Anda di halaman 1dari 6

Pertambangan Rakyat

Menurut UU Minerba No. 4 Tahun 2009

Gambar. Tambang rakyat di Desa Karya Baru Kecamatan Padengo Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo (Doc. Marahalim Siagian)

DISUSUN OLEH

MARAHALIM SIAGIAN

2016

1|P a g e
A. PEDAHULUAN

Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia
merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat orang banyak, karena itu pengelolaanya
harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian
nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.

Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara merupakan kegiatan usaha pertambangan
di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah yang berperanan penting dalam
memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembagunan daerah secara berkelanjutan.

Perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara dibuat untuk mengelola


dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya
saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara
berkelanjutan.

B. DEFENISI

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia
tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannnya yang membentuk batuan, baik dalam
bentuk lepas atau padu.

Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan.

Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan,
di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi,
termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta pasca tambang.

Ijin usaha pertambangan yang selanjutnya disebut IUP adalah ijin untuk melaksanakan usaha
pertamabangan.

Penambangan adalah bagian dari usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau
batubara dan mineral ikutannya.

Ijin pertambangan rakyat yang selanjutnuya disebut IPR adalah izin untuk melaksananak usaha
pertambangan dalam wilayah tambang pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi
terbatas.

2|P a g e
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk
menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi
kembali sesuai peruntukannya.

Kegiatan pascatambang yang selanjutnya disebut pascatambang adalah kegiatan terencana,


sistematis dan bekelanjutan setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh
wilayah pertambangan.

Wilayah pertambangan, yang selanjutnya disebut WP adalah wilayah yang memiliki potensi
mineral dan atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintah yang
merupakan bagian daru tata ruang nasional.

Wilayah Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WUP adalah bagian dari WP yang
memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.

Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP adalah wilayah yang
diberikan kepada pemegang IUP.

Wilayah pertambangan rakyat, selanjutnya disebut WPR adalah bagian dari WO tempat
dilakukan kegiatan pertambangan rakyat.

C. ASAS PERTAMBANGAN MIBERBA

Pertambangan mineral, dan/atau batubara dikelola berasaskan:


a. Manfaat, keadilan, dan keseimbangan
b. Keberpihakan kepada kepentingan bansa
c. Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas
d. Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

D. WILAYAH PERTAMBANGAN R AKYAT

 Kegiatan pertambangan dilaksanakan dalam suatu WPR (pasal 20)


 WPR ditetapkan oleh bupati/walikota berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupatan/kota (pasal 21)
 Dalam menetapkan WPR, bupati/walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai
rencana WPR kepada masyarakat secara terbuka (pasal 23)
 Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum
ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR (pasal 24)
 Pedoman, prosedur, dan penetapan WPR diatur dengan peraturan pemerintah (pasal 25)
 Kriteria dan mekanisme penetapan WPR diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota
(pasal 26)

E. KRITERIA MENETAPKAN WPR

WPR ditetakan berdasarkan (pasal 22):


a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi
sungai.
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua
puluh lima) meter.
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba

3|P a g e
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (duapuluh lima) hektar.
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang-kurannya 15 (lima belas) tahun.

F. IJIN USAHA PERTAMBAGAN

IUP diberikan oleh (pasal 37):


 Bupati/walikota apabila WIUP berada dalan wilayah kabupaten/ kota (pasal 37)
 Gubernur apabila WIUP berada dalam kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi
setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Menteri apabila WIUP berada dalam lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

IUP diberikan kepada (pasal 38)


 Badan usaha
 Koperasi
 Perseorangan

G. IJIN USAHA PERTAMBAGAN RAKYAT


 Jenis pertambangan rakyat (pasal 66)
a. Pertambangan mineral logam
b. Pertambangan mineral bukan logam
c. Pertambangan batuan
d. Pertambangan batubara

 Prioritas pemberian IPR (pasal 67)


a. Bupati/walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik
perorangan maupun kelompok masyarakat dan atau koperasi (pasal 67 ayat 1)
b. Bupati/walikota dapat melimphkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR
kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal
67 ayat 2).
c. Untuk memperoleh IPR pemohon wajib menyampaikan surat permohonan
kepada bupati/walikota (pasal 67 ayat 3).

 Luas wilayah untuk satu IPR (pasal 68)


a. Perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar
b. Kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar
c. Koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektare

 Jangka waktu ijin (pasal 68 ayat 2)


IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

 Hak dan kewajiban (pasal 69 dan 70)


Hak pemegang IPR:

4|P a g e
a. Mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari pemerintah atau
pemerintah daerah.
b. Mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kewajiban pemegang IPR:


a. Melakukan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterbitkan
b. Mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan, dan memenuhi
standart yang berlaku.
c. Mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah
d. Membayar iuran tetap dan iuran produksi
e. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat
secara berkala kepada pemberi IPR

 Ketentuan lain (pasal 71-73)


a. Pemegang IPR dalam melakukan kegiatan pertambangan rakyat wajib menaati
ketentuan persyaratan teknis pertambangan.
b. Ketentuan lebih lanjut menegenai persyaratan teknis diatur oleh pemerintah
daerah
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IPR diatur dengan
peraturan daerah kaputen/kota
d. Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pembinaan di bidang pengusahaan,
teknologi pertambangan, serta permodalan dan pemasaran dalam
meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat.
e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab terhadap pengamanan teknis
pada usaha pertambangan rakyat meliputi:
- Keselamatan dan kesehatan kerja
- Pengelolaan lingkungan hidup
- Pascatambang
f. Untuk melaksanakan pengamanan teknis, pemerintah kabupaten/kota wajib
mengangkat pejabat inspektur tambang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
g. Pemerintah kabupaten/kota wajib mencatat hasil produksi dari selurug kegiatan
usaha pertambagan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan melaporkannya
secara berkala kepada Menteri dan gubernur setempat.

H. KETENTUAN PIDANA

PASAL KETENTUAN ANCAMAN PIDANA


158 Setiap orang melakukan usaha penambagan Pidana penjara paling lama 10
tanpa IUP (sepuluh) tahun dan dengan
paling banyak Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah).
159 Pemegang IUP, IPR dan IUPK yang dengan Pidana penjara paling lama 10
sengaja menyampaikan laporan kegiatan (sepuluh) tahun dan dengan
pertambangan dengan tidak benar atau paling banyak Rp.
menyampaikan keteragan palsu 10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah).

5|P a g e
160 Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa Pidana kurungan paling lama 1
memiliki IUP atau IUPK (satu) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah).
Setiap orang yang mempunyai IUP eksplorasi Pidana penjara paling lama 5
tetapi melakukan kegiatan operasi produksi (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000.000
(sepuluh miliar rupiah).
161 Setiap orang pemegang IUP operasi produksi Pidana penjara paling lama 10
atau IUPK operasi produksi yang menampung, (sepuluh) tahun dan dengan
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan paling banyak Rp.
pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral 10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah).
dan batubara yang bukan dari pemegang IUP,
IUPK atau ijin seperti yg dimaksud pasal 37
162 Setiap orang yang merintangi atau mengganggu Pidana kurungan paling lama 1
kegiatan usaha pertambangan dari pemegang (satu) tahun dan atau denda
IUP atau IUPHK yang telah memenuhi syarat- paling banyak Rp. 100.000.000,-
syarat (se ratus juta rupiah).
165 Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau Pindana penjara paling lama 2
IUPK yang bertentangan dengan UU dan (dua) tahun dan denda paling
menyalahgunakan kewenangannya banyak Rp. 200.000.0000,- (dua
ratus juta).

6|P a g e

Anda mungkin juga menyukai