Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PEMBUATAN

KEBIJAKAN NEGARA DALAM BIDANG POLITIK,


EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN
KEAMANAN

Disusun :

Anisa Fatulhikmah

1910401061

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis. Dengan rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis berusaha
semaksimal mungkin menyelesaikan makalah dengan judul “Implementasi
Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang Politik, Ekonomi,
Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan”. Makalah ini sebagai salah satu
penugasan mata kuliah Pendidikan Pancasila pada kelas B, Program Studi
Agroteknologi, Universitas Tidar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan atas kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, terutama kepada Dosen pengampu mata kuliah Matematika SMP.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila sering disebut sebagai dasar
falsafah Negara (filosofische gronslag) dari Negara. Staats fundamentele norm,
weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi Negara (staatsidee).
Pancasila disebut sebagai dasar filsafat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mengandung konsekuensi bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal itu
meliputi segala peraturan perundang-undangan dalam negara, pemerintahan
dan aspek-aspek kenegaraan lainnya.
Pancasila sebagai Weltanschauung berarti nilai-nilai pancasila
merupakan etika kehidupan bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut atau
praksis kehidupan di dalam masyarakat bangsa Indonesia diatur oleh nilai-nilai
pencasila. Dengan kata lain setiap anggota masyarakat Indonesia mewujudkan
di dalam kehidupan sehati-harinya nilai-nlai pancasila seperti di dalam kegiatan
berketuhanan yang maha esa yang meminta toleransi serta menghargai sesama
yang berbeda keyakinan agamanya.
Pancasila merupakan dasar hukum dalam penyelenggaraan NKRI.
Sebagai dasar hukum, pancasila dijadikan norma-norma yang mengatur
kehidupan bersama rakyat Indonesia dalam semua bidang kehidupan, baik
kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pendidikan dan kegiatan-
kegiatan bermasyarakat lainnya.
Sejalan dengan latar belakang tersebut diatas dalam era yang globalisasi
dimana tatanan kehidupan yang semakin liberal, arus informasi yang demikian
deras menyebabkan semakin memudarnya fungsi dan peranan Pancasila baik
sebagai pandangan hidup bangsa , maupun sebagai norma dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia perlu adanya tindakan
bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara?
2. Bagaimana implementasikan Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang politik?
3. Bagaimana implementasikan Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang ekonomi?
4. Bagaimana implementasikan Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang sosial budaya?
5. Bagaimana implementasikan Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang pertahanan keamanan?

1.3 Tujuan

1. Memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara.
2. Memahami implementasi Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang politik
3. Memahami implementasi Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang ekonomi
4. Memahami implementasi Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang sosial budaya
5. Memahami implementasi Pancasila dalam pembuatam kebijakan
negara dalam bidang peratahanan keamanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan


Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI tahun
1945 merupakan pancaran dari Pancasila. Empat pokok pikiran tersebut
mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok
pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup empat
aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM. Aspek politik
dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat (1), dan pasal 28. Aspek ekonomi
dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34. Aspek sosial budaya
dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Aspek pertahanan keamanan
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 (Bakry, 2010: 276).
BAB III

PEMBAHASAN

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idologil bangsa Indonesia,


dewasa ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari
ancaman disintegrasi selama lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya
sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam format politik
orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila. Sejarah
implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan dalam
pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks implementasinya.
Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan
bernegara bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi juga dunia internasional.

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat


dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman
globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme, serta
neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara
berfikir masyarakat Indonesia.

Hal demikian bisa meminggirkan pancasila dan dapat menghadirkan sistem


nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian
bangsa.Implementasi pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pada hakikatmya
merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun
pengimplementasian tersebut di rinci dalam berbagai macam bidang antara lain
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan kemananan
(POLEKSOSBUDHANKAM) serta aspek Hak Asasi Manusia (HAM).

Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik

Pasal 26, 27 ayat (1), dan 28 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila keempat dan kedua Pancasila. Kedua pokok
pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di negara
Republik Indonesia.

Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, pembuatan


kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang
merupakan subjek pendukung Pancasila, sebagaimana dikatakan oleh Notonagoro
(1975: 23) bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subjek negara dan
oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan
martabat manusia di dalamnya.Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara
dapat menjamin hak-hak asasi manusia.

Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di


Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau
kedaulatan berada di tangan rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuasaan dan
oleh karena itu, politik Indonesia yang dijalankan adalah politik yang bersumber
dari rakyat, bukan dari kekuasaan perseorangan atau kelompok dan golongan,
sebagaimana ditunjukkan oleh Kaelan (2000: 238) bahwa sistem politik di
Indonesia bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial dalam wujud dan kedudukannya sebagai rakyat. Selain itu,
sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan Pancasila
sebagai dasar-dasar moral politik. Dalam hal ini, kebijakan negara dalam bidang
politik harus mewujudkan budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan pada bidang politik


dapat ditransformasikan melalui sistem politik yang bertumpu kepada asas
kedaulatan rakyat berdasarkan konstitusi, mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD
1945. Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik
pada sektor suprastruktur maupun infrastruktur politik, dibatasi oleh konstitusi. Hal
inilah yang menjadi hakikat dari konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang
semua komponen dalam sistem politik diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan
maksud agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh siapapun. Dengan
demikian, pejabat publik akan terhindar dari perilaku sewenang-wenang dalam
merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan publik, dan sektor masyarakat
pun akan terhindar dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan haknya.

Beberapa konsep dasar implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik,


dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Sektor Suprastruktur Politik


Suprastruktur politik adalah semua lembaga-lembaga pemerintahan, seperti
legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga pemerintah lainnya baik di
pusat maupun di daerah. Semua lembaga pemerintah menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai batas kewenangan yang ditentukan dalam UUD dan
peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam menentukan substansi,
prosedur formulasi, dan implementasi kebijakan publik, semua lembaga
pemerintah harus bertumpu pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
Di samping substansi, kebijakan publik tersebut harus merupakan
terjemahan atau mengartikulasikan kepentingan masyarakat, pemerintah
juga harus melindungi, memajukan, menegakkan, dan memenuhi hak asasi
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945.
b. Sektor Masyarakat
Organisasi masyarakat sebagai infrastruktur politik, yang berfungsi
memberi masukan terhadap suprastruktur politik dalam membuat kebijakan.
Sehingga, dibutuhkan suatu aturan yang berprinsip pada Pancasila. Nilai-
nilai Pancasila akan menuntun masyarakat ke pusat inti kesadaran akan
pentingnya harmoni dalam kontinum antara sadar terhadap hak asasinya di
satu sisi dan kesadaran terhadap kewajiban asasinya di sisi lain sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 28 J ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945.
Indikator bahwa seseorang bertindak dalam koridor nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara adalah sejauh perilakunya tidak bertentangan dengan
konstitusi dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi


Pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34 di atas adalah penjabaran dari
pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing
merupakan pancaran dari sila keempat dan kelima Pancasila. Kedua pokok pikiran
ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi Pancasila dan kehidupan
ekonomi nasional.

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan


kebijakan negara dalam bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan untuk
menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan
ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh
Kaelan (2000: 239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan.

Sistem perekonomian yang berdasar pada Pancasila dan yang hendak


dikembangkan dalam pembuatan kebijakan negara bidang ekonomi di Indonesia
harus terhindar dari sistem persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang berpotensi
menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesama manusia.
Sebaliknya, sistem perekonomian yang dapat dianggap paling sesuai dengan upaya
mengimplementasikan Pancasila dalam bidang ekonomi adalah sistem ekonomi
kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat secara luas.

Inti yang terkandung dalam Pasal 33, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 ayat
(1), (2), (3), (4), dan (5), serta Pasal 34 UUD 1945 adalah ekspresi dari jiwa nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi. Keberadaan ketiga
bentuk badan usaha di samping usaha perseorangan, yaitu Badan Usaha Milik
Perseorangan/Swasta, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara merupakan
cerminan kepribadian manusia Indonesia yang terpancar terutama dari nilai sila ke-
lima yang lebih bertumpu pada sosialitas dan sila ke-dua yang lebih bertumpu pada
individualitas terkait sistem perekonomian nasional.
Pandangan Mubyarto dalam Oesman dan Alfian (1993: 240--241) mengenai
5 prinsip pembangunan ekonomi yang mengacu kepada nilai Pancasila, yaitu
sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, roda perekonomian digerakkan oleh


rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ada kehendak kuat dari seluruh
masyarakat untuk mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-
asas kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia, prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai
setiap kebijaksanaan ekonomi;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, koperasi merupakan sokoguru
perekonomian dan merupakan bentuk saling konkrit dari usaha bersama.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adanya imbangan yang
jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi
dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan
ekonomi dan keadilan sosial.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi


mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh
karena itu, kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada asas-asas
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan swasta,
badan usaha milik negara, dalam implementasi kebijakan ekonomi. Selain itu,
negara juga harus mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah termasuk fakir miskin dan anak terlantar,
sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan Pasal 34 ayat (1)
sampai dengan ayat (4) UUD 1945. Kebijakan ekonomi nasional tersebut tidak akan
terwujud jika tidak didukung oleh dana pembangunan yang besar. Dana
pembangunan diperoleh dari kontribusi masyarakat melalui pembayaran pajak.
Pajak merupakan bentuk distribusi kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin,
sehingga pada hakikatnya pajak itu dari rakyat untuk rakyat.
Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya

Pasal 29, pasal 31, dan pasal 32 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan persatuan
yang masing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga
Pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.

Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia harus diwujudkan dalam proses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Menurut Koentowijoyo,
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 240), sebagai kerangka kesadaran,
Pancasila dapat merupakan dorongan untuk:

1. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur.


2. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan, manusia, dan
kebebasan spiritual. Dengan demikian, Pancasila sebagai sumber nilai dapat
menjadi arah bagi kebijakan negara dalam mengembangkan bidang
kehidupan sosial budaya Indonesia yang beradab, sesuai dengan sila
kedua,kemanusiaan yang adil dan beradab.

Selain itu, pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan


mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila.
Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi Pancasila sebagai sebuah sistem etika
yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradab. Perbenturan kepentingan politik dan konflik sosial yang
pada gilirannya menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, seperti
kebersamaan atau gotong royong dan sikap saling menghargai terhadap perbedaan
suku, agama, dan ras harus dapat diselesaikan melalui kebijakan negara yang
bersifat humanis dan beradab.

Strategi yang harus dilaksanakan pemerintah dalam memperkokoh kesatuan


dan persatuan melalui pembangunan sosial-budaya, ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(5) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 31 ayat (5) UUD 1945, disebutkan bahwa “ Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Di
sisi lain, menurut Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, dinyatakan bahwa “Negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-
nilai budayanya.” Sejalan dengan hal itu, menurut Pasal 32 ayat (3) UUD 1945,
ditentukan bahwa “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.”

Nilai-nilai instrumental Pancasila dalam memperkokoh keutuhan atau


integrasi nasional sebagaimana tersebut di atas, sejalan dengan pandangan ahli
sosiologi dan antropologi, yakni Selo Soemardjan dalam Oesman dan Alfian
(1993:172) bahwa kebudayaan suatu masyarakat dapat berkembang. Mungkin
perkembangannya berjalan lambat, seperti terjadi dalam masyarakat pedesaan yang
kurang sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lain.
Mungkin juga perkembangan tersebut berjalan cepat, bahkan sering terlampau
cepat, seperti yang terjadi pada masyarakat kota. Perkembangan budaya itu
terdorong oleh aspirasi masyarakat dengan bantuan teknologi. Hanya untuk
sebagian saja perkembangan kebudayaan itu

Implementasi Pancasila dalam Bidang Pertahanan Keamanan

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi


tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya. Menilik kembali kepada tujuan nasional bangsa
Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan
kehendak dalam mengisi kemerdekaan RI yakni sebagai berikut:

1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.

Pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 adalah penjabaran dari pokok pikiran
persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama Pancasila. Pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok pikiran persatuan tersebut, maka implementasi
Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang pertahanan keamanan
harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dengan
demikian dan demi tegaknya hak-hak warga negara, diperlukan peraturan
perundang-undangan negara untuk mengatur ketertiban warga negara dan dalam
rangka melindungi hak-hak warga negara.

Dalam hal ini, segala sesuatu yang terkait dengan bidang pertahanan
keamanan harus diatur dengan memperhatikan tujuan negara untuk melindungi
segenap wilayah dan bangsa Indonesia.Pertahanan dan keamanan negara diatur dan
dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaan. Dengan kata lain,
pertahanan dan keamanan Indonesia berbasis pada moralitas kemanusiaan sehingga
kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi
manusia.

Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan


tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(Sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan
seluruh warga sebagai warga negara (Sila ketiga), harus mampu menjamin hak-hak
dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila keempat), dan
ditujukan untuk terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (Sila kelima).
Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam
konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dan bangsa, serta dalam mengayomi
masyarakat.
Prinsip-prinsip yang merupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang
pertahanan dan keamanan sebagaimana terkandung dalam Pasal 30 UUD 1945
dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kedudukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan Berdasarkan


Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
2. Sistem pertahanan dan keamanan
Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang dianut adalah sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim disingkat
Sishankamrata. Dalam Sishankamrata, Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan kekuatan
utama, sedangkan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
3. Tugas pokok TNI.
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
sebagai alat negara dengan tugas pokok mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
4. Tugas pokok POLRI
POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat masyarakat, mempunyai tugas pokok melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Ketentuan mengenai empat aspek kehidupan bernegara, sebagaimana


tertuang ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 tersebut adalah bentuk nyata
dari implementasi Pancasila sebagai paradigma pembangunan atau kerangka dasar
yang mengarahkan pembuatan kebijakan negara dalam pembangunan bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan di Indonesia.
Berdasarkan kerangka dasar inilah, pembuatan kebijakan negara ditujukan untuk
mencapai cita-cita nasional kehidupan bernegara di Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan


Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI tahun
1945 merupakan pancaran dari Pancasila. Penjabaran keempat pokok pikiran
Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup empat aspek
kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang
kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Pembuatan kebijakan negara
dalam bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem
perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan.
Pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian
bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia harus
diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia.
Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
pertahanan keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah
negara hukum.

4.2 Saran

Penulis berharap bahwa setiap nilai-nilai pancasila diimplementasikan


secara nyata dalam setiap kebijakan dalam bidang manapun. Penulis juga
menyarankan hrndaknya kesadaran dan kemauan mengimplementasikan nilai-nilai
pancasila secara baik ditumbuhkan dalam diri pribadi rakyat Indonesia, ditanamkan
dalam jiwa pemuda Indonesia lalu diterapkan dalam kehifupan sehari-hari agar
dapat menjadi insan yang pancasialis.
DAFTAR PUSTAKA
2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan tinggi. Jakarta : Direktorat Jendral
pembelajaran dan Kemahasiswaan
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Pusat Studi Pancasila.2013
https://journal.unnes.ac.id › snhPDF (diakses tanggal 25 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai