Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Aluminium didapatkan dari bijih bauksit yang ditambang terlebih dahulu. Pada
tahap awal penambangan dilakukan pembersihan lokal (land clearing) dari tumbuh-
tumbuhan yang terdapat di atas endapan bijih bauksit. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam operasi selanjutnya yaitu kegiatan pengupasan lapisan penutup
(overburden). Metode penambangan bijih Aluminium dapat dilakukan secara tambang
terbuka seperti metode penambangan bijih Aluminium yang dilakukan di PT. Inalum
Sumatra Utara.
PENGOLAHAN ALUMINIUM
Proses pencucian yang dilakukan bertujuan untuk meliberasi bijih bauksit terhadap
unsur-unsur pengotornya yang pada umumnya berukuran -2 mm yaitu berupa tanah liat
(clay) dan pasir kuarsa. Sehingga hasil dari proses pencucian tersebut akan mempertinggi
kualitas bijih bauksit, yaitu didapatkan kadar alumina yang lebih tinggi dengan
berkurangnya kadar silika, oksida besi, oksida titan dan mineral-mineral pengotor lainny
Peralatan pencucian yang dapat digunakan adalah ayakan putar (tromol rail atau
rotary grizzly) dan ayakan getar (vibrating screen). Ayakan putar mempunyai fungsi
untuk mencuci bijih bauksit yang masuk melalui hopper (stationary grizzly), sedangkan
ayakan getar berfungsi untuk mencuci bijih bauksit yang keluar dari ayakan putar.
Ayakan getar mempunyai dua tingkat ayakan, dimana ayakan tingkat pertama (bagian
atas) mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm dan ayakan tingkat kedua (bagian
bawah) mempunyai lebar bukaan 2 mm sehingga alat ini sering juga disebut dengan
system ayakan getar bertingkat (vibration horizontal double deck screen).
Dengan demikian selama proses pencucian, bijih mengalami tiga tahap proses
pencucian antara lain :
1. Proses penghancuran untuk memperkecil ukuran bijih bauksit yang berasal dari front
penambangan.
2. Proses pembebasan (liberasi) yaitu proses pembebasan bijih bauksit dari unsur-unsur
pengotor.
3. Proses pemisahan (sorting) terhadap bijih bauksit yang berdasarkan pada perbedaan
ukuran dan pemisahan terhadap fraksi yang tidak diinginkan yaitu yang berukuran -2
mm.
Adapun mekanisme dari pengolahan bijih Bauksit menjadi Alumina (proses Bayer)
adalah sebagai berikut :
a. Mereduksi ukuran bijih bauksit yang akan dijadikan feed deangan cara digerus
(grinding). Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pelarutan. Hasil atau produk
dari proses penggerusan ini umumnya yang dipakai sebagai feed pada proses bayer
yaitu bijih yang berukuran kurang dari 35 mesh.
b. Melarutkan alumina yang terdapat dalam bijih bauksit dengan larutan soda api atau
“caustic soda”dengan konsentrasi dan temperature tertentu, dengan menggunakan
media uap sebagai pemanas didalam suatu tabung yang dibuat dari baja yang tehan
terhadap tekanan yang timbul akibat proses pemanasan selama berlangsungnya proses
pelaruatan. Suhu pelarutan sekitar 108osampai 250o dengan konsentrasi soda api 250
sapai 400 gr/liter. Pemilihan temperatu dan konsentrasi serta lamanya waktu pelarutan
tergantung pada sifat-sifat spesifik bijih bauksit yang digunakan dan berdasarkan
perhitungan-perhitungan yang paling ekonomis meliputi semua rantai proses beserta
efek- efeknya untuk dapat menghasilkan alumina dengan mutu yang memenuhi
persyaratan sesuai yang dibutuhkan. Reaksi yang terjadi pada prosespelarutan adalah:
Atau
Sesuai dengan reaksi diatas, diperkirakan sekitar 90% alumina yang ada dalam bijih
beuksit akan larut menjadi NaAlO2. sedangkan rekasi sampingan yang terjadi sebagai
akibat adanya unsure silica reaktif dalam bijih bauksit adalah:
SiO2 + 2NaOH Na2SiO2
c. Proses memisahkan larutan natrium aluminat (NaAlO2) dari benda padat yang tidak
larut dan produk dari reaksi disilikasi. Pemisahan dilkaukan dengan cara
pengendapan, suhu pengendapan dikontrol sekitar 100oC, dimana alumina masih
dalam kondisi kelarutannya. Dari proses pengendapan ini akan didapat suatu produk
berupa larutan natrium aluminat yang bening.
d. Larutan bening yang didapat, kemudian diproses lagi dengan proses. Presipitasi
dengan cara menambahkan serbuk Al2O3 sebagai inti pengendapan (seed). Endapan
yang etrbentuk merupakan kristal-kristal dari hidrat alumina dan sebagian
teraglomerasi membentuk gumpalan-gumpalan alumina yang lebih besar dan tidak
mudah pecah. Hasil dari proses presipitasi yang ukurannya dikembalikan lagi kedalam
proses Presipitasi sebagai inti pengendapan. Larutan sisa presipitasi (spent liquor),
dimanfaatkan kembali dengan cara mengembalikannya kedalam proses pelarutan
dengan terlebih dahulu di uapkan kemudian ditambahkan soda api. Reaksi yang
terjadi selama berlangsungnya proses presipitasi adalah:
e. Hidrat alumina yang didapat dari proses presipitasi sdan memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan, selajutnya akan mengalami proses kalsinasi (pemanggangan) pada
suhu sekitar 1.200oC yang bertujuan untuk mengeluarkan juga mengurangi kadar air
dan air kristal yangbterikat dalam gumpalan-gumpalan alumina. Reaksi-reaksi yang
terjadi pada proses kalsinasi adalah :
Al2O3 yang didapat dari proses diatas adalah alumina yang siap dikirim ke pabrik
peleburan untuk dilebur menjadi aluminium.
BAB IV
EKSTRAKSI METALURGI
Bijih alumunium yang lebih dikenal dengan nama bauksit banyak terdapat di
daerah Tropik dan Sub-Tropik, yaitu Afrika, India Barat, Amerika Selatan dan
Australia. Bijih bauksit dimurnikan menjadi alumunium oxide trihydrate (alumina)
kemudian secara elektrolisa direduksi menjadi logam alimunium. Logam alumunium
sebagai produk dari industri pertambangan yang berasal dari pengolahan bijih bauksit
melalui standar yang telah kita kenal, yaitu didapat dari proses pengolahan bauksit
menjadi alumina (proses bayer) dan pengolahan alumina menjadi alumunium (proses
Hall-Heroult).
Setelah mendapatkan Alumina dari proses Bayer maka proses selanjutntya untuk
mendapatkan Aluminium adalah peleburan Alumina. Proses ini didasarkan pada prinsip
elektrolisa lelehan garam alumina pada temperature yang tinggi. Syarat alumina yang
akan dilebur menjadi logam aluminium adalah sebagai berikut :
a. Anoda karbon yang digunakan di pabrik reduksi merupakan anoda karbon hasil
produksi dari pabrik karbon yang ada di PT. Inalum. Anoda ini terbuat dari kokas
residu hasil penyulingan minyak bumi atau kokas batubara. Anoda ini dilengkapi
dengan tangkai (rodding) untuk menghubungkan arus dari busbar anoda ke blok
anoda karbon. Anoda yang dipakai pada proses Hall-Heroult adalah karbon.
Pemilihan material karbon sebagai anoda ini perlu dipertimbangkan berdasarkan
acuan literatur sebagai berikut:
2) Daya tahan panas tinggi, titik sublimasi 4.200oC dan titik leleh 3.700oC pada
tekanan 1 atm berguna untuk bekerja pada suhu operasi yang tinggi (965oC)
3) Konduktivitas panasnya tinggi berguna pada saat proses backing sehingga pot
reduksi cepat mencapai suhu yang tinggi.
4) Ekspansi panas yang rendah (± 0,5 kali tembaga) berguna pada saat konstruksi
perangkaian anoda agar anoda tidak terlepas dari tangkainya karena pemuaian.
5) Densitas rendah (1,4-1,7 gr/m3) agar partikel karbon yang terlepas (debu) tidak
terendapkan pada katoda sehingga tidak mengotori produk ingot.
b. Katoda
c. Elektrolit
Elektrolit yang dipakai dibagian reduksi PT. Inalum pada proses Hall-Heroult
adalah lelehan kryolite (Na3AlF6). Lelehan ini dipilih karena kemampuannya
melautkan berbagai jenis oksida dengan baik. Kelarutan alumina dalam kryolite
(bath) dipengaruhi oleh suhu lelehan kryolite. Pada suhu ± 960oC alumina melarut
dalam lelehan kryolite murni sebanyak 11% dari beratnya. Kelarutan alumina juga
dapat dipengaruhi oleh zat tambahan (aditif) dalam kryolite.
d. Bath
Bath ini memiliki sifat yang menguntungkan untuk operasi peleburan. Sifat-sifat
tersebut antara lain sebagai berikut :
2) Konduktivitas tinggi
TABEL 3
KOMPOSISI BATH
f. Soda Abu
Pemakaian soda abu pada pot reduksi hanya pada saat transisi saja, yaitu untuk
memperkuat struktur lapisan karbon pada katoda dan dinding samping sehingga tidak
mudah tererosi baik oleh bath maupun metal alumunium. Pemakaian soda abu juga
membantu mempercepat terbentuknya lapisan kerak di dinding samping pot. Lapisan
kerak ini fungsinya sebagai penahan erosi bath.
g. Energi Listrik
Reaksi dasar yang terjadi pada sel elektrolisa adalah sebagai berikut :
___________________________________
Pada reaksi diatas dapat kita lihat bahwa produk setelah reksi adalah logam
aluminium, gas CO dan gas CO2. logam aluminium yang didapat dari proses ini akan
terendapkan pada dasar bejana elektrolisa, hal ini disebabkan karena beret jenis logam
aluminium lebih besar dri pada berat jenis larutan campuran alumina dan kryolit. Logam
aluminium produk dari reaksi ini akan memiliki presentase (kadar) aluminium sekitar
99,70% dan siap untuk dipasarkan. Pemasaran logam ini biasanya dalam bentuk balok-
balok aluminium atau lebih dikenal dengan nama “aluminium ingot”. Secara sistematis
proses peleburan alumina menjadi aluminium dapat digambarkan pada bagan berikut :
Untuk keperluan yang sifatnya langsung, logam aluminium yang didapat dari pross
elektrolisa tidak perlu lagi dimurnikan, misalnya untuk keperluan dunia rekayasa dan
elektronika. Sedangkan untuk keperluan yang sifatnya khusus, misalnya untuk
keperluan industri, pengepakan, makanan atau industri obat-obatan, maka aluminium
ini harus diproses lagi. Proses ulang ini disebut “refinery”, dari proses ini akan
didapatkan suatu produk logam aluminium dengan kadar 99,9%.
Deskripsi Ringkas Proses Produksi
Bahan baku untuk aluminium dibongkar di pelabuhan PT. Inalum dan
dimasukkan ke dalam silo masing-masing melalui belt conveyor. Alumina di dalam
silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF
dari tungku reduksi sehingga menjadi Reacted Alumina (HF.Al2O3). Reacted
Alumina tersebut kemudian di bawa ke Hopper Pot dengan Anode Changing
Crane (ACC) dan dimasukkan ke dalam tungku reduksi.
Karbon yang akan menjadi anoda di dalam tungku reduksi berasal dari kokas.
Kokas tersebut disimpan di dalam silo karbon. Kokas yang ada di dalam silo
dicampur dengan butt atau puntung anoda dan dipanaskan dulu, dengan
menggunakan pitch sebagai perekatnya. Kemudian, semuanya di masukkan
ke Shaking Machine dan dibentuk menjadi blok karbon mentah. Blok karbon
kemudian dipanggang di Baking Furnace. Anoda yang sudah dipanggang, dibawa ke
pabrik Penagkaian untuk di-pouring ke stub tangkai sehingga memiliki tangkai dan
menjadi Anode Assembly.
Anode Assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi dengan kendaraan
khusus pengangkut anoda yaitu Anode Transport Car (ATC). Karbon digunakan
sebagai elektroda dalam proses elektrolisa. Setelah anoda dipakai kurang lebih 28 hari
di dalam pot, sisa anoda diangkat dan diganti dengan yang baru. Sisa anoda tersebut
kemudian dipecah di Pabrik Penangkaian untuk dicampur dengan bahan lainnya agar
bisa digunakan kembali.
Di dalam tungku reduksi, alumina yang berupa bubuk akan dielektrolisa
menjadi aluminium cair. Setiap 32 jam, setiap pot reduksi akan dihisap 1,8 sampai 2
ton aluminium.Aluminium dihisap menggunakan Metal Ladle yang memiliki
kapasitas maksimum 9 ton. Ladle kemudian diangkut Metal Transport Car (MTC)
dan dibawa ke pabrik penuangan dan dituangkan ke dalam Holding Furnace. Setelah
mendapat proses lanjutan, aluminim cair ini dicetak di Casting Machine menjadi ingot
yang beratnya 22,7 kg per batang. Aluminium batangan (ingot) ini kemudian diikat
dan siap untuk dipasarkan.
Di PT. INALUM 510 unit pot/tungku reduksi yang terbagi menjadi 3 gedung,
sehingga di masing-masing gedung terdapat 170 pot. Arus listrik yang digunakan
sebesar 190 -195 KA, dengan tegangan rata-rata di setiap pot 4,3 Volt. Di dalam
tungku reduksi, alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair, dengan prinsip
metode Hall-Heroult, yang di temukan secara bersama oleh Charles Hall di USA dan
paul Herlout di Perancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa larutan
alumina (Al2O3) di dalam lelehan Kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 955 ± 10 oC,
sehingga mengahsilkan aluminium cair. Pot atau tungku reduksi berbentuk kotak baja
persegi yang dindingnya berlapiskan batu isolasi batu tahan api (Brick) dan pasta yang
disebut Castable. Di dasar pot terdapat katoda karbon yang dihubungkan dengan
kolektor bar, yang berfungsi sebagai penghantar listrik.Di bawah katoda
dilapisi brick. Tahapan-tahapan yang dilakukan di tungku reduksi antara lain:
a. Perakitan Katoda ( Cathode Fastening )
PENUTUP
Aluminium sebagai produk yang bernilai komersial didapatkan dari pengolahan bijih
Bauksit. Bijih Bauksit dari lokasi tambang terlebih dahulu dilakukan pengecilan ukuran
(reduksi) untuk memudahkan pada proses selanjutnya. Pengolahan bijih Bauksit ini
dibedakan dalam dua proses yaitu Proses Bayer, yaitu proses pengolahan bijih Bauksit untuk
mendapatkan Alumina (Al2O3) dan proses Hall – Heroult yaitu proses peleburan Alumina
untuk mendapatkan Aluminium. Adapun Syarat alumina yang akan dilebur menjadi logam
aluminium adalah sebagai berikut :
Aluminium yang didapat dari proses peleburan ini memiliki kadar sekitar 99,70%