Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Manajemen Logistik Rumah Sakit

Dosen : Dr. dr. H. Noer Bachry Noor., M.Sc

MANAJEMEN PENGENDALIAN LOGISTIK

Paramita Kurnia Wiguna

K012181097

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas kuliah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen rantai pasokan atau Supply Chain Management (SCM) merupakan
metode pada pembelian dan logistik yang dipraktikkan antara pertengahan 1960-an dan
pertengahan 1990-an pada terintegrasi penciptaan nilai di perusahaan-perusahaan besar.
Perusahaan-perusahaan terkemuka semakin memandang keunggulan rantai pasokan
sebagai indikator yang lebih dari sekadar reduksi sumber biaya, sebaliknya, mereka
melihatnya sebagai sumber keunggulan kompetitif, dengan potensi untuk mendorong
kinerja peningkatan dalam layanan pelanggan, perolehan laba, pemanfaatan aset, dan
pengurangan biaya.
Efektivitas dari Supply Chain Management (SCM) yaitu sebagai aspek
kolaborasi dalam setiap entitas lintas fungsional dan entitas rantai lintas perusahaan
sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan secara individual dan kolektif.
Salah satu dari penerapan SCM yaitu pada proses pengendalian logistik. Persepsi rantai
pasokan dan sistem logistik merupakan konsep yang kompleks.
Menurut Fredrik (2006), kompleksitas logistik perlu dipertimbangkan ketika
proses logistik dan fenomena yang ada di perusahaan digunakan untuk memastikan
peningkatan pemahaman bagi orang-orang yang terlibat dan terpengaruh, pada
distribusi logistik di sebuah perusahaan. Dengan demikian, mengelola logistik di
jaringan pasokan akan menciptakan tuntutan baru pada logistik pengelolaan, sehingga
harus dilakukan pendekatan dan metode baru diperlukan bagi manajer untuk memahami
dan menangani proses logistik dengan manajemen pengendalian logistik.
Manajemen pengendalian logistik diterapkan untuk mengantisipasi adanya
perubahan rantai pasokan yang terkait dengan perubahan pasar, yaitu meningkatnya
permintaan pelanggan, meningkatnya persaingan dan globalisasi, adanya strategi baru,
pada manajemen rantai permintaan, serta peningkatan teknologi.
Berdasarkan ulasan fenomena tersebut, penulis sangat tertarik untuk
menganalisa dan mengkaji hal tersebut pada makalah yang berjudul : ‘’ Manajemen
Pengendalian Logistik ‘’ ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diulas di atas, maka rumusan masalah yang
didapatkan yaitu :
a. Apa Pengertian Manajemen Pengendalian Logistik ?
b. Bagaimana Fungsi Pada Manajemen Pengendalian Logistik ?
c. Bagaimana Tahapan Pada Manajemen Pengendalian Logistik ?
d. Bagaimana Tata Cara Penatalaksanaan Pada Manajemen Pengendalian Logistik
?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang
didapatkan yaitu :
a. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pengendalian Logistik.
b. Untuk Mengetahui Fungsi Pada Manajemen Pengendalian Logistik.
c. Untuk Mengetahui Tahapan Pada Manajemen Pengendalian Logistik.
d. Untuk Mengetahui Tata Cara Penatalaksanaan Pada Manajemen Pengendalian
Logistik.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Pengendalian Logistik

Menurut Lambert (2001), para ahli Amerika di bidang Stock logistik,


menyebutkan bahwa istilah dari pengendalian logistik dalam bidang organisasi bisnis
adalah berkenaan dengan struktur dan aktivitas ekonomi yang terisolasi di perusahaan
dan berkaitan pada skema akuntansi, perencanaan, regulasi, dan dukungan informasi
pada proses bisnis logistik dalam satu sistem dengan tujuan untuk mengidentifikasi
alasan logistik terhadap efisiensi dan pengurangan atau menghilangkan konsekuensi
dari rantai pasokan atau Supply Chain Management (SCM).

Sebagian besar peneliti asing setuju pada alokasi dalam manajemen


pengendalian logistik sebagai upaya yang strategis terhadap berjalannya operasional
perusahaan secara aman dan baik. Sedangkan menurut Victor (2016), tujuan dari
pengendalian strategis adalah untuk mengevaluasi dan menyesuaikan solusi logistik
berkenaan dengan kebutuhan yang tergantung pada lingkungan, serta untuk menilai
logistik pada strategi kinerja, maupun untuk mengembangkan strategi logistik alternatif
berdasarkan kondisi pasar, dll.

Untuk menentukan hambatan dalam logistik perusahaan maka perlu dilakukan


sebuah penghapusan beberapa prosedur untuk mencapai hasil bisnis yang positif dalam
strategi logistik pada mekanisme pengendalian logistik terapan. Pengendalian logistik
menyatukan akuntansi, perencanaan, dan manajemen dengan dukungan informasi dari
proses bisnis logistik menjadi satu sistem.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian operasional difokuskan pada


pencapaian dan pemeliharaan tingkat efisiensi yang direncanakan pada proses bisnis
logistik serta pada kontrol solusi dalam strategi logistik, maupun pada dampak regulasi
operasional terhadap kemajuan pekerjaan.
2.2 Fungsi Manajemen Pengendalian Logistik

Fungsi dari manajemen pengendalian logistik yaitu sangat beragam. Proses


globalisasi memungkinkan penjualan produk untuk tujuan yang sama dari yang berbeda
produsen dan dengan harga berbeda. Hal tersebut yang mendasari titik awal dimana
harus diadakan sebuah pengendalian dalam Supply Chain Management (SCM) atau
rantai pasokan pada logistik perusahaan.

Menurut Delfmann dan Gehring (2003), peningkatan penawaran di pasar telah


menyebabkan intensif persaingan dan beberapa perusahaan dihadapkan pada masalah
kelangsungan hidup. Pengembangan dari teknologi informasi telah menyebabkan
peningkatan arus informasi di seluruh dunia, yang mengakibatkan peningkatan
pendidikan produsen dan konsumen. Maka satu-satunya cara untuk perusahaan untuk
bertahan hidup di pasar secara konstan menurunkan harga produk dan peningkatan
berkala karakteristik produk. Oleh karena itu, pengembangan intensif pada
pengendalian logistik yang berkelanjutan dari perusahaan sangat penting untuk itu
bertahan hidup di pasar domestik dan global.

Kebijakan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif


perusahaan adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan yang sangat tergantung
pada fleksibilitas dan kemauan perusahaan untuk melakukan perubahan yang cepat di
perusahaan mereka proses dan membuat mereka lebih cepat dari saingan mereka.
Sedangkan menurut Hassini (2008), penyesuaian terus menerus dan peningkatan proses
adalah dasar untuk fungsi perusahaan dalam kondisi saat ini, sementara pada saat yang
sama pengendalian logistik adalah satu dari faktor kunci keberhasilan. Dalam konteks
ini muncul kebutuhan untuk penerapan praktik manajemen modern dalam semua aspek
operasi perusahaan, terutama dalam manajemen rantai pasokan, yang berkontribusi
pada peningkatan daya saing.

Menurut Francis dan Waiganjo (2004), salah satu elemen penting adalah logistik
yang mana memberikan manajemen dengan total biaya operasi dan meningkatkan
efisiensi perusahaan aktivitas bisnis. Kolaborasi di antara semua pemain rantai pasokan
digabungkan dengan pendekatan responsif dapat meningkatkan daya saing organisasi
melalui pengurangan waktu yang difasilitasi oleh kelancaran arus bahan dari hulu
menuju ujung hilir rantai pasokan. Pendekatan ini akan memastikan akhir pelanggan
mendapatkan nilai untuk uang mereka dan juga mengurangi tingkat ketidakpastian
dalam industri.

2.3 Tahapan Manajemen Pengendalian Logistik

Pada prinsipnya, sistem pengendalian logistik harus dapat menilai efisiensi dan
efektivitas proses bisnis dan keputusan yang diambil harus menentukan kontribusi
setiap karyawan terhadap hasil akhir. Sehingga, kompleksitas pada pengembangan
sistem pengendalian logistik adalah karena niat untuk mengintegrasikan indikator
keuangan dan non-keuangan yang dapat dilakukan dengan Balanced Scorecard (BSC)
untuk tujuan di bidang logistik dan SCM.

Menurut Smith (2007), BSC adalah salah satu cara paling efektif untuk menilai
kegiatan berbagai divisi di perusahaan, termasuk departemen logistik. Fitur penting dari
Balanced Scorecard adalah koherensi antara Indikator Kinerja Utama (IKU), tujuan
strategis perusahaan dan tindakan untuk mencapainya. BSC melengkapi sistem
indikator keuangan yang digunakan untuk menilai secara umum sudah terjadi peristiwa
oleh evaluasi prospektif. Keuntungan dari balanced scorecard adalah pertimbangan
empat arah perusahaan yaitu, keuangan, pelanggan, kegiatan internal (internal
pengembangan proses bisnis), dan kegiatan pelatihan dan pendidikan.

Dalam kasus logistik, pertama-tama, Indikator Kinerja Utama (IKU) non-


keuangan menghargai keberhasilan logistik di perusahaan dalam jangka panjang. Selain
itu, berdasarkan pada kontrol logistik BSC bermaksud untuk membantu dalam proses
pengambilan keputusan yang berarti identifikasi dan analisis terperinci dari sebab-
akibat hubungan antara hasil logistik perusahaan. Dengan demikian, tujuan
pengendalian logistik adalah pemeliharaan kontribusi berkelanjutan pada keberhasilan
operasi perusahaan dan dukungan implementasi proyek logistik dapat tercapai secara
maksimal.
Tahapan dari pengendalian logistik yaitu harus memfasilitasi penerimaan terus-
menerus dari nilai yang ditargetkan oleh metrik logistik dalam hal kualitas layanan
logistik, biaya, waktu tempuh, dan tingkat persediaan. Efek positif dari logistik tersebut
akan mengendalikan implementasi sebagai tindakan terkoordinasi dari semua peserta
dalam rantai pasokan ke pencapaian efisiensi dan efektifitas proses bisnis logistik.

Menurut Enty (2014) dan Danang (2008), dapat dicontohkan seperti prosedur
pengendalian logistik atau pengadaan pada pasokan di ranah kesehatan khususnya,
apotek pada organisasi Rumah Sakit, prosedur yaitu pada proses awal yaitu
perencanaan, klasifikasi biaya, dan skema dari pengendalian logistik.

Pada proses perencanaan, harus memiliki skema masukan dari staf rumah sakit
yang berhubungan dengan pelayanan tersebut serta komite-komite yang bersangkutan
(seperti Komite Farmasi, Komite Perawatan Pasien dan sebagainya). Kemudian
klasifikasi biaya yang ditujukan untuk menentukan skala dari pengendalian logistik.

Klasifikasi biaya yang sering dipakai dalam analisis biaya rumah sakit secara
umum dibagi dalam :

1. Biaya Investasi, yang terdiri dari biaya gedung, biaya alat medis dan biaya
alat non medis.

2. Biaya Pemeliharaan, yang terdiri dari biaya pemeliharaan gedung,


pemeliharaan alat medis dan alat non medis.

3. Biaya Operasional, yang terdiri dari biaya personil (gaji), biaya obat dan
bahan, biaya makan, biaya alat tulis kantor dan biaya umum yang meliputi
listrik, telepon, air, perjalanan dan lain-lain.

Sedangkan skema logistik dalam pengadaan barang logistik farmasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu : membeli, menyewa, meminjam, hibah, menukarkan, membuat,
memperbaiki.
Dengan demikian prosedur dari pengendalian pengadaan logistik masuk ke dalam
tahap manajemen yang terdiri dari :

1. Memilih metode pengadaan

2. Memilih pemasok dan menyiapkan dokumen kontrak

3. Pemantauan status pesan

4. Penerimaan dan pemeriksaan

2.4 Tata Cara Manajemen Pengendalian Logistik

Menurut Christopher (2011), tata cara pada pengendalian logistik pada


pengembangan dan penyebaran sistem dapat disajikan sebagai serangkaian langkah-
langkah spesifik berikut:

1. Definisi dan pernyataan yang jelas tentang tujuan yang direncanakan dari
kegiatan maupun tujuan logistik dari perusahaan.

2. Refleksi tujuan strategi logistik dalam sistem Indikator Kinerja Utama (IKU) dari
proses bisnis logistik dan SCM.

3. Pengembangan sistem akuntansi manajemen yang berbeda dan metode


perhitungan dan penilaian IKU logistik.

4. Pemantauan rutin (pengukuran) untuk menghindari penyimpangan nilai aktual


dari logistik yang direncanakan oleh IKU secara normatif dan standar.

5. Mengadopsi keputusan manajemen untuk meminimalkan penyimpangan nilai


aktual dari indikator logistik yang direncanakan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan makalah ini yaitu, pengendalian logistik ditujukan untuk menekan


anggaran maupun memangkan adanya kinerja dari para SDM. Fungsi utama dari
pengendalian logistik yaitu menjamin efisiensi dan efektivitas dari distribusi Supply
Chain Management (SCM). Prosedur dari pengendalian logistik yaitu perencanaan,
klasifikasi biaya, dan skema dari pengendalian logistik, dan kemudian perancangan
metode dari pengendalian logistik. Tata cara yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan logistik yakni menentukan tujuan dari sebuah pengendalian, melakukan
sinkronisasi dari Indikator Kinerja Utama (IKU), pengembangan akuntansi, pemantauan
rutin, dan keputusan manajemen untuk melanjutkan metode pengendalian logistik
tersebut atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

(Jurnal)

Nilsson, Fredrik. (2006). Logistics Management in Practice—Towards Theories of


Complex Logistics. International Journal of Logistics Management, The. 17.
10.1108/09574090610663428.

Ristovska, Natasha & Kozuharov, Sasho & Petkovski, Vladimir. (2017). The Impact of
Logistics Management Practices on Company Performance. International Journal
of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. 7.
10.6007/IJARAFMS/v7-i1/2649.

R.P. Kampstra and J. Ashayeri. (2013). The International Journal of Logistics Management
Realities of supply chain collaboration. Emerald Group Publishing.

Delfmann, W., and Gehring, M. (2003). Successful Logistics through IT. Supply Chain
Forum: International Journal, 4 (1), 51–56.

Sergeyev, Victor. (2016). Logistics Controlling as a Tool of Performance Improvement at


the Russian Enterprises. Transport and Telecommunication Journal. 17. 10.1515/ttj-
2016-0009.

Hassini, E. (2008). Building competitive enterprises through supply chain management.


Journal of Enterprise Information Management, 21 (4), 341–344.

Francis, G. H., and Waiganjo, E. (2014). Role of Supply Chain Practices on Customer
Satisfaction in the Printing Industry in Kenya: A Case Study of Morven Kester East
Africa Limited. International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences, 4 (10), 128–143.

Smith D., Smith C. (2013) What`s Wrong with Supply Chain Metrics? Strategic Finance.
Journal Economy International.
Enty Nur Hayati. (2014). Supply Chain Management (Scm) Dan Logistic Management.
Jurnal Dinamika Teknik, Vol 8 No 1 Januari 2014, h.25 – 34 ISSN: 1412-3339.

Danang Pamudji. (2008). Analisis Sistem Pengendalian Pengadaan Logistik Farmasi


Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Tahun
2007. Jurnal Skripsi Database Universitas Indonesia, Jakarta.

(Buku/Ebook)

Stock J., Lambert M. (2001) Strategic Logistics Management. (4th Edition). – McGraw-
Hill.

Martin Christopher. (2011). Logistics and Supply Chain Management (4th Edition) :
Financial Times Series.

Anda mungkin juga menyukai