Pendahuluan
Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan masalah infeksi yang sering terjadi pada kasus
pembedahan. The United States Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) memberikan kriteria yang mendefinisikan ILO sebagai infeksi yang berhubungan
dengan prosedur pembedahan yang terjadi pada atau di sekitar daerah pembedahan
(insisional atau organ) dalam 30 hari sejak pembedahan atau 90 hari jika terdapat
penggunaan prostesis.
Kriteria klinis untuk mendefinisikan ILO termasuk satu atau lebih hal-hal sebagai
berikut:
a. Eksudat purulen dari daerah pembedahan
b. Kultur cairan yang positif yang didapat dari daerah pembedahan yang tertutup secara
primer
c. Daerah pembedahan yang terbuka kembali dengan salah satu tanda klinis infeksi
(nyeri, bengkak, eritema, teraba hangat) dan kultur yang positif atau tidak dilakukan
kultur.
d. Diagnosis ILO oleh dokter bedah.
Mikroorganisme yang biasanya menyebabkan ILO pada operasi bersih merupakan
flora normal kulit, termasuk streptokokus, S.aureus dan stafilokokus koagulase
negatif. Pada operasi bersih terkontaminasi, mikroorganisme yang dominan termasuk
basil gram negatif dan enterokokkus sebagai tambahan dari flora normal kulit. Jika
pembedahan melibatkan viskus, patogen biasanya berasal dari viskus atau dari
mukosa yang terdekat. Namun, kebanyakan infeksi juga biasanya bersifat
polimikroba.
Untuk mencapai tujuan tersebut, antibiotik yang diberikan harus aman, dapat
secara aktif melawan semua patogen yang biasanya mengkontaminasi daerah
pembedahan, diberikan dengan dosis yang tepat dan waktu yang sesuai sehingga
memilki konsentrasi yang adekuat, serta diberikan dalam durasi yang singkat untuk
meminimalkan efek samping, terjadinya resistensi dan biaya.
5
D. Dasar pemilihan jenis antibiotik
Hal- hal yang menjadi dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis
pada pembedahan adalah2,1 :
1. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus bersangkutan
2. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri
3. Toksisitas rendah
4. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat anestesi
5. Bersifat bakterisidal
6. Harga terjangkau
E. Rute pemberian
Pemberian antibiotik secara intravena merupakan rute pemberian yang ideal, karena
menghasilkan konsentrasi serum dan jaringan dalam waktu singkat, serta dapat dipercaya
dan diperkirakan. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena, pada pembedahan
secara umum, kecuali pada pembedahan oftalmik, dimana pemberian topikal merupakan
rute yang utama. Tidak ada cukup bukti yang mendukung penggunaan antibiotik yang lebih
baik dengan cara irigasi, pengolesan maupun pencucian dibandingan dengan jalur
parenteral. Untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan dianjurkan pemberian
antibiotik intravena drip (dilarutkan dalam 100 ml normal saline dan diberikan dalam 15-30
menit).
5
F. Waktu pemberian dosis inisial
Pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis dalam 1-2 jam sebelum insisi memiliki
angka kejadian ILO yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
mendapatkan profilaksis lebih lama ataupun lebih cepat. Rekomendasi pemberian
antibiotik profilaksis adalah dalam waktu kurang dari 30-60 menit sebelum insisi bedah.
Pemberian antibiotik secara intravena drip yang membutuhkan waktu lebih lama seperti
Vankomisin dan Fluorokuinolon, diberikan dalam 120 menit sebelum insisi bedah.
G. Dosis pemberian
Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan
dengan baik, maka diperlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan
target pembedahan kadar antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali
lipat kadar terapi. Pemberian dosis pada anak harus disesuaikan dengan berat badan,
sedangkan untuk dewasa menggunakan dosis yang telah distandarisasi. Pasien anak dengan
berat badan lebih dari 40 kg harus mendapatkan antibiotik yang disesuaikan dengan berat
badan, kecuali dosis atau dosis hariannya melebihi dosis yang direkomendasikan pada
dewasa. Pada pasien dengan obesitas, dianjurkan pemberian dosis disesuaikan dengan
berat badan dan perlu dipertimbangkan untuk pemberian dosis ulangan pada pembedahan
yang berlangsung lama. Farmakokinetik obat mengalami perubahan pada pasien obesitas.
Pasien dengan obesitas juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ILO,
karena itu pemberian dosis yang optimal diperlukan pada populasi ini.
Pemberian dosis ulangan intraoperatif diperlukan untuk memastikan konsentrasi
antibiotik pada serum dan jaringan yang adekuat jika durasi pembedahan melebihi dua
kali waktu paruh dari antibiotik atau apabila terdapat perdarahan yang terlalu banyak.
Dosis ulangan dapat dipertimbangkan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau
pembedahan berlangsung lebih dari 3 jam. Pemberian dosis ulangan juga harus
dipertimbangkan apabila terdapat faktor-faktor yang dapat memperpendek waktu paruh
antibiotik, seperti luka bakar yang luas. Pemberian dosis ulangan tidak perlu diberikan
pada pasien yeng memiliki resiko memanjangnya waktu paruh antibiotik seperti pasien
dengan insufisiensi renal atau gagal ginjal.
Rekomendasi dosis dan interval dosis ulangan dari beberapa antibiotik yang biasa
digunakan sebagai profilaksis pembedahan dapat dilihat pada Tabel. 1.
5
BB≥120 Kg
Cefuroxime 1.5 gr 50 mg/KgBB 4
Cefotaxime 1 gr 50 mg/KgBB 3
Cefoxitin 2 gr 40 mg/KgBB 2
Cefotetan 2 gr 40 mg/KgBB 6
Ceftriaxon 2 gr 50-75 mg/KgBB N/A
Ciprofloxacin 400 mg 10 mg/KgBB N/A
Clindamycin 900 mg 10 mg/KgBB 6
Ertapenem 1 gr 15 mg/KgBB N/A
Fluconazole 400 mg 6 mg/KgBB N/A
Gentamicin 5 mg/kg BB 25 mg/KgBB N/A
Levofloxacin 500 mg 10 mg/KgBB N/A
Metronidazole 500 mg 15 mg/KgBB N/A
H. Durasi pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis secara dosis tunggal biasanya mencukupi, dan durasi
pemberian antibiotik profilaksis harus kurang dari 24 jam pada pembedahan secara
umum. Dosis ulangan dapat diberikan jika operasi berlangsung melebihi interval pemberian
ulangan yang direkomendasikan (dihitung dari waktu inisiasi dosis preoperatif). Dosis
ulangan dapat juga diberikan pada oprasi dengan jumlah perdarahan yang sangat banyak
(seperti lebih dari 1500 ml) atau terdapat faktor lain yang memperpendek waktu
paruh antibiotik profilaksis seperti pada kasus luka bakar yang luas.
Tidak ada bukti yang cukup medukung perlunya melanjutkan antibiotik
profilaksis hingga pelepasan drainase bedah ataupun kateter intravena. Pemberian
antibiotik ulangan dalam proses penyembuhan luka juga tidak perlu dilakukan, karena
dapat memperbesar resiko terjadinya resitensi antibiotik.
6
Tabel 2. Pembagian Status Fisik Pasien Berdasarkan Skor ASA
Skor ASA Status Fisik
Normal dan sehat
1
2 Kelainan sitemik ringan
3 Kelainan sitemik berat, aktivitas terbatas
4
Kelainan sistemik berat yang sedang menjalani pengobatan untuk life support
5
Keadaan sangat kritis, tidak memiliki harapan hidup, diperkirakan hanya bisa bertahan sek
24 jam dengan atau tanpa operasi
7
3. Lama rawat inap sebelum pembedahan
Lama rawat inap 3 hari atau lebih sebelum pembedahan akan meningkatkan kejadian
ILO.
4. Komorbiditas (Diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, gagal ginjal, lupus, dll)
5. Indeks Risiko
Dua komorbiditas (skor ASA>2) dan lama pembedahan dapat diperhitungkan
sebagai indeks risiko.
6. Pemasangan implant
Pemasangan implan pada setiap tindakan bedah dapat meningkatkan kejadian ILO.
8
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
10
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
Ophtalmic
Semua prosedur Topical 1 tetes setiap None
neomycin- 5-15 menit
poymyxin B- sebanyak 5
gramicidin dosis
ATAU
fluoroquinolones
topikal generasi
IV (gatifloxacin,
moxifloxacin)
+ Cefazolin by 100 mg
subconjuctival
injection
ATAU 1-2.5 mg
intracameral
cefazolin
ATAU 1 mg
cefuroxime
At the end of
procedure
Thorax
Breast cancer procedures Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2 gr 4 jam Vancomycin (15 m
aureus, IV BB max 2gram)
S. epidermidis, ≥120 kg: 3gr ATAU Clindamyci
streptokokkus IV - 900 mg IV)
Reduction mammoplasty, None
mammoplasty, lumpectomy,
mastectomy, axillary node
dissection
Cardiac procedures: Coronary Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2 gr 4 jam Vancomycin (15 m
artery bypass, Cardiac device aureus, IV BB max 2gram)
insertion procedures (eg, S. epidermidis ≥120 kg: 3gr
pacemaker implantation), IV
11
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
12
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
13
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
500 mg IV
Biliary TractSurgery (Including Pancreatic Procedures)+ Metronidazole
Open procedureor, Laparoscopic Basil enterik Cefazoline <120 kg: 2gr 4 jam Clindamycin ATA
procedure elective high-risk gram negatif, IV vancomycin
enterokokus, ≥120 kg: 3gr
clostridium IV + aminoglycoside
aztreonam ATAU
fluoroquinolone
ATAU cefotetan 2 gr IV 6 jam Metronidazole
ATAU cefoxitin 2 gr IV 2 jam + aminoglycoside
ATAU 3 gr IV 2 jam fluoroquinolone
ampicilin-
sulbactam
Laparoscopic procedure elective, None
low-risk
Gynecological
Hysterectomy (abdominal, Cefazoline <120 kg: 2gr 4 jam Ampicilin-sulbacta
vaginal, laparoscopic or robotic) IV gram IV)
≥120 kg: 3gr
Urogynecology procedures IV
including those involving mesh Cefoxitin 2 gr IV 2 jam Clindamycin ATA
vancomycin
+ aminoglycoside
ATAU aztreonam
fluoroquinolone
14
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
fluoroquinolone
Caesarean section Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Ampicilin-sulbacta
IV Clindamycin ATA
≥120 kg: 3gr vancomycin
IV + aminoglycoside
aztreonam
Metronidazole
+ Gentamicin
Abortion, surgical Doxycycline 100 mg PO 1 - Metronidazole (2x5
jam sebelum oral selama 5 hari
prosedur dan Azithromycin (1 gr
200 mg PO oral satu jam sebe
setelah insisi)
prosedur
Hysterosalpingogram Doxycycline 100 mg PO -
2x1 selama 5
hari
Laparoscopy (diagnostic, tubal None
sterilization, operative except for
hysterectomy)
15
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
IV + Gentamycin
≥120 kg: 3gr
+ Gentamycin IV
5 mg/kgBB
Vascular
Lower limb amputation for Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Clindamycin
ischemia aureus, IV Vancomycin
S.epidermidis, ≥120 kg: 3gr
Basil enterik IV
gram negatif,
Clostridium
Arterial surgery involving a Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Clindamycin
prosthesis, the abdominal aorta, aureus, S. IV Vancomycin
or a groin incision Epidermidis, ≥120 kg: 3gr
Basil enterik IV
gram negatif
Urogenital
Transrectal prostate biopsy Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
IV
≥120 kg: 3gr
IV
Shock wave lithotripsy Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
IV
≥120 kg: 3gr
IV
Transurethral resection of the Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
prostate, Transurethral resection IV
of bladder tumours ≥120 kg: 3gr
IV
16
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
sulfamethoxazole (double
strength,DS)
PO
Cystoscopy with manipulation or Basil enterik Ciprofloxacin 500 mg PO N/A
upper tract instrumentation gram negatif, ATAU 400
enterokokus mg IV
ATAU 1 tablet N/A
trimethoprim- 160/800 mg
sulfamethoxazole (double
strength,DS)
PO
Open or laparoscopic surgery Basil enterik Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam
gram negatif, IV
enterokokus ≥120 kg: 3gr
IV
Clean without entry into urinary Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Clindamycin ATA
tract IV Vancomycin
≥120 kg: 3gr
IV
Clean with entry into urinary Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Fluoroquinolon A
IV gentamycin ±
≥120 kg: 3gr Clindamycin
IV
Clean-contaminated Cefazolin + Fluoroquinolon A
metronidazol gentamycin
+ metronidazol AT
Clindamycin
Involving implanted prosthesis Cefazolin ± Clindamycin ±
gentamycin gentamycin ATAU
ATAU Clindamycin ± aztr
Cefazolin ±
aztreonam ATAU Vancomyci
ATAU gentamycin ATA
Ampicillin- Vancomycin ± aztr
sulbactam
17
Lampiran 1. Rekomendasi penggunaan antibiotik profilaksis pembedahan
Percutaneous procedures
Angiography, angioplasty, Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2gr 4 jam Clindamycin
thrombolysis, arterial closure aureus, S. IV ATAU Vancomyci
device placement, stent placement epidermidis ≥120 kg: 3gr
(high risk) IV
Endograft placement Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
aureus, S. IV ATAU Vancomyci
epidermidis ≥120 kg: 3gr
IV
Superficial venous insufficiency None
treatment
IVC filter placement None
Tunnelled CVC (pada pasien Staphylococcus Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
dengan imunocompromised aureus, S. IV ATAU Vancomyci
sebelum kemoterapi, riwayat epidermidis ≥120 kg: 3gr
infeksi kateter) IV
Plastic Surgery
Clean with risk factors or clean- Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
contaminated IV
≥120 kg: 3gr
IV
ATAU 3 gr IV 2 jam ATAU Vancomyci
ampicilin-
sulbactam
Transplantation
Heart transplantation Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
IV ATAU Vancomyci
≥120 kg: 3gr
IV
Lung and heart-lung Cefazolin <120 kg: 2gr Clindamycin
transplantation IV ATAU Vancomyci
≥120 kg: 3gr
IV
Liver transplantation Piperacillin- Clindamycin ATA
tazobactam Vancomycin +
ATAU Gentamycine ATA
18
Cefotaxime + Aztreonam ATAU
ampicillin Fluoroquinolone
Pancreas and pancreas-kidney Cefazolin + Clindamycin ATA
transplantation fluconazole Vancomycin +
(pada pasien Gentamycine ATA
risiko tinggi Aztreonam ATAU
infeksi jamur, Fluoroquinolone
seperti pasien
dengan drain
enteric dari
pancreas)