Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Pendahuluan

1.1 latar belakang

Islam telah hadir sejak abad ke-7, diikuti dengan perkembangan budayanya.
budaya dan peradaban sering dipakai secara bersamaan atau saling mewakili dalam
berbagai literatur. Istilah tersebut di dalam literatul Islam, ditemukan bahwa
kebudayaan disebut Isaqafah atau culture, sedangkan disebut al-hadharah atau
civilization (Inggris). Namun, dalam perkembangan ilmu antropologi ternyata dua
istilah tersebut dibedakan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Sedangkan kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa,
karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa,
dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani,
sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing
manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan
yang beradab atau perdaban Islam.
1.2 Rumusan masalah.
 Bagaimanakah konsep dasar kebudayaan Islam?
 Prinsip-prinsip dasar dalam islam yang mempengaruhi perkembangan
kebudayaan islam?
 Bagaimanakah hubungan kebudayaan dalam Islam jika dikaitkan dengan
ilmu kedokteran?

1.3 Tujuan dan manfaat


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca tentang perkembangan kebudayaan dalam Islam, menyampaikan secara
singkat prinsip-prinsip dasar kebudayaan dalam islam, sejarah perkembangan Islam,
dan pentingnya kaitan antara kebudayaan Islam dengan ilmu kedokteran. Sehingga
menambah wawasan agar bisa membedakan apa saja penyimpangan-penyimpangan
yang menyimpang dari kebudayaan dalam Islam yang biasa menjadi kebiasaan
masyarakat saat ini.

2|Kebudayaan dalam Islam


BAB II
Pembahasan
2.1 Konsep Kebudayaan Islam
Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata buddhi
berubah menjadi budaya yang berarti “yang diketahui atau akal pikiran”. Budaya berarti
pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).
Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa
kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya taraf
berpikir manusia akan terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan
isi hati suatu bangsa, golongan, atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi
manusia, golongan, atau ras, akan terlihat pada kebudayaan yang dimiliki sebagai hasil
ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan
pola pikir manusia, golongan, atau bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang
sangat luas ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu
kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan empat faktor yang menjadi
alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor geografis,
keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.
Dalam Islam, memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu
kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka asas atau
prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan
konsep dasar yang dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman pendukungnya.
Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh aksidensi yang
sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin
juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,
diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang ditegakkan atas
dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar
akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan Islam dapat
dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang
bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak karimah

3|Kebudayaan dalam Islam


yang muncul sebagai implementasi Al-Qur’an dan Al-Hadist dimana keduanya
merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang
pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi tiga
unsur prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang Islam,
kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam, dan merupakan pencerminan dari
ajaran Islam.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu
bukan merupakan produk kaum Mslimin tidak bisa dikatakan dan diklaim sebagai
budaya Islam. Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk
orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan norma-norma
ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001) menegaskan bahwa sesungguhnya
kebudayaan Islam adalah “Kebudayaan Al-Qur’an“, karena semuanya berasal dari
rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh. Tanpa
wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam maupun
organisasi politik atau ekonomi Islam.

2.2 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam


Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan
kebudayaan Islam terletak pada sumber yang menjadi pijakannya. Kebudayaan Islam
hasil produk manusia yang prinsip dasarnya ditentukan dan ditetapkan oleh Allah swt.
dan Rasul-Nya di dalam Al-Quran dan Sunnah, contoh dalam surat Al-Ahzab ayat 59
tentang kewajiban setiap muslimah yang baligh dan berakal memakai jilbab (pakaian
yang lapang) untuk menurut auratnya. Aurat sebagai prinsip kewajiban berpakaian.
Prinsip aurat tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang, baik di Arab, Indonesia
atau negeri lainnya. Tetapi bagaimana cara menutup aurat, bahan apa yang dipakai,
model dan hiasan apa yang menghiasi boleh beragam sesuai dengan keadaan dan suhu
waktu memakai.
Perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Ialam antara lain :

1. Sumber segala sesuatu adalah Allah SWT. karena dari-Nya berasal semua
ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.

4|Kebudayaan dalam Islam


3. Manusia dilebihkan dari makhluk lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah SWT. yang lain kepada manusia baik air, angin,
tumbuhan dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta
pertanggungjawabannya kelak.

Lima hal pokok di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia sarat ide,
ingin selalu berbuat dan berkarya. Ketiga bentuk itu merupakan bagian dari
kebudayaan. Selanjutnya prinsip-prinsip kebudayaan antara lain :

1. Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiyah.


2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan
penghuninya.
4. Pengembangan ide, perbuatan dan karya dituntut sesuai kemampuan maksimal
manusia.
5. Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam merupakan
cita tertinggi dari kebudayaan.

1. Budaya Ilmiah atau Akademik.

Islam memilki prinsip-prinsip prilaku ilmiah atau akademik. Di antara ciri


budaya ilmiah itu adalah :
a. Sumber ilmu adalah Al-Quran dan hadist yang harus diambil dengan melakukan
iqra’ atau membaca (QS. 96:1-5). Membaca atau iqra’ artinya bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah cii-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
diri sendiri, baik yang tertulis ataupun tidak (Quraish, 1999:433).

b. Menggunakan potensi yang dimiliki secara optimal


Dalam Al-Quran Surat Al-Nahl ayat 78 :
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa paska kelahiran manusia tidak mengerti apa-
apa namun Allah beri potensi besar yaitu pendengaran, penglihatan dan hati
yang mana ketiga potensi itu adalah instrumen vital untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.

5|Kebudayaan dalam Islam


c. Penggunaan potensi hati
Hati memiliki potensi berpikir yang mendalam. Alwi Shihab menjelaskan potensi
berpikir yang dilakukan oleh hati tidak dipahami dengan akal secara kongkrit.
Namun, potensi berpikir yang terbesar adalah pada hati.

d. Objek ilmu atau bidang kajian akademik meliputi aspek yang tidak terbatas.
Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang kongkrit atau
objek materi dan abstrak atau objek nonmateri. Penjelasan tentang luasnya
objek kajian ilmu dalam pandangan Islam terlihat jelas dalam banyak ayat Al-
Quran misalnya QS. Ali Imran 3: 190-191.

e. Ilmu secara umum dalam pandangan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua
hal yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni.
Ilmu kasbi yaitu ilmu yang diperoleh melalui trial and error dengan mepelajari
ayat-ayat kauniyah (seluruh alam) dan ayat qaliyah (wahyu). Hal ini banyak
dijelaskan oleh Allah SWT. seperti QS. Al-Nahl, 16:8 dan QS. Al-Isra’ 17:85.

f. Kewajiban mengamalkan ilmu.


Termasuk budaya akademik yaitu pengamalan ilmu yang telah dimiliki.
Pengalaman ilmu merupakan manifestasi dari kekaguman kepada Allah SWT.
Dalam QS. Al-Fathir, 35:28.

g. Penggalian ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.


Ilmu yang dimiliki umat Islam akan berbuah pada berhasilnya menghasilkan
software dan hardware (program dan benda). Allah SWT. Menjelaskan bahwa
ditundukkan semua yang di langit dan di bumi untuk manusia dalam QS. Al-
Jatsiyah, 45:13.

h. Menggunakan fasilitas diri, alam, dan pakar serta kekuatan berjamaan dalam
menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan.

i. Mengisi waktu dengan hal-hal efektif.

6|Kebudayaan dalam Islam


j. Pembentukan akhlak.

Beberapa prinsip budaya ilmiah atau akademik dalam perspektif Islam di atas
tampak pada diri kaum intelektual Islam. Banyak pemikir Islam mampu menguasai
berbagai ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi di samping didukung oleh
pengamalan ajaran agama yang kuat. Di antara pakar tersebut seperti Ibnu Susyd yang
dikenal dengan Averoes yang hidup tahun 1126-1198 M, menguasai bahasa Arab,
Filsafat, ilmu kedokteran, astronomi, fisika analisis, retorika dan puisi, metafisik tafsir
fisika. Ibnu Rusyd juga termasuk tokoh yang dinilai mampu menelaah konsep fisika
Aristoteles. Pakar lainnya seperti Ibnu al-Banna yang hidup antara tahun 1256-1321 M
di Maroko yang menguasai Matematika, Geometri, Astronomi, Astrologi di samping
menguasai ilmu Tafsir dan ilmu hadis serta banyak menghafal keduanya (Nakosteen,
1995:328).

2. Budaya Kerja.

Di dalam sumber ajaran Islam dijelaskan mengenai budaya kerja. Di antara


prinsip-prinsip yang ada dalam bekerja adalah :
a. Bekerja didasarkan atas niat yang tulus karena Allah SWT.
Keimanan merupakan dasar setiap aktivitas manusia. Berbuat berdasarkan nilai-
nilai keimanan berarti investasi bagi manusia karena perbuatannya diimbali oleh
Allah SWT. Surat Al-Bayyinah ayat 5.

b. Bekerja berdasarkan ilmu


Melakukan sesuatu didasarkan atas ilmu yang dimiliki akan mendatangkan hasil
yang memuaskan bagi si pelaku dan orang lain yang memanfaatkan produksinya.
Al-Quran Surat Al-Isra: 36.

c. Bekerja dengan maksimal atau terbaik/ihsan.

d. Bekerja sendiri atau secara bersama.

e. Bekerja untuk kesejahteraan dan kemashlahatan diri dan lingkungan.

7|Kebudayaan dalam Islam


f. Bekerja dengan objek yang bervariasi dan profesional.
Dalam Al-Quran Surat Alam Nasyrah ayat 7.

g. Bekerja berorientasi masa depan.

3. Sikap terbuka dan adil.

Hadist Rasullullah SAW menjelaskan bahwa agama adalah nasihat (al-hadist).


Selain itu ada perintah menyuruh kepada yang baik dan melarang kemungkaran serta
prinsip hidup bersaudara, dua aspek ajaran Islam ini merupakan indikator bagi
keutamaan berbuat benar, jujur dan apa adanya. Berbuat apa adanya aatau sesuai
dengan keinginan diri akan menghasilkan kepuasan dalam berbuat namun bukan
berarti menafikan atau merusak hak-hak orang sekitar.
Sikap adil berarti berbuat tidak memihak, berpihak pada kebenaran dan tidak
sewenang-wenang. Adil atau keadilan terkadang juga diartikan dengan keseimbangan.
Beragamnya makna keadilan suatu pertanda bahwa sikap adil itu berlaku dalam semua
hal. Keadilan dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik dan lainnya.

Mesjid sebagai tempat Awal Pengembangan Kebudayaan Islam.


Mesjid dalam pengertian sehari-hari merupakan bangunan tempat shalat kaum
muslimin. Mesjid juga berarti tempat sujud dan zikir serta tempat melakukan semua
aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah swt. semata. Allah SWT. berfirman
dalam “surat Al-Jin, 72: 18”.
Di dalam sejarah diketahui bahwa langkah pertama yang dilakukan Rasulullah
SAW, ketika hijrah ke Madinah adalah membangun pusat kebudayaan umat Islam yaitu
Mesjid kecil yang berlantaikan tanah beratap pelepah korma. Cikal bakal dari Mejid
kecil ini berkembang menjadi bangunan megah sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban Islam. Mesjid pertama itu bernama Mesjid Quba’, kemudian disusul dengan
Mesjid Nabawi. Mesjid dijadikan sebagai titik tolak awal pembinaan dan pengembangan
kebudayaan Islam pada masa permulaan Islam. Peran Mesjid pada waktu itu meliputi :
a. Tempat ibadah (shalat dan zikir).
b. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial, politik, budaya
dan seni).

8|Kebudayaan dalam Islam


c. Tempat pendidikan.
d. Tempat santunan sosial.
e. Tempat latihan militer dan strategi perang.
f. Tempat pengobatan atau pelayanan medis.
g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
h. Aula dan tempat penerimaan tamu.
i. Tempat tawanan.
j. Pusat penerangan umat dan pembelaan agama.
Pada saat ini peran Mesjid tersebut sudah berkembang dan mencakup pada
kegiatan yang lebih luas, sehingga banyak diantara peran tersebut dikelola oleh
lembaga-lembaga profesinal tetapi hal ini merupakan pengembangan dari fungsi Mesjid.
Lembaga-lembaga itu ada yang dikelola oleh pemerintah dan juga swasta. Hal ini adalah
bukti bahwa Mesjid telah mampu menjadikan umat berkembang dengan kebudayaan
yang lebih maju.

Islam dan Kebudayaan di Indonesia.


Sistem nilai yang dianut oleh suatu bangsa merupakan sistem nilai dari budaya
sebuah tatanan masyarakatnya. Maksud sistem nilai budaya bangsa itu adalah
rangkaian konsepsi mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, dalam alam
pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat atau bangsa. Dengan demikian fungsi
sistem nilai budaya adalah sebagai pedoman dan pendorong warga masyarakat dalam
bertingkah laku, dan juga berfungsi sebagai norma dalam tingkah laku.
Untuk itu diperlukan usaha mengaktualisasikan ajaran Islam secara murni
melalui proses pendidikan, dakwah, penyuluhan dan pengkajian Islam secara
mendalam dan rasional baik perorangan maupun kelompok. Dengan demikian
aktualisasi nilai-nilai Islam akan terwujud dalam budaya umat Islam di Indonesia sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadist
Nabi SAW.

Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia.


Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam besar dari
negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.
Pada awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia, dirasakan sangat sulit membedakan

9|Kebudayaan dalam Islam


mana ajaran Islam dan mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan antara
perilaku yang ditampilkan oleh orang-orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-
olah apa yang dilakukan oleh orang Arab itu semuanya mencerminkan ajaran Islam,
bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan
ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah
Jawa. Karena kehebatan para Wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa
budaya setempat, masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan
menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai
Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka.
Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

2.3 Hubungan kebudayaan dalam Islam dengan ilmu kedokteran.

A. kedokteran Islam pada masa kejayaan Islam.


Meskipun dunia kedokteran di Barat pada hari ini harus diakui telah mencapai
prestasi yang luar biasa, namun kalau kita bandingkan dengan dunia kedokteran di
masa kejayaan umat Islam di masa lalu, kita akan mendapatkan beberapa perbedaan
yang amat signifikan.

Tidak ada salahnya bila kita melakukan perbandingan sebagai analisa yang tajam
terhadap realitas kehidupan umat Islam di masa lalu dan di masa sekarang.

1. Diorientasikan Untuk Masuk Surga.

Para dokter muslim di masa kejayaan Islam di masa lalu sejak mengabdi
di dunianya semata-mata untuk mendapatkan nilai pahala yang besar di sisi
Allah. Ilmu yang didapatnya itu sejak awal dipelajari dengan motivasi yang jelas,
yaitu memudahkan jalannya ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“ْ‫سلَكَْ َمن‬ َ ْ‫ل ِعلماْ فِي ِْه يَلت َِمس‬


َ ْ‫ط ِريقا‬ َْ ‫س َّه‬ َ ‫لى‬
َ ْ‫ط ِريقاْ بِ ِْه للا‬ َْ ِ‫“ ال َجنَّ ِْة إ‬

“Orang yang meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)”.

10 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Para mahasiswa muslim di masa itu belajar dengan sekuat tenaga,
menghabiskan masa bertahun-tahun, menekuni buku, melakukan berbagai
penelitian di dalam laboratorium, melakukan diskusi dan tanya jawab dengan
para dokter yang sudah senior, dengan ikhlas semata-mata karena memandang
bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah satu bentuk ibadah yang akan
membawanya menuju pintu surga.

Berbeda dengan para dokter di Barat hari ini, yang mereka umumnya
tidak percaya adanya kehidupan setelah mati. Sehingga motivasi mereka jauh
dari urusan akhirat. Semuanya belajar hanya karena motivasi duniawi, bisa
karena hobi dan kesenangan, bisa juga sekedar untuk membuktikan bahwa
dirinya mampu kuliah di fakultas kedokteran, atau sekedar untuk bisa hidup
enak jadi dokter dengan banyak pemasukan dan pendapatan.

2. Kewajiban Agama

Umat Islam di masa lalu ketika belajar ilmu kedokteran dan kemudian
berpraktek sebagai dokter yang menjalani usaha untuk menyembuhkan, dilatar-
belakangi dengan kefahaman bahwa semua itu hukumnya bukan hanya sunnah,
tetapi sudah mencapai derajat fardhu kifayah.

Dalam hal perintah untuk mencari kesembuhan atas suatu penyakit,


Rasulullah SAW telah bersabda :

ْ‫ن الدَّردَا َْء أَ ِبي َعن‬


َّْ َ ‫ي أ‬ َْ ‫قَا‬: ‫ن‬
َّْ ‫ل النَّ ِب‬ َّْ ِ‫للاَ إ‬
ْ ‫ل‬ َْ َ‫ل َوالد ََّوا َْء الدَّا َْء أَنز‬ ِْ ‫لَ فَتَدَاووا دَ َواءْ دَاءْ ِلك‬
َْ َ‫ل فَ َجع‬ ْ ‫ِب َح َرامْ تَتَدَاووا َو‬

Dari Abi Ad-Darda` radhiyallahuanhu bahwa Nabi saw. bersabda,`Sesungguhnya


Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan Dia menjadikan buat tiap-tiap
penyakit ada obatnya. Maka, makanlah obat, tapi janganlah makan obat dari yang
haram`. (HR. Abu Daud)

Para dokter muslim meyakini bahwa penyakit dan obat itu turun dari sisi
Allah SWT. Maka bila ada penyakit menyerang manusia, ada kewajiban untuk
mengobatinya dengan cara mencari obatnya.

11 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Dan kalimat fatadawu (‫ )فتداووا‬berbentuk fi`il amr atau kata dalam bentuk
perintah. Dan yang namanya kata perintah itu aslinya menunjukkan kewajiban.
Para ulama punya kaidah dalam hal ini yaitu al-maru lil wujub (‫)للوجوب األمر‬.

Namun karena tidak semua orang punya bakat dan minat pada bidang
kesehatan dan kedokteran, para ulama sepakat tidak menjadikan belajar ilmu
kedokteran ini sebagai kewajiban yang sifatnya individual, melainkan bersifat
kolektif (fardhu kifayah).

3. Tolong Menolong

Islam adalah agama yang mendorong tiap manusia untuk selalu


memberikan pertolongan kepada orang lain. Menyembuhkan orang lain
termasuk di antara sekian banyak bentuk tolong menolong yang nyata. Di dalam
Al-Quran Al-Karim Allah SWT. telah memerintahkan tolong menolong dengan
sesama :

ْ‫بر َعلَى َوتَعَ َاونوا‬ ْ ‫اإلث ِْم َعلَى تَعَ َاونواْ َو‬
ِْ ‫لَ َوالتَّق َوى ال‬ ِ ‫ان‬ِْ ‫للاَ َواتَّقواْ َوالعد َو‬
ْ ‫ن‬ َّْ ِ‫للاَ إ‬
ْ ْ‫شدِيد‬ ِْ ‫ال ِعقَا‬
َ ‫ب‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS. Al-Maidah : 2)

Dan Rasulullah SAW telah memerintahkan setiap muslim untuk dapat


bermanfaat buat saudaranya lewat hadits beliau :

ْ‫ع َم ِن‬ َ َ‫فَل َينفَعهْ أَخَاهْ يَنفَ َْع أَنْ ِمنكمْ است‬
َْ ‫طا‬

“Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buat saudaranya, maka berilah
manfaat (HR. Muslim)”.

Sementara sejak lahirnya dunia kedokteran di Eropa di masa-masa


kebangkitan kapitalisme, maka urusan menyembuhkan orang lain pun ikut-
ikutan terseret arus bisnis dan jual-beli. Motonya adalah : Kalau mau sehat harus
bayar. Kalau tidak mampu bayar, jangan mengharapkan kesehatan.

12 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Sejarah rumah sakit berbayar justru dimulai di Barat. Sedangkan dunia
Islam di masa kejayaannya tidak mengenal rumah sakit yang berbayar. Semua
pasien dirawat dengan gratis, tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Justru
pasien yang dirawat itu malah diberi uang pengganti dari kerugiannya tidak
bekerja selama beberapa hari.

Sejarah bahwa seorang dokter harus dibayar mahal hingga menjadi kaya
raya, sejarahnya juga dimulai di Barat. Para dokter muslim di masa itu umumnya
sejak dini telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kepentingan umat dan
khalayak.

Ketika mereka mengobati orang lain, judul besarnya adalah amal jariyah,
bukan mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian. Industri farmasi yang bisa
menjual obat dengan harga semahal-mahalnya, juga berasal dari Barat. Di dunia
Islam, meski ada begitu banyak diproduksi obat-obatan, tidak ada satu pun yang
diperjual-belikan. Obat-obatan itu diberikan dengan cuma-cuma kepada siapa
saja yang membutuhkannya.

Di masa itu dunia Islam tidak mengenal istilah “menebus obat”. Bahkan
segala bentuk penemuan ilmiyah, yang kalau terjadi di dunia Islam dianggap
sebagai bentuk persembahan, pengabdian, serta amal jariyah sang penemu,
maka di Barat semua itu harus ada harganya.

Berbagai jenis penemuan obat-obatan kemudian dipatenkan, sehingga


tidak boleh ada pihak yang memproduksinya, kecuali dengan membayar royalti
kepada pihak yang mempatenkan.

Celakanya, pihak yang mempatenkan suatu obat, belum tentu dia yang
paling berjasa dalam penemuan tersebut. Bisa saja dia mencuri atau
mendapatkannya dengan cara-cara yang licik. Misalnya, seorang dari Eropa
datang ke dunia Islam, lalu belajar dari para dokter muslim tentang resep suatu
obat tertentu. Ketika dia pulang ke Eropa, dia patenkan obat itu seolah-olah
dirinya itulah penemunya.

13 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Padahal obat itu sudah dipakai ratusan tahun sebelumnya di dunia Islam,
tanpa ada urusan paten-patenan.

4. Dasar Ilmiyah

Ilmu kedokteran di dunia Islam berkembang karena ada perintah untuk


selalu melakukan penelitian, pengkajian serta penggunaan otak dan akal. Al-
Quran berkali-kali menyindir manusia untuk menggunakan akalnya.

ِ ‫تَع ِقلونَْ لَ َعلَّكمْ آ َيا ِت ِْه َوي ِريكمْ ال َموت َى للاْ يح ِيي َكذَ ِلكَْ ِب َبع‬
‫ض َها اض ِربوهْ فَقلنَا‬

Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina
itu !” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (QS.
Al-Baqarah : 73)

ْ‫ل اختِالفْ َولَهْ َوي ِميتْ يحيِي الَّذِي َوه َو‬


ِْ ‫ار اللَّي‬
ِْ ‫تَع ِقلونَْ أَفَال َوالنَّ َه‬

Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Al-
Mukminun : 80)

Sementara dunia kedokteran di Barat, meski pun Nabi Isa alahissalam


dikenal sebagai tabib yang pandai mengobati orang sakit, namun di masa itu ilmu
kedokteran yang ilmiyah dan menggunakan nalar serta penelitian yang logis
malah tidak berkembang. Sebaliknya justru yang berkembang malah mitologi
dan berbagai kepercayaan aneh-aneh.

Mereka mengobati orang dengan menggunakan asap dupa, lewat


perantaraan para makhluk halus, ilmu sihir dan perdukunan. Setiap ada orang
terkena penyakit, selalu ada pihak-pihak yang dicurigai telah melakukan santet,
teluh dan sejenisnya.

Sehingga hal itu membuat para dukun laris manis didatangi para
pesakitan yang minta tolong diusirkan roh yang merasukinya. Pendeknya, di

14 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
masa itu dunia kedokteran Barat tidak layak disebut kedokteran, tetapi lebih
tepat untuk disebut perdukunan yang jauh dari ilmu pengetahuan.

Dalam dua peristiwa yang dikisahkan Usamah bin Munqiz dalam buku Al-
I`tibar kita dapat melihat sejauh mana kebodohan tentara-tentara Salib Barat
terhadap ilmu kedokteran, dan sejauh mana pengetahuan dokter-dokter mereka.
Usamah mengatakan, ada salah satu keanehan dalam kedokteran mereka (orang-
orang Barat).

Selanjutnya Usamah berkata, Penguasa Manaitharah pernah menulis


surat kepada pamanku. Penguasa minta dikirimkan seorang dokter untuk
mengobati sahabat-sahabatnya yang sakit. Pamanku mengirimkan dokter
Nasrani bernama Tsabit. Tak sampai sepuluh hari dokter itu sudah kembali.
Kami berkata kepadanya, “Betapa cepat Anda mengobati orang-orang sakit”.

Dokter itu lalu berkata, “Mereka membawa kepadaku seorang prajurit


berkuda yang terdapat bisul di kakinya dan seorang perempuan yang pucat
sekali. Aku mengopres prajurit itu sehingga pecah bisulnya dan akhirnya dia
sembuh, sedangkan perempuan itu aku hangatkan dan aku segarkan kembali
tubuhnya”. Kemudian datang kepada mereka seorang dokter Barat. Dia berkata,
“Orang ini tidak mengetahui cara mengobati mereka”. Lalu dokter Barat bertanya
kepada si prajurit, “Mana yang lebih engkau sukai, hidup dengan satu kaki atau
mati dengan dua kaki?”. Prajurit itu menjawab, “Hidup dengan satu kaki”. Dokter
itu berkata, “Panggilkan seorang prajurit kuat dan kapak yang tajam!”. Setelah
prajurit dan kapak yang dimaksud sudah ada, dokter itu lalu meletakkan betis
prajurit yang berbisul itu di lobang papan dan berkata, “Potonglah kakinya
dengan kapak itu!”. Prajurit yang kuat itu mengayunkan kapaknya sekali tetapi
kaki itu tidak putus. Maka diulanginya sekali lagi sehingga mengalir sumsum
tulang betis itu dan prajurit itu tewas seketika. Sedangkan pasien perempuan,
tindakan yang dilakukan oleh si dokter Salib itu adalah menyuruh perempuan itu
direndam di dalam air panas. Seketika itu juga di pasien perempuan itu langsung
meninggal dunia.

15 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Jadi, besarnya korban di pihak Eropa dari perang Salib selama 200-an
tahun bukan karena mereka mati di medan perang, tetapi karena buruknya
dunia kedokteran mereka, sehingga tidak bisa merawat pasien yang terluka,
akhirnya malah pada mati.

Al-Ustadz Dr. Mustafa As-Siba`i yang menulis kitab Min Rawai`i Hadharatina
menyimpulkan pada bagian akhir bab tentang kedokteran di masa kejayaan
Islam sebagai berikut :

a. Dalam pengaturan rumah sakit, peradaban kita lebih dahulu dari orang-
orang Barat, sekurang-kurangnya tujuh abad.
b. Rumah sakit-rumah sakit kita berpijak pada rasa kemanusiaan yang mulia
yang tak ada bandingannya dalam sejarah dan tidak pula dikenal oleh
orang-orang Barat sampai sekarang.
c. Kita adalah umat paling dahulu mengenal pengaruh besar musik, komedi
dan sugesti dalam penyembuhan orang-orang sakit.
d. Dalam mewujudkan solidaritas sosial kita telah mencapai batas yang
tidak pernah dicapai oleh peradaban Barat hingga sekarang, yakni ketika
kita memberikan perawatan, pengobatan dan makanan kepada para
pasien secara gratis. Bahkan kepada yang miskin kita memberikan
sejumlah uang. Uang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sampai mampu bekerja.

16 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
B. Pandangan tokoh pada masa Islamic Golden Age terhadap cara pengobatan
atau dunia medicine yang masih kuno.
Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina

Ibn Sina aka Avicenna

Ibnu Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang
benar-benar mendalami hampir semua ilmu pengetahuan. Mulai dari filsafat,
kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna mengeluarkan sebuah karya
kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku
pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampai pada abad ke-18,
atau kurang lebih 700 tahun ke depan.

Pada masa itu, dunia medis sangat miskin akan pengetahuan. Kebanyakan tabib
dan dukun hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa berdasarkan
pengalaman dan eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem
tubuh bekerja. Namun pada zaman itu, Avicenna-lah yang mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari zaman klasik Yunani/Romawi
dan Persia/India sejak zaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabungkan dengan
riset medis yang telah dilakukan olehnya. Avicenna disebut-sebut sebagai “Bapak
Pengobatan Modern”.

Pada masanya, Avicenna dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan
rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual
Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak
pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala

17 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak hanya
mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak
perkembangan ilmu yang keliru dan masih mencampurkan masalah pengobatan dengan
hal-hal mistis dan supranatural.

 Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga


membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam
buku itu, Avicenna meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan
metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai
akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi
Bapak Sains Modern.
 Astronomi: Avicenna membantah dan mengklaim para astrolog yang
menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia,
itu adalah hal yang tidak benar dan tidak masuk akal. (dalam kitab: Ar Risalah fi
Ibtal Ahkam al Nujum).
 Kimia: Avicenna membantah dan mengklaim para alkimiawan (alchemist) yang
menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang
terkenal dengan istilah “The Philosopher’s Stone".
 Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesa
bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi
seperti gempa bumi dan pergerakan sungai.
 Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau
gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa
cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer,
Maxwell, dan Einstein.
 Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa "jiwa" sebenarnya
hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan
merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini
mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes.

18 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
C. Masalah yang dihadapi saat ini.
Budaya dan kepercayaan akan hal-hal mistis dan supranatural masih dipakai dan
dipercaya oleh masyarakat modern hingga saat ini. Salah satu contoh besar
adalah pengobatan dengan cara pengusiran roh-roh jahat, santet, ilmu sihir, dan
sejenisnya yang dianggap mengganggu kesehatan. Jika dilihat dan dikaitkan
dengan dalil dan hadits yang ada, maka sangat bertolak belakang dengan apa
yang terjadi pada masa itu. Praktik tersebut pun masih dilakukan hingga
sekarang dan masih banyak masyarakat yang buta karna lebih memilih berobat
ke tempat yang berbaur mistis dari pada berobat ke pusat tenaga medis. Selain
itu, peran budaya ternyata masih sangat mempengaruhi masyarakat. Budaya
yang diwariskan dari generasi ke generasi masih tampak dan secara garis besar
masih dilakukan oleh sebagian orang. Kurangnya pengetahuan di dalam diri
masyarakat juga akan berdampak buruk karna akibat dari budaya dan kebiasaan
ini dapat berpengaruh pada keselamatan para pesakit jika tidak ditangani
dengan baik. maka dari itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk
memberikan kepercayaannya kepada tenaga medis untuk membantu dan
memenuhi kebutuhannya karna segala sesuatu yang dilakukan oleh para
medicine merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.

19 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
BAB III
Kesimpulan
Secara umum arti kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan
tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga pikiran dengan tenaga lahir
manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Yang
dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah
suatu pemikiran manusia yang dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil
daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan. Sedangkan kebudayaan Islam
adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

20 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
DAFTAR PUSTAKA
http://Sumber.google.co

http://kebudayaan.islam.com

http://munculnya.kebudayaan.islam.com

http://prinsip.dasar.kebudayaan.islam.com

http://konsep.kebudayaan.islam.com

http://awal.peradaban.islam.com

http://tokoh.ilmu.pengetahuan.islam.co

http://kaitan.kebudayaan.islam.dengan.ilmu.kedokteran.com

21 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m

Anda mungkin juga menyukai