lengan rileks

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 8
2. Inspeksi mengenai ukuran, bentuk dan kesimetrisan payudara (normal:
simetris, dapat didiskripsikan kecil, sedang dan besar.
3. Inspeksi kulit payudara (warna, lesi, vaskularisasi dan udema)
4. Inspeksi warna areola ( pada wanita hamil umumnya berwarna lebih
gelap).
5. Inspeksi payudara dan puting susu mengenai adanya setiap penonjolan
atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
6. Inspeksi puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus, pergerakan
atau pembengkakan.
7. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya pembengkakan
atau kemerah-merahan.

b) Palpasi
Prosedur kerja :
1. Lakukan palpasi di sekeliling puting susu
2. Untukmengetahui adanya keluaran. Bila ditemukan keluaran maka
identifikasi mengenai sumber, jumlah, warna, konsisitensi dan kaji
adanya terhadap nyeri tekan
3. Palpasi daerah klavikula dan ketiak. Terutama pada daerah limfe nodi
4. Lakukan palapasi pada setiap payudara dengan cara: Tekankan telapak
tangan pemeriksa/3 jari tengah kepermukaan payudara pada kuadran
samping atas, kemudian palpasi dengan gerakan memutar terhadap
dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum jam

v. Dada
Prosedur kerja :
1. Periksa keadaan dada: simetris, tidak simetris, retraksi iga
2. Auskultasi suara paru : normal, ronchi, wheezing, stridor
3. Observasi cara bernafas : spontan/tidak spontan
4. Auskultasi bunyi jantung : BJ I, BJ II, BJ tambahan.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 9
5. Kaji bagian thorax :
a) Inspeksi
1) Bentuk dada
 Bentuk dada normalnya simetris dengan diameter anteriorposterior
dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Namun
demikian, terdapat empat bentuk utama dada dengan penyakit
pernafasan:

o Barrel chest
Terjadi sebagai akibat inflamasi berlebihan paru-paru.
Terdapat peningkatan diameter anteroposterior thorax. Pada
klien dengan emfissema, iganya lebih melebar dan spasium
intercostanya cenderung untuk mengembung saat aspirasi.

o Funnel chest ( pektus eksavatum).


Terjadi ketika terdapat depresi pada bagian bawah
sternum. Depresi ini dapat menekan jantung dan pembuluh
darah besar dan mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat
terjadi pada ricketsia, sindrom marfan.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 10
o Pigeon chest (pektus karinatum)
Terjadi sebagi akibat perubahan letak sternum. Dalam
kondisi ini terdapat peningkatan diameter anteroposterior. Dapat
terjadi pada ricketsia, sindrom marfan atau kifoskoliosis berat.

o Kifoskoliasis
Timbul dengan elevasi scapula dengan kurva spinal
berbentuk huruf S. deformitas ini membatasi paru dalam thorax ;
kondisi ini dapat terjadi dengan osteoporosis dan kelainan
skeletal lain yang mengenai thorax.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 11
2) Pola pernafasan
 Pernafasan normal pada orang dewasa : 12-18 x/menit dengan
kedalaman dan irama teratur.
 Takipnea : peningkatan dalam frekuensi pernafasan
 Hiperpnea : peningkatan kedalaman pernafasan
 Hiperventilasi : peningkatan baik dalam frekuensi maupun
kedalaman dengan PCO2 rendah.
 Pernafasan kusmaul : hiperventilasi yang ditandai oleh frekuensi
dan kedalaman yang berkaitan dengan diabetic asidosis berat atau
yang bersumber dari ginjal.
 Pernafasan Cheyne stokes : ditandai dengan perubahan episode
apnea (hilangnya pernafasan) dan periode nafas dalam. Kondisi ini
paling sering berkaitan dengan gagal jantung dan kerusakan pada
pusat pernafasan ( akibat obat, trauma, tumor).

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 12
b. Palpasi
Ada dua jenis pemeriksaan palpasi thorax:
1. Ekskursi pernafasan
Prosedur kerja :
1) Menempatkan ibu jari berdekatan dengan medulla spinalis
setinggi iga ke -10
2) Raih sangkar iga lateral
3) Gerakkan ibu jari menaikkan lipatan kulit
4) Instruksikan klien untuk melakukan inspirasi-ekspirasi penuh
5) Amati pedataran lipatan kulit normal
6) Rasakan gerakan simetris thorax
7) Bila ada ketimpangan atau kerusakan pernafasan sering
merupakan akibat pleurisi dan trauma pada dinding dada

2. Taktil fremitus
Prosedur kerja :
1) Tempatkan permukaan telapak jari-jari dan tangan pemeriksa
pada thoraks (gunakan satu tangan)
2) Instruksikan klien untuk mengulangi kata-kata tujuh-tujuh atau
sembilan-sembilan
3) Lakukan pada semua bidang
4) Bandingkan pada semua bagian
5) Evaluasi :

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 13
 Klien dengan emfisema yang mengakibatkan rupturnya alveoli
dan terperangkapnya udara tidak menunjukkan taktil fremitus
 Klien dengan konsolidasi lobus paru akibat pneumonia
mengalami peningkatan taktil fremitus

c) Perkusi
Untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara,
cairan atau bahan padat atau tidak, juga digunakan untuk memperkirakan
ukuran dan letak struktur tertentu di dalam thorax (misal, diafragma,
jantung, hepar).

Prosedur kerja :
1. Instruksikan klien dalam posisi duduk dengan kepala fleksi kedepan
dan lengan disilangkan diatas pangkuan (jika tidak mampu duduk,
perkusi dilakukan pada posisi miring).
2. Posisikan jari tengah pemeriksa sejajar dengan iga-iga dalam spasium
interkosta, jari-jari diletakkan dengan kuat di atas dinding dada
sebelum mengetuknya dengan jari tengah dari tangan satunya.
3. Bunyi ketukan yang di dapat adalah:
a. Sonor (resonan) : pada keadaan normal.
b. Pekak (dull) : tumor otak, penebalan pleura.
c. Redup (stony dull) : infiltrate konsolidasi, cairan di rongga pleura.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 14
d. Hipersonor (hipersonan): pada emfisema paru, kapitas besar yang
letaknya ditepi pneumothorax.

d) Auskultasi
Prosedur kerja :
1) Letakkan diafragma stetoskop dengan kuat menekan dinding dada
ketika pasien bernafas perlahan dan dalam melalui mulut
2) Bagian dada yang berhubungan di auskultasi dengan cara sistematis
dari apeks ke bagian dasar dan sepanjang garis midaksila
3) Dengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh pada kedua lokasi
a. Vesicular : normal, dimana suara inspirasi lebih keras dan lebih
tinggi nadanya serta tiga kali lebih panjang dari pada ekspirasi.
Suaranya menyerupai tiupan angin di daun-daunan.
b. Bronchial : terdapat

6. Kaji Sistem Kardiovaskuler


a) Inspeksi dan palpasi

Area jantung (prekordial) diinspeksi dan dipalpasi secara stimulant


untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan.
Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung
mulai dari area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan
area epigastrik.

Prosedur Kerja:

1) Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan pemeriksa berdiri disisi


kanan pasien
2) Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi (sudut ini terletak diantara
manibrium dan badan sternum, ini akan terasa sepert bagian dari
sternum.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 15
3) Pindah jari-jari kebawah kearah tiap sisi sudut sehingga akan teraba
spasium interkostalis ke-2. Area aorta terletak dispasium interkostalis
ke-2 kanan dan area pulmonal terletak pada spasi interkostal ke-2 kiri.
4) Inspeksi kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk
mengetahui ada atau tidaknya pulsasi
5) Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari anda kebawah sepanjang tiga
spasi interkostal kiri. Area ventricular atau trikuspidalis terletak pada
spasi interkostale kiri menghadap ke sternum, amati terhadap ada dan
tidak adanya pulsasi.
6) Dari area trikuspidalis, pindah tangan anda secara lateral 5-7 cm ke
garis midklavikularis kiri dimana akan ditemukan area apikal atau
PMI (Point of Maksimal Impuls).

7) Inspeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Ukuran jantung dapat
diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apikal. Apabila jantung
membesar maka pulsasi ini bergeser secara lateral ke garis
midklavikula.
8) Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakuakan inspeksi dan palpasi pada
area epigastrik di dasar sternum.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 16
b) Perkusi

Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk


jantung secara kasar. Perkusi pada erea jantung jarang dilakukan karena
gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto thoraks anteroposterior.

c) Auskultasi

Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Bunyi ini dihasilkan oleh


penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat
penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung ke dua (S2)
timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1
terdengar lebih keras dari S2. S1 didiskripsikan sebagai bunyi “lub”, dan
S2 sebagai “dup”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang.

Lima area utama yang digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung


adalah: katup aorta, pulmonalis, tricuspid, apical dan epigastrik.

Prosedur kerja :

1) Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum. Perhatikan dan


tentukan area auskultasi.
2) Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan
nafas saat ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi
karotis. Bunyi S1 seirama dengan saat nadi karotis berdenyut .
perhatikan intensitas, adanya kelainan/variasi, pengaruh respirasi, dan
adanya splitting S1 (Bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang
sangat berhimpitan).
3) Konsentrasikan pada systole, dengarkan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur S1 pada awal
systole.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 17
4) Konsentrasikan pada diastole, perhatikan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur (durasi systole dan
diastole adalah sebanding pada saat kecepatan jantung meningkat).
5) Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan S2 secara
seksama untuk mengetahui apakah ada splitting S2 saat inspirasi
6) Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan nafas,
kemudian menghirup/inhalasi dan menahan. Dengarkan S2 untuk
mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.

7. Kaji Abdomen
a) Inspeksi

Inspeksi dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk mengetahui bentuk


dan gerakan-gerakan perut dengan cara:

1) Pemeriksa berdiri disisi kanan klien dan melakukan inspeksi dari atas
abdomen kemudian pemeriksa duduk untuk melihat tegak lurus pada
abdomen
2) Lakukan pengamatan mengenai bentuk perut secara umum, kontur
permukaan perut dan adanya retraksi, penonjolan dan adanya
ketidaksemetrisan.
3) Amati keadaan kulit (warna, adanya jaringan parut, pola vena, lesi dan
striae).

Normal: kulit memiliki warna yang sama dengan bagian tubuh yang
lainnya dan pola vena samar, kecuali pada klien yang kurus.

Abnormal: adanya ikterik atau sianosis, adanya regangan mengkilat


(asites)

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 18
b) Auskultasi

Pemeriksa melakukan auskultasi dengan tujuan untuk mendengarkan dua


suara perut yaitu suara peristaltik dan suara pembuluh darah.

1. Suara peristaltik

Prosedur Kerja :

1) Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan diafragma stetoskop


2) Tanya klien tentang waktu terakhir makan. Suara usus meningkat pada
saat orang setelah makan
3) Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan.
4) Bagian diafragma digunakan untuk mendengarkan suara usus,
sedangkan bagian bell atau sungkup untuk mendengarkan suara
pembuluh darah.
5) Letakkan diafragma stetoskop pada setiap area 4 kuadran perut dan
dengar suara perisaltik aktif

Normal: Bunyi peristaltik 5-35 x permenit dan dapat berlangsung


selama ½ detik sampai beberapa detik. Diperlukan 5-20 detik untuk
mendengarkan bising usus.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 19
Abnormal:

 Tidak adanya bunyi (mengindikasikan berhentinya motilitas


gastrointestinal yang terjadi akibat obstuksi usus, ileus paralitik,
peritonitis)
 Bunyi hiperaktif yaitu bunyi growling (mengindikasikan
peningkatan motilitas gastrointestinal)
 Peningkatan motilitas usus (mengindikasikan implamasi usus,
kecemasan, diare, perdarahan, ingesti laksatif berlebihan, dan
reaksi usus terhadap makanan tertentu).

2. Suara pembuluh darah


Prosedur kerja :
1) Letakkan bagian bell (sungkup), diatas aorta, arteri renale, dan
arteri iliaka.
2) Auskultasi pada aorata dilakuakn dari arah superior ke umbilicus.
3) Auskultasi arteri renal dilakukan dengan cara meletakkan
stetoskop pada gars tengah perut atau kea rah kanan kiri dari garis
perut bagian atas mendekati panggul.
4) Auskultasi arteri iliaka dilakuan dengan cara meletakkan
stetoskop pada area bawah umbilicus disebelah kanan dan kiri
garis tengah perut. Kemudian letakkan bell stetoskop diatas area
preumbilikal (sekeliling umbilicus) untuk mendengarkan bising
vena.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 20
Normal: Tidak terdengar suara vaskuler diaorta ( garis tengah
abdomen), atau artei femoral (kuadran bawah)

Abnormal: Terdengar bruit arteri renalis (Bruit mengindikasikan


penyempitan pembuluh darah dan gangguan aliran darah).
Adanya bruit pada area abdomen dapat mengungkapakan adanya
anuerisma atau stenosisi pembuluh darah.

c) Perkusi

Perkusi dilakukan dengan tujuan untuk mendengarkan/mendeteksi adanya


gas, cairan atau massa didalam perut juga untuk mengetahui posisi lien dan
hepar.

Normal: terdengar bunyi timpani

Abnormal: Perkusi pekak terdengar sebagi bunyi bernada sedang sampai


tinggi yang terdengar diatas massa padat seperti hat, limpa, pancreas,
ginjal, dan kandung kemih yang terdistensi.

d) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran dan


konsistensi organ-organ dan struktur-struktur didalam perut.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 21
1. Palpasi hepar

Prosedur kerja :

1) Berdirilah disamping kanan klien


2) Letakkan tangan kiri pemeriksa pada dinding toraks posterior kira-
kira pada tulang rusuk ke-11 atau ke-12
3) Tekankan tangan kiri tersebut keatas sehingga sedikit mengangkat
dinding dada
4) Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan
dengan membentuk sudut kira-kira 45 derajat dengan otot rektus
abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-
jari kearah tulang rusuk .
5) Sementara klien ekshalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang
tangan pemeriksa yang secara normal terasa dengan kontur regular.
Bila hepar tidak terasa/teraba secara jelas, maka instruksikan klien
untuk menarik nafas dalam, sementara posisi tangan tetap atau
memberikan tekanan sedikit lebih dalam(kesulitan biasanya pada
klien obesitas).
6) Bila hepar membesar, maka lakukan palpasi di batas bawah tulang
rusuk kanan. Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan berapa
cm pembesaran terjadi di bawah batas tulang rusuk.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 22
2. Palpasi lien

Lien tidak teraba pada orang dewasa yang normal. Palpasi lien
dilakukan seperti palpasi hepar.

Prosedur Kerja :

1) Anjurkan klien untuk miring ke sisi kanan sehingga lien lebih dekat
dengan dinding perut
2) Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan
menggunakan pola seperti palpasi hepar

3. Palpasi ginjal

Dalam melakukan palpasi ginjal maka posisi klien diatur supinasi dan
pemeriksa yang melakukan palpasi berdiri disisi kanan klien.

Prosedur Kerja:

1) Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah panggul, dan elevasikan


ginjal kearah anterior
2) Letakkan tangan kanan pemeriksa pada dinding perut anterior pada
garis midclavicularis dari pada tepi bawah batas kosta.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 23
3) Tekankan tangan kanan pemeriksa secara langsung keatas sementara
klien menarik nafas panjang .
4) Untuk melakuakan palpasi ginjal kiri, lakukan disisi seberang tubuh
klien, dan letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah panggul
kemudian lakuakn tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan

Normal: Pada orang dewasa normal ginjal tidak teraba, tetapi pad
orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.

4. Palpasi Kandung kemih

Prosedur kerja :

1) Posisikan klien pada posisi supine


2) Letakkan tangan pemeriksa diatas tulang simpisis
3) Tekankan tangan kanan pemeriksa secara langsung

Normal: Tidak teraba

Abnormal: Teraba karena distensi kandung kemih.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 24
w. Ekstremitas
a) Inspeksi ekstremitas

Prosedur kerja:

Perawat mengobservasi gaya berjalan dan bagian anterior, posterior, dan lateral
postur klien pada saat klien berjalan.kemudian ters yang lebih formal meminta
klien berjalan diatas garis lurus menjauh dari pemeriksa dan kembali lagi.

Normal:
- Klien berjalan dengan lengan mengayun bebas di kedua sisi, kepala, dan
wajah mendahului tubuh.
- Postur berdiri yang normal adalah berdiri tegak dengan kesejajaran parallel
antara pinggul dan bahu

Abnormal :
- Lordosis adalah peningkatan kurvatural lumbar
- Kifosis atau bungkuk adalah perurukan kurvartural posterior spinal thorax
- Skoliosis adalah kurvatural spina lateral

b) Palpasi

Pemeriksa melakukan palpasi secara perlahan diseluruh tulang, sendi, dan otot
sekitar dalam pemeriksaan yang lengkap. Pemeriksa mencatat adanya panas,
nyer tekan, edema, atau resistensi terhadap tekanan.

1. Rentang gerak sendi

Prosedur kerja :

1) Pemeriksa meminta klien untuk meletakkan setiap sendi mayor pada


rentang gerak sendi penuh baik aktif maupun pasif.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 25
2) Pemeriksa mengkaji rentang gerak pasif dengan sedikit menopang dadn
menggerakkan ekstremitas sepanjang rentang geraknya.
3) Instruksikan klien tentang bagaimana menggerakkannya pada setiap
rentang gerak.
4) Mendemonstrasikan rentang gerak pada klien. Pemeriksa tidak
memaksakan sendi jika terdapat nyeri atau spasme otot.

Normal :

Sendi normal tidak mengalami nyeri tekan, tanpa pembengkakan, dan


bergerak bebas.

2. Tonus dan kekuatan otot :

Pemeriksa dapat mengkaji kekuatan dan tonus otot selama pengukuran


rentang gerak

1) Tonus otot

Prosedur kerja :

a. Klien diminta untuk membiarkan ekstremitasnya rileks atau


menggantung
b. Ektremitas tersebut ditopang, dan setiap ektremitas dipegang,
digerakkan melewati rentang gerak normalnya.

Normal :

Tonus menyebabkan resistensi ringan, yang merata terhadap gerakan


di seluruh rentang.

Abnormal :

- Hipertonisitas yaitu jika otot mengalami peningkatan tonus,


gerakan pasif tiba-tiba terhadap sendi dihadapi dengan resistensi
yang cukup kuat.

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 26
- Hipotonisitas yaitu otot yang hanya memiliki sedikit tonus, terasa
lembek.
2) Kekuatan otot

Prosedur kerja :

a. Posisikan klien berada pada posisi stabil kemudian pemeriksa


meminta klien untuk terlebih dahulu merilekskan otot yang akan
diperiksa dan kemudian menahannya pada saat pemeriksa memberi
tekanan yang berlawanan terhadap fleksi tersebut.
b. Instruksikan klien untuk menahan sampai di instruksikan untuk
berhenti.
c. Lakukan penilaian terhadap kekuatan otot.

Penilaian kekuatan otot dilakukan dengan menggunakan skala


kekuatan otot sebagai berikut :

a) 0 = tidak ada kontraksi


b) 1 = terdapat sedikit kontraksi, tapi tidak ada gerakan
c) 2 = ada gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi
d) 3 = dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan
e) 4 = dapat mealwan tahanan
f) 5 = tidak ada kelumpuhan ( normal )

Kekuatan otot yang telah dinilai diisi pada bagan berikut :


Ekstremitas Ekstremitas
atas kanan atas kiri
Ekstremitas Ekstremitas
bawah kanan bawah kiri

K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008


(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 27
K3S KMB PDW PSIK UNSYIAH 2008
(ENNY JURISA, FADHILA, NOOR AZNIDAR ALDANI, RISKA NITA) Page 28

Anda mungkin juga menyukai