Anda di halaman 1dari 5

Latar belakang

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
bekumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan
terkendali. Dalam memanfaatkan sumber daya (uang, matril, mesin, metode, lingkungan),
sarana-prasarana, data, dan lain-lain, digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi, atau dapat disebut sebagai bentuk formal dari sekelompok manusia dengan
tujuan individualnya masing-masing(gaji, kepuasan keraj, dll) yang bekerjasama dalam
sebuah proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Organisasi juga
merupakan rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan
segala sumber dan factor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama
dengan memperhatikan fungsi dan dinamika atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan
yang sah ditetapkan.
Pada saat sekarang ini, kecendrungan dalam masyarakat untuk menuntut
profesionalisme dalam bekerja. Tidak jarang seseorang dengan mudah mengatakan bahwa
yang penting profesional. Tetapi ketika ditanyakan tentang apa yang dimaksud dengan
professional, ia tidak dapat memberikan jawaban yang jelas.
Kata profesionalisme rupanya bukan hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah
diakui sebagai suatu profesi, melainkan hampir pada semua pekerjaan. Dalam bahasa awam,
segala pekerjaan (vocation) kemudian disebut sebagai profesi. Dalam bahasa awam pula,
seseorang disebut profesionalisme jika kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya memuaskan.

A. Pembentukan dan arti penting Organisasi profesi


Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-
fungsi social yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH(1998), ada 3 ciri-ciri organisasi profesi :
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya
berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang
sama,
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesi
serta memperjuangkan otonomi profesi,
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar pelayanan
profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi.
Tujuan umum sebuah profesi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
professional tinggi sesuai bidangnya, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan public.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh
sebuah profesi.
1. Kredibiliitas
Bahwa masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi yang dimiliki
sebuah profesi,
2. Profesionalisme
Diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasi oleh pemakai jasa sebuah profesi sebagai
profesional di bidangnya.
3. Kualitas jasa
Adanya keyakinan bahwa semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah profesi memenuhi
standar kinerja yang tinggi.
4. Kepercayaan
Pemakai jasa sebuah profesi harus merasa yakin kerangka standar etika profesi yang
melandasi pemberian jasa tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan yang tinggi pada
profesi yang bersangkutan.
Untuk memenuhi empat hal tersebut diatas dalam rangka menetapkan standar
kualitas, menetapkan prinsip-prinsip professional dan menciptakan kepercayaan atas hasil
kerja profesi dimata masyarakat maka diperlukan sebuah organisasi yang mengatur dan
melakukan standarisasi terhadapnya, organisasi itulah yang disebut organisasi profesi.
Organisasi profesi ini juga merupakan bagian dari perkembangan sebuah profesi
dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan profesi kearah status professional yang
diakui oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jasa profesi tersebut.
Berikut ini adalah penjelasan 3 dari 6 langkah proses professional sebuah profesi sbb:
1. Munculnya asosiasi informal
Asosiasi informal merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki minat sama
terhadap suatu profesi atau pekerjaan tertentu, seperti komunitas-komunitas independen yang
belum secara formal menjadi suatu organisasi yang resmi diakui oleh pemerintah dan
masyarakat.
2. Identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu,
Oleh karena memiliki kepentingan yang sama maka untuk mendukung pekerjaan yang
dijalani, komunitas tersebut akan mangadopsi ilmu pengetahuan tertentu di bidangnya.
3. Para praktisi akan terorganisasi secara formal pada suatu lembaga
Seiring dengan berkembangnya lingkungan pekerjaan atau profesi yang dijalani baik dari sisi
jumlah pelaku, profesi maupun perkembangan ilmu dan teknologi yang jadi lingkup
pekerjaannya, maka dirasa perlu unutk memformalkan komunitas tersebut menjadi suatu
organisasi resmi yang di akui oleh pemerintah dan masyarakat. Hal itu yang menjadi titik
organisasi profesi.

B. Fungsi pokok organisasi profesi


Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi pokok dalam kerangka peningkatan
profesionalisme sebuah profesi, yaitu:
1. Mengatur keanggotaan organisasi
Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur organisasi, syarat-
syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih lanjut lagi menentukan aturan-aturan
yang lebih jelas dalam anggaran.
2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan sesuai perkembangan
teknologi
Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya untuk
meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan profesi tersebut.
3. Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya
Sertifikasi merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme. Dengan kepemilikan
sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional maka orang akan melihat tingkat
profesionalisme yang tinggi dari pemegang sertifikasi tersebut.
4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota
Etika profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi profesi.
Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak serta pedoman
keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.
5. Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika profesi
Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya mengikat semua anggota.
Sangsi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias bersifat internal organisasi seperti
misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut.

C. Manfaat organisasi profesi


1. Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :
a) Mengembangkan dan memajukan profesi
b) Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
c) Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
d) Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif dalam
mengembangkan dan memajukan profesi.

F. Kode etik profesi


Kode etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang artinya ajaran kesusilaan, dengan
demikian kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional yang menjadi anggota dari sebuah organisasi profesi.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Tujuan kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan tugas dan kewajiban serta
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa profesi tersebut. Adanya kode
etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang tidak professional.

a. Kode etik seorang professional TI / IT


Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau
norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI dengan
klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi profesi
dengan pemerintah. Salaha satu bentuk hubungan seorang professional dengan klien
(pengguna jasa) misalnya pembuatan sebuah program aplikasi.
Seorang professional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang
harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh klienya atau
user; ia dapat menjamin keamanan (sequrity) system kerja program aplikasi tersebut dari
pihak-pihak yang dapat mengacaukan system kerjanya (misalnya : hacker, cracker, dll).
b. Kode etik seorang programmer
Adapun kode etik yang diharapkan bagi para programmer adalah:
1. Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan Malware
2. Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan sengaja
3. Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan sengaja untuk
membingungkan atau tidak akurat
4. Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak cipta kecuali telah
membeli atau meminta ijin, dll.
H. Dampak yang timbul jika tidak diciptakannya kode etik profesi
a. Terjadinya penyalahgunaan profesi,
b. Kemungkinan mengabaikan tanggung jawab dari profesi nya karna tidak ada pedoman dalam
suatu organisasi,
c. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului kepentingan pribadinya contohnya para
pejabat yang korupsi,
d. Jika tidak ada nya kode etik profesi seseorang dapat memberikan image yang buruk dari
profesi yang ditekuninya kepada masyarakat.

I. Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


a. Pengaruh sifat kekeluargaan. Misalnya Seorang dosen yang memberikan nilai tinggi kepada
seorang mahasiswa dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan dosen tersebut,
b. Pengaruh jabatan. Misalnya seorang yang ingin masuk ke akademi kepolisian, dia harus
membayar puluhan juta rupiah kepada ketua polisi di daeranhya , kapolsek tersebut menyalah
gunakan jabatannya,
c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan pelaku
pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan pelanggaran,
d. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat,
e. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk
menyampaikan keluhan,
f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena buruknya
pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri,
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya,
h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas di antara para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya.
http://robisapoetra.blogspot.co.id/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai