Anda di halaman 1dari 50

MODUL 6

TATAKELOLA LOGISTIK PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


HIV AIDS DAN IMS

I. DESKRIPSI SINGKAT

Tatakelola logistik merupakan salah satu fungsi tatakelola yang penting dalam
mendukung tercapainya tujuan program.Salah satu logistik yang sangat strategis yang
perlu dikelola secara cermat adalah tatakelola obat. Sustainabilitas dan keberhasilan
suatu program secara langsung salah satunya adalah tatakelola obat yang dilakukan
secara baik di semua level pelaksana program. Tatakelola obat dan logistik kesehatan
memerlukan perlakuan khusus dan dukungan pembiayaan yang memadai. Tatakelola
logistik yang baik akan menjamin obat dan bahan logistik lainnya tersedia dalam jumlah
yang cukup dan bermutu, situasi ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap program serta memberikan dampak dalam meningkatkan kunjungan pelayanan.

Logistik dalam pelaksanaan program pengendalian


HIV dan IMS adalah penting, baik untuk upaya
pencegahan maupun pelayanan (pemeriksaan fisik
dan pengambilan sampel serta penunjang, sampai
pengobatan). Logistik yang digunakan bervariasi,
meliputi obat, bahan habis pakai, peralatan.Ada
aturan–aturan yang harus dipenuhi dalam
pengelolaannya, untuk setiap jenis logistik. Menjadi
salah satu tupoksi pengelola program untuk
melakukan pengelolaan logistik HIV dan IMS, sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku.

Untuk itu, penting bagi pengelola program di provinsi dan kabupaten/kota untuk mampu
melakukan pengelolaan logistik terkait dengan program pengendalian HIV dan IMS.
Pembahasan modul ini meliputi: Sistem tatakelola logistik dan Jenis logistik program;
Tatakelola Obat ARV, IMS dan IO ; Tatakelola Logistik Reagen dan Tatakelola bahan
habis pakai.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan tatakelola logistik terkait
dengan program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi, peserta mampu:
1. Menjelaskan sistem tatakelola logistik dan metode forecasting logistik HIV
AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
2. Melakukan pengelolaan obat ARV, IMS dan IO
3. Melakukan pengelolaan logistik reagen
4. Melakukan pengelolaan bahan habis pakai

1
III. POKOK BAHASAN
1. Sistem tatakelola logistik dan metode forecasting logistic HIV AIDS dan IMS
2. Pengelolaan obat ARV, IO dan IMS
3. Pengelolaan logistik Reagen
4. Pengelolaan bahan habis pakai

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN (Waktu:5 jpl= 225 menit)

Langkah 1. Pengkondisian (waktu 5 menit)

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila ini merupakan
pertemuan pertama di kelas ini, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja
terkait dengan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
dibahas, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Pembahasan Pokok bahasan 1 (waktu 30 menit)

1. Fasilitator melakukan curah pendapat, bagaimanakah pemahaman peserta


tentang Sistem tatakelola logistik dan dan metode forecasting logistic HIV AIDS dan
IMS di wilayah masing-masing? Tuliskan poin-poin penting penyampaian peserta
pada kertas flipchart
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Sistem tatakelola logistik dan
dan metode forecasting logistic HIV AIDS dan IMS menggunakan bahan tayang.
Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta. Kaitkan dengan poin-poin
penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke
sempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 1.

Langkah 3.Pembahasan Pokok bahasan 2 ( 90 menit)

1. Fasilitator menyampaikan bahwa akan beralih pada pembahasan tentang


Pengelolaan obat ARV, IMS dan IO. Adakah kendala yang dihadapi? Tuliskan
poin-poin penting penyampaian peserta pada kertas flipchart
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Pengelolaan obat ARV, IMS dan
IO menggunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan
peserta. Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Menyampaikan bahwa peserta akan mengerjakan latihan tentang pengelolaan obat
ARV, IMS dan IO. Jelaskan penugasan peserta sesuai dengan petunjuk latihan yang
ada pada fasilitator.
5. Setelah selesai, fasilitator memandu presentasi hasil latihan. Kelompok
mempresentasikan secara bergantian. Mintalah peserta dari kelompok lain untuk
memberikan tanggapan.
6. Setelah selesai presentasi fasilitator menyampaikan ulasan singkat.
7. Menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 2.

2
Langkah 4. Pembahasan pokok bahasan 3 (waktu 55 menit)

1. Fasilitator menyampaikan bahwa akan beralih pada pembahasan tentang Pengelo


laan logistik reagen. Adakah kendala yang dihadapi? Tuliskan poin-poin penting
penyampaian peserta pada kertas flipchart
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Pengelolaan logistik reagen
menggunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta.
Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke
sempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Menyampaikan bahwa peserta akan mengerjakan latihan tentang pengelolaan
logistik reagen. Jelaskan penugasan peserta sesuai dengan petunjuk latihan yang
ada pada fasilitator.
5. Setelah selesai, fasilitator memandu presentasi hasil latihan. Setiap kelompok
mempresentasikan hasilnya secara bergantian. Mintalah peserta dari kelompok lain
untuk memberikan tanggapan.
6. Setelah selesai presentasi fasilitator menyampaikan ulasan singkat.
7. Menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 3.

Langkah 5. Pembahasan pokok bahasan 4 (waktu 40 menit)

1. Fasilitator menyampaikan bahwa akan beralih pada pembahasan tentang


Pengelolaan bahan habis pakai. Adakah kendala yang dihadapi? Tuliskan poin-
poin penting penyampaian peserta pada kertas flipchart
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Pengelolaan logistik non
ARV menggunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan
peserta. Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke
sempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Menyampaikan bahwa peserta akan mengerjakan latihan tentang pengelolaan bahan
habis pakai. Jelaskan penugasan peserta sesuai dengan petunjuk latihan yang ada
pada fasilitator.
5. Setelah selesai, fasilitator memandu presentasi hasil latihan. Setiap kelompok
mempresentasikan hasilnya secara bergantian. Mintalah peserta dari kelompok lain
untuk memberikan tanggapan.
6. Setelah selesai presentasi fasilitator menyampaikan ulasan singkat.
7. Menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 4.

Langkah 6. Rangkuman dan Penutup (waktu 5 menit)


1. Fasilitator mengajak peserta merangkum apa yang telah dipelajari peserta dalam
sesi ini. Sampaikan penegasan hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam
penerapan di lapangan.
2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan salam

3
V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1. SISTEM TATAKELOLA LOGISTIK DAN FORECASTING


LOGISTIK TERKAIT HIV AIDS DAN IMS

Sistem Tatakelola Logistik


Tujuan utama tatakelola logistik adalah tersedianya logistik program dengan mutu yang
baik dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan sistem dan tatakelola yang berjalan secara baik.

Hubungan antar fungsi tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

S eleks i dan
K uantifikas i

Dukung an
Manajemen
• O rganis as i
P emakaian • P embiayaan P eng adaan
• Informas i
• S DM
• Monitoring dan E valuas i
•J aminan Mutu

Dis tribus i dan


P enyimpanan

K ebijakan nas ional, peraturan dan perundangan

Gambar 1. Hubungan Antar Fungsi Tatakelola Logistik

Forecasting Logistik HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

Tahapan perencanaan kebutuhan (Quantifikasi) terdiri dari forecasting dan Supply Planning.

4
Forecasting adalah proses estimasi atau memperkirakan kebutuhan komoditas dalam
periode tertentu dengan menggunakan data pendukung seperti data konsumsi atau data
morbiditas atau kombinasi data. Sedangkan Supply Planning adalah proses menguji jumlah
hasil forecasting dengan melakukan simulasi rencana supply dan mempertimbangkan stok
on hand , stok on order /In transit atau stok yang akan kadaluwarsa. Hasil simulasi ini
adalah final kebutuhan yang harus dipesan untuk mencukupi kebutuhan sesuai dengan
asumsi yang telah ditetapkan.

Untuk mendapatkan kuantifikasi yang akurat diperlukan proses pengumpulan, validasi dan
menganalisa data yang berkelanjutan. Hasil kuantifikasi perlu dijadikan konsensus bersama
dengan semua stakeholder terkait sehingga memudahkan untuk kordinasi dan sinkronisasi
program . Ada beberapa metode kuantifikasi yang sering digunakan diantaranya :

1. Metode konsumsi : Memperkirakan kebutuhan untuk periode yang akan datang


berdasarkan data penggunaan masa lalu. Sangat penting mempunyai data yang akurat.
Formula yang digunakan biasanya menggunakan Average Monthly Consumption
(AMC) yaitu rata-rata konsumsi per bulan. Kelemahan metode ini kurang fleksibel dan
digunakan terutama dalam program di mana perubahan yang cepat tidak mungkin
terjadi. Hal ini tidak cocok untuk program baru.

Contoh : Data pemakaian Ampicilin adalah


Obat Kekuatan Satuan Ukuran Total Konsumsi Jumlah hari
Kemasan 6 bulan terakhir stok out
Ampicilin 500 mg kapsul 1000 kapsul 59500 0

Menghitung AMC
AMC = CT/ [RM – (DOS/ 30,5)] (preferred)
Atau
AMC = CT /(RM – MOS)
 AMC= Average monthly consumption / Rata –rata konsumsi bulanan.
 CT = Total konsumsi selama periode review
 RM = total bulan konsumsi (dalam bulan)
 DOS = Jumlah hari stok out selama periode review
 MOS = Jumlah bulan stok out selama periode review.

5
 30,5 adalah nilai kosensus

Maka AMC = 59500/(6-0) = 9917 Kapsul


Proyeksi Rata-Rata Kebutuhan 6 bulan yang akan datang adalah
 CP = AMC+ (AMC x AU)
 CP = Projected average monthly consumption
 CA = Average monthly consumption, adjusted for stock-outs
 AU = Utilization adjustment

Diperkirakan kenaikan 10% dalam 6 bulan yang akan datang maka


CP = 9917 + (9917 x10%) = 10908 Kapsul
Maka jumlah yang diperlukan QO = CP x (LT + PP) + SS – (SI + SO)
 QO = Quantity to order in basic units, before adjustment for losses
 CP = Projected average monthly consumption
 LT = Lead time
 PP = Procurement period
 SS = Safety stock = CP x LT
 SI = Stock now in inventory, in basic units
 SO = Stock now on order, in basic units

Dengan Lead Time 3 bulan dan procurement periode 9 bulan maka Quantity to be Order
(Jumlah yang dipesan adalah)
Obat AMC CP SI SO SS= CPx LT QO
Ampicilin 9917 10908 2000 3000 32724 158620

2. Metode Morbiditas adalah memperkirakan kebutuhan yang akan datang berdasarkan


data Morbiditas. Perhitungan ini lebih rumit dan membutuhkan data morbiditas yang
akurat dan selalu diperbaharui (termasuk toksisitas dan kegagalan terapi) serta estimasi
jumlah pasien saat ini maupun yang akan datang. Metode ini berguna untuk program
baru tanpa data konsumsi atau untuk kasus penggunaan obat baru atau perubahan
pedoman pengobatan.

Contoh : Menghitung kebutuhan Cotrimoxazole untuk Pasien PCP. Diketahui bahwa


PCP adalah IO dari penyakit HIV AIDS. Diperkirakan kasusnya adalah 30% dari
populasi HIV Positif menderita PCP, panduan pengobatan untuk IO ini adalah
cotrimoxazole 480 mg sebanyak 168 tablet per pasien. Diketahui Prevalensi HIV positif
di wilayah tersebut sebesar 0.20% dengan jumlah total populasi penduduk di wilayah
tesebut adalah 500.000 orang. Ditargetkan semua pasien PCP dapat diobati.
Perhitungan Kebutuhan Kotrimoksasol adalah
Jumlah Populasi = 500.000 orang
Estimasi HIV Positif = 0.2% x 500.000 = 1000 orang
Estimasi jumlah pasien PCP = 30% x 1000 orang = 300 orang
Jumlah orang yang diobati = 300 x 100% = 300 orang
Maka Jumlah kebutuhan Kotrimoksasolenya adalah 300 x 168= 50.400 tablet

3. Metode Kombinasi (Gabungan Metode Konsumsi dan Metode Morbiditas)

Asumsi dan Data yang diperlukan dalam Perencanaan Kebutuhan

1. Estimasi total populasi. Adalah angka perkiraan jumlah penduduk di suatu wilayah dalam
period kuantifikasi. Misal estimasi penduduk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014
adalah 42.000.000 orang.
2. Estimasi Prevalensi HIV. Adalah angka perkiraan kasus kejadian HIV di suatu wilayah.
Prevalensi HIV menggunakan estimasi pemodelan matematika terbaru (tahun 2014).

6
Untuk daerah yang tidak diketahui data prevalensi HIV nya, maka menggunakan
estimasi prevalensi HIV nasional (0,36 %).
3. Data Kelompok RISTI HIV AIDS dan IMS. Adalah angka jumlah kelompok risiko tinggi
tertular penyakit HIV AIDS dan IMS yang ada di suatu wilayah. Data ini didapat dari
hasil mapping yang dilakukan oleh stakeholder terkait di wilayah tersebut. Data yang
dipakai adalah data mapping yang terakhir yang dilakukan.
4. HIV Positif Rate di Layanan KT (Konseling Tes). Adalah laju HIV positif yang diketahui
di tempat layanan KT.
Perhitungan mengacu pada :
a. Populas umum atau ibu hamil positif rate 0,4%
b. Populasi kunci menggunakan hitungan positif rate antara 7 – 11%,
c. Untuk kolaborasi TB-HIV positif rate antara 3-4%,
5. Estimasi jumlah Ibu Hamil. Perhitungannya diperoleh dari jumlah penduduk x CBR
(Crude Birth Rate) x 1.1 (konstanta).
Contoh:
Jumlah penduduk = 42.000.000
CBR = 1.85/100
Maka Estimasi jumlah ibu hamil adalah = (42.000.000 x 1.85 x 1.1) = 8.547.000
6. Wastages/Hilang/Rusak adalah barang yang tidak terpakai atau rusak sehingga barang
tersebut terbuang dan tidak dapat digunakan lagi yang bisa disebabkan antara lain
karena kemasannya robek, patah, terkena tumpahan cairan dan juga karena kesalahan
operator atau prosedur. Asumsi alokasi yang dipakai untuk kegiatan ini adalah 2% dari
kebutuhan dasar.
7. Quality Control (QC) dapat terdiri dari IQC (internal Quality Control) dan EQA( External
Quality Assurance). Besarnya IQC adalah 2 tes per hari yaitu untuk kontrol negatif dan
kontrol positip. Sedangkan EQA dilakukan setiap 6 bulan sekali sekitar 10 tes sample.
Asumsi alokasi yang dipakai untuk kegiatan ini adalah 3% dari kebutuhan dasar.
8. Data target ODHA on ART sesuai RAN HIV tahun 2015-1019. Untuk tahun 2016 dan
2017 adalah 97.586 dan 148.269. Data ODHA on ART secara nasional per Desember
2015 adalah 63.066.
9. Coverage Period. Adalah waktu atau jumlah bulan yang direncanakan untuk dipenuhi
kebutuhan permintaannya. Coverage Period yang direkomendasikan adalah 12 bulan.
10. Buffer Period. Adalah waktu atau jumlah bulan yang direncanakan untuk kebutuhan
stok penyangga.
11. Estimasi stok on hand akhir periode. Adalah perkiraan jumlah stok yang dimiliki pada
akhir 2015 atau awal 2016 (akhir tahun ini atau awal tahun berjalan).
12. Quantity on order. Adalah jumlah yang sedang dipesan tetapi masih transit atau belum
diterima.
13. Estimasi quantity to be expired. Adalah perkiraan jumlah stok yang akan
expired/kadaluwarsa sampai akhir periode kuantifikasi.
14. Data IBBS 2011 adalah seperti dibawah ini

7
Jumlah penduduk nasional 260,000,000

Prevalensi HIV Nasional 0.20% 520,000


Prevalensi HIV di Kelompok RISTI
Penasun 41% 213,200
Waria 22% 114,400
WPSL 10% 52,000
LSL 8% 41,600
WBP 3% 15,600
WPSTL 3% 15,600
PRIA RISTI 0.70 3,64
88% 456,040
Prevalensi SIFILIS
Waria 25% 28,600
WPSL 10% 5,20
LSL 9% 3,74
WBP 5% 78
PRIA RISTI 4% 145.60
WPSTL 3% 46
Penasun 2% 4,26

Prevalensi GONORE
WPSL 38% 19,760
Waria 29% 33,176
LSL 21% 8,73
WPSTL 19% 2,96

Prevalensi KLAMIDIA
WPSL+WPSTL 41% 27,716
Waria 28% 32,032
LSL 21% 8,73

8
POKOK BAHASAN 2. PENGELOLAAN OBAT ARV, IMS DAN IO

Pemerintah menetapkan paduan yang digunakan dalam pengobatan ARV berdasarkan 5


aspek yaitu :

a. Efektivitas
b. Efek samping/toksisitas
c. Interaksi obat
d. Kepatuhan
e. Harga Obat

Prinsip dalam pemberian ARV adalah

a. Paduan obat ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan berada dalam
dosis terapeutik. Prinsip tersebut untuk menjamin efektivitas penggunaan obat.
b. Membantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan mendekatkan akses
pelayanan ARV.
c. Menjaga kesinambungan ketersediaan obat ARV dengan menerapkan tatakelola
logistik yang baik.

1. Pengelolaan Obat ARV


Obat ARV yang tersedia diperuntukan bagi pasien yang memenuhi syarat ARV, di
antaranya:
 Pasien dengan jumlah CD4<350 sel/mm3
 Stadium Klinis 3 atau 4 jika tidak ada CD4.
 Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien tanpa memandang jumlah CD4 :
- Pasien dengan TB,
- ibu hamil
- koinfeksi hepatitis B
- Populasi kunci seperti :WPS, LSL, Waria, Penasun, Warga Binaan
Rutan/lapas, Pasangan Serodiscordant.

Tujuan pengelolaan ARV:

 Zero Stock Out


 Menjamin tersedianya obat yang bermutu
 Terdistribusi secara merata dan berkesinambungan
 Mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat

Pengelolaan ARV di Layanan meliputi:


a. Perencanaan Kebutuhan obat ARV
b. Pengadaan
c. Pengiriman dan Penerimaan
d. Penyimpanan, penjaminan mutu dan Pemusnahan obat ARV
e. Distribusi

Spesifikasi Obat ARV

Nama generik dan sediaan obat ARV yang beredar di Indonesia antara lain :

9
a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan Obat ARV

Perencanaan Kebutuhan ARV di Tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota

1) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat harus dapat memenuhi


kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
2) Metode perhitungan menggunakan metode kombinasi (konsumsi dan
morbiditas). Konsumsi berdasarkan jumlah obat yang diberikan di layanan
ARV. Morbiditas berdasarkan rejimen pengobatan dan panduan pengobatan
dan jumlah ODHA On ART saat ini dan target ODHA on ART sampai akhir
periode kuantifikasi.
3) Menggunakan konsensus demand hasil rata-rata/proporsional data morbiditas
dan data konsumsi.

Data Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat ARV


1) Estimasi ODHA berdasarkan RAN HIV tahun 2015-2019 Untuk tahun 2016
dan 2017 adalah 97.586 dan 148.269. Data ODHA on ART secara nasional
per Desember 2015 adalah 63.066.
2) Menghitung estimasi ODHA on ART di Provinsi . Perhitungan diperoleh dari
Proporsi ODHA on ART di Provinsi dibandingkan seluruh ODHA on ART dikali
Estimasi ODHA on ART nasional. Contoh : Estimasi ODHA on ART Nasional
tahun 2016 adalah 97. 586 sedangkan Proporsi ODHA on ART di Provinsi
Jawa Barat adalah 10% dari nasional, maka estimasi ODHA on ART di
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 adalah 9.759 orang.
3) Data rejimen pengobatan seluruh pasien data ODHA on ART yang dilaporkan
dalam LBPHA minimal 6 bulan terakhir.
4) Data pengeluaran obat di layanan ARV untuk periode minimal 6 bulan terakhir.

Perhitungan Kebutuhan

 Mengupdate data base jumlah pasien rejimen dan data pengeluaran obat
rumah sakit per bulan per rumah sakit. Sumber data: Laporan bulanan dari
masing- masing rumah sakit.

10
 Melakukan statistical forecasting menggunakan formula yang ada dalam
excel. Periode data yang diambil kebelakang variatif, dapat menggunakan
selang data 3 bulan atau 6 bulan. Formula ini merupakan model dari
forecasting yang digunakan dimana model tersebut merepresentasikan
berbagai macam model statistical. Model yang digunakan dan dapat
diakomodasi oleh excel terdiri dari: moving average, constant atau regresi
linear.
 Menkonversikan jumlah pasien data rejimen ke jenis obat sediaan yang ada.
Hasil konversi divalidasi kembali apakah sesuai dengan jumlah pasien yang
dikonversikan menjadi obat.
 Menambahkan impactor ke data yang telah dikonversikan. Impactor
merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah pasien yang telah diestimasi.
Impactor yang ditambahkan adalah jumlah target pasien yang dimiliki oleh
Subdit HIV AIDS dan PIMS. Target yang digunakan sampai saat ini
berdasarkan RAN HIV tahun 2015-2019.
 Membandingkan target yang dimiliki dibandingkan dengan hasil estimasi.
Gap dari keduanya akan ditambahkan secara proporsional pada setiap
bulan yang diestimasi. Gap ini ditambahkan pada rejimen pasien lini 1.
 Menghitung baseline Final dengan pembobotan dan penambahan imfactor
sebagai dasar dalam penentuan total kebutuhan obat ARV

Konsep perhitungan untuk


A. Kebutuhan Dasar + alokasi prosentase untuk wastages/kehilangan/ ke
rusakan/ QC
B. Estimasi stok on hand akhir periode.
C. Quantity on order.
D. Estimasi quantity to be expired.
E. Quantity to be order.
F. Unit Price.
G. Total cost.

Perencanaan Kebutuhan ARV di Tingkat Layanan ARV Fasilitas Kesehatan


Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
(FKRTL)

 Perencanaan obat ARV di FKTP dan FKRTL dilakukan setiap bulan


berdasarkan jumlah pasien dengan perhitungan: Stok untuk 1 bulan ditam
bah buffer stok untuk 2 bulan
Jumlah Kebutuhan Obat ARV = jumlah pasien x 3 (bulan stok)
Jumlah Order = Jumlah kebutuhan - stok yang ada (sisa stok)

 Perencanaan kebutuhan juga mempertimbangkan: Sisa stok yang ada,


perkiraan jumlah pasien reaktif HIV yang segera akan memulai ARV, pasien
transit lebih dari 1 bulan, pasien profilaksis dan kebutuhan di layanan satelit
ARV bagi layanan ARV pengampu.

b. Alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan

 Konsep perhitungan untuk alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan


adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV.
Saat ini aloksi pembiayaan ARV adalah 100% ditanggung pemerintah pusat.
 Layanan ARV yang bisa memiliki obat ARV adalah Fasyankes yang sudah
melakukan pengaktifan sebagai layanan ARV (berdasarkan Surat Edaran

11
Direktorat P2PL No. BN.01.01/III.2/2482/2013 tentang Proses Aktivasi
Layanan ARV tahun 2013)
 Pengadaan ARV di Layanan ARV (FKTP dan FKRTL) melalui laporan
bulanan Perawatan HIV/ART (LBPHA) ke Dinas Kesehatan.

c. Pengiriman dan Penerimaan obat ARV

 Pengiriman obat ARV harus mengikuti standard pengiriman obat yaitu


dengan menggunakan alat transportasi yang dapat melindungi obat dari
paparan sinar matahari langsung.
 Pada saat penerimaan obat ARV petugas farmasi melakukan pengecekan
terhadap tanggal kadaluwarsa obat, mencocokan jenis dan jumlah obat pada
PO (LBPHA) dengan DO obat yang diterima.
 Obat ARV yang diimport dari luar negeri hampir semua melalui proses
Spesific Access Scheme (SAS) untuk itu pada setiap kota obat ARV ada
tertera nomor SAS. Nomor SAS ini juga diperlukan agar obat tersebut tidak
dianggap sebagai obat illegal apabila ada pemeriksaan dari Badan POM RI
ke fasyankes karena obat-obatan tersebut tidak memiliki nomor ijin edar yang
dikeluarkan oleh Badan POM RI.

d. Penyimpanan, Penjaminan Mutu dan Pemusnahan

1) Penyimpanan
Persyaratan penyimpananan obat ARV:
 Suhu penyimpanan 15-25°C atau sesuai dengan suhu penyimpanan yang
tertera pada kemasan obat ARV
 Kelembaban 30 – 50 %
 Tidak terkena cahaya langsung
 Sistem FEFO (First Expiry First Out)
 Semua obat ARV dilengkapi dengan kartu stok obat

Tata Ruang Penyimpanan Logistik ARV dan Non ARV

 Perlengkapan yang diperlukan untuk ruangan penyimpanan ARV


Perlengkapan lain termasuk termometer; higrometer; timbangan dengan
tera; kereta dorong; alat tulis, marker; tangga; alat pembersih; freezer,
coolbox, lemari es, dan lain-lainnya.

 Ruang gudang
Pengaturan tata ruang gudang yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan obat. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah
kemudahan bergerak dan sirkulasi udara yang baik. Penataan paling
efisien adalah penataan berbentuk huruf U. Sirkulasi udara dapt digunakan
AC, kipas angin maupun ventilasi melalui atap.

 Rak dan Pallet.


Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet memberikan
keuntungan: adanya sirkulasi udara dan perlindungan terhadap banjir,
menampung obat lebih banyak, dan lebih murah dari pada rak

12
 Pencegahan kebakaran.
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran ringan harus
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup.
 Pencahayaan gudang
Pencahayaan dapat diperoleh melalui jendela kaca, atau nako. Pencaha
yaan gudang dapat menggunakan lampu. Hendaknya digunakan penataan
cahaya secara umum (General lighting).
 Penyusunan Stok
– Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dalam penyusunan
obat yaitu obat yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang
diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umumnya obat
yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan
umurnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih
awal.
– Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan
teratur sehingga memudahkan pelaksanaan prinsip FEFO
– Cantumkan nama dan tanggal kadaluwarsa obat pada setiap kotak
obat.
– Obat disimpan pada suhu kamar terhindar dari cahaya langsung atau
lembab.
– Pisahkan setiap item obat dan lengkapi dengan kartu stock
disampingnya, seperti tampak pada gambar berikut
Ganti foto Yenni

 Pencatatan stok obat


– Kartu stok merupakan pencerminan obat-obat yang ada di gudang.
Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa).
– Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencana
an pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keada
an fisik obat dalam tempat penyimpanannya.

2) Penjaminan mutu obat ARV (inspeksi visual)

13
 Fasyankes melakukan penjaminan mutu obat ARV selain melalui penyim
panan sesuai standar juga dengan melakukan inspeksi visual terhadap
kondisi obat.
 “Expired Date”, 3 bulan sebelum kadaluwarsa, lakukan action (tukar/trans
fer ke layanan lain yang lebih banyak pasien supaya segera dikonsumsi)
Misal ED Dec 2015 artinya mulai tgl 1 Dec sudah tidak bisa dikonsumsi jadi
terakhir didistribusikan adalah 1 Nov 2015.
 Obat ARV yang akan kadaluarsa 6 bulan lagi sudah dilaporkan di laporan
bulanan. Obat ARV yang telah kadaluarsa dimusnahkan sesuai dengan
ketentuan

3) Pemusnahan Obat ARV


 ARV yang perlu dimusnahkan harus dilaporkan di laporan bulanan 3-6 bulan
sebelum masa kadaluwarsa.
 Pemusnahan ARV mengikuti ketentuan pemusnahan sediaan Farmasi dan
dibuat berita acara pemusnahan.

e. Distribusi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan
jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuan distribusi:
1) Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga
dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
2) Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit
pelayanan kesehatan.
3) Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan
dan program kesehatan

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan perencanaan distribusi secara


baik yang antara lain meliputi perumusan stok optimum dan pengiriman obat dan
logistik lainnya.

14
Alur distribusi sistem tarik langsung dari Pusat ke unit layanan

Surat Perintah Pengiriman ARV Gudang


Subdit P2 dan KF
AIDS& PMS
Laporan ARV (jumlah stok, mutu) GUDANG
cc. Surat •Stock
Pengiriman •Buffer
Pengiriman ARV
ARV •Relokasi
•Permintaan
Dinas Kesehatan •Laporan
Provinsi

Pengiriman ARV
Monev

RS RUJUKAN
RS
RSRUJUKAN
RUJUKAN
Rujuk
ART
RS Rujukan
ART
ART
Minta ARV ODHA

RS Satelit Rujukan Puskesmas

Gambar 2. Alur distribusi sistem tarik langsung dari pusat ke unit layanan

Rencana kedepan, sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang tersedia akan


dilakukan distribusi sistem dorong dari pusat ke provinsi kemudian dilanjutkan
denga sistem tarik dari provinsi ke unit layanan, sebagaimana pada gambar
berikut.

Alur distribusi sistem tarik dari Pusat ke gudang Provinsi


Gudang
Subdit P2 dan KF
AIDS& PMS Permintaan Pengiriman
Laporan ARV

Dinas Kesehatan GUDANG


-Stock
Dinas Kesehatan Provinsi -Buffer
Kab/Kota -Relokasi
Permintaan
Laporan Pengiriman ARV

RS
RSRUJUKAN
RUJUKAN
Rujuk RSRS
RUJUKAN
ARTRujukan
Minta ARV ART
ART
ODHA

RS Satelit Rujukan Puskesmas

Gambar 3. Alur distribusi sistem tarik dari Pusat ke gudang Provinsi

Yenny tambahkan pada gambar

Distribusi obat ARV di Fasyankes

Obat ARV didistribusikan melalui:

15
1) Resep pasien On ART yang sudah teregistrasi di salah satu layanan ARV,
setiap bulan sebanyak 1 bulan stok. Pemberian lebih dari 1 bulan stok
dengan alasan yang jelas
2) Transfer stok ke layanan (bila diminta)
3) Pengiriman ke Layanan ARV satelit yang dilakukan oleh RS Pengampu.
4) Resep pasien transit. Untuk pasien transit diberikan maksimal 2 minggu
stok.

Distribusi obat ARV tidak kepada LSM/Perorangan tanpa


indikasi atau tidak tercatat sebagai pasien on ART

Setiap obat yang keluar baik kepada pasien, transfer stok maupun pengiriman ke
layanan satelit ARV harus mengisi formulir Register Pemberian ARV.

2. Pengelolaan Obat Penyakit Menular Seksual (IMS)


Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang salah satu penularannya melalui
hubungan seksual, baik vaginal, oral maupun anal dengan pasangan yang sudah
tertular. Jenis-jenis Penyakit IMS antara lain:
 GO.
 Non GO/Klamidia.
 Sifilis.
 Herpes.
 Kandidiasis.
 Trikomoniasis/VB.
 Chancroid/Limfogranuloma Venereum/LGV

Panduan Pemeriksaan/Pengobatan
Tata laksana IMS yang efektif merupakan dasar pengendalian IMS, karena dapat
mencegah komplikasi dan sekuele, mengurangi penyebaran infeksi di masyarakat,
serta merupakan peluang untuk melakukan edukasi terarah mengenai pencegahan
infeksi HIV.
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan IMS di semua tingkat fasilitas layanan
kesehatan harus memberikan kemanjuran paling tidak 95%.

Berikut kriteria pemilihan obat untuk IMS :


a. Angka kesembuhan/kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 95% di
wilayah tersebut).
b. Harga murah.
c. Toksisitas dan toleransi masih dapat diterima.
d. Pemberian dalam dosis tunggal.
e. Cara pemberian per oral
f. Tidak merupakan kontra indikasi untuk ibu hamil atau menyusui.

Obat-obatan yang digunakan sebaiknya termasuk dalam Daftar Obat Essensial


Nasional (DOEN), dan dalam memilih obat-obatan tersebut harus dipertimbangkan
tingkat kemampuan pasien dan pengalaman tenaga kesehatan.

16
Spesifikasi Obat IMS
Obat Infeksi Menular Seksual yang direkomendasikan antara lain :
 Azithromycin 1000mg+cefixime 400 mg
 Benzathine Penicillin
 Acyclovir
 Flukonazol
 Metrodinazole
 Eritromisin
 Trikhloro asetat (TCA) 80-90 % atau Podophillin Tinctura 10-25 %.

a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan Obat IMS

1) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat harus dapat memenuhi


kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
2) Metode perhitungan menggunakan metode morbiditas yaitu Target jumlah
orang yang diobati IMS adalah jumlah orang HIV positif dan Jumlah Populasi
RISTI dengan masing-masing prevalensi jenis penyakit IMS.
3) Panduan pengobatan sesuai Pedoman Nasional penanganan Infeksi Menular
Seksual tahun 2015

Perhitungan Kebutuhan
Perhitungannya memperhitungkan prevalensi masing-masing jenis penyakit IMS.
Contoh
1) Menghitung Jumlah Pasien GO, berdasarkan prevalensi GO dari setiap
populasi, misalnya prevalensi GO di populasi HIV positif adalah 23 %, dan
seterusnya .
Jumlah Pasien GO diperoleh dari
a) Jumlah Prevalensi GO di Populasi HIV Positif = (104.000 x 23%) = 23.920
b) Jumlah Prevalensi GO di Populasi WPS = (1200 x 38%) = 456
c) Jumlah Prevalensi GO di Populasi LSL = (1300 x 21%) = 273
d) Jumlah Prevalensi GO di Populasi Waria = (2000 x 29%) = 580
e) Jumlah Prevalensi GO di Populasi LBT = (1500 x 0%) = 0
f) Jumlah Prevalensi GO di Populasi IDU = (1000 x 0%) = 0
Maka jumlah pasien GO adalah (23.920+456+273+580+0+0) = 25.229
2) Menghitung Jumlah Pasien GO yang diobati. Perhitungannya dari Jumlah
Pasien GO dikali target prosentase yang diobati. Contoh

17
Jumlah Pasien GO adalah 25.229, target yang harus diobati adalah 80 %,
maka Target Jumlah Pasien GO yang diobati adalah 25.229 x 80% = 20.184
pasien.
3) Menghitung Jumlah kebutuhan dasar obat Cefixime (400 mg sehari, dosis
tunggal). Perhitungan diperoleh dari Target jumlah pasien GO yang diobati
dikali panduan pengobatan untuk penyakit GO.
Contoh
Target jumlah pasien GO yang diobati adalah 20.184
Tablet yang diperlukan untuk 1 orang pasien per treatment adalah 2 tablet per
treatment, jika menggunakan Cefixim 200 mg.
Maka tablet yang diperlukan adalah (20.184 x 2) = 40.368 tablet.

4) Konsep perhitungan untuk

a) Kebutuhan dasar + alokasi prosentase untuk wastages/ kehilangan/


kerusakan/ QC
b) Average Monthly Quantity Required (AMQR).
c) Coverage Period.
d) Coverage Stock.
e) Buffer Period.
f) Buffer Stock.
g) Total Kebutuhan.
h) Estimasi stok on hand akhir periode.
i) Quantity on order.
j) Estimasi quantity to be expired.
k) Quantity to be order.
l) Unit Price.
m) Total cost.

Alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan


Konsep perhitungan untuk alokasi jumlah pengadaan dan pembiayaan adalah
sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV. Alokasi
pembiayaan obat IMS untuk pemerintah daerah sebesar 60% sedangkan
pemerintah pusat 40%.

3. Pengelolaan Obat Infeksi Oportunistik (IO)

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh
dimana pada orang normal infeksi ini terkendali oleh kekebalan tubuh. Banyak
penderita dengan HIV pertama terdiagnosa setelah penurunan imunitasnya lanjut dan
memperlihatkan penyakit oportunistik. Pada umumnya kematian pada orang dengan
HIV AIDS (ODHA) disebabkan oleh infeksi oportunistik (IO) sehingga IO perlu dikenal
dan diobati.

Banyak pasien HIV yang meninggal karena IO, dan jumlah ini akan terus bertambah
apabila mereka tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Tapi sekarang ini
kemunculan IO sudah semakin jarang – terutama karena penanganan HIV sudah
semakin baik.Asalkan didiagnosa segera dan mendapatkan penanganan, Anda tidak
perlu terlalu khawatir mengenai IO.

Panduan Pemeriksaan/Pengobatan IO

18
Summary panduan pengobatan IO menurut tatalaksana pedoman nasional terapi
antiretroviral tatalaksana klinis infeksi HIV pada orang dewasa dan remaja Tahun 2011.

Spesifikasi Obat Infeksi Oportunistik

Berikut daftar obat Infeksi oportunistik dan sediaan yang direkomendasikan

No Nama Obat IO Sediaan


1 Cotrimoxazole 480 mg
2 Flukonazol 150 mg
3 Acyclovir 200 mg
4 Sulfadiazin 500 mg
5 Pyrimethamine 25 mg
6 Folinic Acid 5 mg
7 Amphotericin B 50 mg/vial
8 Cotrimoxazole i.v. 480mg/5ml/vial
9 Clindamycin 150mg/4ml amp
10 Clindamycin 150 mg
11 Clindamycin 300 mg
12 Primaquine 15 mg
13 Azithromycin 500 mg
14 Ethambutol 400 mg

a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan Obat Infeksi Oportunistik

19
1) Obat IO yang sudah termasuk obat program lain , tidak perlu dibeli.
2) Di sediakan obat yang sulit didapat bukan obat program,
3) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat tahun depan harus dapat
memenuhi kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
4) Metode perhitungan menggunakan metode morbiditas yaitu target orang yang
diobati IO untuk populasi HIV Positip dengan masing-masing prevalensi
penyakit IO.
5) Panduan pengobatan sesuai dengan Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa dan Remaja Tahun 2011.

Estimasi prevalensi masing-masing IO di populasi HIV Positip


Profilaxis : 20%
Kandidiasis Esofagel : 10%
Toxoplasmosis : 20%
Secondary Propylaxis : 20%
Criptococosis : 5%
Kandidiasis Oral : 15%
PCP : 20%
MAC : 5%

Perhitungan Kebutuhan

1) Menghitung Jumlah Pasien untuk setiap kategori IO . Contoh menghitung


Jumlah pasien IO profilaxis diperoleh dari estimasi prevalensi IO di Populasi
HIV Positif. Misal : Jumlah Populasi HIV Positif : 20.000 orang, estimasi
prevalensi IO profilaxis di Populasi HIV Positif adalah 20%, maka jumlah
Pasien IO profilaxis adalah = 20.000 x 20% = 4.000.
2) Menghitung Jumlah Pasien IO Profilaxis yang diobati. Perhitungan diperoleh
dari Jumlah pasien IO Profilaxis dikali target pengobatan. Contoh : Jumlah
Pasien IO Profilaxis adalah 4.000. target yang diobati 100%, maka jumlah
pasien IO profilaxis yang diobati adalah 4000 x 100% = 4.000
3) Menghitung kebutuhan dasar obat Cotrimoxazole . Perhitungannya diperoleh
dari Target Jumlah Pasien (IO Profilaxis + IO Profilaxis secondary + IO PCP)
yang diobati. Contoh:

Estimasi jumlah populasi HIV Positip adalah 24.000 sehingga jika target
pengobatannya adalah masing-masing 100% maka
Target Jumlah Pasien IO Profilaxis yang diobati = (24.000 x20% x 100%) =
4800 Pasien
Target Jumlah Pasien IO Profilaxis Secondary yang diobati = (24.000 x 20% x
100%) = 4800 Pasien
Target Jumlah Pasien IO PCP yang diobati = (24.000 x 20% x 100%) = 4800
pasien.
Kebutuhan obat Cotrimoxazole per treament per pasien
Pasien IO Profilaxis : (1 x 2 x 730) = 1460 tablet
Pasien IO Profilaxis Secondary : (1 x 2 x 365) = 730 tablet
Pasien PCP : (4 x 12 x 14) + (4x 8 x 14) = 168 + 112 = 280
tablet
Sehingga Total kebutuhan dasar Cotrimoxazole adalah = (4800 x 1460) + (
4800 x 730) + (4800 x 280) =11856000 Tablet.

20
4) Konsep perhitungan untuk

a) Kebutuhan dasar + alokasi prosentase untuk


wastages/kehilangan/kerusakan/QC
b) Average Monthly Quantity Required (AMQR).
c) Coverage Period.
d) Coverage Stock.
e) Buffer Period.
f) Buffer Stock.
g) Total Kebutuhan.
h) Estimasi stok on hand akhir periode.
i) Quantity on order.
j) Estimasi quantity to be expired.
k) Quantity to be order.
l) Unit Price.
m) Total cost.

Adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV.

Alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan


 Konsep perhitungan untuk alokasi jumlah pengadaan dan pembiayaan
adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV.
Alokasi pembiayaan obat IO untuk pemerintah daerah 60% dan pemerintah
pusat 40%.
 Untuk Pengadaan dan Pembiayaan Obat IO di FKTP masuk biaya Kapitasi
dan FKRTL biaya INA CBGs

Sampai di sini peserta dapat mengerjakan


Latihan Perencanaan/Pengelolaan
Kebutuhan Obat ARV, IO dan IMS, sesuai
dengan petunjuk latihan yang ada pada
fasilitator

21
POKOK BAHASAN 3. PENGELOLAAN REAGEN

1. REAGEN RAPID TES HIV

Rapid tes telah digunakan di Indonesia sejak tahun 2004. Saat ini HIV Rapid Tes di
gunakan di berbagai layanan di klinik, puskesmas dan rumah sakit dalam bentuk
layanan KT HIV serta untuk survey yang dilakukan misalnya oleh Kementrian
kesehatan (IBBS) maupun universitas.Rapid tes membuat tes HIV hanya butuh waktu
yang singkat,lebih murah dan efektif. Di dahului oleh konseling, kemudian pengambilan
sampel darah sebanyak 2,5 cc lewat vena , menunggu selama 15 menit dilanjutkan
dengan konseling akhir untuk mengetahui status HIV. Hanya membutuhkan satu jam
hasil tes langsung di ketahui. Untuk melakukan rapid tes diperlukan reagen rapid tes
HIV.

Panduan Pemeriksaan atau pengobatan

Berdasarkan Permenkes No 15 tahun 2015 tentang Pelayanan laboratorium peme


riksaan HIV dan IO, yaitu: Pemeriksaan HIV pada laboratorium dilakukan untuk
keamanan transfusi dan transplantasi, surveilans maupun diagnostik dan pemantauan
terapi.

Tujuan melakukan pemeriksaan terkait HIV meliputi: pemeriksaan HIV, EID dan
pemantauan terapi (pemeriksaan jumlah limfosit CD4, viral load dan efek samping
terapi. Bahan pemeriksaan dapat berupa serum, plasma, whole blood, DBS, sesuai
dengan petunjuk dari reagensia yang digunakan.

Reagensia berprinsip immunokromatografi atau aglutinasi (rapid tes). Dilakukan pada


semua sarana pelayanan, laboratorium tingkat dasar, seperti Puskesmas (fasyankes
primer), klinik, laboratorium klinik pratama dan pelayanan tingkat sekunder.

Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada setiap strategi pemeriksaan, didasarkan
pada sensitivitas dan spesifikasi tiap jenis reagensia. Reagensia pertama harus
memiliki sensitivitas tertinggi, >99%, sedangkan reagensia kedua memiliki spesifisitas
>98% serta lebih tinggi dari spesifisitas reagensia pertama dan reagensia ketiga
memiliki spesifitas >99% serta lebih tinggi dari spesifitas reagensia pertama atau kedua

Tujuan Tes HIV


1) Skrining Darah Donor: dilakukan dengan reagensia sensitifitas tinggi hanya dilaku
kan di unit transfusi darah/unit pelayanan donor darah.
2) Surveilans: dilakukan untuk mengetahui besarnya masalah, pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan prosedur surveilans dengan strategi 2.
3) Diagnostik: dilakukan untuk penentuan diagnosis dilakukan dengan strategi 3.

22
Spesifikasi Reagen Rapid Tes

Keterangan Persyaratan Menurut


Tujuan Strategi
Permenkes 15 tahun 2015
Menggunakan satu jenis reagen pemeriksaan HIV
Skrining darah 1
Sensitivitas >99 %
Menggunakan dua jenis reagen pemeriksaan HIV
Surveilans 2 Reagen 1 (Sensitivitas > 99 %)
Reagen 2 (Spesifisitas > 98%)
Menggunakan 3 jenis reagen pemeriksaan dengan
Reagen 1 (Sensitivitas >99%)
Diagnosis Lab 3 Reagen 2 (Spesifisitas >98%)
Reagen 3 (Spesifitas>99%)
Preparasi Antigen dan Prinsip Tes reagen 1,2,3 tidak sama

a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan Reagen Rapid Tes HIV

23
1) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat tahun depan harus dapat
memenuhi kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
2) Metode perhitungan adalah metode morbiditas mengacu pada populasi HIV
positip.
3) Pemeriksaan Serial
Berdasarkan Permenkes No. 15 tahun 2015, Metode pemeriksaan HIV yang
digunakan adalah Serial dengan menggunakan 3 macam reagensia yang prinsip
dan sifat antigennya berbeda serta memenuhi persyaratan sensitivitas dan
spesifisitas yang ditetapkan.
4) Perhitungan komposisi (Algorithma) jumlah reagen Rapid Tes HIV 1, 2 dan
3
Perhitungan komposisi antara reagen Rapid 1: Rapid 2: Rapid 3 yang
direkomendasikan saat ini adalah
Reagen 1 : 100%
Reagen 2 : 10%
Reagen 3 : 10%

Perhitungan Kebutuhan

1) Jumlah Populasi HIV Positif. Perhitungannya diperoleh dari jumlah total


populasi dikali dengan prevalensi HIV. Contoh :
Jumlah total populasi = 20.000.000 orang
Prevalensi HIV = 0.20%
Maka Jumlah Populasi HIV = (20.000.000) x (0.20%) = 40.000 orang
2) Total jumlah RISTI HIV dan IMS. Perhitungannya diperoleh dari penjumlahan
semua kelompok kategori RISTI. Contoh :
Jumlah WPS = 5.000
Jumlah LSL = 3.500
Jumlah Waria = 2.000
Jumlah LBT = 1.000
Jumlah IDU = 2.500
Jumlah Pasien Khusus = 4.000
Maka total jumlah RISTI adalah =
(5.000)+(3.500)+(2.000)+(1.000)+(2.500)+(4.000) = 18.000
3) Jumlah target orang yang dites HIV. Perhitungannya diperoleh dari jumlah
populasi HIV dibagi dengan HIV Positif rate. Contoh :
Jumlah Populasi HIV = 40.000 orang
HIV Positif Rate = 10%
Maka jumlah target orang yang dites HIV adalah = (40.000) / 10% = 400.000
orang
4) Jumlah minimum orang yang di tes HIV. Perhitungannya diperoleh dari total
jumlah RISTI HIV dan IMS dibagi dengan HIV Positif rate. Contoh :
Total Jumlah RISTI = 18.000 orang
HIV Positif Rate = 10%
Maka jumlah minimum orang yang di tes HIV adalah = (18.000) /10% =
180.000 orang
5) Kebutuhan dasar tes HIV untuk masing-masing reagen. Perhitungannya
diperoleh dari jumlah target orang yang dites HIV dikali perhitungan komposisi
(Algoritma) masing-masing reagen. Contoh :
Jumlah target orang yang dites HIV = 400.000
Algoritma reagen 1 = 100% x 400.000 = 400.000 tes
Algoritma reagen 2 = 10% x 400.000 = 40.000 tes
Algoritma reagen 3 = 10% x 400.000 = 40.000 tes

24
Maka
Kebutuhan dasar reagen 1 = 400.000 tes
Kebutuhan dasar reagen 2 = 40.000 tes
Kebutuhan dasar reagen 3 = 40.000 tes
6) Kebutuhan dasar tes HIV + alokasi prosentase untuk
wastages/kehilangan/kerusakan/QC. Perhitungannya diperoleh dari
penjumlahan kebutuhan dasar tes HIV dengan alokasi prosentase
wastages/kehilangan/kerusakan/QC. Contoh
Kebutuhan dasar tes HIV untuk masing-masing reagen
Reagen 1 = 400.000
Reagen 2 = 40.000
Reagen 3 = 40.000
Prosentase wastages/kehilangan/kerusakan/QC = 5%

Makakebutuhan dasar tes HIV + alokasi prosentase wastages/kehilangan/


kerusakan menjadi
Reagen 1 = (400.000)+ (5% x 400.000) = 420.000
Reagen 2 = ( 40.000) +(5% x 40.000) = 42.000
Reagen 3 = ( 40.000) + (5% x 40.000) = 42.000
7) Average Monthly Quantity Required (AMQR). Adalah Jumlah rata-rata
bulanan yang diperlukan. Diperoleh dari (kebutuhan dasar tes HIV+ alokasi
prosentase) dibagi 12 bulan. Contoh:
kebutuhan dasar tes HIV + alokasi prosentase
Reagen 1 = 420.000
Reagen 2 = 42.000
Reagen 3 = 42.000
Maka AMQR menjadi
Reagen 1 = (420.000/12) = 35.000
Reagen 2 = ( 42.000/12) = 3.500
Reagen 3 = ( 42.000/12) = 3.500
8) Coverage Period . Adalah jumlah periode yang direncanakan akan dipenuhi
kebutuhan stoknya.
Contoh : Period Coverage = 12 , berarti jumlah periode yang direncanakan
akan dipenuhi kebutuhan stoknya adalah 12 bulan.
9) Coverage Stock . Adalah jumlah stok yang dapat mencukupi hingga periode
tertentu. Diperoleh dari AMQR dikali dengan Coverage Period.Contoh
AMQR Reagen 1 = 35.000
AMQR Reagen 2 = 3.500
AMQR Reagen 3 = 3.500
Maka coverage stock dengan coverage periode untuk 12 bulan menjadi
Reagen 1 = (35.000 x 12)= 420.000
Reagen 2 = ( 3.500 x 12)= 42.000
Reagen 3 = ( 3.500 x 12)= 42.000
10) Buffer Period. Adalah jumlah periode yang direncanakan akan dipenuhi untuk
mencukupi buffer stok (stok penyangga). Contoh : Buffer period = 2, jumlah
periode yang direncanakan akan dipenuhi untuk mencukupi buffer stok adalah
2 bulan.
11) Buffer Stock. Adalah jumlah stok penyangga yang direncanakan. Diperoleh
dari AMQR dikali dengan buffer periode. Contoh
AMQR Reagen 1 = 35.000
AMQR Reagen 2 = 3.500
AMQR Reagen 3 = 3.500
Maka Buffer stock dengan buffer period 2 bulan menjadi
Reagen 1 = (35.000 x 2)= 70.000

25
Reagen 2 = ( 3.500 x 2)= 7.000
Reagen 3 = ( 3.500 x 2)= 7.000
12) Total Kebutuhan. Adalah total kebutuhan tes yang harus dipenuhi untuk
mencukupi kebutuhan selama coverage period dan buffer period. Total
kebutuhan adalah bukan jumlah yang harus dipesan. Diperoleh dari
penjumlahan coverage stock dan buffer stok. Contoh
Coverage stock dengan coverage period 12 bulan adalah
Reagen 1 = 420.000
Reagen 2 = 42.000
Reagen 3 = 42.000
Sedangkan buffer stock dengan buffer period 2 bulan adalah
Reagen 1 = (35.000 x 2)= 70.000
Reagen 2 = ( 3.500 x 2)= 7.000
Reagen 3 = ( 3.500 x 2)= 7.000
Maka Total kebutuhan tes yang diperlukan adalah
Reagen 1 = (420.000+ 70.000) = 490.000
Reagen 2 = ( 42.000+ 7.000) = 49.000
Reagen 3 = ( 42.000+ 7.000) = 49.000
13) Estimasi stok on hand akhir periode. Adalah perkiraan jumlah stok yang
dimiliki pada akhir 2013 atau awal 2014. Contoh : diperkirakan stok on hand
reagen rapid test di desember 2013 adalah sebagai berikut :
Reagen 1 = 90.000
Reagen 2 = 9.000
Reagen 3 = 9.000
14) Quantity on order. Adalah jumlah yang sedang dipesan tetapi masih transit
atau belum diterima.Contoh: Jumlah yang sudah dipesan untuk reagen rapid
test adalah sebagai berikut :
Reagen 1 = 200.000
Reagen 2 = 15.000
Reagen 3 = 15.000
15) Estimasi quantity to be expired. Adalah perkiraan jumlah stok yang akan
expired sampai akhir periode kuantifikasi. Contoh : diperkirakan stok yang akan
expired sampai akhir 2014 adalah sebagai berikut:
Reagen 1 = 10.000
Reagen 2 = 5.000
Reagen 3 = 5.000
16) Quantity to be order. Adalah jumlah yang akan dipesan. Diperoleh dari Total
kebutuhan dikurangi (estimasi stok on hand+Quantity on order-Estimasi
quantity to be expired). Contoh : Maka quantity to order adalah sebagai berikut
:
Reagen 1 = (490.0000) -(90.000+200.000-10.000) = 210.000
Reagen 2 = ( 49.000) -( 9.000+15.000-5.000) = 28.000
Reagen 3 = ( 49.000) - ( 9.000+15.000-5.000) = 28.000
17) Unit Price. Adalah harga per satuan. Harap diperhatikan biasanya unit price
adalah harga perkemasan dalam paket/kit/botol. Jadi quantity to be order harus
dikonversikan dulu menjadi jumlah paket/kit/botol. Harga yang ditampilkan
dalam modul ini adalah harga per satuan dalam tes. Contoh :
Unit Price Reagen 1 = Rp. 39.000/tes
Unit Price Reagen 2 = Rp. 39.000/tes
Unit Price Reagen 3 = Rp. 39.000/tes
18) Total cost. Adalah total biaya yang diperlukan untuk melakukan pengadaan.
Diperoleh dari Quantity to be order dikali Unit Price. Contoh
Total Cost Reagen 1 = (210.000 x Rp. 39.000) = 8.190.000.000
Total Cost Reagen 2 = ( 28.000 x Rp. 39.000) = 1.092.000.000
Total Cost Reagen 3 = ( 28.000 x Rp. 39.000) = 1.092.000.000

26
b. Alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan
1. Alokasi Pengadaan Pusat adalah 45% x masing-masing reagen yaitu :
Reagen 1 : 210.000 x 45% x 39.000 = 3.685.500.000
Reagen 2 : 28.000 x 45% x 39000 = 491.400.000
Reagen 3 : 28.000 x 45% x 39000 = 491.400.000

2. Alokasi Pembiayaan Daerah : 55%


Reagen 1 : 210.000 x 55% x 39.000 = 4.504.500.0000
Reagen 2 : 28.000 x 55% x 39000 = 600.600.000
Reagen 3 : 28.000 x 55% x 39000 = 600.600.000

Note : Perhitungan jumlah kebutuhan bisa dibuat dengan menyesuaikan


target populasi misalnya jumalh kebutuhan untuk populasi ibu hamil akan
berbeda dengan waria

2. Reagen CD4 Dan Viral Load

Tes CD4

Jumlah CD4 adalah cara untuk menilai status imunitas ODHA. Pemeriksaan CD4
melengkapi pemeriksaan klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan
pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV. Rata-rata penurunan CD4 adalah sekitar 70-
100 sel/mm3/tahun, dengan peningkatan setelah pemberian ARV antara 50-100
sel/mm3/tahun.

Panduan pemeriksaan atau Pengobatan


Tes CD4 dilakukan kepada orang dengan HIV positif yang eligible untuk terapi ARV
untuk menentukan kapan memulai pengobatan ARV bagi orang dengan HIV positip dan
juga tes CD4 dilakukan setidaknya satu kali setiap semester bagi ODHA dengan ART
untuk mengukur tingkat keberhasilan pengobatan ARV. Angka CD4 pada umumnya
turun seiring kerusakan yang dibuat oleh HIV.Angka CD4 yang normal pada individu
yang sehat tanpa HIV biasanya berkisar pada 500-1.500 sel/mm3. Semakin jauh angka
CD4 turun di bawah 500, risiko terkena infeksi oportunistik yang serius akan bertambah.

Spesifikasi Reagen CD4


Spesifikasi reagen CD4 tergantung spesifikasi mesin CD4 yang digunakan. Teknologi
yang umum digunakan dalam sistem laboratorium pemeriksaan CD4 menggunakan
teknologi flowcytometri. Reagen yang digunakan ada yang open sistem dan closed
sistem.

Dalam penentuan teknologi sistem laboratorium yang digunakan harus


mempertimbangkan beberapa hal dibawah ini :
 Kondisi pendukung : instrumentasi, power supply.
 fasilitas pendinginanreagen, ketahananterhadap panasdan
kelembaban.
 Parameteryang diukur-CD4 mutlak, CD4%.
 Kemudahan penggunaan, pelatihan yang diperlukan, tingkat
otomatisasi.
 Biaya.
 Kompatibilitas denganpenilaian kualitas(EQA) program
danketersediaanmutu eksternal.
 (QC) reagenkontrol.

27
 Kompatibilitas denganspesimenstabil

Mesin CD4 yang saat ini dipergunakan di layanan ada yang station dan mobile/portable.
Mesin CD4 yang station menggunakan reagen open and closed sistem, sedangkan
yang portable menggunakan catridge.

Tes Viral Load

Viral load HIV adalah indikator terbaik tingkat aktivitas HIV dalam tubuh pasien.Viral
load adalah jumlah HIV dalam darah. Apabila menjalani terapi HIV, angka viral load
merupakan parameter terpenting untuk menilai apakah terapi berjalan dengan baik.

Panduan Pemeriksaan atau Pengobatan


Tes viral load direkomendasikan setidaknya 1 tahun sekali untuk ODHA dengan ART.
Tujuan utama terapi ART adalah untuk mencapai viral load ‘tidak terdeteksi’ dalam
jangka waktu tiga hingga enam bulan dari awal mulai terapi (bisa lebih lama apabila
viral load sangat tinggi saat memulai terapi). Setelah viral load tidak terdeteksi, tujuan
meneruskan terapi adalah untuk mempertahankan level viral load tetap di tahap tidak
terdeteksi.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui jumlah viral load, yaitu:
• Metode Real Time HIV-1 RNA
• Metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
• Metode bDNA (branched DNA)
• Metode NASBA (nucleic acid sequence-based amplification)
Metode yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah metode PCR.

Spesifikasi Tes Viral Load


Sama seperti halnya CD4, spesifikasi produk reagen viral load sangat dipengaruhi oleh
tipe mesin viral load yang digunakan. Penyediaan reagen Viral load disesuaikan dengan
mesin VL yang ada di fasyankes di daerah tersebut.

a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan REAGEN CD4 dan VIRAL LOAD

1) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat tahun depan harus dapat


memenuhi kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
2) Metode perhitungan menggunakan metode morbiditas mengacu pada jumlah
ODHA on ART.
3) Mempertimbangkan ketersediaan dan distribusi teknologi mesin CD4 dan
mesin viral load yang dimiliki oleh masing-masing daerah
4) Direkomendasikan pemeriksaan CD4 dilakukan satu tahun 2 kali sedangkan
pemeriksaan Viral Load dilakukan 1 tahun 1 kali

Perhitungan Kebutuhan

1) Estimasi jumlah ODHA yang eligible ART. Perhitungannya diperoleh dari


jumlah populasi HIV dikali prosentase estimasi ODHA yang eligible ART.
Contoh :
Jumlah populasi HIV = 80.000
Prosentase estimasi ODHA yang eligible ART = 55%
Maka Estimasi jumlah ODHA yang eligible ART = (80.000 x 55%) =
44.000

28
2) Estimasi ODHA dengan ART berdasarkan trend kenaikan bulanan.
Perhitungannya diperoleh dari jumlah ODHA on ART yang dilaporkan dikali
trend rata-rata kenaikan pasien per bulan pangkat n periode kuantifikasi.
Contoh :
Jumlah ODHA dengan ART yang dilaporkan di bulan juni 2013 = 2.000
orang
Trend rata-rata kenaikan pasien per bulan = 1.2%
N periode kuantifikasi dari Bulan Juni 2013 s/d Des 2014 = 18
Maka Estimasi ODHA dengan ART berdasarkan trend kenaikan bulanan
adalah = (2.000 x1.012^18)= 2.480 orang.
3) Target Jumlah pemeriksaan pemeriksaan tes CD4 dan pemeriksaan tes viral
load. Perhitungannya diperoleh dari estimasi ODHA dengan ART berdasarkan
trend kenaikan bulanan dikali jumlah pemeriksaan dalam satu tahun. Contoh :
Target Jumlah pemeriksaan tes CD4 (1 tahun 2 kali) = (2.480 x
2) = 4.960.
Target Jumlah pemeriksaan tes Viral Load (1 tahun 1 kali) = (2.480 x 1)
= 2.480.
4) Kebutuhan dasar untuk masing-masing reagen CD4 dan Viral load.
Perhitungannya diperoleh dari target jumlah pemeriksaan tes CD4 atau tes
viral load dikali prosentase distribusi masing-masing mesin CD4 atau viral load.
Contoh :
Prosentase distribusi mesin CD4 Open closed sistem, closed sistem dan CD4
tipe 2 adalah 20%, 40%, dan 40%. Sedangkan untuk mesin Viral load ,
prosentase distribusi mesin Viral Load Abbott dan Roche adalah masing-
masing 50%. Maka kebutuhan dasar reagen CD4 dan Viral Load adalah
sebagai berikut :
Reagen CD4 open closed sistem = 4.960 x20% = 992 tes
Reagen CD4 closed sistem = 4.960 x40% = 1.984 tes
Reagen CD4 tipe 2 = 4.960 x 40% = 1.948 tes
Reagen Viral load Abbott = 2.480 x 50% = 1.240 tes
Reagen Viral load Roche = 2.480 x 50% = 1.240 tes

5) Konsep perhitungan untuk


a) Kebutuhan dasar + alokasi prosentase untuk wastages/ kehilangan/
kerusakan/QC
b) Average Monthly Quantity Required (AMQR).
c) Coverage Period.
d) Coverage Stock.
e) Buffer Period.
f) Buffer Stock.
g) Total Kebutuhan.
h) Estimasi stok on hand akhir periode.
i) Quantity on order.
j) Estimasi quantity to be expired.
k) Quantity to be order.
l) Unit Price.
m) Total cost.

Adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV.

b. Alokasi Jumlah Pengadaan dan pembiayaan


Konsep perhitungan untuk ALOKASI JUMLAH PENGADAAN DAN PEMBIAYAAN
adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV. Alokasi

29
biaya untuk reagen CD4 dan Viral Load untuk pemerintah daerah 55% dan
pemerintah pusat 45%.

3. Reagen Sifilis
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri yang disebut
Treponema Pallidum. Infeksi menular seksual ini dapat juga ditularkan dari ibu ke janin
selama kehamilan. Sebagai penyebab genitalpenyakit maag, sifilis telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko transmisi HIV. Kebanyakan orang dengan sifilis cenderung
tidak menyadari infeksi mereka danmereka dapat menularkan infeksi melalui kontak
seksual ataudalam kasusseorang wanita hamil untuk anaknya yang belum lahir. Jika
tidak diobati, sifilisdapat menyebabkan konsekuensi serius seperti kelahiran mati,
prematuritas dankematian neonatal. Hasil yang merugikan kehamilan dapat dicegah
jikainfeksi terdeteksi dan diobati sebelum trimester pertengahan kedua. Deteksi dini
dan pengobatan juga penting dalam mencegah lama parahkomplikasi dan transmisi
seksual. Sifilis kongenital membunuh lebih dari satu juta bayi per tahundi seluruh dunia
tetapi dapat dicegah jika ibu yang terinfeksi diidentifikasi dan diobati dengan tepat sedini
mungkin.

Mengapa diperlukan tes sifilis


Kebanyakan pasien dengan sifilis tidak memiliki gejala atau tanda-tanda, penegakan
diagnosis sangat bergantung pada tes darah untuk mendeteksi antibodi. Sampai saat
ini, tes darah untuk sifilis telah dilakukan di laboratorium dengan:
1) Personil terlatih;
2) Pendinginan untuk penyimpanan reagen;
3) Listrik untuk menjalankan peralatan: kulkas, centrifuge dan pengocok

Karena fasilitas tersebut umumnya tidak tersedia di daerah terpencil, maka darah
atausampel serum harus diangkut ke fasilitas regional atau pusat untuk dilakukan
pengujian.
Rapid tes untuk sifilis dapat mengatasi masalahterkait dengan kurangnya akses ke
laboratorium dan keterbatasan infrastruktur pendukung.

Panduan Pemeriksaan atau pengobatan


Target skrining sifilis diprioritaskan untuk :
1) Orang yang HIV positip
2) Ibu Hamil
3) Pasien dengan gejala IMS
4) kelompok RISTI dalam penularan HIV yaitu
 WPS
 LBT (Lelaki beresiko Tinggi)
 Waria
 LSL (Laki-laki Seks Laki-laki)
 IDU
Proses pemeriksaan sifilis dilakukan secara serial, reagen pertama (RPR) yang
berfungsi sebagai skrining, jika positip maka dilanjutkan dengan reagen rapid sifilis
(TPR) untuk penegakan diagnosa.

Spesifikasi ReagenSifilis

RPR Antigen, Kemasan: 100 atau 500 tes/kit


 Kegunaan untuk screening/ penyaring pemeriksaan sifilis, mampu
mendeteksi antibodi non treponema pallidum. Reagen pemeriksa rapid
plasma untuk mendeteksi tes non treponemal yang berisi antigen

30
 Dilengkapi dengan Negatif Kontrol, Positif Kontrol, kertas slide sekali pakai,
batang pengaduk, botol penetes reagen, batang pengaduk, dan jarum
penetes reagen.
 Menggunakan antigen Rapid Plasma Reagin yang dikombinasi dengan
partikel karbon yang bisa langsung digunakan dan dikemas dalam kemasan
@ 100 test.
 Penyimpanan suhu 2-8ºC.
 Memiliki brosur dan prosedur kerja serta aman bagi petugas serta mudah
dikerjakan.
 Sensitivitas standar (90 – 95 %), Spesifitas (90 – 95 %)
 Teregister di Binfar dan Alkes Departemen Kesehatan
 Memiliki surat dukungan dari distributor atau produsen
 Expired date minimal 12 bulan pada saat barang diterima panitia.

TP Rapid (Treponema Pallidum) Rapid Test


Kegunaan : untuk pemeriksaan penentu diagnosa sifilis dan mampu mendeteksi
antibodi treponema pallidum. Metoda rapid test : Lateral flow,kromatografi
- Reagen pemeriksa sifilis rapid.
- Reagen pendeteksi antibodi Treponema pallidum untuk konfirmasi.
- Berbentuk strip atau membran.
- Hasil dapat dibaca dalam waktu 5 - 30 menit
- Pengerjaan mudah
- Memiliki kontrol internal
- Dapat digunakan untuk darah utuh (whole blood), serum atau plasma
- Dilengkapi dengan buffer untuk pereaksi darah
- Sensitivitas standar (90 – 95 %)
- Spesifitas (90 – 95 %)
- Expired date minimal 12 bulan pada saat barang diterima panitia
- Telah terdaftar/teregistrasi di Departemen Kesehatan RI
- Memiliki brosur dan aman bagi petugas

a. Panduan Umum Perencanaan Kebutuhan Reagen SIFILIS


1) Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat harus dapat memenuhi
kebutuhan sampai pengadaan tahun berikutnya.
2) Metode perhitungan menggunakan Metode Morbiditas.Idealnya target jumlah
pemeriksaan tes sipilis dilakukan untuk seluruh wanita hamil, populasi orang
HIV positip dan kelompok RISTI.
3) Pemeriksaan dilakukan secara serial yaitu Reagen RPR dan jika positip
dilanjutkan dengan TP Rapid.
4) Dalam menghitung kebutuhan reagen RPR perlu mempertimbangkan
tambahan reagen untuk titer yaitu sebanyak 6-7 reagen RPR. Sehingga
Kebutuhan reagen RPR = (jumlah pemeriksaan sifilis+ (7 x jumlah
pemeriksaan sifilis x prevalensi sifilis))

Perhitungan Kebutuhan
1) Target jumlah pemeriksaan sifilis. Perhitungannya diperoleh dari target jumlah
ibu hamil yang dites sifilis + target populasi orang HIV positip yang dites sifilis +
target kelompok RISTI yang dites sifilis. Contoh
Target jumlah ibu hamil yang dites sifilis = 100% x estimasi jumlah ibu hamil=
100% x 854.700.000= 854.700.000
Target jumlah populasi HIV positip yang dites sifilis= 100% x estimasi jumlah
HIV positip=100% x 80.000 = 80.000
Target kelompok RISTI yang dites sifilis = 100% x data kelompok RISTI =
100% x 21.000= 21.000

31
Maka target jumlah pemeriksaan sifilis = (854.700.000+ 80.000 + 21.000) =
955.700.000

2) Kebutuhan dasar untuk masing-masing reagen sifilis (RPR dan Reagen Rapid
Sifilis). Perhitungannya
RPR = (jumlah pemeriksaan sifilis+ (7 x jumlah pemeriksaan sifilis x prevalensi
sifilis)
Reagen Rapid Sifilis /TP Rapid = (jumlah pemeriksaan sifilis x prevalensi sifilis)
Maka kebutuhan dasar regen RPR = 1.153.534 tes
Reagen Rapid Sifilis/TP Rapid = 28.262 tes

3) Konsep perhitungan untuk


a) Kebutuhan dasar + alokasi prosentase untuk wastages/kehilangan/ kerusak
an/QC
b) Average Monthly Quantity Required (AMQR).
c) Coverage Period.
d) Coverage Stock.
e) Buffer Period.
f) Buffer Stock.
g) Total Kebutuhan.
h) Estimasi stok on hand akhir periode.
i) Quantity on order.
j) Estimasi quantity to be expired.
k) Quantity to be order.
l) Unit Price.
m) Total cost.

Adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes HIV.

b. Alokasi Jumlah Pengadaan dan Pembiayaan


Konsep perhitungan untuk alokasi jumlah pengadaan dan pembiayaan untuk
reagen sifilis adalah sama dengan contoh perhitungan kebutuhan reagen rapid tes
HIV. Alokasi pembiayaan reagen sifilis untuk pemerintah daerah dan pusat masing-
masing sebesar 50%.

Note : Perhitungan jumlah kebutuhan bisa dibuat dengan menyesuaikan


target populasi misalnya jumalh kebutuhan untuk populasi ibu hamil akan
berbeda dengan waria

c. Penerimaan, Penyimpanan dan Pencatatan Reagen

Pencatatan
Kartu stok

Setiap barang yang digunakan laboratorium harus dicatat di kartu stok. Penting
untuk diingat adalah satu kartu stok untuk satu jenis reagen. Hal-hal yang harus
dicatat sebagai berikut:

 Nama Barang/ Merek Reagensia – Mencatat nama merek reagensia, misalnya:


““Determine”
 Satuan – Mencatat satuan biasanya ditulis per kotak dan disebutkan satuan
unit terkecilnya contoh :1 Kit 100 Pemeriksaan
 Spesifikasi Stok Masuk meliputi :
- Tanggal Terima - Mencatat tanggal penerimaan stok yang masuk
- Sumber/Asal Barang - Mencatat Asal barang

32
- Jumlah terima - Mencatat jumlah barang yang masuk/diterima
- Lot No Barang Masuk - Mencatat Nomor lot barang atau no batch barang
yang masuk/diterima
- Tanggal Kadaluwarsa -Mencatat Tanggal Kadaluwarsa barang yang
diterima
- Diterima oleh -Mencatat nama penerima stok
- Jumlah Stok Akhir setelah penerimaan - Mencatat Jumlah akhir stok
setelah penerimaan yaitu jumlah stok awal yang dimiliki ditambah jumlah
stok diterima

Spesifikasi Stok Keluar meliputi :


- Tanggal Keluar - Mencatat tanggal penerimaan stok yang dikeluarkan
- Sumber/Asal Barang - Mencatat Asal barang yang dikeluarkan
- Jumlah keluar - Mencatat jumlah barang yang keluar
- Lot No Barang Keluar - Mencatat Nomor lot barang atau no batch barang
yang keluar
- Tanggal Kadaluwarsa - Mencatat Tanggal Kadaluwarsa barang yang
dikeluarkan
- Dikeluarkan oleh -Mencatat nama orang yang mengeluarkan barang
- Jumlah Stok Akhir setelah pengeluaran - Mencatat Jumlah akhir stok
setelah pengeluaran yaitu jumlah stok akhir penerimaan sebagai stok awal
dikurangi jumlah stok keluar

Contoh Surat Permintaan Reagen Rapid Tes HIV


...................................... 2015

Nomor : ...........
Sifat : Penting Kepada Yth.
Lampiran : Laporan Pemakaian Reagen Bulan Mei Penanggung Jawab Program Logistik
2 lembar Laboratorium HIV
Hal : Permintaan reagen Rapid Tes HIV Subdit AIDS &PMS/ Dinkes
Provinsi/Kab/Kota)*
Di
Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan telah menipisnya stok persediaan reagen HIV di tempat kami
untuk....................................................di Provinsi/Kabupaten/Kota/RS/PKM/UPK
...................... maka dengan ini kami mengajukan permintaan reagen Rapid Tes HIV,
Adapun rinciannya sebagai berikut :

No Nama Reagen Jumlah Keterangan


(Merk) permintaan
(Jumlah Tes)
1 Mohon disertai kelengkapan yang lain
2
3

Demikian permohonan ini kami sampaikan,Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan


terimakasih.

Hormat Kami,

33
Nama Jelas

NIP/Jabatan & Instansi

Tembusan :
1. .....................................................
2. .....................................................
Keterangan )* Coret salah satu

Penerimaan Reagen

Pada saat penerimaan reagen, pihak penerima wajib memeriksa dan menghitung
kelengkapan paket reagen yang diterima sesuai dengan dokumen/nota yang
tertulis. Langkahnya sebagai berikut :

1) Melakukan pemeriksaan visual


Pemeriksaan visual dilakukan dengan melakukan pemeriksaan produk dan
kemasan secara visual untuk mengidentifikasi masalah apapun seperti :
Keutuhan kemasan dan produk
Memeriksa apakah terjadi kerusakan pada kemasan bagian luar maupun
dalam pada produk seperti; sobek, berlubang, remuk, basah, terkena
tumpahan air atau minyak.
Cacat produksi
Lihat paket kelengkapan produk apakah ada komponen bagian yang
hilang atau tidak terdapat informasi yang lengkap seperti yang sesuai
dengan katalog produk
Pelabelan
Pada produk dapat ditemukan label tanggal produksi, nomor lot, kode
produk, tanggal kadaluwarsa dan nama produsen.

2) Melakukan perhitungan fisik dan pencatatan pada kartu stok


Perhitungan fisik hasilnya lebih akurat bila dikerjakan oleh tim yang minimal
terdiri dari 2 orang, langkah-langkah untuk melakukan perhitungan fisik :

Barang yang sejenis dikelompokkan terlebih dahulu untuk memudahkan


perhitungan
Pisahkan produk yang akan segera kadaluwarsa dan berilah tanda pada
kemasan untuk memudahkan melacak secara visual dan masukkan pada
Papan Pemantau Kadaluwarsa
Pencatatan reagen Rapid Tes HIV dilakukan dalam unit satuan terkecil,
jadi tidak dicatat dalam satuan kotak, kemasan atau kit melainkan tes
Anda dapat menghitung produk langsung berdasarkan jumlah yang tertera
pada label tanpa perlu menghitung satu demi satu isi produk apabila kotak
tersebut masih tertutup segel dan berat kotak sama dengan berat kotak
yang masih tersegel rapi. Jika kemasan/kotak sudah dalam keadaan
terbuka segelnya maka Anda harus menghitung satu persatu isi di
dalamnya

34
Perhitungan fisik dianggap selesai bila hasil sudah dicatat pada : Buku
Logistik/ Register, Laporan bulanan dan Kartu Stok masing-masing
Produk, Satu kartu stok hanya boleh digunakan untuk mencatat satu
macam/jenis reagen, Setiap jenis reagen harus memiliki kartu stok masing-
masing dan tidak boleh dicampur dengan pencatatan reagen jenis lain.

Catatan :

Jumlah barang yang dicatat pada Kartu Stok, Buku Register, Formulir
Pencatatan dan Pelaporan dan jumlah fisik barang yang ada di
tempat harus sama dan valid, apabila jumlahnya berbeda harus
diperiksa ulang, mulailah untuk membuat pencatatan yang rapi sehingga
bila sewaktu-waktu ada pemeriksaan stok (stock opname) Anda sudah
siap
Apabila barang yang diterima tidak sesuai/tidak lengkap :

o Pihak penerima segera melapor/menghubungi pihak pengirim agar


segera di tindak lanjut
o Mencatat ketidaksesuaian atau ketidaklengkapan barang dalam Berita
Acara Penerimaan Barang.

Penyimpanan stok reagen dan bahan habis pakai dengan benar

1) Setelah diterima segera dicatat dan disimpan sesuai suhu yang tertera pada
kemasan reagensia.
2) Simpan reagensia secara FEFO (First Expired First Out) dan atur penyimpanan
reagensia agar yang kadaluwarsanya terlebih dahulu yang digunakan misalnya
dengan meletakkan reagensia dengan masa kadaluwarsa tercepat di atas tum
pukan dan reagensia dengan masa kadaluwarsa terlama di bawah tumpukan.
3) Catat suhu refrigerator setiap hari untuk menjaga kestabilan suhu. (Form
PENCATATAN SUHU REFRIGERATOR)
4) Biarkan reagen selama ± 30 menit pada suhu kamar sebelum digunakan dan
segera kembalikan ke refrigerator setelah digunakan.
5) Gunakan reagensia yang masa kadaluarsanya terpendek dahulu.
6) Jangan gunakan reagensia yang sudah kadaluarsa.

Dokumentasi pemakaian dan pengelolaan reagen dan bahan habis pakai serta
pencatatan masa kadaluwarsa
Pemakaian reagen harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan Alur dan Format
Pelaporan sebagai berikut :

Subdit AIDS dan PMS


PUSAT
Pengelola Program Logistik
5
Laboratorium HIV

PROVINSI Pengelola Program HIV Petugas


Provinsi atau yang setingkat Lab/VCT/Logistik Lab di
3 Tempat Layanan/UPK
4 3 setingkat Dinkes Provinsi
Keterangan
1. Laporan dikirimkan dari UPK
Pengelola Program HIV Kab/Kota ke Dinkes Kab/Kota
KAB/KOTA
Kabupaten/Kota 2. Laporan diterima dan direkap oleh
1 Dinkes Kab/Kota untuk dikirim ke
2 Provinsi
3. UPK Provinsi dan Pusat juga
mengirim laporan ke Provinsi
dengan tembusan Dinkes 35
Kab/Kota setempat
4. Dinkes Provinsi merekap seluruh
laporan dari Dinkes Kab/Kota dan
UPK dan mengirim ke Pusat
Petugas Lab/VCT/ Logistik Lab di
Tempat Layanan/UPK di bawah
Dinkes Kabupaten/Kota

Gambar 5 Alur Pencatatan dan Pelaporan Reagen Rapid Tes HIV

Dokumen :
Formulir yang dikirimkan adalah :
Formulir Triwulan Alat dan Bahan
Formulir Pencatatan Reagen Pemeriksaan HIV

Petunjuk Pengisian Formulir Pencatatan dan Pelaporan Reagen Rapid Tes


HIV(Untuk Formulir Triwulan Alat dan Bahan dan Format Pencatatan Reagen Rapid
Tes HIV)

Format Cara Pengisian


Periode Pelaporan Diisi bulan pelaporan misal Bulan Januari – Maret
2009 (Triwulan 1) Tahun 2010
Nama dipilih salah satu dan dicoret yang tidak perlu
Provinsi/Kabupaten/Kota/Tempat contoh : RS Kariadi
Layanan/UPK Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/Tempat
Layanan/UPK : RS Kariadi Semarang
Jenis Barang Diisi misal Rapid 1, Rapid 2 dst
Untuk Reagen CD4 diisi misal : Lyse buffer, kontrol,
working solution
Nama Merek Dagang Isilah Nama dengan nama merek yang tertera di
kemasan
Unit Pemeriksaan Isilah Unit dengan satuan terkecil reagen misal : SD
1 box/1 kit isi 100 tesmaka unitnya adalah 100 tes
Stok Awal Bulan ini Isilah dengan menghitung jumlah total stok reagen
yang ada di tempat sebelum ada
penambahan/pengurangan baru (jumlah stok ini
sama dengan sisa stok dari periode pelaporan
sebelumnya)
Jumlah Stok Diterima Bulan ini Isilah dengan menghitung jumlah stok reagen baru
yang masuk
Jumlah Stok Terpakai Bulan ini Isilah dengan menghitung jumlah total reagen yang
digunakan/terpakai
Jumlah Stok Kadaluwarsa : Isilah dengan menghitung jumlah total
Kadaluwarsa/Rusak/Hilang stok reagen yang kadaluwarsa di tempat pada saat
pelaporan
Rusak : Isilah dengan menghitung jumlah stok reagen
yang rusak, kategori rusak adalah : tidak berfungsi
dengan baik/invalid, terkena
tumpahan/terkontaminasi sehingga tidak dipakai,
salah prosedur penggunaan dan dibuang, kemasan
rusak/tidak utuh lagi sehingga tidak dapat dipakai.
Hilang : Isilah dengan menghitung jumlah stok reagen
yg hilang misal hilang karena dicuri dsb
Sisa Stok Akhir Bulan/Jumlah Akhir Isilah dengan menghitung jumlah stok awal ditambah
Bulan jumlah stok diterima/dikurangi jumlah stok
kadaluwarsa/ rusak/hilang dan stok terpakai
Kebutuhan untuk 3 Bulan Isilah dengan menghitung Jumlah stok terpakai

36
dikurangi jumlah stok awal dikali 3 bulan
Stok yang akan kadaluwarsa dalam 3 Isi dan hitunglah :
Bulan ke depan 1.Jumlah Stok yang akan expired dalam 3 bulan :
hitung dan tuliskan jumlah stok reagensia Rapid Tes
HIV yang akan expired dalam waktu 3 bulan ke
depan
2.Lot No/Batch : Lihat pada box atau kemasan
berupa huruf dan digit angka contoh U12328
3.Expired date: di isi tanggal kadaluwarsa (tertera
pada kemasan/box)
Jumlah permintaan reagen Isilah jumlah permintaan reagen bila ada

Tabel Periode Penyerahan Laporan

Dari Ke Tutup Buku Batas Tanggal


Pelaporan
Pusat Ka Subdit Tanggal 25 bulan Tanggal 10 bulan
AIDS&PMS terakhir periode berjalan berikutnya
Dinkes Provinsi Pusat/Subdit Tanggal 25 bulan Tanggal 5 bulan
AIDS&PMS terakhir periode berjalan berikutnya
Dinkes Dinkes Provinsi Tanggal 25 bulan Tanggal 2 bulan
Kab/Kota terakhir periode berjalan berikutnya
UPK/Tempat Dinkes Tanggal 25 bulan Tanggal 30 bulan
Layanan Kab/Kota/Dinkes terakhir periode berjalan berjalan
Provinsi)*
Keterangan )* UPK Provinsi/Pusat melapor ke Dinkes Provinsi dan UPK Kab/Kota melapor
ke Dinkes Kab/Kota

3) Pemantauan Masa Kadaluwarsa


o Tabel ini dirancang untuk dapat dipakai secara terus menerus.
o Pada tabel terdapat tiga kolom untuk tiga tahun. Kolom pertama digunakan
untuk tahun yang sedang berjalan, kolom kedua dan ketiga diisi tahun
berikutnya.
o Setelah tahun ketiga, apabila ingin menambahkan tahun baru berikutnya,
hapuslah tahun yang paling lama (tidak terpakai) dan gantilah menjadi
tahun berikutnya. Maka kolom kedua akan menjadi tahun pertama dan
kolom ketiga menjadi tahun kedua
o Setiap kolom produk memiliki 5 baris untuk penulisan 5 nomor lot yang
berbeda. Jika anda memiliki lebih dari 5 nomor lot, tuliskan 5 nomor lot
yang akan kadaluarsa lebih awal. Untuk reagensia yang kadaluwarsa yang
sudah dekat diberi tanda misalnya : warna kuning sebagai tanda
peringatan 3 bulan mendekati kadaluwarsa dan untuk tanggal kadaluwarsa
diberi tanda warna merah
o Apabila Unit Pengelola Stok memiliki kontrak penukaran reagen segera
hubungi pemasok reagen untuk melakukan penukaran reagen sesuai
dengan prosedur yang telah termuat dalam kontrak pada saat mendekati
tanda berwarna kuning.
o Tiga bulan sebelum tanggal kadaluwarsa (kotak bertanda kuning),
masukkan jumlah reagen dan jumlah penggunaan bulan terakhir untuk
memperkirakan jumlah reagen yang akan kadaluwarsa dan akan
dilaporkan baik untuk dikembalikan, ditukar maupun direlokasi.
o Hapus titik merah hanya apabila stok kadaluwarsa telah dimusnahkan atau
dikeluarkan dari stok.Ketika satu lot reagen sudah kadaluwarsa atau telah
habis digunakan, hapus datanya dan gantilah dengan lot lain yang akan

37
menjelang kadaluwarsa. Dan bila ada pengiriman baru yang diterima
masukkanlah data nomor lot baru dengan tanggal kadaluwarsanya di
papan.

Sampai di sini peserta dapat mengerjakan Latihan


Perencanaan kebutuhan logistik reagen , sesuai dengan
petunjuk latihan yang ada pada fasilitator

38
POKOK BAHASAN 4. PENGELOLAAN BAHAN HABIS PAKAI

Daftar perlengkapan dan bahan habis pakai

Daftar perlengkapan dan Merujuk daftar di akhir modul untuk daftar bahan dan
bahan perlengkapan yang diperlukan untuk pemeriksaan HIV.
Baca keseluruhan modul jika anda belum terbiasa
dengan alat dan bahan.
Sarung tangan Sarung tangan digunakan
untuk keamanan –
melindungi anda dan pasien.
Penting menyediakan sarung
tangan yang sesuai ukuran.
Memakai sarung tangan yang
kebesaran bisa terpapar
dengan bahan berbahaya
dan tidak praktis. Ingatlah
bahwa kuku panjang dapat
merobek sarung tangan.
Sarung tangan harus diganti setiap pasien, dan dibuang
ke wadah bertanda sampah bio-hazard. Jangan pernah
menggunakan sarung tangan yang sudah terpakai atau
robek. Sarung tangan terbuat dari karet atau propilen,
pertimbangkan alergi terhadap karet sewaktu
menggunakan.
Tisu alkohol

Alkohol digunakan untuk membersihkan jari sebelum


menusuk jari pasien. Sebagai alternatif, gunakan kapas
dan ambil alkohol dari botol.

39
Kasa lipat atau kasa bulat

Kasa bulat digunakan untuk membersihkan darah dan


menghentikan perdarahan setelah spesimen diambil.
Kasa ini hanya sekali pakai. Kasa lipat atau kasa bulat
yang terkontaminasi harus dibuang di wadah bersama
sampah berbahaya lain.

Jarum vacuntainer
berindikator (flash back)

Jarum vacuntainer dengan indikator ketika menembus


vena ukuran jarum 21 G 0.8 mm, panjang 1 inchi - 25
mm, kemasan 50 buah/pack.
Jarum vacuntainer digunakan sekali pakai, untuk
mengambil darah vena dengan indikator yang
menunjukkan jarum telah menembus vena berupa
masuknya darah.
Tabung vacuntainer

Tabung vacuntainer berupa SST atau EDTA, digunakan


untuk mengumpulkan darah bersama dengan vacuntainer
dan holder. Digunakan satu tabung untuk satu
sampel/pasien.

40
Holder pronto

Holder untuk memegang jarum vacuntainer dengan


tombol otomotis untuk mengeluarkan jarum.
Pipet Pipet digunakan untuk
menampung spesimen darah
dari jari. Ada 2 jenis pipet.
Pipet untuk perpindahan
adalah bahan terbuat dari
plastik untuk sekali pakai.
Pastikan membuang pipet ini
bersama sampah
terkontaminasi lain.
Pipet otomatis digunakan
untukmenampung darah dan
banyak digunakan di lab.
Ujung yang disposabel
terhubung di ujung pipet
untuk mengambil darah.
Setelah digunakan, ujung ini Pipet untuk Pipet
harus dibuang bersama Perpindahan otom
sampah terkontaminasi. atis

Loop/straw adalah alat lain yang digunakan untuk


menampung darah.

Pencatat waktu

Di sini ditunjukkan 2 jenis pencatat waktu yang digunakan


untuk menunggu waktu sebelum hasil pemeriksaan
dibaca. Anda dapat juga menggunakan jam tangan, atau
jam dinding.

41
SOP dan lembar pengisian Setiap lokasi mengikuti SOP,
dan menggunakan lembar
pengisian baku untuk
pencatatan.

Spidol dan pena

Spidol permanen di sisi kiri digunakan untuk menandai


pemeriksaan. Pena tinta (di sebelah kanan) digunakan
untuk mengisi lembaran. Jangan pernah menggunakan
pensil, terutama untuk mencatat hasil hasil pasien, hasil
dapat dihapus dan diganti.
Pembuangan sampah
benda-benda tajam

Ada banyak jenis pembuangan sampah. Seperti terlihat di


kanan atas adalah contoh botol dengan desinfektan dan
penutup, yang dapat digunakan jika wadah pembuangan
sampah tidak ada. Tanpa memandang merk wadah,
tangan anda harus tidak bisa dimasukkan.
Semua wadah benda-benda tajam harus ditandai dengan
sampah bio-hazard. Stiker dan simbol sampah biohazard
harus disediakan.

Pembuangan sampah
terkontaminasi yang tepat

42
Gambar di atas – Sampah Gambar di atas – Semua
bukan benda-benda tajam benda-benda tajam
terkontaminasi dapat dibuang dibuang ke dalam wadah
dalam wadah yang tidak bertutup.
bertutup.

Pembuangan sampah

Gambar di atas menunjukkan wadah sampah


terkontaminasi bertutup. Gambar ini menawarkan untuk
meletakkan penutup di lantai sehingga tangan Anda tidak
perlu menyentuh wadah.

Larutan Pemutih 10% dan Dapatkah Anda melihat


Wadah gambar di samping ini?
 Gelas ukur digunakan untuk
mengukur 1 bagian pemutih
dan 9 bagian air
 Pena digunakan untuk
menandai penyemprot.
 Selotip digunakan untuk
merekatkan tanggal
kadaluarsa ke penyemprot.
Larutan pemutih kehilangan
desinfektannya setelah 7
hari.

Checklist Daftar Perlengkapan dan Bahan

_____ Reagen HIV _____ Sarung tangan bedah


1. ______________________
2. ______________________
3. ______________________
_____ Alkohol atau kapas alkohol _____ Kasa
_____ Jas Laboratorium atau Apron _____ Pencatat waktu, jam tangan, jam
dinding
_____ Holder, Jarum vacuntainer dan _____ Botol tempat membuang lanset
tabung vacuntainer
_____ Pipet pemindah, pipet otomatis _____ Pena untuk menandai
_____ Tisu gulung _____ Sabun pencuci tangan
_____ Kantong anti-bocor _____ Desinfektan
_____ Tensoplas atau plester _____ Termometer
_____ Kontrol Positif dan Negatif _____ Buku atau Lembar pengisian
_____ Penyemprot _____ SOP

43
44
Lampiran Laporan Triwulan Alat dan Bahan
LAPORAN TRIWULAN ALAT DAN BAHAN
UPK :
……………………………………………..
Kabupaten/Kota : Triwulan :
…………………………………………….. …………………………….
Provinsi : Tahun :
……………………………………………. …………………………….

Jumlah
Stok Jumlah
yang di Jumlah Jumlah
Nama/Merk Tanggal Awal yang
No JENIS BARANG pakai yang rusak/ Akhir
Dagang Kadaluwarsa bulan diterima
bulan kadaluwarsa Bulan
ini bulan ini
ini
A. Reagen HIV
1
2
3
4
5
B. Alat dan Reagen CD4
1
2
3
C. Alat dan Reagen PCR DNA
1
2
3
4
D. Alat dan Reagen PCR RNA (Viral
Load)
1
2
3

45
4

E. Reagen IMS
1
2
3
4
F. Obat IMS
1. Cefixime 400 mg + Azitromisin
1000 mg
2. Ciprofloxacin 500 mg
3. Tiamfenikol 500 mg
4. Doksisiklin 100 mg
5. Metronidazol 500 mg
6. Klotrimazol vag tab 500 mg
7. Nystatin vag tab 500 mg
8. Benzatin penisilin 2,4 jt.u
9. Aciclovir 200 mg
10
11
12
13
14
15

Dikutip dari Buku Pedoman Nasional Monitoring dan Evaluasi Program Pengendalian HIV dan AIDS

46
Lampiran Format Pencatatan Reagen Rapid Tes HIV
Formulir Pencatatan Reagen Rapid Tes HIV
Periode Pelaporan : ______________________________________________ Jumlah Stok Maksimum : Bulan
Jumlah Stok Minimum : Bulan
Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/ UPK/Tempat Layanan : _________________
Jumla Jumlah Stok yang akan
Jumlah Sisa
Nama/ Stok h Stok Stok Kebutu kadaluwarsa dalam
Stok Stok Jumlah
Merek Unit Awal Diteri Kadaluwa han kurun waktu 1-3
Terpakai Akhir perminta
Dagang Satua Bulan ma rsa/Rusa untuk bulan ke depan
N Jenis Bulan Bulan an
n ini Bulan k/Hilang 3 bulan
o Barang ini ini reagen
terkec ini Bulan ini
/bahan
il A B C D E = (A (3x C) Juml Lot ED
(jika ada)
+B) – ah
(C+D)

47
Lampiran Kartu/ Papan Tabel Pemantau Kadaluwarsa Reagen
Tabel Pemantau Tanggal Kadaluwarsa Reagen Rapid Pemeriksaan HIV

Nama Lot Tahun : …..………….. Tahun : …….………. Tahun : …………...


No/
Reagen Batc 1 1 1 1 1 1 1 1
(Merek) h 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2

Lampiran Contoh Kartu Stok Reagen Rapid Tes HIV

48
Contoh Kartu Stok Reagen Rapid Tes HIV
(Satu Kartu Stok untuk Satu Jenis Barang)
Merek Reagensia : ……………………….
Satuan : ………. Kit …..Tes
Spesifikasi Stok Masuk Jumlah Spesifikasi Stok Keluar Jumlah
Juml Stok Stok
N ah Juml Di Akhir Juml Di Akhir
Nama Tgl Sumb Lot Exp Tgl Lot Exp
o Stok ah terim setelah Tujua ah keluark Setelah
Teri er/Asa No Dat Kelua No Dat
Awal Teri a penerim n kelua an Pengelua
ma l e r e
ma Oleh aan r Oleh ran

Sampai di sini peserta dapat mengerjakan Latihan


Perencanaan Kebutuhan Bahan Habis pakai, sesuai
dengan petunjuk latihan yang ada pada fasilitator

49
Daftar Pustaka

1. Depatemen Kesehatan RI; Rencana Strategi Pengendalian HIV/AIDS di Indonesia 2002


– 2007; 2007
2. Family Health International; A Commodity Management: Planning Guide for the Scale-
Up of HIV Counseling and Testing Services; 2008
3. Keputusan Presiden RI nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Management Sciences for Health; Managing Pharmaceuticals and Commoditiesfor
Tuberculosis: A Guide for National Tuberculosis Programs; 2005
5. The World Bank; Battling HIV/AIDS: A Decision Maker’s Guide to the Procurement of
Medicines and Related Supplies; 2004
6. Kementerian Kesehatan RI, 2015, Buku saku Program Pengendalian HIV dan IMS di
Fa- silitas Kesehatan tingkat pertama
7. Kementerian Kesehatan RI, 2014, Permenkes Nomor 87, thn 2014 tentang Pedoman
Pe- ngobatan ARV
8. Kementerian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak
9. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Permenkes Nomor 21, tahun 2013,
Penanggulang- an HIV-AIDS
10. CDC, HIV Rapid Test Training Module, Atlanta, 2005..
11. Kemenkes RI, Buku Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Uji Coba Tatakelola
Logistik Rapid tes HIV di Provinsi Jawa Tengah dan Papua. 2011, Direktorat
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Jakarta
2011.
12. Depkes RI, Pedoman Standar Pelayanan Laboratorium untuk pemeriksaan HIV dan
infeksi oportunistik, Direktorat Bina Pelayanan dan Penunjang Medik Departemen
Kesehatan RI, 2006.
13. Depkes RI, Pedoman Konseling dan Tes HIV secara Sukarela, Direktorat Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, 2008.
14. Depkes RI, Pedoman Monitoring dan Evaluasi Program HIV, Direktorat Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, 2006.
15. Deliver, Quantification of HIV Test Kits, A Practical Guide for Estimating National HIV
test Kit Requirement and Cost, USAID, Juli 2008.

50

Anda mungkin juga menyukai