Pendahuluan
Islam telah hadir sejak abad ke-7, diikuti dengan perkembangan budayanya.
budaya dan peradaban sering dipakai secara bersamaan atau saling mewakili dalam
berbagai literatur. Istilah tersebut di dalam literatul Islam, ditemukan bahwa
kebudayaan disebut Isaqafah atau culture, sedangkan disebut al-hadharah atau
civilization (Inggris). Namun, dalam perkembangan ilmu antropologi ternyata dua
istilah tersebut dibedakan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Sedangkan kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa,
karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa,
dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani,
sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing
manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan
yang beradab atau perdaban Islam.
1.2 Rumusan masalah.
Bagaimanakah konsep dasar kebudayaan Islam?
Prinsip-prinsip dasar dalam islam yang mempengaruhi perkembangan
kebudayaan islam?
Bagaimanakah hubungan kebudayaan dalam Islam jika dikaitkan dengan
ilmu kedokteran?
1. Sumber segala sesuatu adalah Allah SWT. karena dari-Nya berasal semua
ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
Lima hal pokok di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia sarat ide,
ingin selalu berbuat dan berkarya. Ketiga bentuk itu merupakan bagian dari
kebudayaan. Selanjutnya prinsip-prinsip kebudayaan antara lain :
d. Objek ilmu atau bidang kajian akademik meliputi aspek yang tidak terbatas.
Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang kongkrit atau
objek materi dan abstrak atau objek nonmateri. Penjelasan tentang luasnya
objek kajian ilmu dalam pandangan Islam terlihat jelas dalam banyak ayat Al-
Quran misalnya QS. Ali Imran 3: 190-191.
e. Ilmu secara umum dalam pandangan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua
hal yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni.
Ilmu kasbi yaitu ilmu yang diperoleh melalui trial and error dengan mepelajari
ayat-ayat kauniyah (seluruh alam) dan ayat qaliyah (wahyu). Hal ini banyak
dijelaskan oleh Allah SWT. seperti QS. Al-Nahl, 16:8 dan QS. Al-Isra’ 17:85.
h. Menggunakan fasilitas diri, alam, dan pakar serta kekuatan berjamaan dalam
menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan.
Beberapa prinsip budaya ilmiah atau akademik dalam perspektif Islam di atas
tampak pada diri kaum intelektual Islam. Banyak pemikir Islam mampu menguasai
berbagai ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi di samping didukung oleh
pengamalan ajaran agama yang kuat. Di antara pakar tersebut seperti Ibnu Susyd yang
dikenal dengan Averoes yang hidup tahun 1126-1198 M, menguasai bahasa Arab,
Filsafat, ilmu kedokteran, astronomi, fisika analisis, retorika dan puisi, metafisik tafsir
fisika. Ibnu Rusyd juga termasuk tokoh yang dinilai mampu menelaah konsep fisika
Aristoteles. Pakar lainnya seperti Ibnu al-Banna yang hidup antara tahun 1256-1321 M
di Maroko yang menguasai Matematika, Geometri, Astronomi, Astrologi di samping
menguasai ilmu Tafsir dan ilmu hadis serta banyak menghafal keduanya (Nakosteen,
1995:328).
2. Budaya Kerja.
Tidak ada salahnya bila kita melakukan perbandingan sebagai analisa yang tajam
terhadap realitas kehidupan umat Islam di masa lalu dan di masa sekarang.
Para dokter muslim di masa kejayaan Islam di masa lalu sejak mengabdi
di dunianya semata-mata untuk mendapatkan nilai pahala yang besar di sisi
Allah. Ilmu yang didapatnya itu sejak awal dipelajari dengan motivasi yang jelas,
yaitu memudahkan jalannya ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Orang yang meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)”.
10 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Para mahasiswa muslim di masa itu belajar dengan sekuat tenaga,
menghabiskan masa bertahun-tahun, menekuni buku, melakukan berbagai
penelitian di dalam laboratorium, melakukan diskusi dan tanya jawab dengan
para dokter yang sudah senior, dengan ikhlas semata-mata karena memandang
bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah satu bentuk ibadah yang akan
membawanya menuju pintu surga.
Berbeda dengan para dokter di Barat hari ini, yang mereka umumnya
tidak percaya adanya kehidupan setelah mati. Sehingga motivasi mereka jauh
dari urusan akhirat. Semuanya belajar hanya karena motivasi duniawi, bisa
karena hobi dan kesenangan, bisa juga sekedar untuk membuktikan bahwa
dirinya mampu kuliah di fakultas kedokteran, atau sekedar untuk bisa hidup
enak jadi dokter dengan banyak pemasukan dan pendapatan.
2. Kewajiban Agama
Umat Islam di masa lalu ketika belajar ilmu kedokteran dan kemudian
berpraktek sebagai dokter yang menjalani usaha untuk menyembuhkan, dilatar-
belakangi dengan kefahaman bahwa semua itu hukumnya bukan hanya sunnah,
tetapi sudah mencapai derajat fardhu kifayah.
Para dokter muslim meyakini bahwa penyakit dan obat itu turun dari sisi
Allah SWT. Maka bila ada penyakit menyerang manusia, ada kewajiban untuk
mengobatinya dengan cara mencari obatnya.
11 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Dan kalimat fatadawu ( )فتداوواberbentuk fi`il amr atau kata dalam bentuk
perintah. Dan yang namanya kata perintah itu aslinya menunjukkan kewajiban.
Para ulama punya kaidah dalam hal ini yaitu al-maru lil wujub ()للوجوب األمر.
Namun karena tidak semua orang punya bakat dan minat pada bidang
kesehatan dan kedokteran, para ulama sepakat tidak menjadikan belajar ilmu
kedokteran ini sebagai kewajiban yang sifatnya individual, melainkan bersifat
kolektif (fardhu kifayah).
3. Tolong Menolong
ْبر َعلَى َوتَعَ َاونوا ْ اإلث ِْم َعلَى تَعَ َاونواْ َو
ِْ لَ َوالتَّق َوى ال ِ انِْ للاَ َواتَّقواْ َوالعد َو
ْ ن َّْ ِللاَ إ
ْ ْشدِيد ِْ ال ِعقَا
َ ب
Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS. Al-Maidah : 2)
ْع َم ِن َ َفَل َينفَعهْ أَخَاهْ يَنفَ َْع أَنْ ِمنكمْ است
َْ طا
“Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buat saudaranya, maka berilah
manfaat (HR. Muslim)”.
12 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Sejarah rumah sakit berbayar justru dimulai di Barat. Sedangkan dunia
Islam di masa kejayaannya tidak mengenal rumah sakit yang berbayar. Semua
pasien dirawat dengan gratis, tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Justru
pasien yang dirawat itu malah diberi uang pengganti dari kerugiannya tidak
bekerja selama beberapa hari.
Sejarah bahwa seorang dokter harus dibayar mahal hingga menjadi kaya
raya, sejarahnya juga dimulai di Barat. Para dokter muslim di masa itu umumnya
sejak dini telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kepentingan umat dan
khalayak.
Ketika mereka mengobati orang lain, judul besarnya adalah amal jariyah,
bukan mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian. Industri farmasi yang bisa
menjual obat dengan harga semahal-mahalnya, juga berasal dari Barat. Di dunia
Islam, meski ada begitu banyak diproduksi obat-obatan, tidak ada satu pun yang
diperjual-belikan. Obat-obatan itu diberikan dengan cuma-cuma kepada siapa
saja yang membutuhkannya.
Di masa itu dunia Islam tidak mengenal istilah “menebus obat”. Bahkan
segala bentuk penemuan ilmiyah, yang kalau terjadi di dunia Islam dianggap
sebagai bentuk persembahan, pengabdian, serta amal jariyah sang penemu,
maka di Barat semua itu harus ada harganya.
Celakanya, pihak yang mempatenkan suatu obat, belum tentu dia yang
paling berjasa dalam penemuan tersebut. Bisa saja dia mencuri atau
mendapatkannya dengan cara-cara yang licik. Misalnya, seorang dari Eropa
datang ke dunia Islam, lalu belajar dari para dokter muslim tentang resep suatu
obat tertentu. Ketika dia pulang ke Eropa, dia patenkan obat itu seolah-olah
dirinya itulah penemunya.
13 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Padahal obat itu sudah dipakai ratusan tahun sebelumnya di dunia Islam,
tanpa ada urusan paten-patenan.
4. Dasar Ilmiyah
ِ تَع ِقلونَْ لَ َعلَّكمْ آ َيا ِت ِْه َوي ِريكمْ ال َموت َى للاْ يح ِيي َكذَ ِلكَْ ِب َبع
ض َها اض ِربوهْ فَقلنَا
Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina
itu !” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (QS.
Al-Baqarah : 73)
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Al-
Mukminun : 80)
Sehingga hal itu membuat para dukun laris manis didatangi para
pesakitan yang minta tolong diusirkan roh yang merasukinya. Pendeknya, di
14 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
masa itu dunia kedokteran Barat tidak layak disebut kedokteran, tetapi lebih
tepat untuk disebut perdukunan yang jauh dari ilmu pengetahuan.
Dalam dua peristiwa yang dikisahkan Usamah bin Munqiz dalam buku Al-
I`tibar kita dapat melihat sejauh mana kebodohan tentara-tentara Salib Barat
terhadap ilmu kedokteran, dan sejauh mana pengetahuan dokter-dokter mereka.
Usamah mengatakan, ada salah satu keanehan dalam kedokteran mereka (orang-
orang Barat).
15 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
Jadi, besarnya korban di pihak Eropa dari perang Salib selama 200-an
tahun bukan karena mereka mati di medan perang, tetapi karena buruknya
dunia kedokteran mereka, sehingga tidak bisa merawat pasien yang terluka,
akhirnya malah pada mati.
Al-Ustadz Dr. Mustafa As-Siba`i yang menulis kitab Min Rawai`i Hadharatina
menyimpulkan pada bagian akhir bab tentang kedokteran di masa kejayaan
Islam sebagai berikut :
a. Dalam pengaturan rumah sakit, peradaban kita lebih dahulu dari orang-
orang Barat, sekurang-kurangnya tujuh abad.
b. Rumah sakit-rumah sakit kita berpijak pada rasa kemanusiaan yang mulia
yang tak ada bandingannya dalam sejarah dan tidak pula dikenal oleh
orang-orang Barat sampai sekarang.
c. Kita adalah umat paling dahulu mengenal pengaruh besar musik, komedi
dan sugesti dalam penyembuhan orang-orang sakit.
d. Dalam mewujudkan solidaritas sosial kita telah mencapai batas yang
tidak pernah dicapai oleh peradaban Barat hingga sekarang, yakni ketika
kita memberikan perawatan, pengobatan dan makanan kepada para
pasien secara gratis. Bahkan kepada yang miskin kita memberikan
sejumlah uang. Uang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sampai mampu bekerja.
16 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
B. Pandangan tokoh pada masa Islamic Golden Age terhadap cara pengobatan
atau dunia medicine yang masih kuno.
Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina
Ibnu Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang
benar-benar mendalami hampir semua ilmu pengetahuan. Mulai dari filsafat,
kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna mengeluarkan sebuah karya
kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku
pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampai pada abad ke-18,
atau kurang lebih 700 tahun ke depan.
Pada masa itu, dunia medis sangat miskin akan pengetahuan. Kebanyakan tabib
dan dukun hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa berdasarkan
pengalaman dan eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem
tubuh bekerja. Namun pada zaman itu, Avicenna-lah yang mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari zaman klasik Yunani/Romawi
dan Persia/India sejak zaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabungkan dengan
riset medis yang telah dilakukan olehnya. Avicenna disebut-sebut sebagai “Bapak
Pengobatan Modern”.
Pada masanya, Avicenna dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan
rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual
Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak
pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala
17 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak hanya
mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak
perkembangan ilmu yang keliru dan masih mencampurkan masalah pengobatan dengan
hal-hal mistis dan supranatural.
18 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
C. Masalah yang dihadapi saat ini.
Budaya dan kepercayaan akan hal-hal mistis dan supranatural masih dipakai dan
dipercaya oleh masyarakat modern hingga saat ini. Salah satu contoh besar
adalah pengobatan dengan cara pengusiran roh-roh jahat, santet, ilmu sihir, dan
sejenisnya yang dianggap mengganggu kesehatan. Jika dilihat dan dikaitkan
dengan dalil dan hadits yang ada, maka sangat bertolak belakang dengan apa
yang terjadi pada masa itu. Praktik tersebut pun masih dilakukan hingga
sekarang dan masih banyak masyarakat yang buta karna lebih memilih berobat
ke tempat yang berbaur mistis dari pada berobat ke pusat tenaga medis. Selain
itu, peran budaya ternyata masih sangat mempengaruhi masyarakat. Budaya
yang diwariskan dari generasi ke generasi masih tampak dan secara garis besar
masih dilakukan oleh sebagian orang. Kurangnya pengetahuan di dalam diri
masyarakat juga akan berdampak buruk karna akibat dari budaya dan kebiasaan
ini dapat berpengaruh pada keselamatan para pesakit jika tidak ditangani
dengan baik. maka dari itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk
memberikan kepercayaannya kepada tenaga medis untuk membantu dan
memenuhi kebutuhannya karna segala sesuatu yang dilakukan oleh para
medicine merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
19 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
BAB III
Kesimpulan
Secara umum arti kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan
tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga pikiran dengan tenaga lahir
manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Yang
dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah
suatu pemikiran manusia yang dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil
daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan. Sedangkan kebudayaan Islam
adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
20 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m
DAFTAR PUSTAKA
http://Sumber.google.co
http://kebudayaan.islam.com
http://munculnya.kebudayaan.islam.com
http://prinsip.dasar.kebudayaan.islam.com
http://konsep.kebudayaan.islam.com
http://awal.peradaban.islam.com
http://tokoh.ilmu.pengetahuan.islam.co
http://kaitan.kebudayaan.islam.dengan.ilmu.kedokteran.com
21 | K e b u d a y a a n d a l a m I s l a m