Anda di halaman 1dari 10

TELAAH JURNAL

(BEDAH MINOR DAN ILMU KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT)

“Odontoma Compound di Anterior Mandibula----Laporan Kasus”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik Modul


Bedah Minor dan Ilmu Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

Oleh:
SUCY NURAZIM
15100707360804121

Pembimbing :
drg. Firdaus, M.Si.

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2019
MODUL BEDAH MINOR & ILMU KEGAWATDARURATAN
GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui case report yang berjudul “Odontoma Compound di Anterior

Mandibula----Laporan Kasus” dengan judul asli “Compound Odontoma in

Anterior Mandible----A Case Report”

Padang, Oktober 2019

Disetujui Oleh

Pembimbing

(drg. Firdaus, M.Si.)


Odontoma Compound di Anterior Mandibula----Laporan Kasus

Abstrak

Odontoma adalah hamartoma odontogenik yang paling umum di seluruh dunia.

Tergantung pada tingkat susunanjaringan di dalamnya, odontoma ini dapat

dibedakan menjadi tipe compound atau tipe kompleks. Karena odontoma ini

asimptomatik dan tidak menyebabkan perubahan pada tulang, sering didiagnosis

saat pemeriksaan gigi rutin. Odontoma kompleks umumnya ditemukan pada

mandibula posterior sedangkan odontoma compound ditemukan di maksila

anterior. Seorang anak perempuan berusia sembilan tahun melakukan pemeriksaan

gigi rutin, diketahui gigi insisivus lateral kiri mandibula hilang [32]. Pemeriksaan

lebih lanjut kanitemukan odontoma compound dan 32 belum erupsi, yang

merupakan lokasi yang tidak biasa. Deteksi dini tumor ini sangat penting untuk

menghindari perawatan korektif yang panjang.

Kata kunci: odontoma, odontoma compound, tumor odontogenik, gigi impaksi


Pendahuluan

Odontoma pertama kali dijelaskan oleh Paul Brocain pada 1867. Dia

menggunakan istilah odontoma untuk semua tumor odontogenik; namun, saat ini,

penggunaan istilah ini menjadi jauh lebih terbatas (1). Odontoma sekarang

dianggap sebagai lesi odontogenik hamartomatosa karena terdiri dari komponen

epitel dan ektomenkim, memiliki sel-sel normal secara morfologis dengan

susunan struktural yang rusak (2). Odontoma termasuk dalam tumor kepala dan

leher menurut klasifikasi WHO sebagai kelompok lesi yang mempengaruhi epitel

odontogenik dengan ektomenkim odontogenik, dengan atau tanpa pembentukan

jaringan keras (3). Hamartoma ini digambarkan sebagai tipe kompleks atau tipe

compound. Pada odontoma kompleks, terdapat enamel, dentin, dan sementum

yang tidak teratur, sedangkan pada odontoma compound, terdapat beragam

elemen yang menyerupai gigi (3).

Odontoma ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan tidak nyeri dan

mungkin berhubungan dengan retensi gigi primer atau keterlambatan erupsi gigi

primer dan permanen (4).

Beberapa faktor dikaitkan dengan patogenesis odontoma. Berhubungan

dengan trauma pada periode pertumbuhan gigi primer, anomali herediter seperti

sindrom Gardner, hiperaktif odontoblas atau perubahan komponen genetik yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan gigi (5).

Posterior mandibula dan anterior maksila dilaporkan sebagai lokasi yang

paling umum untuk odontoma kompleks, odontoma compound sebagian besar

ditemukan di anterior maksila (6). Laporan kasus ini menyajikan kasus odontoma

compound yang jarang pada anterior mandibula anak berusia sembilan tahun.
Laporan Kasus

Seorang anak perempuan yang sehat berusia sembilan tahun datang ke

klinik gigi untuk pemeriksaan gigi rutin. Pemeriksaan intra-oral menunjukkan

masa gigi bercampur tanpa gigi yang rusak. Ditemukan gigi insisivus lateral kiri

mandibula [72] ada, sedangkan gigi insisivus lateral kiri mandibula missing [32].

Awalnya, diagnosis sementara 32 adalah missing.

Radiografi intra-oral menunjukkan beberapa struktur mirip gigi radiopak

yang dekat dengan apeks akar 72 dan terdapat gigi 32 (Gambar 1). Kondisi ini

mengarah pada diagnosis odontoma compound. Karena anak dan orang tuanya

khawatir menjalani prosedur bedah di dental chair, bedah enukleasi odontoma

direncanakan dengan anestesi umum.

Investigasi pre0operatif dilakukan tes darah rutin dan evaluasi pra-

anestesi. Dengan anestesi umum, struktur perioral disiapkan dengan betadine, dan

flap mucoperiosteal persegi panjang dibuat pada daerah 31, 32 dan 73 untuk

mengekspos tulang (Gambar 2). Sebuah lubang dibuat di tulang dekat apeks 72

menggunakan straight slow-speed handpiece dengan bur round tungsten carbide

serta diirigasi salin normal. Dentikel terekspos, dan total sembilan dentikel dengan

berbagai ukuran dan bentuk diambil bersama dengan folikel (Gambar 3). Setelah

ekstraksi 72, ditentukan posisi 32. Setelah irigasi menyeluruh bagian enukleasi,

flap diposisikan ulang dan dijahit dengan Vicryl 3-0. Dilakukan pemeriksaan

histopatologis dari dentikel, dan didiagnosis odontoma compound.


Gambar 1. IOPA dari 72 menunjukkan odontoma dan 32

Gambar 2. Site bedah menunjukkan dentikel

Gambar 3. Enukleasi sembilan dentikel dengan folikel dan gigi sulung yang

diekstraksi
Diskusi

Dalam literatur, insidensi odontoma dilaporkan berkisar antara 20%

hingga 67% dari semua neoplasma odontogenik. Sementara odontoma adalah

pseudo-tumor, terdiri sel epitel dan mesenkimal, jarang mengarah pada

perkembangan kista patologis, seperti calcifying odontogenic cysts atau kista

dentigerous (4).

Odontoma menunjukkan beberapa variasi berkenaan dengan usia kejadian,

kecenderungan jenis kelamin dan jumlah dentikel yang hilang. Beberapa

penelitian telah mendokumentasikan usia kejadian dan kecenderungan jenis

kelamin odontoma (2, 4). Telah dinyatakan meskipun odontoma dapat didiagnosis

pada usia berapa pun, biasanya terdeteksi sebelum usia 20 tahun (7, 8). Odontoma

kompleks diketahui memiliki sedikit kecenderungan terjadi pada wanita,

sedangkan odontoma compound lebih sering terjadi pada laki-laki, bertentangan

dengan laporan sebelumnya yang mengklaim tidak ada kecenderungan jenis

kelamin (2, 4). Jumlah dentikel yang diambil selama enukleasi odontoma berkisar

antara 4 hingga 37; Namun, sebuah kasus baru-baru ini melaporkan pengambilan

232 dentikel pada serorang pasien (9, 10, 11).

Karena banyak variasi terlihat sehubungan dengan usia terjadinya

odontoma, dinyatakan bahwa terdapat kecenderungan usia dan lokasi untuk

malformasi ini karena berbeda secara patogenetik. Telah dipostulatkan bahwa

odontoma kompleks dianggap sebagai lesi stadium akhir hamartoma, yang

ditemukan pada orang yang lebih tua pada saat diagnosis dengan kecenderungan

di daerah mandibula posterior. Namun, hiperaktif lokal lamina gigi ditemukan

menjadi alasan pembentukan senyawa odontoma (2). Kasus ini menguatkan

hipotesis bahwa senyawa odontoma umumnya terlihat pada orang yang lebih
muda, karena hiperaktivitas lamina gigi tinggi pada mereka. Namun, dalam hal

ini, pemicu hiperaktivitas lamina gigi belum diketahui. Tidak ada riwayat keluarga

atau riwayat trauma atau infeksi dalam penelitian sebelumnya.

Dalam kebanyakan kasus, ditemukan berhubungan dengan gigi impaksi

(12). Kecuali odontoma superfisial yang jarang menyebabkan ekspansi tulang,

odontoma didiagnosis berdasarkan radiografi yang diambil setelah keluhan utama

pasien. Dalam kasus kami, odontoma didiagnosis ketika pemeriksaan gigi rutin

dimana gigi sulung yang dipertahankan diamati dengan penggantinya yang

missing. Radiografi intra-oral dilakukan untuk melihat adanya insisivus lateral

permanen yang missing menunjukkan beberapa struktur mirip gigi di bawah akar

gigi sulung dan di atas mahkota insisivus lateral permanen yang tidak erupsi.

Odontoma diketahui menyebabkan gangguan erupsi dalam bentuk delayed

eruption, impaksi gigi, retensi gigi primer yang berlebihan atau kelainan pada

alignment gigi seperti tipping atau displasemen gigi berdekatan.

Penelitian menunjukkan bahwa odontoma compound lebih sering

ditemukan di anterior maksila (1). Dalam kasus ini, odontoma ditemukan di

anterior mandibula, yang merupakan tempat yang tidak biasa ditemukan

odontoma compound. Laporan sebelumnya menyebutkan frekuensi yang lebih

besar timbulnya odontoma di daerah gigi insisivus dan caninus (9), yang

dikonfirmasi dalam kasus kami. Namun, kecenderungan odontoma terjadi di sisi

kanan (1) rahang bertentangan dengan temuan kami.

Eksposur bedah yang diikuti enukleasi odontoma adalah pilihan perawatan

yang tepat untuk memungkinkan erupsi gigi permanen. Odontoma berukuran kecil

tidak menimbulkan kesulitan saat diangkat; Namun, berdekatan dengan struktur di

sekitarnya harus diingat untuk mencegah cedera yang tidak diinginkan.


Direkomendasikan dalam kasus gigi impaksi terkait dengan odontoma, lebih baik

menunggu selama tiga bulan untuk erupsi gigi yang terlibat. Jika gigi impaksi

gagal erupsi setelah tiga bulan, direkomendasikan gigi yang impaksi dilakukan

surgical ekspos dengan atau tanpa traksi ortodontik (3).

Dalam kasus ini, retensi 72 diekstraksi, dan odontoma dienukleasi untuk

memungkinkan erupsi gigi permanen. Umumnya, prosedur ini dilakukan dengan

anestesi lokal, tetapi dalam kasus ini, karena kekhawatiran anak dan orang tuanya,

prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum sebagai prosedur day care.

Spesimen yang dienukleasi dikirim ke histopatologi untuk menyingirkan

kecurigaan odontoma ameloblastik fibro dan odonto ameloblastoma karena angat

memiliki kemiripan dengan odontoma umum, terutama dalam pemeriksaan

radiografi (8). Follow-up direkomendasikan untuk merencanakan pengelolaan 32

yang tidak erupsi.

Kesimpulan

Laporan kasus ini tentang odontoma compound pada anterior mandibula,

yang berhubungan dengan retensi gigi sulung. Yang jadi sorotan dalah hal ini

kemungkinan yang tinggi retensi gigi sulung dan penggantinya yang tidak erupsi

terkait dengan odontoma. Odontoma ini didiagnosis dalam pemeriksaan gigi rutin

untuk anak yang sehat dengan gigi bebas karies. Untuk mencegah efek buruk

odontoma, penulis menyarankan bahwa sangat ditekankan melakukan

pemeriksaan gigi rutin untuk anak-anak sehingga anomali ini dapat dideteksi lebih

awal, dengan demikian, meminimalkan intervensi yang diperlukan setelah

enukleasi.
Referensi

1. Helena S, Pedro M. Compound odontoma— case report. Rev Port Estomatol


Med Dent Cir Maxilofac. 2013;54(3):161–165.
2. Patricia GA, Harumi I, Yuji M, et al. Podoplanin expression in odontomas:
clinicopathological study and immunohistochemical analysis of 86 cases. J
Oral Sci. 2011;53(1):67–75.
3. Prætorius F, Piattelli A. Odontogenic tumours. In: Barnes L, Evenson JW,
Reichart PA, Sindransky D, editors. WHO classification of tumours.
Pathology & genetics. Head and neck tumours. Lyon, France: IARC Press;
2005. p 310–311.
4. Paolo B, Emanuele Z, Fabio R, Cesare G. Complex and compound
odontomas. J Craniofac Surg. 2012;23:685–688.
5. Ioannis I, Emmanouil V, Nadia TL, Minas L. A retrospective analysis of the
characteristics, treatment and follow-up of 26 odontomas in Greek children.
Journal of Oral Science. 2010;52(3):439–447.
6. Philipsen HP, Reichart PA, Praetorius F. Mixed odontogenic tumours and
odontomas. Considerations on interrelationship. Review of the literature and
presentation of 134 new cases of odontomas. Oral Oncol. 1997;33:86–99.
7. Nelson BL, Thompson LD. Compound odontoma. Head Neck Pathol.
2010;4:290–291.
8. de Oliveira BH, Campos V, Marçal S. Compound odontoma—diagnosis and
treatment: three case reports. Pediatr Dent. 2001;(23):151–157.
9. Amado-Cuesta S, Gargallo-Albiol J, Berini-Aytes L, Gay-Escoda C. Review
of 61 cases of odontoma. Presentation of an erupted complex Odontoma.
Med. Oral. 2003;8:366–373.
10. Urvashi S, Rahul S, Anubha G, Renu Y,Krishan G. Compound composite
odontoma with unusual number of denticles—A rare entity. The Saudi Dental
Journal. 2010;22:145–149.
11. Pokharel S, Li Z. Teen gets 232 “teeth” removed in Mumbai. Retrieved July
25, 2014 from: http:// edition.cnn.com/2014/07/25/world/asia/india-
abnormal-teeth/
12. An S, An C, Choi K. Odontoma: a retrospective study of 73 cases. Imaging
Sci Dent. 2012;42:77– 81.

Anda mungkin juga menyukai