Anda di halaman 1dari 10

 ALIRAN ESENSIALISME

A. Pengertian Aliran Essensialisme


Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang
diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung
Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan
kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal
dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman
Renaisans.
B. Sejarah Perkembanggan Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke
14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha
untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala,
terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa
tradisi dan sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam
semua cabang dari aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930
dengan beberapa orang pelopornya seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut
dengan “the essensialist committee for the advancement of American Education” sementara
Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru besar pada “Teacher College”
Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah mentransmiskan
warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley (1874-
1946). Pada awal abad ke-20 aliran ini dikritik sebagai aliran kaku untuk mempersiapkan
siswa memasuki dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui Sopiet dalam meluncurkan
Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini kembali hidup. Pada tahun 1983 The
President’s Commission on Excellence in Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at
Risk, yang memperlihatkan kehidupan penganut aliran esensialis.
C. Ciri-ciri Utama
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme.
Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu
dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian
Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut
esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan
sebagian ciri alam pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak
dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh
mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Realisme modern,
yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai
alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-
pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam
adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal
berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat
sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata
bersifat mental.

Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara


kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para ahli sebagai
“Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama,
warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka
wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah.
Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa
depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosof ahli
pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan
monumental.
Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya,
bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan
warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat
diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah
ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa
depan kebudayaan umat manusia.
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah
sebagai berikut:

1. minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal
yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.

2. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam
masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies
manusia.

3. oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan,
maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.

4. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan,


sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori
yang lemah.
D. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan
1. Pandangan ontologi essensialisme
Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita
manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat.
Isi pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak
manusia.
2. Pandangan epistemologi essensialisme
teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti
epistomologi esensialisme.
Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan
makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya
mampu memikirkan kesemestiannya.
Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam benda-
benda, ilmu alam, biologi sosial, dan agama.
3. Pandangan aksiologi esensialise
Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi.
Teori Nilai Menurut Idealisme:
sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik
dan buruk.
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu
seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada didalam dan melaksanakan hukum-
hukum itu.
Teori Nilai Menurut Realisme:
kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau
bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung
pula dari sikap subjek tersebut
4. Pandangan mengenai belajar
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa bila
seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak
keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi manusia membentuk, mengatur,
mengelompokkannya dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip itu dapat dikatakan bahwa
belajar pada seseorang sebenarnya adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai
substansi spritual. Jiwa membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah
menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan berikutnya
(Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
5. Pandangan Kurikulum Essentialisme
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa pendidikan
selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian dasar, seni dan sains yang
telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap demikian dimasa yang akan datang. Para
essensialis percaya bahwa beberapa keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang
besar terhadap keberadaan manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial
yang beradab. Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan
sehingga selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari sejarah,
matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua komponen yaitu
mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini yaitu yang berkaitan dengan
lingkungan sosial dan alam, seorang siswa mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara
efektif dalam masyarakat beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang sederhana
sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan pikiran yang
matang agar manusia dapat hidup harmonis dan menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.
E. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme
Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap hidup
yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu juga diwarnai
oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Beberapa
tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:
 Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad
16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia
lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional,
sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.

 Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang
memiliki pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan
mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya
dunia adalah dinamis dan bertujuan.
John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia
berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.

 Johann Henrich Pestalozzi, sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang
hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu
tercermin pada manusia, sehingga pada manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.

 Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis


dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian
dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
 Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang
murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan
pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam
arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan
tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.

 William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang
pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada
pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita
berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.
 ALIRAN PERENIALISME
A. Pengertian perenialisme
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau
“lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu
adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme melihat bahwa akibat dari
kehidupan zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat
manusia. Mengatasi krisis ini perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada
kebudayaan masa lampau” regresive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme
memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia
zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah
teruji ketangguhannya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang terkiblat dua, yaitu
(a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah supremasi gereja katolik. Dengan
orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas – dan (b) perenialisme sekuler berpegang
pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.
B. Sejarah Perkebdangan Aliran perenialisme
Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-
prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa
tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan keemasan filsafat
perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-buru melihat
perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka sejalan pemikiran barat saja,
melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus tetap diakui bahwasanya jejak
perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak.
dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis filsafat
khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti Agostino
Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering disebut sebagai kebijaksanaan univeral,
disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara berangsur-angsur mulai rumtuh
menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang paling dimonan adalah perkembangan
yang pesat dari pilsafat materialis. Filsafat materialis ini membawa perubahan yang radikal
terhadap paradigma hidup dan pemikiran manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek relita yang diabaikan,
dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini begitu kuat
mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang merentang sejak abad ke-16 hingga
akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga pada tia-tiap
bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan zaman
kontemporer inilah dapat dikatakan zama kebangkitan filsafat perenialisme.
C. Ciri- Ciri Perenialisme
• Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles
dan Santo Thomas Aquines.
• Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai
abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
• Nilai bersifat tak berubah dan universal.
• Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman
pertengahan (renaissance).
D. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan
1. Pandangan tentang realita (ontologis)
Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan ada dimana saja, juga
sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan mengerti wujud
harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi dalam satu wujut materi atau pristiwa-
pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang bereang.
2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)
Perennialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui pengamatan tentang
individual thing adalah pangkal pengertian tentang kebenaran. Tetapi manusia akan
memperoleh pengetahuan lebih tepat jika bersandar pada asas-asas kepercayaan dan bantuan
wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang ideal
3. Pandangan tentang nilai (Axiologi)
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan mengenai
hal-hal yang bersifat spiritual. Yang absolut atau ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh
karena itu nilai selalu bersifat teologis.
4. Pandangan tentang pendidikan

Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan
kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan
masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus
menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu
peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar
mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui kebenaran dan
suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga
yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam
kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana
peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pada aliran ini berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung
menitikberatkan pada: sastra, matematika, bahasa, dan humaniora, termasuk sejarah.
Kurikulum adalah pendidikan liberal.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah
membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang
dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga
sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan
potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-
muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya.
Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.
E. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme
AristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis.
Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan
dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Plato
Dunia ideal bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.
Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam
kehidupan manusia sehari-hari. Manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus
Thomas Aquinas
Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih
tidur menjadi aktif dan nyata yang timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang
mendukungnya pada tiap-tiap individu.

Anda mungkin juga menyukai