Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Data RIKESDAS tahun 2013 menunjukkan prevalensi tertinggi untuk penyakit
kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK sebesar 1,5%. Dari prevalensi tersebut, angka
tertinggi ada di provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%).
Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65 – 74 tahun
(3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55 – 64 tahun (2,1%)
dan kelompok umur 35 – 44 tahun (1,3%). Dari seluruh kematian akibat kardiovaskuler 7,4
juta (42,3%) diantaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner dan 6,7 juta (38,3%)
disebabkan oleh stroke. Penyakit kardiovaskuler sebenarnya dapat dicegah dengan healthy
lifestyle seperti mengurangi merokok, diet yang sehat, aktivitas fisik, tidak menggunakan
alcohol dan memperhatikan pola makan.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) menjadi salah satu masalah
kesehatan utama di Negara maju maupun berkembang. Upaya yang telah dilakukan
Kementrian Kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Jantung dan pembuluh
darah diantaranya dengan mesosialisasikan perilaku CERDIK. Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup
dan Kelola stress. Selain itu, lansia di himbau melakukan pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan kolesterolrutin atau minimal sekali dalam setahun di Posbindu

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Masalah Kesehatan Pada Lanjut Usia

1. Aktivitas Yang Berkurang

Masalah yang sering muncul pada lanjut usia biasanya disebabkan oleh factor internal
(dalam tubuh individu sendiri) maupun factor eksternal (lingkungan). Akibatnya aktivitas
tubuh juga tidak bisa berjalan secara maksimal. Biasanya hal tersebut dipengaruhi oleh
gangguan tulang osteoporosis, sendi dan otot tubuh, penyakit kardiovaskuler, dan pembuluh
darah.

2. Ketidakseimbangan Tubuh

Keluhan yang sering muncul karena menurunnya fungsi organ tubuh didalam dirinya
maupun karena factor dari luar tubuh seperti lingkungan dan pengaruh konsumsi obat-obatan.
Factor dari lingkungan misalnya terjatuh walaupun hal tersebut tidak berdampak berat bagi
dirinya sampai menimbulkan kematian akan tetapi hal tersebut bisa menyebabkan hilangnya
rasa kurang percaya diri pada individu tersebut, selain menimbulkan trauma yang lama
sehingga lansia merasa takut ketika ia hendak melakukan hal-hal untuk aktivitasnya.

Factor lain yang menyebabkan jatuh adalah kehilangan pijakan dan kehilangan traksi.
Permukaan yang tidak datar seperti trotoar, lantai yang tinggi dan tanah yang basah atau licin.
Langkah – langkah dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan jatuh. Latihan
sederhanayang memperkuat otot kaki dan latihan yang dapat memperbaiki keseimbangan
direkomendasikan. Lansia dapat juga memperbaiki lingkungan untuk mengurangi resiko
jatuh dengan memeriksa permukaan lantai, mengenakan alat pendukung seperti membuat
pegangan di kamar mandi dan tangga.

3. Incontinence Urin dan Incontinensia Alvi

Incontinence Uri adalah masalah umum yang sering muncul pada lanjut usia yaitu
ketidakmampuan menahan air kencing atau sering kita sebut beser. Biasanya menimbulkan
dampak dalam kehidupannya yaitu masalah kesehatan berupa batu ginjal. Menurut
Whitehead, 1995 inkontinensia urine cenderung tidak dilaporkan karena lanjut usia malu dan
juga menganggap tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolongnnya. Penyebabnya:

2
 Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih dan memperkuat
sfingter uretra
 Kontraksi abnormal pada kandung kemih
 Obat diuretic yang mengakibatkan sering berkemih dan obat penenang terlalu banyak
 Radang kandung kemih
 Radang saluran kemih
 Kelainan control pada kandung kemih
 Kelainan persyarafan pada kandung kemih
 Akibat adanya hipertrofi prostat
 Factor psikologis

Tipe – Tipe Inkontinensia Urine :

 Inkontinensia Urine Akut : bersifat akut bila terjadi mendadak, sementara, dan dapat
disembuhkan
 Inkontinensia Urine Kronis : bersifat menetap, tidak dapat disebuhkan tetapi gejala bisa
dikurangi, dan dapat diklasifikasikan menjadi inkontinensia fungsional, urgensi, stress,
overflow, dan campuran
 Inkontinensia Fungsional : inkontinensia tanpa gangguan pada system saluran kemih,
dan merupakan akibat ketidakmampuan klien lanjut usia mencapai toilet sehingga tidak
dapat berkemih secara normal
 Inkontinensia Urgensi : inkontinensia akibat ketidakmampuan untuk menunda berkemih.
Ketika sensasi untuk berkemih muncul, jumlah urinnya sedikit dan frekuensi berkemih
sangat sering.
 Inkontinensia Stress : urine keluar ketika tekanan intra-abdomen meningkat seperti pada
saat batuk, bersin, tertawa atau latihan fisik. Jumlah urine yang keluar tanpa dikehendaki
tersebut bervariasi, dari sedikit sampai banyak. Hal ini disebabkan oleh melemahnya otot
dasar panggul.
 Inkontinensia Overflow : tipe ini dikaitkan dengan overdistensi (menggelembungnya)
kandung kemih. Pasien biasanya mengeluh adanya sedikit urine keluar tanpa adanya
sensasi kandung kemih penuh. Inkontinensia tipe ini terjadi bila pengisian kandung
kemih melebihi kapasitas kandung kemih
 Inkontinensia Campuran : inkontinensia yang sering ditemukan pada pasien geriatric,
umumnya merupakan kombinasi tipe urgensi dan stress.

3
Incontinence Alvi yaitu kegagalan feses yang keluar tidak disadari, hal tersebut
dikarenakan ketidakmampuan mengendalikan fungsi ekskretoriknya. Penyebab inkontinensia
alvi :

 Obat pencahar perut


 Gangguan syaraf, misalnya demensia dan stroke
 Keadaan diare (kolorektum)
 Kelainan usus besar
 Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rectum usus)
 Neurodiabetik

4. Infeksi

Factor internal biasanya disebabkan karena mulai berkurangnya daya tahan tubuh
individu tersebut karena menurunnya fungsi organ tubuh, kekurangan zat gizi maupun karena
factor penyakit infeksi itu sendiri. Yang menjadi masalah yaitu apabila gejala-gejala penyakit
dalam tubuh itu tidak dikenali oleh para lansia sehingga menimbulkan keterlambatan untuk
penanganan yang tepat. Sedangkan factor dari luar yang menyebabkan lansia mudah
terserang infkesi yaitu lingkungan yang kurang sehat, jumlah serta keganasan kuman itu
sendiri

5. Gangguan Saraf dan Otot

Proses penuaan pada tubuh manusia menyebabkan berbagai gangguan dalam organ –
organ tubuh seperti gangguan pada syaraf, gangguan pada otot dan syaraf menyebabkan
gangguan dalam berkomunikasi secara verbal, gangguan pada kulit berkurangnya elastisitas
kulit ataupun berkurangnya hormone kolagen yang menyebabkan kulit terlihat kering, rapuh
dan rusak. Hal tersebut dapat dicegah sejak dini dengan mengkonsumsi makanan yang
seimbang

6. Konstipasi

Konstipasi atau sulit buang air besar (BAB) pada lanjut usia biasanya disebabkan karena
kurangnya motilitas dari usus itu sendiri juga dapat disebabkan karena pengaruh dari
makanan, kurang aktivitas tubuh, dehidrasi atau karena pengaruh obat. Hal tersebut
menyebabkan kotoran yang ada didalam usus susah untuk dikeluarkan akibatnya timbul rasa
sakit ketika buang air besar dikarenakan kotoran sudah mengeras dan kering

4
7. Penurunan Imunitas Tubuh

Penurunan kekebalan tubuh seorang lanjut usia biasanya muncul karena pengaruh
penurunan fungsi organ tubuhnya, kekurangan asupan gizi yang seimbang, penyakit yang
menahun ataupun penggunaan dari obat

8. Impotensi

Pada pria biasanya muncul gejala berupa ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi
yang cukup untuk melakukan senggama paling sedikit selama 3 bulan biasanya menyebabkan
kurangnya rasa percaya diri. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya aliran darah kedalam
alat kelamin karena kekakuan dinding pembuluh darah serta berkurangnya kepekaan terhadap
rangsangan dari luar.

9. Spiritualitas

Seiring bertambahnya usia dan menghadapi tantangan hidup seperti kehilangan orang
yang dicintai, penurunan kesehatan fisik, dan sadar bahwa akhir hidup mungkin semakin
dekat, spiritualitas dapat menjadi lebih penting (Touhy dn Jett, 2012). Spiritualitas
melibatkan menemukan makna inti dalam kehidupan, menanggapi makna, dan berhubungan
dengan tuhan (Manning, 2013). Memenuhi kebutuhan dan masalah spiritual klien adalah
bagian dari pemberian asuhan keperawatan yang holistic. Intervensi keperawatan yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan spiritual meliputi kehadiran perawat, mendengarkan aktif,
sentuhan peduli, menceritakan kenangan, mengeksplorasi makna hidup, doa, harapan,
menunjukkan sikap tidak menghakimi, memfasilitasi praktik keagamaan dan merujuk ke ahli
perawatan spiritual (Eliopoulos, 2014)

10. Dimensia

Seseorang yang sudah menginjak lanjut usia biasanya yang sering disertai keluhan sering
lupa. Sebenarnya hal tersebut merupakan suatu masalah yang harus ditangani, akan tetapi
karena kebanyakan masyarakat menganggap hal tersebut biasa saja atau bahkan hal yang
wajar menjadikan masalah dimensia tidak perlu penanganan khusus. Dimensia atau yang
sering disebut dengan istilah sering lupa sebenernya adalah masalah yang berhubungan
dengan susunan saraf pusat atau penyakit vaskuler. Gejala – gejala penyakit tersebut biasanya
yaitu mudah sensitive, mudah marah, apatis, suka melawan, terkadang kabur dari rumah,
introvert atau suka menjauh dari kumpulan orang, depresi lansia, riwayat keluarga, usia.
Tingkatan dimensia menurut derajatnya :

5
 Ringan
Para lanjut usia yang mengalami dimensia dalam tahap ini perlu adanya sosialisasi dalam
masyarakat, belajar untuk tidak bergantung dengan orang lain, dukungan positif dari
lingkungan, serta penilaian umum.
 Sedang
Pada tahap ini, seorang lanjut usia tidak dibiarkan hidup sendiri, karena hal tersebut bisa
membahayakan diri bagi lanjut usia. Pada tahap ini juga dibutuhkan suatu suportivitas
yang penuh dari keluarga
 Berat
Pada tahap diemensia berat biasanya individu tersebut tidak bisa hidup sendiri karena
pada tahap ini lansia banyak membutuhkan pertolongan dari orang lain yang disebabkan
karena sudah tidak sinkronnya kegiatan sehari-hari.

B. Peran Keluarga

Dukungan keluarga pada pasien dimensia sangat penting, kebutuhan tersebut berupa
dukungan moril maupun psikologis. Oleh karena itu dalam keluarga dibutuhkan keabaran
yang ekstra bahkan dalam satu anggota keluarga diharapkan saling mensuport agar pola asuh
ataupun penanganan dapat berjalan lancer dan mencegah stress pada anggota keluarga itu
sendiri capek. Peran keluarga sangat dibutuhkan karena mereka tidak mampu melaksanakan
aktivitas atau kegiatan sehari-harinya dengan sendiri.

1. Kekerasan pada Lansia

Kekerasan secara umum didefinisikan sebagai penderitaan yang disengaja dari rasa sakit,
cedera atau melemahkan penderitaan mental, penahanan tidak beralasan atau perampasan
oleh pengurus jasa yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Kategori
kekerasan yaitu kekerasan domestic, institusional dan pengabaian diri. Kekerasan domestic
adalah kekerasan yang terjadi didalam rumah. Kekerasan institusional adalah kekerasan yang
terjadi di panti werdha atau fasilitas kesehatan resdien lainnya. Pengabaian diri didefinisikan
sebagai kekerasan yang terjadi ketika seseorang tinggal sendiri sehingga dapat mencelakakan
kesehatan dan keselamatan dirinya.

Beberapa factor yang menyebabkan kekerasan adalah kurangnya pengetahuan tentang


penuaan normal, kelelahan pengasuh, kemarahan dan frustasi dengan lansia, masalah
keuangan, dan penggunaan narkoba dan alcohol oleh pengasuh. Tindakan pencegahan

6
meliputi pelatihan professional tenaga kesehatan, edukasi public tentang kekerasan pada
lansia dan keseriusannya, serta penggunaan alat pengkajian yang dapat diandalkan untuk
mendeteksi kekerasan. Saran yang dapat diberikan oleh perawat kesehatan komunitas kepada
lansia adalah untuk tetap bersosialisasi, memelihara persahabatan, dan berpartisipasi dalam
kegiatan warga senior, meminta bantuan jika dipelukan, menyimpan catatan.

2. Menopause

Menopause adalah haud terakhir tyang dialami oleh seorang wanita yang masih
dipengaruhi oleh hormone reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau pada usia 50
tahun. Seorang wanita dianggap memasuki masa menopause jika wanita tersebut tidak
mengalami menstruasi lagi dalam kurun waktu 12 bulan tanpa disertai intervensi tertentu.
Tidak ada perhitungan yang tepat mengenai usia pastinya seorang wanita akan mengalami
menopause, hal ini tergantung dari setiap individu. Tetapi kebanyakan wanita mengalami
menopause diusia sekitar 45 tahun samapai 55 tahun. Penurunan masa
esterogen,menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan
petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause:

 Fase Pra Menopause (Klimakterium) yaitu masa peralihan antara masa reprosuksi dan
masa semium.
 Fase Menopause yaitu saat haid terakhir, pada fase menopause biasanya berlangsung
antara periode 3-4 tahun dengan gejala berupa perubahan pada fisik dan kejiwaannya
semakin terlihat.
 Fase Pasca Menopause (Senium) yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan
dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik, hal ini dikarenakan
keluhan makin berkurang dan terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Saat seorang wanita
mengalami menopause, maka tanda gejalanya dapat berbeda-beda tergantung dari setiap
individunya karena bagi wanita yang tahan terhadap sakit ataupun perubahan tidak akan
terlalu merasakan gejala-gejala menopause ini tetapi bagi wanita yang sensitive mungkin
akan mempunyai kecenderungan mengeluh tentang gejala menopause.

Gejala – gejala pada Menopause :

1. Gangguan neurovegetatif
 Gejolak panas
 Sakit/nyeri kepala

7
 Keringat banyak pada malam hari
 Sesak nafas
 Kedinginan
 Telinga mendesing
 Jantung berdebar
 Kaku pada jari
 Tekanan darah berubah naik turun
2. Gangguan psikologi
 Cepat lelah
 Sering tersinggung
 Insomnia
 Lesu
 Menjadi depresi
3. Gangguan system tubuh
 Gangguan sirkulasi
 Hiperkolesterolemia
 Osteoporosis
 Dysuria
 Dipareunia

c. Faktor risiko kardiovaskuler pada lansia sebagai berikut.

Proses penuaan merupakan suatu proses yang pasti dialami semua orang. Seiring
dengan bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi organ-organ tubuh. Penurunan fungsi
organ-organ tubuh ini menyebabkan timbulnya beragam masalah kesehatan bagi Manusia
Lanjut Usia (Lansia). Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah
malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain penyakit kardiovaskuler,
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karena
sistem kardiovaskular sangat vital, penyakit kardiovaskular sangat berbahaya bagi kesehatan.
Ada banyak macam penyakit kardiovaskular, tetapi yang paling umum dan paling terkenal
adalah penyakit jantung dan stroke.

8
Sebagai organ tubuh, jantung memiliki fungsi krusial karena bekerja selama 24 jam untuk
memompa darah ke seluruh tubuh agar fungsi tubuh bisa berjalan dengan baik, sehingga
sangat wajar seiring dengan penambahan usia terjadi pengurangan fungsi jantung. Ketika
jantung berada dalam kondisi tertentu dan tidak bisa melakukan tugasnya, kondisi tersebut
dinamakan gagal jantung.Faktor penyebab seseorang berisiko terhadap penyakit
kardiovaskular dibagi menjadi dua kelompok. Faktor yang dapat dikendalikan antara lain
kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi, diabetes millitus, obesitas, serta gaya hidup tidak
sehat seperti kurang berolahraga, merokok, serta konsumsi alkohol berlebihan. Sementara
faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah pertambahan usia, jenis kelamin, serta riwayat
penyakit kardiovaskular dalam keluarga.

Sebanyak 80% penyakit jantung koroner dan serebrovaskular disebabkan faktor risiko yang
dapat dikendalikan. Serangan jantung dan stroke disebabkan terutama oleh aterosklerosis
(penumpukan lemak) pada dinding arteri pembuluh darah yang menyuplai jantung dan otak.
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi
lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga hidup sehat dan produktif secara sosial dan
ekonomis. Selain itu, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan, serta
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap hidup mandiri dan produktif.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Fasilitas Kesehatan dilaksanakan secara


komprehensif meliputi upaya prefentif kuratif, rehabilitatif dan rujukan kepada Lanjut Usia.
Umur Penuaan meningkatkan risiko otot jantung yang rusak dan menyempitkan arteri dan
melemahkan atau menebalkan otot jantung. Jenis kelamin. Pria umumnya berisiko lebih besar
terkena penyakit jantung. Namun, perempuan dapat meningkat risikonya setelah menopause.

Riwayat keluarga. Adanya riwayat penyakit jantung pada keluarga meningkatkan risiko
penyakit arteri koroner, terutama jika orangtua Anda mengalaminya pada pada usia dini
(sebelum usia 55 untuk laki-laki, dan 65 untuk perempuan.

Faktor risiko yang dapat Anda kendalikan adaah:

 Merokok  Diabetes
 Pola makan yang burukT  Obesitas
 ekanan darah tinggi  Aktivitas fisik
 Kadar kolesterol darah tinggi  Stres dan kebersihan yang buruk

9
D. PATOFISIOLOGI

ARTEROSKLEROSIS

Arterosklerosis yang sejauh ini merupakan respon patologis paling sering memengaruhi
system kardiovaskular, adalah proses penyakit yang secara umum memiliki dampakhampir
semua arteri. Namun secara invidual bervariasi dalam derajat sampai berbagai are atubuh
yang terpengaruh. Pada banyak individu, obstruksi terjadi pada arteri coroner, sedangkan
pada individu lain mungkin tejadii pada sirkulsi serebral atau peripheral.

Patofisiologi aterosklerosis tidak memiliki perbedaan pada yang masih muda ataupun pada
oranng yang sudah lansia. Proses penyakit mungkin lebih jelas pada orang yang lebih tua
karena terdapat akumulasi yang lebih bersar selama bertahun-tahun . penyakit aterosklerosis
terutama memengaruhi tunika intima(bagian paling dalam) dari arteri, yang memiliki
permungkaan endotendothelial halus untuk memfasilitasi aliran darah. Pada kondisi normal,
hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan permungkaan endotelia, sedangkan
komponen seluler ( misalnya factor koagulasi) tetap berada ditengah-tengah aliran darah.
Ketika permungkaan endotelia mejadi kasar, walaupun hanya plasma darah yag melakukan
kontak dengan endotel, maka timbul potensi untuk terbentuknya tormbus ketika factor
koagulasi melakukan kontak dengan endothelium.

Pada awalnya, aterosklerosis tidak berkembang secara terus menerus tetapi melibatkan proses
pembentukan dan penghancuran. Tahap pertama dapat dimulai pada masa anak-anak,
berkembang kedalam dekade kedua kehidupan. Pada tahap awal ini, timbul lapisan kuning
yang sebagian besar terdiri dari lipid. Lesi berlemak ini berkembang terutama dalam area
turbulensi seperti pada daerah percabangan.

Pada tahap ke dua, plak fibrosa berkembang. Plak ini adalah suatu timbunan berwarna putih
seperti mutiara yang menonjol kedalam lumen arteri. Prinsip perubahan yang terjadi pada
tahap ini adalah petumbuhan sel otot polos dalam intima, suatu area yang secara normal tidak
mengandung sel-sel otot polos. Alasan dari prolifersi ini tidak diketahui dengan pasti. Ketika
sel-sel otot polos mengalami proliferasi, sel-sel tersebut membentuk tudung fibrosa, yang
terutama berisi lemak low density lipoprotein (LDL), selain fibrin,fibrinogen,albumin, dan sel
darah putih.

10
Ketika lesi menjadi semakin berkembang dan mebesar, inti tudung fibrosa ini menjadi
nekrotik dan mengalami kalsifikasi, dan lapisan medial arteri melemah. Area aneurisma yang
terbentuk pada dinding plak dapat rupture dan megalami pendahrahan yang kemudian masuk
k dalam inti. Rupture dapat mengarah pada pembentukan thrombus, yang lebih lanjut dapat
menyumbat lumen pembuluh darah, yang berpotensi untuk terjadinya obstruksi aliran darah
total.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya,proses aterosklerosis bukan merupakan proses


yang berlangsung terus menerus. Namum proses ini diperkirakan sebagai proses
pembentukkan dan penghancuran , dengan konsentrasi LDL, yang turut berperan dalam fae
pembentukan dan konsentrasi High density lipoprotein(HDL) yang turut berperan dalam fase
penghancurannya.

E. PENYAKIT KATUP JANTUNG

Patogenesis dari penyakit katup jantung pada kelompok usia lebih dari 65 tahun terutama
merupakan kombinasi dari kekakuan yang berhubungan dengan penuaan dan trauma akibat
penggunaan dan perusakan dari aliran darah bertekanan tinggi. Namum demam reumatik
tetap merupakan penyebab yang penting terhadap masalah katup jantung seperti stenosis
mitral dan regurgitasi aortik dan mitral. Awitan akut disfungsi katup jantung dapat juga
dipicu oleh rupture otot papilla atau endocarditis setelah infark miokardium (IMA).

MANIFESTASI KLINIS
PENYAKIT ARTERI KORONER
Walaupun patofisiologi aterosklerosis hampir sama pada orang muda dan tua, tetapi
tanda dan gejala yang timbul berbeda antara kedua kelompok usia tersebut. Angina pectoris
dengan pengurasan tenaga fisik yang pada umumnya dilihat pada kelompok usia yang lebih
muda, sering tidak terdapat pada kelompok lansia. Banyak lansia yang berespons terhadap
peningkatan usia dengan mengurangi aktivitas fisik. Oleh karena itu, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan yang secara khas menghasilkan angina pectoris bukan berasal
dari peningkatan kebutuhan fisik. Ketika kebutuhan terhadap darah yang mengandung
oksigen telah melebihi suplai yang ada, maka gejala yang paling sering timbul adalah
dyspnea, keletihan, dan perubahan status mental.

Seperti pada angina apektoris, gejala-gejala infark miokardium (IM) pada lansia
mungkin samar-samar dan sulit untuk dikenal. Sebanyak 42% IM tidak menunjukkan gejala
nyeri dada. Peningkatan gelombang Q pada EKG mungkin juga tidak ada. Keslitan yang

11
berhubungan dengan proses pengambilan riwayat (misalnya kehilangan memori terbaru, tidak
mau mengakui sumber nyeri) dan komplikasi oleh kondisi kronis lain yang tidak
berhubungan dengan IM (misalnya PPOK, artritis, dan hernia hiatal) menimbulkan kesulitan
untuk memperoleh gambaran yang tepat tentang penyakit arteri coroner.

Perbedaan gender telah diketahui memiliki kaitan bermakna yang relative terhadap
nyeri dada yang khas dan yang tidak khas. Wanita lansia dengan nyeri dada tidak khas yang
tidak memiliki riwatay IM bila dibandingkan dengan pria lansia tampak cenderung untuk
mengalami stenosis arteri coroner yang signifikan atau keterlibatan penurunan arteri anterior
sinistra (left anterior descending [LAD]). Tiga pembuluh darah atau LAD, Penyakit arteri
(tipe penyakit arteri coroner yang lebih serius) sebagian besar tidak terdapat pada wanita
dengan nyeri dada yang samar-samar atau tidak spesifik. Angina klasik atau yang khas
memiliki kepentingan diagnostic yang sama pada kedua gender. Angka mortalitas setelah IM
lebih tinggin di antara kaum wanita daripada pria. Penjelasan yang mungkin untuk temuan ini
termasuk peningkatan usia pada saat infark terjadi dan tingginya prevalensi diabetes dan
hipertensi wanita yang mengalami IM.

G. GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Gagal jantung kongestif (congestive heart failure [CHF]) adalah diagnosis pasien
masuk ke dalam lembaga keperawatan akut yang paling umum terjadi diantara posisi lansia.
Sekitar 50% lansia yang telah dirawat dengan diagnosis gagal jantung kongestif, dirawat
kembali dalam waktu 90 hari dengan diagnosa yang sama. Gagal jantung kongestif dapat
terjadi dari penyakit jantung iskemik, penyakit jantung akibat hipertensi, atau penyakit katup.
Gejala klinis gagal jantung yang masih muda, dengan gejala klasik dyspnea, ortopnea,
dyspnea nocturnal paroksismal dan edema dependen perifer. Gejala yang sama dapat juga
ditemukan pada kondisi lain yang sering ditemui pada lansia, seperti PPOK dan anemia
nutrisional, yang menambah komplikasi diagnosis. Penekanan utama untuk masa depan harus
ditempatkan pada manajemenn yang tepat dari lingkaran masalah perawatan kesehatan
melalui pendidikan dan dukungan social.

H. DISRITMIA

Insidensi disritmia atrial dan ventricular meningkat pada lansia Karen aperubahan
structural dna fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak
terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak
napas, keletihan dan jatuh.

12
I. PENYAKIT VASKULAR PERIFER

Arterosklerosis biasanya berkembang dengan baik sebelum gejala arterosklerosis


obliterans menjadi jelas. Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri
sangat sering terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang saat istirahat. Ketika penyakit
telah semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien
mempertahankan suatu gaya hidup kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika
nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yang menyertai termasuk juga ekstremitas yang
dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku,
atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.

J. PENYAKIT KATUP JANTUNG

Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai
pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi, tubuh menyesuaikan perubahan pada
struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Sebagai
contoh, ketika katup aorta menjadi kaku (yaitu stenosis aorta), ventrikel kiri mengalami
hipertrofi Karena berespons terhadap peningkatan derajat tekanan yang diperlukan untuk
mengalirkan darah melalui katup yang kaku. Pada stenosis mitral, atrium kiri mungkin
mengalami pembesaran untuk mengakomodasi peningkatan volume darah. Lansia dapat turut
berperan dalam fase kompensasi ini melalui suatu peningkatan gaya hidup yang
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan tuntutan
kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya. Banyak lansia yang
berkembang penyakit katup jantungnya tidak pernah melewati fase kompensasi.

Bila fase pascakompensasi dicapai, hal tersebut biasanya mengindikasikan disfungsi


yang berat pada katup yang terpengaruh. Gejala-gejala bervariasi bergantung pada katup yang
terlibat tetapi secara umum terdiri atas dyspnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe angina,
dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri (atau keduanya). Murmur secara khas terdengar
pada saat auskultasii. Uji diagnostic sepertii studi Doppler, ekokardiografi dua dimensi, atau
kateterisasi jantung bagian kanan dan kiri mungkin diperlukan untuk mendiagnosis derajat
disfungsi katup secara akurat.

13
BAB III
ASKEP
A. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia
a. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
- Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
- Pencegahan penyakit
- Pemeliharaan kesehatan

Sehingga memiliki ketenangan idup dan produktif sampai akhir hidup

2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari merka yang usianya telah


lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia (life support)
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Meransang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakan
diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu
6. Mencari upaya semaksimalmungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal)

b. Fokus keperawatan pada lanjut usia


1. Peningakatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Menoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi angguan kesehatan yang umum

c. Pengkajian
Tujuan
a. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
b. Melengkapi dasar-dasar rencana keperawatan individu
c. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien

14
d. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Meliputi aspek :

1. Fisik
Wawancara dan pemeriksaan fisik
- Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
- Kegiatan yang mampu dilakukan lnjut usia
- Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
- Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, pengelihatan dan pendengaran
- Kebiasaan makan, minum, istirat/tidur, buang air besar/kecil
- Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia
- Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
- Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat
- Masalah masalah seksual yang dirasakan
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi untuk mengetahui perubhan sistem tubuh (head to toe, sistem
tubuh)
2. Psikologis
- Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- Apakah dirinanmerasa dibutuhkan atau tidak
- Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
- Bagaimana mengatasi stress yang dihadapi
- Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
- Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
- Apakah harapan saat ini dan akan datang
- Kaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat,proses fikir, alam
perasaan, orientasi dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
3. Sosial ekonomi
- Darimana keuangan lanjut usia
- Apasaja kesibukan lanjut usia dalam menghabiskan waktu luang
- Dengan siapa dia tinggal

15
- Kegiatan apa saja yang diikuti lanjut usia
- Baaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
- Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
- Siapa saja yang biasanya mengunjungi
- Seberapa besar ketergantungannya
- Apakah dapat menyalurkan hobinya atau keinginanya dengan fasilitas
yang ada
4. Spiritual
- Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
- Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalm kegiatan
keagamaan
- Bagaimana lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
- Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
5. Pengkajian dasar
- Tanda-tanda vital
- Berat badan (BB)
- Tingkat orientasi
- Memory pola tidur penyesuaian psikososial
- Sistem persyaraf an
- Sitem kardivaskuler, meliputi :
o Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
o Auskultasi denyut nasi apikal
o Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
o Pusing
o Sakit
o Edema
- Sistem gastrointenstinal
- Sistem genitourinarius
- Sistem kulit
- Sistem muskuloskletal

d. Dianosa Keperawatan

16
1. Gangguan curah jantung: penurunan
2. Intoleransi Aktivitas

No. Diagnosa Hasil yang diharapkan Intervensi

Penurunan curah - Kecepatan dan irama jantung - Kaji secara teratur untuk
1.
jantung teratur mengetahui hasil yang
- Tanda-tanda vital diharapkan
beradadalam batas normal - Seimbangkan istirahat dan
- Suara paru bersih aktivitas
- Denyut nadi perifer teraba - Dukung klien untuk
- Pengisian kapiler cepat melakukan AKS sesuai
- Kesadaran dan orientasi dengan kemampuan (bantu
terhadap lingkungan sekitar klien sesuai dengan
- Tidak ada edema kebutuhan)
- Nilai-nilai laboraturium - Berikan oksigen tambahan
normal jika diperlukan
- Keluaran urine sesuai dengan - Kurangi ansietas dnegan
masukan cairan (dikurangi cara :
kehilangan cairan yang tidak - Gunakan pendekatan
dirasakan) dengan tenang dan
- Tidak ada nyeri dada atau meyakinkan
dipnea pada aktivitas minimal - Berikan informasi kepada
klien jika klien menunjukan
kesiapan
- Hilangkan nyeri secepatnya
- Gunakan sentuhan dan
kontak mata
- Berikan tindakan yang
memberikan rasa nyaman
- Pertahankan sirkulasi
volume darah yang adekuat
dengan cara :
- Atur asupan cairan

17
- Batasi asupan natrium
- Tinggikan kaki dan tungkai
bawah ketika duduk
- Gunakan kaos kaki penekan
tirah baring
- Pastikan asupan nutrisi
adekuat
Gangguan mobilitas Klien mempetahankan kekuatan - Observasi tanda dan gejala
2.
fisik yang dan ketahanan sistem penurunan kekuatan otot,
berhubungan dengan musculoskeletal dan fleksibilitas penuruna mobilitas sendi
intoleransi aktivitas, sendi-sendi dan kehilangan ketahanan
risiko tinggi sindrom - Observasi status respirasi
disuse dan fungsi jantung pasien
- Observai lingkungan
terhadap bahaya-bahaya
keamanan yang potensial
- Anjurkan klien untuk
melakukan kontraksi otot-
otot isometric (otot-otot
kuadrisep, abdominal, dan
gluteal)
- Anjurkan klien untuk
melakukan kontraksi otot-
otot isotonic (kelompok
otot-otot fleksor dan
ekstensor)
- Berikan latihan rentang
gerak (aktif atau pasif)
- Berikan diet protein, kalori,
dan kalsium yang adekuat
- Pertahankan kesejajaran
tubuh yang tepat
- anjurkan klien untuk

18
melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
- anjurkan klien untuk
beristirahat secara adekuat
- gunakan alat-alat
pendukung (seperti tongkat,
walker)
- rujuk klien kepada ahli
fisioterapi, jika ada indikasi
secara medis
- berikan dorongan pada klien
untuk memiliki sikap
restrukturisasi (tentukan
batas tertinggi latihan)
- ubah lingkungan untuk
menurunkan bahaya-bahaya
keamanan
- ajarkan tentang tujuan dan
pentingnya latihan
- ajarkan tentang penggunaan
alat bantu yang tepat
- ajarkan tandan dan gejala
kerja/latihan yang terlalu
berlebihan

19
DAFTAR PUSTAKA
,Stocklager,Jaime, 2008,Buku Saku Keperawatan Geriatrik,(Ed.2), alih Bahasa oleh : Nike
Budi Subekti,EGC :Jakarta

Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu. Jogjakarta

20

Anda mungkin juga menyukai