Anda di halaman 1dari 12

POSITIF DAN NEGATIF POLIGAMI

- Oktober 07, 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah “Ilahi Robbi” Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat serta
maunahNya, sehingga kita dapat merealisasikan aktivitas yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari, serta
dapat memberikan kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita yang menjadi revolusioner
dunia yakni nabi Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah, kita dapat merasakan indahnya dunia
dengan adanya iman dan islam seperti yang kita rasakan, dan juga kepada keluarga beserta kerabat-
kerabatnya, pengikut-pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, dan semoga kita termasuk pada
golongan yang akan mendapat syafaatnya di hari akhir nanti amien.

Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata RKH. ABD.HAMID AMZ. Beserta Keluarga Besar
Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk
menjadi salah satu dari sekian ribuan santri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, sehingga saya
dapat mengembangkan keilmuan saya khususnya ilmu agama.

2. Bapak H.Hade’ie Efendy, M.KPd. Selaku kepala SMK Mambaul Ulum Bata-Bata yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menjadi bagian dari siswa SMK Mambaul Ulum Bata-Bata.

3. Ust. Muhammad Tamyiz, S.Pd.I selaku pembimbing makalah ini sehingga penulisan makalah ini dapat
selesai dengan baik dan sempurna.

4. Abi dan Ummi tercinta yang sudah mendidik saya, memotivasi, menyertakan do’a kepadaku setiap
langkahnya, dan pula sebagai pendidikan. Tak luput pula pada saudara kandung saya, dan tak lupa pula
semua siswa kelas XII TKR, ataupun keluarga besar Kopter’s, dan teman-teman kamar M1-07 yang
terkadang memotivasi namun menjengkelkan.

Semoga dengan selesainya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan. Khususnya, pembaca
dalam mengarungi kehidupan ini, sehingga menjadi manusia yang berbakti pada Agama, Nusa dan
Bangsa.
Kritik dan saran selalu kami nantikan, baik dari pembaca yang budiman, karena kami hanyalah manusia
biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan dan dosa.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan poligami seringkali menjadi topik yang masih dan terus di kaji, dan juga di pertimbangkan
keafsahannya,sebagian kelompok berpendapat bahwa poligami muncul pada era muslim (kerasulan nabi
Muhammad SAW), namun jika di lihat dari sosio-historis pada dasarnya poligami sudah ada sejak zaman
jahiliyah atau praislam.[1]

Poligami pada islam tidak hadir pada ruang kosong, yang serta merta ada tanpa peristiwa yang berkaitan
sebelumnya, praktik perbudakan dan dominasi terhadap perempuan pada zaman jahiliyah tentu
berkaitan erat dengan hukum poligami yang tersirat dalam hukum al-qur’an, untuk itu pula kedatangan
rasulullah sebagai utusan terakhir-pembenar risalah sebelumnya, bertujuan untuk meluruskan prilaku-
prilaku yang tidak patut, diantaranya, perlakuan masyarakat jahiliyah terhadap kaum perempuan,
kekejian dan perampasan hak anak yatim dan lain sebagainya.[2]

Perlu kita ketahui bahwasannya praktik poligami nabi terjadi sesudah masa hijriah, yakni pada usia lanjut
ketika beban dakwah islamiyah semakin berat dan system sosial politik yang rumit harus di tata dengan
sebaik-baiknya, poligami nabi muncul dalam konteks social-politik kebudayaan dan situasi yang sangat
khusus, sama khusunya dengan jumlah istri lebih dari empat orang, hal ini dapat di lihat bahwa dari
sejarahnya nabi hanya berpoligami terhadap janda tua dan ibu anak-anak yatim, berbanding terbaik
dengan praktik poligami yang terjadi sekarang ini, yaitu terhadap perempuan-perempuan dewasa, cantik
yang tergolong muda usianya.[3]

Dalam asbabun nuzulnya di ceritakan dalam sebuah hadist bahwa pada waktu itu ada seorang lelaki yang
menguasai anak yatim, dan kemudian di kawinkan, dia mengadakan perserikatan harta untuk ber
gadang dengan wanita yatim yang menjadii tanggung jawabnya ini, oleh sebab itu di dalam perserikatan
itu,sehingga wanita ini tidak mempunyai kekuasaan sama sekali terhadap harta miliknya yang telah di
serikatkan.

Sehubungan dengan itu Allah SWT menurunkan Surat An-nisa’ ayat 3 sebagai teguran, saran dan
peringatan bagi mereka yang menikahi anak-anak yatim agar lebih memahami kandungan Al Qur’an yang
artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau
empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS.
An-Nisa’4:3)

Kata adil yang di maksud dalam ayat di atas bahwasannya adalah sesuatu yang abstrak dan relatif,
sesuatu yang menurut kita adil, belum tentu di katakan adil oleh sebagian yang lain, begitu pula
sebaliknya selain bersifat ijmali (global) ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an sering kali bersifat tahlili
(terperinci), sehingga dalam hal ini, agar dapat memahami makna yang tersimpan di dalam ayat-ayat Al
Qur’an di perlukan takwil dan tafsir ayat baik di tinjau dari segi muhasabah ayat maupun asbabun
nuzulnya (sebab-sebab turunnya ayat) agar tersampailah pada kita islam yang kaffah (sempurna), bahkan
dalam metode penafsiran maudhui (tematik) di perintahkan kepada kita agar ketika kita memahami
suatu persoalan dalam Al Qur’an, kita tidak mengandalkan satu atau dua ayat saja, melainkan seluruh
ayat yang menyinggung persoalan tersebut harus di lihat dan di bahas satu persatu untuk mendapatkan
benang merah untuk mempertautkan kandungan dari berbagai ayat-ayat yang berbeda.

Secara konteks praktek poligami Nabi Muhammad SAW, bahwa islam pada dasarnya tidak menciptakan
poligami, justru islam memperbaiki tatanan masyarakat jahiliyah, agar tidak terjadi kesalahan masyarakat
dalam memperaktekkan poligami yang tanpa memperhatikan sisi positif dan negatif dari sini penulis
ingin mengulas sedikit kajian melalui paper sederhana ini dengan judul “Dampak Positif Dan Negatif
Pada Suami Istri”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tujuan poligami dalam islam

2. Apa saja manfaat poligami bagi kehidupan social

3. Apa Saja Hikmaah Poligami

4. Apa saja dampak positif dan negatif pada suami istri

5. Apa saja efek poligami terhadap psikis seorang anak

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami poligami

2. Untuk mengetahui poligami yang benar dan yang salah

3. Untuk mengetahui Hikmaah Poligami

4. Agar tidak keliru dalam praktik poligami

5. Agar menjadi anak yang mampu menerapkan poligami

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini yang mengalami berbagai proses untuk menyelesaikannya
semoga dapat bermanfaat bagi:

1. SMK Mambaul Ulum Bata-Bata.

Sebagai suatu kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta tambahan referensi untuk
setiap pebahasan dan pemenuhan karya ilmiah yang judul temanya memiliki corak yang sama.

2. Kepala Sekolah.

Sebagai salah satu cerminan dalam menyumbangkan lembaga pendidikan dengan penerapan dibidang
kilmuan fiqih dan yang serupa.

3. Pengelola SMK

Sebagai pijakan persepsi untuk meningkatkan profesionalitas dalam melakukan aktifitas kependidikan
yang mengarah pada pribadi manusia utuh (Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik)

4. Penulis

Sebagai bahan informasi, pengalaman dan gambaran aplikasi dalam menerapkan pembelajaran fiqih
sebagai pemilihan metode pembelajaran pada lembaga pendidikan tingkat menengah.

E. Penegasan Judul

Agar pembaca lebih memahami judul yang ditulis berikut penjelasannya.

“Dampak Positif Dan Negatif Poligami Pada Suami Istri”

Dampak: Suatu akibat yang ditimbulkan oleh permasalahan yang dapat menimbulkan sesuatu
perkawinan.

Positif : Suatu kata kolektif yang menunjukkan kepada hal-hal yang baik,

dalam ilmu matematikanya (+)

Negatif : Suatu kata kolektif yang menunjukkan kepada hal-hal yang buruk,

dalam ilmu matematikanya (–).

Poligami: Perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih (Namun

cenderung diartikan: perkawinan satu orang suami denga dua orang istri atau lebih)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Tujuan Poligami Dalam Islam


Poligami termasuk salah satu Trending Topik pada zaman jahiliyah, padahal masyarakat belum
mengenal poligami lebih dalam, secara garis besar, poligami diartikan sebagai perkawinan seorang suami
dengan dua istri atau lebih, secara termenologi poligami adalah “suatu perkawinan yang banyak” atau
dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari satu orang.

Poligami berasal dari bahasa yunani pecahan, kata dari ‘’Poly’’ yang artinya banyak, dan
‘’Gamein’’ yang berarti pasangan, kawin atau perkawinan,secara terminologi poligami adalah ‘’Suatu
perkawinan yang banyak’’ atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang,
seorang laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan[1]

Dengan demikian dapat di katakan perkawinwn yang tak terbatas, Terminologi ini sebenarnya punya
makna umum, yaitu memiliki dua orang atau lebih istri dalam waktu bersamaan, adapun kebalikan dari
bentuk perkawinan seperti ini adalah monogami, yaitu perkawinan dimana suami hanya memiliki satu
istri.

Perbincangan mengenai poligami seakan-akan tak pernah habis, karena poligami selali menuai pro dan
kontra di benak masyarakat Indonesia khususnya,masyarakat pada umumnya, bahkan poligami ini di
tentang oleh mereka yang mendukung hak-hak perempuan. Baik itu di negara-negara islam ataupun non
islam.

Tidak hanya islam, tetapi juga agama-agama, tradisi-tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang membolehkan
mempunyai beberapa istri, tradisi kesukaan juga membolehkan poligami, bahkan perempuan menerima
institusi poligami sebagai hal yang ‘’Natural’’,’’Pemberian tuhan’’, dan tidak menentangnya. Poligami
mulai di tentang hanya pada era modern yang membawa kepedulian dikalangan kaum perempuan akan
hak-hak mereka, dan mereka mulai menuntut kesetarataan status dengan laki-laki.

Dan poligami merupakan sistem yang muncul sebelum islam, islam muncul di tengah-tengah sistem
yang memperaktikan poligami, poligami menjadi sistem yang melekat di arab, yang di laksanakan
semata-mata untuk kebutuhan biologis dan beberapa aspek masyarakat.

Islam sendiri tidak memisahkan antara kehidupan bangsa arab jahiliyah ataupun bangsa arab pada masa
nabi dengan membawa islam, tetapi islam membersihkan pola kehidupan tersebut dengan
memperhatikan kebaikan yang terkandung di dalamnya, membuang hal yang seharusnya di buang, dan
meluruskan tujuan yang sempurna.

Islam tidak melarang umatnya untuk berpoligami dan tidak pula mengajaknya secara mutlak tanpa
batasan, tetapi islam membatasinya dengan keikatan keimanan yang terkandung dalam nash Al-Qur’an
dengan cara membatasinya, cukup dengan empat perempuan, dimana sebelum islam tidak terdapat
jumlah perempuan yang boleh di nikahi, dan juga sebagian pendapat yang mengatakan bahwa poligami
sunnah dengan dalil memperbanyak keturunan.[2]

Membatasi poligami dengan empat istri (perempuan) dan membolehkan memiliki budak perempuan
tanpa batas adalah sebagai kesempurnaan nikmat dan syariat allah, keselarasan syariat tersebut semata-
mata untuk hikmah, rahmat dan kemaslahatan, apabila pernikahannya hanya di tujukan bagi hubungan
intim dan untuk pelengkap nafsu birahi dan kebanyakan orang mementingkan aspek ini, maka tidak
cukup hanya dengan satu perempuan, untuk menambah jumlah istrinya, Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah
berpendapat, jumlah poligami ini sesuai dengan tabiat, hukum, dan jumlah musim dan setahun.

Jika dia hanya menikah hanya dengan satu istri maka dia bisa bersabar dari tiga hal, tiga hal itu adalah
awal urutan jumlah yang pertama dan Allah SWT telah mengkaitkan banyak hukum dengan jumlah tiga,
seperti memberikan toleransi kepada muhajirin untuk tinggal di Makkah setelah haji tiga hari, seorang
perempuan di perbolehkan bersoleh untuk suaminya tiga kali, memberi kesempatan kepada orang yang
terpaksa menthalaq istrinya sebanyak tiga kali kemudian kembali, ini adalah rahmat dan kemaslahatan,
adapun budak perempuan, mereka di ibaratkan seperti harta benda, misalnya kuda, perhiasan dan
sebagainya, sehingga tidak mungkin seseorang membatasi kepemilikan budak dengan empat atau lainya,
begitu juga kebijakan dan rahmat Allah SWT, untuk membatasi kepemilikan budak dengan empat budak
laki-laki, maka tidak ada kebijakan Allah SWT, untuk membatasi seseorang memiliki empat budak
perempuan, istri memiliki hak atas suami yang telak menthalaqnya, suami harus melaksanakan
kewajiban apabila dia memilki istri lain maka dia harus rajin, membatasi laki-laki untuk menikah dengan
empat perempuan merupakan usaha yang paling dekat supaya berbuat adil, dari pada memiliki istri lebih
sehubungan dengan ini seorang laki-laki tidak bisa berbuat adil meskipun mereka sudah berusaha.

B. Apa Saja Manfaat Poligami Bagi Kehidupan Sosial

Secara logika tidak mungkin sesuatu di lipatkan pada sesuatu yang lain kecuali sesuatu itu jumlahnya
lebih banyak, maka wajarlah sesuatu itu dapat di lipatkan sebagai contoh : apabila sepuluh orang masuk
ke dalam satu orang yang di dalamnya terdapat sepuluh kursi, maka tiap-tiap orang akan mendapatkan
satu kursi masing-masing, tetapi apabila yang masuk berjumlah sepuluh orang di dalam ruangan ada dua
belas kursi, maka bisa jadi salah satu dari mereka akan duduk di dua kursi sambil bersandar di kursi yang
lain, maka seorang tidak akan mendapat dua kursi kecuali ada dua kursi yang lebih.

Jadi, poligami tidak mungkin terjadi kecuali ada kelebihan jumlah,[3] dari sudut pandang sosial semakin
zaman bertambah maka populasi atau jumlah kelahiran akan meningkat, kuantitas peningkatan jumlah
kelahiran tidak sah (tanpa ikatan suami istri) yang tersebar di berbagai penjuru dunia khususnya di Benua
Eropa dan Amerika hal ini akan membuat pengkaji sosial akan pusing.

Fenomena ini terjadi tidak lain karena laki-laki tidak cukup menikah dengan satu perempuan dan
semakin banyaknya perempuan yang tidak mendapatkan sarana untuk menyalurkan kebutuhan
ekonomis dan biologis mereka,[4] apabila kita lihat jauh, kita akan ketahui bahwa peningkatan tersebut
karena pertemuan sisi negatif dan positif, antara laki-laki dan perempuan, serta jumlah laki-laki lebih
sedikit di bandingkan perempuan.

Apabila setiap laki-laki hanya di perbolehkan menikah dengan satu orang perempuan, maka akan
muncul perawan tua dalam jumlah yang sangat besar, dan hal yang seperti demikian kondisi masyarakat
sebagai makhluk sosial tidak akan stabil.

Namun apabila poligami di terapkan di tengah-tengah masyarakat luas, maka jumlah wanita yang tidak
menikah akan berkurang dan terjadinya tekanan-tekanan terhadap perempuan akan semakin menipis.
Untuk menjaga masyarakat dari kerusakan dan kekacauan yang di akibatkan oleh meningkatnya
masyarakat tersebut, solusi yang di tawarkan islam ialah solusi yang sesuai dengan realitas atau keadaan
perempuan yang sebagai makhluksosial tetap akan membutuhkan yang namanya suami, dan syariat yang
mulia ini sebagai antisipasi terhadap perlimpahan yang terjadi pada makhluknya.

Bahkan peningkatan kuantitas tersebut memiliki hikmah, dan banyak negara-negara lain saat ini
mengambil hikmah tersebut setelah melihat jumlah laki-laki yang menurun yang di akibatkan banyak
faktor, mereka menyukai poligami sampai laki-laki di jadikan rebutan.

C. Apa Saja Hikmah Poligami

Islam sebagai din (agama, jalan hidup) yang sempurna telah memberikan sedemikian lengkap hukum-
hukum untuk memecahkan problematika kehidupan umat manusia, semua yang telah di syariatkan
dalam agama ini tidak lain hanya untuk tegaknya nilai hikmah dan hukum yang terkandung dalam
poligami, adapun hikmah yang terkandung dalam poligami adalah sebagai berikut:[5]

Pertama tidak dapat kita pungkiri, bahwa bahterai kehidupan pernikahan seseorang tidak selalu berjalan
mulus, kadang-kadang di timpa oleh cobaan atau ujian, pada umumnya sepasang suami dan istri yang
telah menikah tentu saja sangat ingin di beri momongan oleh allah swt. Akan tetapi, kadang-kadang ada
suatu keadaan ketika sang istri tidak dapat melahirkan anak, sementara sang suami sangat
menginginkan,ya pada saat yang sama suami begitu menyanyangi istrinya dan tidak ingin mencerainya,
dengan demikian maka berpoligami adalah suatu solusi yang paling tepat untuk memperoleh keturunan
dan juga istri yang pertama masih bisa membagi kasih sayang bersamanya.

Kedua berpoligami jadi sebagai penyesalan bahtera kehidupan rumah tangga ketika kaadaan seorang istri
sakit keras sehingga menghalanginya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai ibu dan istri, sedangkan
sang suami sangat menyanyanginya, ia tetap ingin merawat istrinya dan tidak ingin menceraikannya akan
tetapi, di sisi lain ia membutuhkan wanita lain yang dapat melayaninya.

Ketiga ada juga kenyataan lain yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa di dunia ini ada sebagian lelaki yang
tidak cukup dengan satu istri (maksudnya, ia memiliki syahwat yang lebih besar di bandingkan dengan
lelaki pada umumnya) maka berpoligami adalah suatu jalan penyelesaian bagi sebagian lelaki tersebut,
jika ia hanya menikah dengan satu wanita, hal itu justru dapat menyakiti atau menyebabkan kesulitan
bagi sang istri dan akan mengakibatkan perzinaan.

Empat fakta lain yang kita hadapi sekarang adalah jumlah lelaki lebih sedikit di bandingkan dengan
jumlah perempuan, baik terjadinya banyak peperangan ataupun karena angka kelahiran perempuan
memang lebih banyak dari pada lelaki, oleh sebab itu banyak wanita sebagai pelampiasan nafsu
biologisnya menjurus kepada tindakan-tindakan asusila dan sebagainya, maka berpoligami merupakan
solusi bagi wanita dari berbagai fakta yang tidak dapat di pungkiri di atas yang merupakan bagian dari
permasalahan umat manusia, kita dapat membayangkan seandainya pintu poligami ini di tutup maka
justru kerusakanlah yang akan terjadi di tengah-tengah masyarakat, dari sisi dapat di pahami bahwa
poligami sebetulnya dapat di jadikan sebagai salah satu solusi atas sejumlah promblem di atas.
D. Apa Saja Dampak Positif Dan Negatif Pada Poligami

Islam adalah sebuah sistem yang di ciptakan untuk mengatur manusia sesuai dengan fitrah, kebutuhan
dan realitas mereka serta sesuai dengan berbagai fenomena dan kebutuhan selalu berupah di setiap
tempat dan situasi dalam poligami adalah sebuah sistem yang di tunjukan oleh islam sebagai solusi yang
menjadi panutan untuk pemeluknya bahkan dari berbagai agama-agama lain di luar islam yang tidak
enggan berpoligami.

Akan tetapi di balik anjuran itu islam sendiri mengkondisikan poligami menjadi dua tampak :

1. Dampak Positif

a. Menekan peningkatan jumlah kelahiran perempuan.Realitas dalam masyarakat menujukkan jumlah


kelahiran semakin meningkat dan yang menjadi titik tekan adalah perempuan lebih banyak dari pada
laki-laki seperti yang terjadi di Eropa Timur, jumlah perempuan setelah perang meningkat tajam dari
sebelum perang, maka benarlah apa yang di sabdakan Rasullah SAW “bahwa salah satu tanda kiamat
adalah bertambahnya perempuan sehingga setiap laki-laki mendapatkan lima puluh lima perempuan”.

Lalu bagaimana kita menyelesaikan permasalahan yang harus terjadi dalam bentuk yang berbeda-
beda ini ? apakah cukup dengan mengangkat bahu ? apakah membiarkan mereka menyelesaikan
sendiri ? permasalahan tidak akan selesai dengan mengangkat bahu, begitu pula dengan meninggalkan
masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan kesepakatan yang mereka buat.

b. Mencegah banyaknya perempuan yang janda.

Bersamaan dengan permasalahan meningkatnya perempuan yang di sebabkan oleh perang, wabah atau
malapetaka maka jumlah perempuan yang tidak menikah juga semakin banyak, sehingga menyebabkan
penurunan anak, apabila dengan keadaan ini tetap tidak di perbolehkan, maka akan banyak pelacuran
dalam masyarakat, dan akan terjadi penghianatan suami terhadap istrinya yang banyak di temukan, serta
banyak kelahiran anak di luar nikah.

c. Mandulnya istri.

Bagaimana jika suami memiliki istri mandul, padahal dia ingin memiliki anak dan tidak memiliki jalan
keluar, sedangkankan cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Karena itu kita memiliki tiga arternatif,

1) Tetap besama istrinya yang mandul dan melarangnya untuk menikah kembali, tindakan ini adalah
sebuah kedzhaliman bagi suami, dimana ia diharuskan tinggal tanpa anak, dalam hal ini tidak ada
penengah dari hukum syara’.

2) Menceraikan isri yang pertama supaya dapat menikah lagi dengan perempuan lain untuk
mendapatkan anak, dan ini adalah pelanggaran terhadap hak perempuan yang mandul dimana dia
ditekan untuk berpisah dengan suaminya tanpa mendapatkan kesempatan untuk mengadukan
argumentasi terkadang jalan tengah yang ditawarkan diserahkan kepadanya untuk memberikan
keputusan apakah tetap bersama memadunya atau bercerai, apabila dia bisa menikah lagi, ia akan
mengalami hal yang sama, apabila diketahui kalau dia mandul.

3) Tetap menjaga hubungan dengan istrinya yang mandul menikmati semua hak-haknya sebagai istri
dan memperbolehkanya menikah dengan perempuan lain yang mendapatkan keinginannya sebagai
manusia sebagai manusia Allah berfirman,

‫زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة والخيل المسومة وال نعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا وا عنده حسن‬
‫المأب‬

Artinya: dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada pada apa-apa yang di inginkan, yaitu: “wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, sawah dan
ladang, itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik.

2. Dampak Negatif

Sebelum kita membicarakan tentang kelemahan atau dampak degatif poligami, undang-undang
mana yang tidak memiliki kelemahan? Apakah dunia ini berjalan sesuai dengan kehendak semua orang?
Setiap perbuatan yang berasal yang berasal dari manusia biasa kecuali para nabi akan bercampur dengan
berbagai sisi negatif.

Oleh karna itu poligami merupakan prilaku manusia, maka pastilah disana ada nilai negatif dalam
praktek yang dilaksanakan oleh laki-laki, sehingga menyebabkan adanya kelemahan dalam poligami
diantarnya:

a. Adanya pertengkaran yang timbul atas istri, iri hati, dan permusuhan. Inilah sebagian dari
kesusahan hidup berpoligami, membuat hati suami selalu resah, dan kehidupan keluarganya menjadi
pahit, suram, dan tidak sehat. Suasana ini adalah sebagian dari kobaran api yang tidak biasa dipadamkan
kecuali dengan memahami hikmah dari sebuah pernikahan, percuma saja usahanya untuk rukun kecuali
orang itu memiliki akhlak para nabi, berfikir ala filsuf dan orang bijak.[6]

b. Adanya pertengakaran dan cekcok antara anak-anak yang mengakibatkan keluarga berantakan.
Sesungguhnya tanggung jawab yang besar dan utama dalam masalah ini, ada ditangan suami. Dialah
yang memiliki peran dalam menetapi kehidupan keluarganya dan kebahagiaannya.

c. Kecenderungan untuk lebih mencintai istri yang kedua dari pada yang pertama, dan seorang suami
tidak bisa adil dalam perihal kasih sayang, kemudian hati istrinya hidup dalam penderitaan atau
kenestapaan karena disebabkan oleh orang yang berusaha menyayanginya dalam kasih sayang suaminya,
tempat tinggalnya, makanan dan minumannya.

E. Apa Saja Efek Poligami Terhadap Psikis Seorang Anak

Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara fulgar oleh
para tokoh dikalangan birograsi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami sesungguhnya
merupakan akumulasi dari sedikitnya tiga faktor.
1. Lumpuhnya sistem hukum, luasnya undang-undang perkawinan.

2. Masih kentalnya budaya-budaya patriarki dimasyarakat yang memandang istri harus ikut apa mau
suami, dan tidak boleh menolak.

3. Kuatnya interpretasi agama yang biasa dan tidak akomudatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan.[7]

Dalam berpoligami dampaknya tidak hanya ada pada seseorang ibu, terkadang pada seorang anak pun
kerap terjadi, efek negatifnya terjadi pada psikis atau kejiwaan pada seorang anak tersebut, diantara
adanya perasaan cemburu anak yang ada dalam batinnya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,
dan akhirnya mengarah pada prilaku yang cenderung negatif , secara umum dampak tersebut bagi
seorang dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

1. Anak merasa kurang disayang.

Salah satu terjadinya dampak poligami adalah anak kurang mendapatkan perhatian dan pegangan
hidup dari orang tua, dalam artian mereka tidak mempunyai tempat dan perhatian, sebagaimana
layaknya anak-anak yang lain yang orang tuanya selalu kompak, adanya keadaan demikian disebabkan
karna ayahnya yang berpoligami, sehingga kurangnya waktu untuk bermain antara ayah dan anak-anak,
maka anak merasa kurang dekat dengan ayahnya dan kurang mendapatkan kasih sayang seorang ayah.

2. Tertanam kebencian pada diri anak.

Pada dasarnya tidak ada anak yang benci kepada orang tuanya, begitu pula orang tua kepada
anak-anaknya, akan tetapi perubahan sifat tersebut mulai muncul ketika anak merasa dirinya dan ibunya
“dinodai” kecintaan kepada anaknya yang berpoligami walaupun mereka sangat memahami bahwa
poligami diperbolehkan dalam agam islam (sebagaimana dalam nash Al-Qur’an QS. An-Nisa’ ayat 3)
tetapi mereka tidak mau menerima hal tersebut karna sangat menyakitkan apalagi ditambah dengan
orang tua yang akhirnya tidak adil maka lengkaplah kebencian anak pada ayahnya.[8]

3. Tumbuhnya ketidak percayaan pada diri anak.

Persoalan yang kemudian muncul sebagai dampak dari poligami adalah adany krisis kepercayaan
diri keluarga, anak dan istri. Apalagi bila poligami tersebut dilakukan secara sembunyi dari keluarga yang
ada, tentu ibarat memendam bom waktu, suatu saat lebih dasyat reksi yang ada.

Sesungguhnya poligami bukan suatu yang harus dirahasiakan tapi sesuatu yang sejatinya harus
didiskusiakan, jadi jangan ada dusta diantara suami istri, karna apabila seorang suami ingin melakukan
poligami karna ada suatu dari perkawinannya, misalnya: karna istri tidak mampu melahirkan, istri nusyuz,
istri sakit dan sebagainya. Tetapi jika alasan seks semata, lebih jelasnya karna menarik seks, sedangkan
seks terhadap istri yang ada tidak ada masalah, tentu masuk orang-orang yang mengikuti hawa nafsu
belakang, atas tekad dan keinginan tersebut tidak bisa sembunyi dari pengawasan Allah SWT. Meski
mungkin dari hadapan manusia berteriak dari menolong, dan sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
(QS. Al-Ankabut[29]: 52)

‫ض فوالللذيفن آفمقنوا لباللفبالطلل‬ ‫ققلل فكففىَ لباللل بفليلنيِ فوبفلينفقكلم فشلهيددا يفلعلفقم فما لفيِ اللسفمافوا ل‬
‫ت فواللر ل‬
‫فوفكففقروا لباللل قأولفئل ف‬
(٥٢) ‫ك هققم اللفخالسقروفن‬

Artinya: Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di
langit dan di bumi. dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka
Itulah orang-orang yang merugi.[9] (QS. Al-Ankabut [29]:52

4. Timbulnya trauma pada anak.

Dengan adanya tindakan poligami seorang ayah akan memicu ketidak harmonisan dalam keluarga
dan membuat keluarga berantakan, walaupun tidak cerai, tapi kemudian akan timbul efek negatif, yaitu
anak-anak akan menjadi agak trauma terhadap perkawinan dengan pria.

Sebagaimana yang terjadi dalam keluarga sebut saja namanya “Abdul Rotip” yang ayahnya penganut
poligami, yang hubungannya sangat tidak baik antara keluarga istri tua dan istri muda, bahkan akhirnya
tidak baik juga terhadap istri yang tua, dominan, sebabnya karena kecemburuan dan tidak kepercayaan
istri “Abdul Rotip”, “Hamimah” adalah anak dari istri pertama, terauma seorang anak sangat dirasakan
hingga anak berumah tangga, “Abdul Rotip” Merasa istrinya mempunyai sifat yang emosi, setiap
berbicara nadanya tidak sekali menunjukkan kelembutan, terutama apabila ada persoalan kecil saja, dia
seperti kelihatan ngotot dan curiganya terlalu besar bukan sekedar wanita seringkali juga masalah
keluarga menjadi sangat sensitif.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai pemaparan di depan mengenai poligami di sini penulis dapat memberikan kesimpulan
sebagai berikut:

v Tujuan poligami dalam islam adalah sebagai ke sempurnaan nikmat dan kemaslahatan yang sesuai
dengan poligami Rasulullah yang memiliki tujuan kemanusiaan, kemasyarakatan dan tujuan semacamnya
dalam pernikahan beliau.

v Manfaat poligami bagi kehidupan sosial ialah semakin zaman bertambah maka populasi atu jumlah
kelahiran akan meningkat dan jumlah perempuan yang tak bersuamipun ikut meningkat, sehingga solusi
poligami sangatlah tepat untuk di terapkan.

v Hikmah poligami

Sesuai dengan berbagai fenomena dan kebutuhan yang selalu berubah di setiap tempat dan situasi,
semua yang telah di syaratkan dalam agama ini tidak lain hanya untuk tegaknya nilai hikmah dan hukum
sebagaimana yang terkandung dalam poligami.

Dampak positif dan negatif dari poligami


a. Dampak positif

1) Menghentikan adanya yang tidak bersuami

2) Menjadikan perempuan sebagai insan yang di perlakukan adil, dengan cara mensuamikannya
seiring dengan peningkatan jumlah kelahiran perempuan jauh lebih banyak, meskipun si calon sudah
bersuami, beristri.

3) Adanya kemandulan pada seorang istri tidak bisa di pungkiri dan dalam keadaan demikian akan
mengakibatkan keluarga tidak memiliki keturunan, dan hal yang demikian harus diatasi dengan cara,
menikah lagi dengan perempuan lain.

b. Dampak negatif

adanya pertengakarn diantara suami dan istri begitupun dari pihak keluarganya hal yang demikian akan
menjadikan percekcokan dalam hidup keluarga.

v Efek poligami terhadap psikis seorang anak-anak

a. Anak merasa kurang di sayang

b. Tertanamnya kebencian pada diri anak

c. Tumbuhnya ketidak percayaan pada diri anak

d. Timbulnya traumatic bagi anak

B. Saran-Saran

langkah lebih baiknya, bagi semua masyarakat Indonesia dan yang bertanggung jawab akan hal ini atau
badan-badan hukum yang ada di Indonesia bekerja sama dan men-support program ini dengan
berpartisipasi dalam menegakkan hukum serta memberikan pelayanan pada masyarakat dengan
pelayanan yang baik, dan memberikan solusi yang lebih pula demi meningkatkan produktifitas bangsa.

Mari kita sing-singkan lengan baju setinggi-tingginya, kita mulai pergerakan ini dengan niat yang baik dan
berjuang penuh demi bangsa dan negara kita, buatlah warga negara kita tersenyum, tapi bukanlah
tersenyum diatas penderitaan dan jurang kenestapaan.

Anda mungkin juga menyukai