Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JAKARTA, JUMAT – Mungkin kamu tidak tahu siapa itu PT Agro Indomas dan
apa produknya? Agro Indomas adalah perkebunan tertua dan terbesar di
Indonesia di bawah naungan Goodhope Asia Holdings Ltd. Goodhope adalah
induk perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Malaysia dan
Indonesia. Mereka juga punya perkebunan di Sri Lanka. Kantor pusat
Goodhope sendiri berada di Singapura.
Nah, akhir April lalu, untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya yang makin
kompleks di sektor perkebunan, Agro Indomas meng-upgrade sistemnya
ke Oracle JD Edwards Grower Management. Ini merupakan implementasi
pertama Grower Management di ASEAN dan juga menjadi implementasi
Oracle JD Edwards Grower Management pertama bagi industri
perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya, untuk mengelola operasional
perkebunannya, Agro Indomas menggunakan sistem lama yang tidak terpusat.
Mau tahu apa itu JD Edwards Grower Management? Solusi ini
memungkinkan perusahaan untuk menangkap rincian dan atribut penting
terkait blok tanah yang dikelola. Sistem akan memberikan informasi mengenai
beragam kegiatan yang dilakukan sepanjang siklus pertumbuhan, mulai dari
rencana pra-tanam sampai data mengenai perawatan umum. Solusi ini
menyederhanakan teknologi informasi dan pelaporan melalui sebuah aplikasi
enterprise yang terintegrasi.
ERP UNTUK INDUSTRI KELAPA SAWIT (dikutip dari Lintas arta, edisi 10,
2007)
Selain itu dengan filosofi platform terbuka, produk ERP dari JD.
Edwards mampu berjalan di hampir setiap jenis platform perangkat keras dan
perangkat lunak yang ada. Filosofi platform terbuka dan karakteristik sistem
terbuka antar modul aplikasi ini menjadi keunggulan dari produk ERP yang
dikembangkan oleh JD. Edwards dalam memberikan solusi bagi perusahaan-
perusahaan yang masih berkembang. System ERP ini tidak selamanya
menghasilkan yang bermanfaat dalam setiap penggunaanya. Karena sekitar 10
sampai dengan 40 % dari penggunaan ERP ini mengalami kegagalan. Untuk
mengatasi ini maka diperlukan beberapa hal penting yang dilakukan supaya
penerapan ini bisa menghasilkan keberhasilan dalam penerapan ERP ini.
Faktor – faktornya tersebut adalah :
Adem Sawit yang merupakan aplikasi yang berbahasa Indonesia ini saat
ini statusnya masih dalam pengembangan, dimana keterangan tentang
ademsawit dapat dilihat di website. AdemNiaga adalah aplikasi Adempiere
yang di customize dan localize untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
distribusi dan perdagangan di indonesia. Kelebihan aplikasi ini adalah
seluruhnya menggunakan bahasa indonesia, serta penambahan terhadap
fungsi fungsi dan laporan yang disesuaikan dengan kebutuhan distribusi lokal.
Perkembangan ERP dalam perkebunan belum maksimal, seperti perkebunan
kelapa sawit dan karet, dan lain lain merupakan penghasil devisa nonmigas
terbesar di tanah air. Tetapi sektor ini belum digarap secara profesional.
Hampir 80% industri perkebunan masih belum memanfaatkan IT, khususnya
aplikasi enterprise resource planning (ERP), untuk mengintegrasikan proses
bisnis mereka. Jika perusahaan-perusahaan perkebunan di indonesia dapat
menerapkan ERP, sehingga proses bisnis lebih efisien dan keuntungan bisa
ditingkatkan tentu saja usaha agro industri akan bisa lebih berkembang,
hasil perkebunan indonesia dapat lebih bersaing di dunia internasional serta
dapat meningkatkan devisa negara.
1. PT. Sinar Sosro (sumber : Lintas Arta.net) sumber : Aug 10th, 2004
Oleh: Heri Suharyanto | Kategori: Advertorial, Tempo
1999, dan bukannya memuji kami cukup puas. Karena itu setiap kali mau
memperluas jaringan, kami selalu bertanya apakah Lintasarta siap
menyediakan jaringan untuk kami,” kata Winanto lagi.
Untuk mengelola secara efektif kebun sawit dengan luas ratusan ribu
hektare “ seperti dijalankan PT Astra Agro Lestari “ tak cukup hanya
memperhatikan masalah sarana produksi ataupun mekanisasi. Manajemen data
secara modern pun menjadi syarat penting keberhasilan. Mengelola dan
mengontrol bisnis kebun sawit yang luasnya mencapai ratusan ribu ha bukan
soal mudah. Apalagi site kebunnya terpencar-pencar. Untuk mengawasi secara
fisik saja, sudah terbayang repotnya. Begitu pula kaitannya dengan pengelolaan
dan pengawasan data/informasinya. Dalam banyak kasus, tak jarang koordinasi
dan pelaporan data ke kantor pusat terlambat. Contohnya, dokumen yang
dikirim dari site berupa hard copy baru bisa sampai ke kantor pusat sebulan
kemudian. Dengan begitu, pengambilan keputusan yang dilakukan bisa dibilang
action terhadap kondisi yang sudah lama terjadi. Persoalan semacam itu
pernah dialami PT Astra Agro Lestari Tbk. (AAL) beberapa tahun lalu, ketika
mekanisme kerja di perusahaan agribisnis Grup Astra ini masih banyak
dilakukan secara manual. Komunikasi antar-site dan juga ke head office
merupakan aktivitas yang tidak dapat dihindarkan lagi, baik dengan pengiriman
dokumen hard copy maupun komunikasi via elektronik (e-mail), ujar Dedi
Kurniadi, Kepala Divisi TI AAL. Kadang-kadang terjadi misalignment antara
kebijakan manajemen dengan pelaku operasional. Kebijakan itu juga terkadang
tidak sampai ke front liner, ia menambahkan.
GIMS ini masih terus dikembangkan ke arah lini-lini lain untuk dapat
membantu kalangan manajemen yang berkepentingan, Dedi menerangkan.
Begitulah, ketiga sistem aplikasi penting tadi menjadi pilar bagi berjalannya alur
kerja di perkebunan kelapa sawit ini. Gambarannya bisa dicontohkan sebagai
berikut. Misalnya, satu afdeling melakukan panen, per 11 Desember oleh 15
pemanen. Seorang pemanen rata-rata mendapat 1,3 ton. Hasil panen itu dicatat
di kertas oleh mandor, lalu direkap di kantor afdeling. Selanjutnya diberikan ke
kantor besar untuk di-input di aplikasi PMS. Dari PMS setiap hari data seperti itu
dikirim via satelit. Data itu kemudian masuk ke aplikasi GIMS, yang selanjutnya
bisa diakses oleh direktur area, dewan direksi (BoD), dan manajemen site.
Tentunya, untuk menjalankan sistem aplikasi tersebut pihak AAL telah
membangun infrastrukturnya. Antara lain, server yang ditujukan untuk
mempermudah aliran informasi. Jika sebelumnya lalu lintas data dari satu site
ke kantor pusat dikirim melalui pos berbentuk hard copy, sekarang sudah ada
teknologi elektronik pendukungnya, dengan infrastruktrur satelit/VSAT. Begitu
pula ada infrastruktur server untuk aplikasi back office (ERP).
Infrastruktur lainnya, yakni jaringan Local Area Network (LAN) dan Wi-Fi.
Jaringan LAN dipasang di kantor pusat dan seluruh site. Juga, ada jaringan
Wide Area Network yang menghubungkan site dengan kantor pusat, dan
Internet. Tak heran, transaksi berbasis ERP dapat dilakukan secara real time
dan tersentralisasi. Adapun Wi-Fi merupakan nilai tambah, yang berfungsi agar
kantor pusat lebih mudah mengakses aplikasi e-mail Lotus Notes, FTP, dan dan
server data dari lantai dasar sampai lantai lima, hingga sekeliling perkantoran.
AAL pun tak lupa dengan langkah antisipasi. Saat ini kami sedang menyusun
skenario Disaster Recovery Plan dan konfigurasi Disaster Recovery Centre
sebagai antisipasi agar bisnis dapat tetap berlangsung jika terjadi bencana.
Paling tidak, data transaksi masih dapat terselamatkan, Dedi mengungkapkan.
Di luar itu, guna meningkatkan pelayanan kepada user dan unit bisnis, AAL
telah pula membentuk IT Service Desk yang membantu karyawan jika ada
masalah terkait dengan TI. Selain itu, program pelatihan rutin diberikan kepada
karyawan untuk mendukung pekerjaan mereka. Dalam praktik di AAL, satu site
biasanya dilengkapi satu server PMS dan empat PC untuk kebutuhan entri.
Sementara itu, di kantor pusat disediakan satu server PMS, dua server ERP, 20
unit terminal server lainnya, dan 20 terminal klien. Bagaimana dampak bisnis
dari segenap inisiatif di bidang TI ini? Diklaim Dedi, dalam beberapa tahun
terakhir AAL memperlihatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan. Misalnya,
produksi fresh fruit bunch selama 15 tahun terakhir (sejak 1992) mengalami
kenaikan hampir 15 kali lipat. Bila tahun 1992 jumlah produksinya 256 ribu ton,
meningkat jadi 921 ribu ton pada 2007, dan melonjak jadi 3.938 ribu ton pada
2008. Sementara itu, produksi CPO naik hampir 19 kali lipat. Tahun 1992
produksinya hanya 49 ribu ton, meningkat drastis jadi 921 ribu ton pada 2007
dan 982 ribu ton tahun berikutnya. Adapun revenue dalam 15 tahun terakhir
mengalami kenaikan hampir 124 kali lipat. Jika pada 1992, revenue AAL hanya
Rp 48 miliar, meningkat drastis menjadi Rp 5,96 triliun pada 2007, dan menjadi
Rp 8,16 triliun pada 2008. Di samping itu, net profit yang pada 2007 sebesar Rp
1,97 triliun menjadi Rp 2,6 triliun pada 2008. Tak hanya itu. Revolusi sistem TI
yang dilakukan manajemen AAL juga dirasakan manfaatnya oleh kalangan
internal. Hal itu diakui Dony Yoga, Kepala Operasional Site Area Andalas 2
AAL. Menurut Dony, sebelumnya data operasional masih terkotak-kotak di
bagian masing-masing, sehingga belum menjadi sebuah informasi yang holistik.
Tentu saja, hal itu menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan karena
informasinya masih berupa pulau-pulau (island). Sekarang sudah sangat
berubah, baik dalam hal data maupun informasi. Juga, sistem komunikasi
antara personel site dan head office jauh lebih baik, kata Dony. Yang terpenting,
menurut Dony, dengan adanya analisis data operasional yang lengkap ia dapat
melakukan positioning kinerja, karena bisa melihat performa perkebunan dalam
satu grup AAL. Dengan begitu, ia punya pegangan untuk selalu meningkatkan
performa menjadi yang terbaik. Saya berharap, ke depan, sistem TI yang
terintegrasi harus dibuat lebih presisi dan lebih detail lagi dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh bagian operasional, katanya berharap. Saldin
Rusmajadin dari Divisi Internal Auditor AAL juga merasakan manfaat dari
perombakan sistem TI di perusahaannya. Terutama membantu proses auditing
di AAL, serta proses tracking data yang lebih cepat, akurat dan transparan. Ke
depan, yang perlu lebih diperbaiki adalah meningkatkan kemampuan hardware
dan software sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, meningkatkan bandwidth
sesuai dengan peningkatan transaksi, Saldin menyarankan.
Daftar Pustaka
Cox, Alan. 1996. Redefining Corporate Soul : Linking Purpose & People.
Irwin Professional Publishing. Amerika
http://www.erpweaver.com