Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

PEMAHAMAN ALKITAB MENGENAI DISIPLIN IBADAH BERDASARKAN KITAB


YOSUA 24;14-28

NAMA : LALA MARTINA ANUGRAHNI

KELAS : VII D
Kata ibadah kepada TUHAN disini saya terjemahkan sebagai “melayani, berbakti, dan mengabdi
kepada Tuhan”. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti
“pelayanan”. Kata Ibrani untuk ibadah adalah “avoda” sedangkan kata Yunani yang dipakai adalah
“latreia”. Kata “avoda” dan “latreia” pada mulanya menyatakan pekerjaan budak atau hamba
upahan. Dan dalam rangka mempersembahkan “ibadat” ini kepada Allah, maka para hamba-Nya
harus meniarap (Ibrani “hisytakhawa”, atau Yunani “proskuneo”) dan dengan demikian
mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja.

Konteks Yosua pasal 24 ini adalah pidato perpisahan Yosua kepada orang Israel sebelum ia
purna tugas sebagai pemimpin Israel. Yosua memberikan nasihat-nasihat dan peringatan kepada
orang Israel agar setia kepada Tuhan, tidak berpaling kepada berhala atau ilah lainnya. Nasihat-
nasihat ini penting mengingat orang Israel yang telah berhasil memasuki tanah Kanaan pernah
melupakan Tuhan yang telah memberi keberhasilan kepada mereka. Dalam prakteknya, Israel
terjatuh dalam godaan untuk menyembah kepada “allah orang Mesir” yang pernah disembah
menek moyang mereka atau kepada “allah orang Amori” yang disembah oleh masyarakat lokal.
Dalam persimpangan iman itulah Yosua mengingatkan mereka untuk kembali beribadah kepada
TUHAN.

Yosua juga memberikan tantangan agar orang Israel mengambil keputusan tegas (komitmen)
untuk tetap beribadah kepada Tuhan. Ini bukan sekedar tantangan kepada orang Israel, tetapi
juga kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Yosua memberi teladan dan memutuskan bahwa ia
dan seisi rumahnya telah membuat keputusan untuk tetap setia beribadah kepada Tuhan Allah
Israel. Itu berarti istri, anak-anaknya, bahkan semua kaum keluarganya beribadah hanya kepada
Tuhan.

EMPAT POINT PENTING DALAM IBADAH

Berdasarkan dua ayat dalam Yosua 24:14,15, saya akan membagi empat hal kebenaran penting
tentang ibadah bagi orang percaya, khususnya arti pentingnya bagi keluarga Kristen saat ini.

Pertama, Ibadah Harus Didasarkan Pada Takut Akan Allah.

Kebenarannya: Orang yang beribadah belum tentu takut akan Tuhan, tetapi orang yang takut
akan Tuhan pasti beribadah, bagaimanapun situasi dan kondisinya. Contoh : Daniel, sadrakh,
Mesakh dan Abednego adalah orang yang takut akan Tuhan dan tetap ibadah kepada Tuhan
walaupun bahaya menanti dan rintangan menghadang mereka.

Takut akan Tuhan ini selalu ditempatkan pada urutan pertama dalam Alkitab. Sebetulnya, ada
lebih dari 300 contoh penggunaan kata takut akan Tuhan ini dalam Alkitab. Berikut ini dua
diantaranya : 1 Samuel 12:14; Mazmur 34:10. Takut akan Tuhan ini berasal dari kata Ibrani Yira
dan Pakhat; serta kata Yunani fabos mengandung pengertian yaitu : hormat, gentar, kagum pada
Allah, dan kasih yang dalam pada Allah yang membawa pada ketaatan dan pengabdian
kepadaNya. Dalam Mazmur pasal 112 dan 128 kita menemukan kata ”berbahagialah” yang
dalam bahasa asli Alkitab dan bahasa Inggris adalah ”diberkatilah”. Di dalam kedua pasal
tersebut ada berkat yang luar biasa bagi seorang yang takut akan Tuhan, dan berkat itu akan
diwariskan juga kepada anak dan cucu mereka.

Di dalam bukunya You and Your Family, Dr. Tim La Haye memberikan diagram silsilah dua
orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol
yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang penginjil yang saleh dan
pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang
mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa
dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang
pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan
1 orang wakil presiden Amerika. Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan,
keputusan dan nilai-nilai dari orang tua di atas kita sangat mempengaruhi kehidupan kita.
Demikian juga dengan apa yang kita berikan kepada anak-anak kita bukan saja mempengaruhi
mereka tetapi juga mempengaruhi generasi dibawah kita selanjutnya.

Kedua, Ibadah Kepada Allah Harus Berasal Dari Hati Yang Tulus Iklas.

Kata tulus iklas dapat diartikan sebagai: rela, sungguh-sungguh, dan penuh penyerahan.
Ketulusan kita berbakti kepada Tuhan terlihat dari sikap dan tindakan-tindakan kita. Contoh :
Ketika saya meminta putra saya mengambilkan secangkir air minum atau mengambil sesuatu
untuk saya, maka saya akan tahu dengan segera apakah ia melakukannya dengan tulus atau tidak,
reaksinya terlihat atau tergambar dari raut mukanya dan tindakannya.

Ketiga, Ibadah Kepada Allah Harus Dilakukan Dengan Setia.

Saya mengartikan ibadah dengan setia ini dalam tiga pengertian, yaitu : Ibadah dengan
komitmen, ibadah dengan tekun atau terus menerus, dan ibadah yang menjadi gaya hidup kita.
Kesetiaan diawali dari sebuah komitmen (keputusan) yang kuat. Komitmen adalah sebuah
penyerahan yang total. Komitmen yang setengah-setengah tidak dapat disebut komitmen.
(contoh raja Saul). Komitmen dimulai dari sikap hati. Selanjutnya komitmen itu harus dilakukan,
sebab sebuah komitmen tidak dapat disebut komitmen jika tidak dilakukan. Dan ibadah ini
akhirnya harus menjadi gaya hidup yang dilaksanakan tanpa paksaan tetapi dengan sukacita dan
karena kasih kepada Tuhan.

Keempat, Peranan Seorang Ayah (Pria) Untuk Membawa Seluruh Keluarga Beribadah Kepada
Tuhan Tidak Dapat Ditawar-Tawar.

Inilah yang dilakukan Yosua terhadap keluarganya. Ia mendemonstrasikan peran ini. Peranan
orang tua terutama, seorang ayah (pria) untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada
Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian
banyak peranan ayah dalam Alkitab, saya membagikan dua hal kepada kita, yaitu : (1) Peranan
ayah sebagai kepala rumah tangga, (Efesus 5:22-29). Yaitu: Pemimpin keluarga dan pengambil
keputusan; Pengayom bagi semua anggota keluarga; Pelindung yang melindungi dan
bertanggung jawab; Mendidik, menegor dan menasihati (Efesus 6:4); Memberi contoh dan
teladan yang baik bagi keluarga. Ada yang mengatakan “anak adalah blue print dari orang tua”.
(2) Peranan ayah sebagai imam, yaitu: Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah
dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga
bagi dirinya sendiri.

IBADAH KELUARGA

Perhatikan ketegasan Yosua dalam kalimat terakhir di ayat 15, ia berkata “ Tetapi aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!. Pernyataan tersebut diucapkan Yosua didepan
seluruh orang Israel, sebagai tekad dan kemantapan imannya yang tidak bisa ditawar-tawar.
Yosua, sebagai seorang kepala keluarga mengetahui dengan jelas tanggung jawabnya untuk
memimpin seisi keluarganya untuk setia beribadah kepada Tuhan yang hidup, yang sudah
menyelamatkan, memelihara, dan memberkati hidupnya.

Ketegasan dan komitmen Yosua seharusnya menjadi teladan bagi orang tua Kristen, khusus
setiap kepala keluarga untuk memimpin seisi keluarganya mengenal Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan. Hal ini penting sebab keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada dalam Kristus.
Selain itu, kepala keluarga juga perlu atas semua kebutuhan seluruh isi keluarganya termasuk
kebutuhan rohani. Ia perlu memimpin seisi keluarganya bertumbuh dewasa dalam iman,
kebenaran, kasih, dan pelayanan yang setia. Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan dan
kedewasaan rohani adalah melalui ibadah keluarga yang disebut dengan istilah “mezbah
keluarga” atau “family altar”.

Istilah ibadah keluarga yang disebut dengan “mezbah keluarga” hendaknya tidak disamakan
dengan istilah ibadah keluarga dalam pengertian “kebaktian keluarga”. Ibadah keluarga dalam
pengertian kebaktian keluarga adalah ibadah yang dilakukan di dalam keluarga oleh gereja
(jemaat) tertentu kepada keluarga Kristen. Secara teknis, pelaksanaan kebaktian keluarga diatur
oleh gereja (jemaat) secara bergilir di rumah keluarga Kristen, khususnya anggota jemaat.
Sedangkan yang dimaksud dengan mezbah keluarga adalah ibadah khusus secara rutin yang yang
dilaksanakan oleh suatu keluarga dengan melibatkan semua anggota keluarga. Secara teknis,
mezbah keluarga diatur oleh kepala keluarga. Melalui mezbah keluarga, sebuah keluarga
menyediakan waktu khusus secara rutin untuk bersama dalam keluarga dengan membaca
Alkitab, renungan singkat, memuji Tuhan, berdoa, dan belajar membangun relasi yang akrab
secara vertikal dan horizontal.

Dalam memulai suatu mezbah keluarga, berikut ini beberapa petunjuk yang disarankan untuk
dilaksanakan, yaitu: (1) Sediakan waktu khusus setiap hari dimana semua anggota keluarga dapat
berkumpul bersama. Idealnya di pagi atau malam hari. (2) Sebaiknya menggunakan waktu yang
tidak terlalu lama disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dianjurkan mulailah dengan waktu 10
– 15 menit. (3) Gunakan buku renungan harian dalam setahun sebagai penuntun. Gunakan lebih
dari satu buku renungan sehingga bisa diselang-seling sesuai kebutuhan. (4) Membaca Alkitab
sebaiknya bergantian setiap harinya sehingga semua anggota keluarga terlibat; sedangkan
renungan bisa dibacakan oleh ayah atau ibu atau yang ditunjuk oleh ayah. (5) Untuk doa
bersama, boleh dipimpin oleh ayah, ibu, atau bergiliran. Porlu ada pokok-pokok doa yang tetap,
tetapi juga perlu mendoakan pokok-pokok doa yang khusus diusulkan oleh anggota keluarga
untuk didoakan. Perlu juga mencatat daftar pokok doa untuk mengetahui bila yang didoakan
sudah terlaksana atau terjawab. (6) Yang memimpin mezbah keluarga adalah ayah, dan diganti
oleh ibu bila ayah tidak ada. Karena itu, ayah atau ibu perlu bertanya kepada anak-anak atau
anggota keluarga lainnya jika ada sesuatu yang tidak dimengerti. Jika mengalami kesulitan, dapat
bertanya kepada pendeta atau gembala, atau hamba Tuhan yang dapat memberi penjelasan dan
bimbingan.

Waktu untuk mezbah keluarga sangat penting dan indah. Karena pada saat itu semua anggota
keluarga berkumpul bersama. Hal ini merupakan sarana untuk membangun iman, kerohanian,
pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan dan firmanNya, mengembangkan kasih dan
komunikasi dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga. Karena Tuhan dan keluarga kita
penting, mengapa kita tidak memulai mezbah keluarga didalam keluarga kita segera mungkin?
Jadi, bertekad dan komitmenlah seperti Yosus yang berkata, “Tetapi aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15b).

REFERENSI : http://artikel.sabda.org/keluarga_yang_beribadah_kepada_Tuhan

Anda mungkin juga menyukai