Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Mengutip pendapat Sjamsuhidayat (1997), arthritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun
dari jaringan ikat terutama sinovia dan kausanya multifactor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi
dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula
menyerangvsendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Arthritis kronik yang terjadi pada anak yang
menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan arthritis rheumatoid juvenile. Noer S (1996)
mengatakan, arthritis reumatiod merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit juga melibatkan seluruh
organ tubuh.
Biasanya arthritis rheumatoid timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul subcutan
yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis
rheumatoid, yang merupakan manifestasi ekstraartikuler.bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti
di bursa, sarung tangan tendong, dan lokasi lainnya yang dinamakan rheumatoid ekstrartikuler. Biasanya
terjadi dekstruksi sendi progresif, walaupun terjadi masa serangan, sendi tetap dapat mengalami masa
remisi.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah dekstruksi pencernaan oleh
produksi protease, kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim memecahkan tulang
rawan, ligament, tendon, dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama-sama dengan radikal oksigen
dan metabilot asam arakidonat oleh leukosit kolimorfonukleat (PMN) dalam cairan synovial. Proses ini
diduga adalah bagian dari suatu respon autoimun terhadap anti gen yang diproduksi secara local.
Selain itu, dektruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rheumatoid. Panus merupakan
jaringan granulasi vascular yang terbentuk dari sinovin yang meradang dan kemudian meluas ke sendi.
A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada saat semua sistem musculoskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Sekitar 1% dari populasi dunia
menderita rheumatoid arthritis, wanita tiga kali lebih sering dibandingkan pria. Penyakit ini paling sering
antara usia 40 dan 50, tetapi orang-orang dari segala usia bisa terkena reumatik dapat terjadi pada semua
1
umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi arthritis rheumatoid ?
2. Apa etiologi arthritis rheumatoid ?
3. Apa manifestasi klinis arthritis rheumatoid ?
4. Bagaimana patofisiologi dari arthritis rheumatoid ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi arthritis rheumatoid
2. Untuk mengetahui etiologi arthritis rheumatoid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis arthritis rheumatoid
4. Untuk mengetahui patofisiologi arthritis rheumatoid
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid
D. MANFAAT
1. Sebagai informasi dasar untuk mengenal arthritis rheumatoid
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai arthritis rheumatoid .
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui
penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membrane sinovial,
yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Mekanisme imunologis
tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis
reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini salah satu dari
sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luar di seluruh
di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Walaupun belum dapat dipastikan
sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal, infeksi dan beat shock protein (HSP ) telah diketahui
berpengaruh kuat dalam menentukan morbiditas penyakit ini. HSP adalah sekelompok protein yang
berukuran sedang (60-90kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai suatu respon terhadap stress.
Mekanisme hubungan antara sel T dengan HSP belum diketahui dengan jelas.
C. INSIDEN
Artritis Reumatoid terjadi kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita daripada pria (Price,
1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3 : 1, dan pada wanita usia
subur perbandingan 5 : 1. jadi perbandingan antara wanita dan pria kira-kira 1 : 2, 5-3. Insiden ini
meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita. Kecenderungan insiden yang terjadi pada
wanita dan wanita subur diperkirakan karena adanya gangguan dalam keseimbangan hormonal (estrogen)
tubuh, namun hingga kini belum dipastikan apakah faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini. Penyakit ini biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, puncaknya adalah antara
usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia, dari berbagai suku bangsa.
sekitar satu persen orang dewasa menderita artritis reumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di
Amerika Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk (Price, 1995).
D. ETIOLOGI
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai
patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan
faktor genetic. Namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa memengaruhi reaksi
autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah jenis kelamin infeksi (Price, 1995), keturunan
(Price, 1995; Noer S, 1996) dan lingkungan (Noer S, 1996). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jenis kelamin,
keturunan, lingkungan dan infeksi.
3
Dari penelitian mutakhir, diketahui patogenesis Artritis Reumatoid dapat terjadi akibat rantai
peristiwa imunologis yang terdapat dalam genetik. Terdapat kaitan dengan pertanda genetik seperti HLA-
Dw4 dab HLA-DR5 pada orang kulit putih. Namun pada orang Amerika berkulit hitam, Jepang dan
Indian Chippewa, hanya ditemukan kaitan dengan HLA-Dw4.
E. PATOFISIOLOGI
Pada Artritis Reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membrane sinovial, dan pada akhirnya membentuk panus. Panus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
F. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien Artritis Reumatoid. Manifestasi
ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
- Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dengan demam.
Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
- Politritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, anmun biasanya
tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
- Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
- Artrits Erosif, merupakan cirri khas Artritis Reumatoid pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
4
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan,nyeri tekan, yang memburuk dengan sters pada
sendi ; kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simeseteris.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan.
Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
Tanda : malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan pada
sendi dan otot.
Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
Intedritas Ego
Makanan/cairan
Higiene
Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari )
5
Keamanan
Gejala : kulit mengilat, tegang;nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam
menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan meneta, kekeringan pada mata,
dan membrane mukosa.
Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran, isolasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan /proses
inflamasi,destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri / atau ketidak
nyamanan, intoleransi terhadap aktifitas ataupun kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemammpuan untuk melakukan tugas-tugas umum,peningkatan penggunaan energy atau
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri (uraikan)berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal , penurunan
kekuatan daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
5. Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses
penyakit degenerative jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
6. Kurang kebutuhan /kebutuhan belajar mengenai penyakit , prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengingat , kesalahan interprestasi informasi.
6
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid di bawah ini, di sususn
berdasarkan diagnose keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalnya( Doenges 2000).
7
Agen krisoterapi(garan
antireumatik ema) dapat
Missal, garam menghasilkan remisi
emas,natriun dramatis/terus-
tiomaleat. menerus tetepi dapat
steroid mengakibatkan
inflamsi rebound
bila terjadi
penghentian atau
dapat terjadi efek
samping yang serius
Mungkin dibutuhkan
untuk menekankan
inflamasi sistemik
akut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada
umumnya berupa nyeri pada persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi
terutama setelah bangun pada pagi hari.
B. Saran
Arthritis rheumatoid dapat menyerang segala usia maka penanganan penyakit ini diupayakan
secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan,
prasarana dan sarana kesehatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10