Disusun Oleh:
Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya yang senantiasa memberi petunjuk
dan membimbing langkah penulis, sehingga penulis dapat menyusun laporan
akhir ini sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir profesi ners
pada Universitas Mega Rezky Makassar. Dengan judul “Resume Keperawatan
Tn.M Dengan Trauma Brain Injury di Ruangan IGD OK CITO RSUP
DR.Wahidin Sudirohusodo .
Di dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa kesempurnaan
laporan ini masih jauh dengan apa yang diharapkan. Namun demikian, penulis
sedapat mungkin berusaha menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik.
Demi kesempurnaan laporan ini, setiap saran-saran dari semua pihak yang
bersifat membangun, penulis akan menerima dengan senang hati.
Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada CI Institusi (Arsyad, S.Kep, Ns) dan CI lahan
(Firman, S.Kep, Ns) yang tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan
arahan dalam proses penulisan laporan akhir, selain itu tak lupa juga penulis
mengucapkan ucapan terima kasih kepada :
A. Definisi....................................................................................... 5
B. Etiologi....................................................................................... 6
C. Patofisiologi ............................................................................... 8
E. Komplikasi ................................................................................ 11
A. Pengkajian ................................................................................. 13
B. Diagnosa ................................................................................... 17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .......................................................................................... 43
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 44
D. Implementasi ...................................................................................... 45
E. Evaluasi ............................................................................................. 45
A. Kesimpulan ....................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Cedera kepala (head injury) merupakan salah satu kasus penyebab
kecacatan dan kematian yang tinggi. Cedera kepala (head injury) dalam
neurologi menempati urutan pertama dan menjadi masalah kesehatan utama
oleh karena korban gawat darurat pada umumnya sebagian besar orang muda,
sehat dan produktif (Sartono et al, 2014).
Cedera kepala (head injury) meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak
dan otak. Cedera kepala (head injury) dapat menimbulkan berbagai kondisi,
dari gegar otak ringan, koma, sampai kematian; kondisi paling serius disebut
dengan istilah cedera otak traumatik (traumatik brain injury [TBI]). Penyebab
paling umum TBI (traumatik brain injury) adalah jatuh (28%), kecelakaan
kendaraan bermotor (20%), tertabrak benda (19%), dan perkelahian (11%).
Kelompok beresiko tinggi mengalami TBI (traumatik brain injury) adalah
individu yang berusia 15-19 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 2:1. Individu yang berusia 75 tahun atau lebih memiliki angka
rawat inap (hospitalisasi) dan kematian TBI (traumatik brain injury) tertinggi
(Brunner & Suddart, 2013).
Sedangkan Intrakranial Hemoragie adalah pendarahan dalam tulang
tengkorak. Perdarahan bisa terjadi didalam otak atau disekeliling otak. Setiap
perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang di dalam
tulang tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan
menyebabkan bertambahnya tekanan dan hal ini sangat berbahaya.
Perdarahan intrakranial dapat terjadi pada semua umur dan juga akibat
trauma kepala sepertikapitis,tumor otak dan lain-lain. 8-13% ICH menjadi
penyebab terjadinya stroke dan kelainan dengan spectrum yang luas.Bila
dibandingkan dengan stroke iskemik atau perdarahan subaraknoid, ICH
umumnyalebih banyak mengakibatkan kematian atau cacat mayor. ICH yang
disertai dengan edema akan mengganggu atau mengkompresi jaringan otak
sekitarnya, menyebabkan disfungsi neurologis.
Di Amerika Serikat, insidensi terjadinya cedera otak traumatika sebesar
1,7 juta penduduk/tahun, dari jumlah tersebut sebanyak 50.000
penduduk/tahun mengalami kematian, dan sebanyak 5 juta penduduk/tahun
mengalami disabilitas akibat cedera kepala. Mekanisme cedera kepala di
Amerika Serikat adalah akibat terjatuh (35,2%), kecelakaan kendaraan
bermotor (34,1%), perkelahian (10%), dan penyebab lain yang tidak diketahui
(21%) (Iwan A et al, 2015).
Di Indonesia, cedera kepala (head injury) diakibatkan para pengguna
kendaraan bermotor roda dua terutama bagi yang tidak memakai helm. Hal
ini menjadi tantangan yang sulit karena diantara mereka datang dari golongan
ekonomi rendah sehingga secara sosio ekonomi cukup sulit memperoleh
pelayanan kesehatan. Cedera kepala diperkirakan akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor roda dua dan
diperkirakan 39% kenaikan per tahun (Lumban toruan, 2015)
Berdasakan hasil (RISKESDAS) tahun 2013, jumlah data yang dianalisis
seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur. Adapun responden yang
pernah mengalami cedera 84.774 orang dan tidak cedera 942.984 orang.
Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka cedera
kepala di Sulawesi utara sebesar 8,3%. Prevalensi cedera tertinggi
berdasarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun
(11,7%), dan pada laki-laki (10,1%), (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Data penelitian di ruang bedah saraf RSCM pada September 2014 sampai
dengan Maret 2015, pasien cedera kepala (head injury) yang mengalami intra
Cerebral Haematoma (ICH) sebanyak 8 orang, Sub Dural Haematoma
(SDH) sebanyak 14 orang, Sub Arachnoid Haematoma (SAH) sebanyak 1
orang, Epidural Haematoma (EDH) sebanyak 18 orang. Cedera kepala ringan
(CKR) sebanyak 2 orang, Cedera kepala sedang (CKS) sebanyak 2 orang, dan
Cedera kepala berat (CKB) sebanyak 2 orang (Lumban toruan, 2015).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada Klien Tn “M” dengan gangguan Sistem Neurologis :
Traumatic Brain Injury (TBI) di Ruang IGD OK RSUP. Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada Klien Tn “M”
Dengan gangguan Sistem Neurologis : Traumatic Brain Injury (TBI)
di Ruang IGD OK RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada Klien Tn “M” Dengan
gangguan Sistem Neurologis : Traumatic Brain Injury (TBI) di Ruang
IGD OK RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada Klien Tn “M”
Dengan gangguan Sistem Neurologis : Traumatic Brain Injury (TBI)
di Ruang IGD OK RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Klien Tn “M”
Dengan gangguan Sistem Neurologis : Traumatic Brain Injury (TBI)
di Ruang IGD OK RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
e. Dapat melaksanakan evaluasi akhir dari kasus Traumatic Brain Injury
(TBI) di Ruang IGD OK RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
referensi kepada pihak pengelola rumah sakit dalam meningkatkan
mutu pelayanan pada penerapan perawatan klien dengan Traumatic
Brain Injury (TBI)
2. Institusi
Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan pengetahuan tentang Traumatic Brain Injury (TBI)
untuk mencapai mutu pendidikan yang optimal pada masa yang akan
datang.
3. Profesi Keperawatan
Penulisan ini sebagai bahan masukan untuk tenaga kesehatan,
terutama bagi profesi keperawatan dalam menetapkan atau
mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan terhadap klien dengan Traumatic Brain Injury (TBI).
BAB II
1. Amnesia antegrade/pascatraumatik
2. Adanya keluhan nyeri kepala mulai dari derajat yang moderat sampai
berat
3. Adanya riwayat penurunan kesadaran/pingsan
4. Intoksitasi alcohol atau obat-obatan
5. Adanya fraktur tulang tengkorak
6. Adanya kebocoran likuor serebro-spinalis (ottore/rinore)
7. Cedera berat bagian tubuh lainnya
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari
spinal aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting
diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan
(medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull,
cheyenestokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
1) Kesadaran GCS.
2) Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke
batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
3) Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia,
hiperalgesia, riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
1) Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks
menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk,
mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan pola makan?
2) Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan
cairan.
3) Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik
hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan
otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan
disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf
fasialis.
g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang
didapat pasien dari keluarga.
B. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Nyeri b/d terputusnya Kontiunitas jaringan kulit
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan ruang
untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral
3. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas b/d Inflamasi dan obstruksi
jalan nafas
4. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau kognitif , terapi
pembatasan/kewaspadaan ,mis tirah baring,immobilisasi
5. Resiko perdarahan b/d trauma, riwayat jatuh
6. Resiko ketidakseimbangan suhu b/d trauma jaringan otak
7. Resiko infeksi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Nyeri b/d NOC NIC
terputusnya Control Nyeri Pain management
Kontiunitas jaringan Pain Level 1. Identifikasi nyeri yang dirasakan
kulit Comfort level klien (P, Q, R, S, T)
Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda-tanda vital.
1. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang. 3. Ajarkan teknik non farmakologik
2. Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol (relaksasi, distraksi, dll) untuk
nyeri menurunkan/ mengurangi nyeri.
3. Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi 4. Berikan analgetik sesuai indikasi
4. Klien dapat menerapkan metode non farmakologik
untuk mengontrol nyeri
2 Resiko NIC NOC
ketidakefektifan Circulation status Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan otak Tissue Prefusion : cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu
b/d penurunan ruang Kriteria Hasil : yang hanya peka terhadap
untuk perfusi 1. Mendemostrasikan status sirkulasi yang ditandai panas/dingin/tajam/tumpul
serebral, sumbatan dengan : 2. Monitor adanya paretese
aliran darah serebral - Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang 3. Instrusikan keluarga untuk
diharapkan mengobservasi kulit jika ada isi
- Tidak ada ortostatikhipertensi atau laserasi
- Tidak ada tanda-tand peningkatan tekanan 4. Gunakan sarung tangan untuk
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) proteksi
2. Mendemostrasikan kemampuan kognitif yang ditandai 5. Batasi gerakan pada kepala, leher
dengan : dan punggung
- Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai denga 6. Monitor kemampuan BAB
kemampuan 7. Kolaborasi pemberian analgetik
- Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan benar
3 Ketidakefektifan NOC NIC
Bersihan jalan nafas Respiratory status : Ventilation Airway Suction
b/d Inflamasi dan Kriteria Hasil : 1. Pastikan kebutuhan oral
obstruksi jalan nafas 1. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 2. Auskultasi suara nafas sebelumdan
berih, tidak ada sianosi sesudah
2. Menunjukan jalan nafas yang paten 3. Informasikan unuk klien dan
3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang keluarga tentang suction
dapat menghambat jalan napas 4. Minta klien menarik nafas dalam
5. Berikan O2 dengan menguunakan
nasal
6. Anjurkan pasien untuk istirahat
7. Monitor status oksigen pasien
8. Ajarkan keluarga bagaimana cara
suction
4 Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik b/d kerusakan Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
persepsi atau Mobility Level 1. Kaji kemampuan klien dalam
kognitif , terapi Self care : ADLs mobilisasi
pembatasan/kewaspa Transfer performance 2. Latih pasien dalam pemenuhan
daan ,mis tirah Kriteria Hasil kebutuhan ADLs secara mandiri
baring,immobilisasi 4. Klien meningkat dalam aktifitas fisik sesuai kemampuan
5. Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap 3. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
4. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
5 Resiko perdarahan NOC NIC
b/d trauma, riwayat Blood lose severity Bleeding precautions
jatuh Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-tanda
Kriteria Hasil : perdarahan
1. Tidak ada hematuria dan hematemesis 2. Pertahankan bedrest selama
2. Kehilangan darah yang terlihat perdarahan aktif
3. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole 3. Monitor nilai lab (koagulasi)
4. Tidak ada perdarahan pervagina 4. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan
5. Tidak ada distensi abdominal sesudah terjadinya perdarahan
6 Resiko NOC NIC
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : Fever Treatmen
suhu b/d trauma 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 1. Monitor suhu sesering mungkin
jaringan otak 2. Nadi dan RR dalam rentang ormal 2. Mmonitor IWL
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing 3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor TTV
5. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
6. Monitor Intake dan output
7. Berikan antipiretik
8. Berikan pengobatan untuk
mengatasi demam
9. Selimuti pasien
10. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
7 Resiko infeksi NOC NIC
Infection control Infection control
Risk Control 1. Kaji tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil : sistemik dan lokal
1. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi 2. Monitor kerentanan terhadap
2. Klien mampu menjelaskan tanda & gejala infeksi infeksi
3. Pertahankan tehnik aspesis pada
pasien yang beresiko
4. Laporkan kecurigaan infeksi
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi
8 Resiko cedera b/d NOC NIC
penurunan tingkat Risk kontrol Environment Management(Manajemen
kesadaran Kriteria Hasil : lingkungan)
1. Klien terbebas dari cedera 1. Sediakan lingkungan yang aman
2. Mampu mengenali perubahan status kesehatan untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan
pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya
4. Memasangkan side rail tempat
tidur
5. Meyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
BAB III
PREOPERATIF
1. BIODATA PASIEN
a) Nama Pasien : Tn “M”
b) Jenis Kelamin : Laki-laki
c) Tempat/Tanggal Lahir : 03 Maret 1992
d) Agama : Islam
e) Alamat : Makassar
f) Diagnosa Medis : Trauma Brain Injuri GCS9
(E2 M5 V2)
g) Rencana Tindakan Operasi : Kraniotomi
h) Tanggal operasi : Selasa 25 Desember 2018
i) No Rekam Medik : 867146
2. ALASAN TINDAKAN OPERASI
Alasan dilakukan tindakan kraniatomi yaitu untuk mencegah hematoma
intrakranial sehingga tidak terjadinya penyempitan dalam otak
5. PEMERIKSAN FISIK
Temuan data awal( kondisi, keluhan, observasi )
a) Sistem Pernapasan/ Breathing ( B1 )
Pasien dengan alat bantu pernapasan NRM ( 12 liter/menit)
Pernapasan 26x/menit
SpO2 89 %
b) Sistem Cardiovaskuler/ Blood ( B2 )
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36oC
HR : 80 x/i
CRT : < 2detik
c) Canula intravena : Terpasag infus di tangan kanan dengan cairan RL
20 tts/m
d) Dengan Sistem Syaraf/Brain ( B3 )
Kesadaran : Somnolen
Tingkat kesadaran : GCS9 (E2 M5 V2) , somnolen
Status emosi
Penilaian Nyeri : skor 1 bps (tanpa ETT)
Sistem Perkemihan/Bladder ( B4 )
terpasang kateter urine
Jumlah Urine : 100 cc
e) Sistem Pencernaan /Bowel ( B5 )
mual muntah tidak ada
f) Sistem Musculoskeletal-Integumen/Bone ( B6 )
Integritas kulit masih utuh
Tidak ada patah tulang
Kekuatan otot : Tidak bisa dikaji karena klien penurunan kesadaran
6. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIVE
A. Analisa Data
Data Subjektif : -
Klien tidak sadarkan diri
Terpasang infus ditangan kanan dengan cairan RL 20 tts/m
Data Objektif : -
B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi
2) Resiko jatuh
a) Intervensi Keperawatan
INTRA OPERATIVE
Kekuatan otot : 1 1
1 1
c) DiagnosaKeperawatan
1) Resiko infeksi
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan
d) PersiapanAlatkesehatan&Instrumen :
Alatkesehatan Instrumen
1) Kain Set 1) Kom 3
- 4 jas operasi 2) Pinset sirurgi 2
- 1 duek lubang besar 3) Pinset bayonet 1
- 4 doek kesil 4) Hak otomatis 1
- 2 doek bsar 5) Stukertam 1
2) Alkes / BHP 6) Stukertam 1
- Kasa 7) Canula suction 1
- Big gaas 8) Scalpel disturi 3
- Bisturi 9) Nelpuder 2
- Benang 10) Gunting benang
- Bethadine 11) Gunting jaringan
- Nacl 0,9% 12) Doek klem 1
- Supratulle 13) Kom 3
- Dispo 14) Set dewasa
- Handscoen 15) Klem 90 derajad
- Underped
- NGT
- Urine bag
- Selang suction
3) Pensil cauter
Persiapan lingkungan kamar
operasi :
1) Monitor Anestesi
2) Mesin Suction
3) Mesin Couter
4) Mesin Warmer
5) Meja Operasi
6) Meja Instrument
7) Lampu Operasi
4) Tempat sampah
e) Laporan Operasi :
Nama : Tn “M”
TanggalLahir : 03 Maret 1992
No RM : 867146
Ruangan : OK Cito
Nama Operator : Prof. DR. Dr. Andi Asadul Islam, sp BS
(K)
Nama Asisten : dr. Risky, dr. Andis
Nama Ahli Anestesi : dr. Hamzah Nurdin, M.Kes., Sp.An,KIC
Nama Asisten Perawat : perawat ok IGD
Jenis Anestesi : Umum
Golongan Operasi : Khusus
Diagnosa prabedah : Trauma Brain Injuri GCS9 (E2 M5 V2) +
INTRACRANIAL HEMORAGIE REGIO
PARIETOTEMPORALBASAL
Diagnosa pasca bedah : Trauma Brain Injuri GCS9 (E2 M5 V2) +
INTRACRANIAL HEMORAGIE REGIO
PARIETOTEMPORALBASAL
Indikasi Operasi : Live Saving
Nama Operasi : kraniatomi
Jaringan yang dieksisi : Tidak Ada
Tanggal Operasi Jam Operasi Mulai Jam Operasi Selesai Durasi Operasi
PASCA OPERATIVE
4) PengkajianPascaOperasi
Temuan data awal( kondisi, keluhan, observasi )
n) Sistem Pernapasan/Breathing ( B1 )
Airway : Pernapasan spontan dibantu dengan Non rebreating
mask 9 liter %)
Breathing : RR :28x/i
SpO2 : 100 %
o) Sistem Cardiovaskuler/Blood ( B2 )
BP : 100/80 mmHg S : 36o5C
HR : 130 x/i CRT : < 2detik
p) Canulaintravena : Terpasaginfus di tangankiridengan menggunakan
RL 20 TPM
q) SistemSyaraf/Brain ( B3 )
Kesadaran : belum bisa dikaji karena masih dalam
pengaruh anestesi
Kecemasan : kecemasan belum bisa dikaji, pasien masih
dalam pengaruh anestesi
Penilaian Nyeri : belum bisa dikaji, masih dalam pengaruh
anestesi
r) Sistem Perkemihan/Bladder ( B4 )
terpasang kateter urine
Jumlah Urine : 100 cc
s) Sistem Pencernaan/Bowel ( B5 )
Mual/ muntah tidak ada
t) Sistem Musculoskeletal-Integumen/Bone ( B6 )
Integritas kulit tidak utuh ( proses pembedahan )
Tidak ada patah tulang
Kekuatan otot : 1 1
1 1
5) Klasifikasi data
Data Subjektif : -
Data Objektif :
Klien belum sadar dan masih dalam pengaruh post anestesi
Nampak luka jahitan 6- 10 cm di area kepala sebelah kiri atas
Kerusakan lapisan dermis & epidermis
KlienTerpasang infuse RL 20 tts/menit
Nampak selalu terpasang penghalang atau penyangga tempat tidur
Klien Nampak masih menggunakan Non rebreating mask
Klien Nampak lemah
TTV
TD : 110/80mmHg T : 36.5oCHR : 89 x/I RR : 28x/I
Spo2 : 100%
6) DiagnosaKeperawatan
3) Resiko jatuh
7) IntervensiKeperawatan
No DiagnosaKeperawatan NOC NIC
1 Resiko Jatuh Kriteria Hasil : 1. Kaji faktor risiko jatuh
1. Tidak ada kejadian jatuh 2. Kaji skor risiko jatuh
2. Gerakan terkoordinasi 3. Pastikan bahwa tindakan
pembatasan dimuliai
(jika tingkatnya rendah,
pastikan bahwa hal ini
tidak efektif sebelum
meningkat pada
pembatasan yang level
lebih tinggi)
4. Batasi pada area yang
tepat
Tawarkan aktivitas –
aktivitas terstruktur
dalam area yang sudah
ditetapkan dengan cara
yang tepat
8) Implementasi dan evaluasi
No/ Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP )
Jam
Rabu 25 Desember 2018 Jam : 22.00 wita S: -
O : klien tidur diatas tempat tidur
1. Mengkaji faktor resiko jatuh A : Tidak terjadi jatuh
Hasil : klien masih dalam P : pertahankan Intervensi
pengaruh obat anastesi
2. mengkaji skor resiko jatuh
Hasil : skor skala morse 26 (resiko
rendah untuk jatuh
3. Melakukan pembatasan tempat
tidur, atau penyangga tempat tidur
Hasil : penyangga tempat tidur
untuk pasien selalu dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Merupakan tahap awal dalam mengumpulkan data pada klien. Secara
teoritis dalam mengumpulkan data selama pemeriksaan fisik dan TTV. Tanda
dan gejala yang mencurigakan dan ditemukan saat mengkaji pasien. Tanda dan
gejala yang mencurigakan dan ditemukan saat mengkaji pasien.
Dalam pengkajian saya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
pasien karena pasien dalam keadaan penurunan kesadaran. Disamping itu saya
juga mendapatkan data hasil pengkajian dari keluarga dengan cara wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik pada pasien. Pada kasus tahap pengkajian pada
Tn.M, data yang saya dapatkan, klien sudah mengalami penurunan kesadaran
dengan GCS9 (E2M5V2).
Berdasarkan hal tersebut penulis mengadakan pengkajian pada Tn.M
dengan keluhan utama Penurunan Kesadaran dimana gejala-gejalan yang saya
temukan saat mengkaji adalah klien dengan penurunan kesadaran GCS 9 (E2
M5 V2)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ada yang sejalan dan
tidak dengan teori. Menurut teori diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
diagnosa Trauma Brain Injury (TBI) adalah :
8. Nyeri b/d terputusnya Kontiunitas jaringan kulit
9. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan ruang
untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral
10. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas b/d Inflamasi dan obstruksi
jalan nafas
11. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau kognitif , terapi
pembatasan/kewaspadaan ,mis tirah baring,immobilisasi
12. Resiko perdarahan b/d trauma, riwayat jatuh
13. Resiko ketidakseimbangan suhu b/d trauma jaringan otak
14. Resiko infeksi
Kesenjangan yang ditemukan ada 3 diagnosa keperawatan yang ada
dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus, diagnos tersebut antara lain
adalah :
1. Resiko perdarahan b/d trauma, riwayat jatuh
2. Resiko infeksi
3. Resiko jatuh
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan landasan teori yang
disesuaikan dengan kondisi klien berdasarkan masalah yang ditemukan pada
klien saat pengkajian.
D. Implementasi
Pelaksanaan implementasi dilakukan dan sesuai dengan intervensi yang
ada. Adapun pelaksanaan implementasi pada diagnosa keperawatan yang
belum berhasil maka akan ditindak lanjuti sesuai dengan perkembangan klien.
E. Evaluasi
Langkah akhir dan proses keperawatan adalah evaluasi untuk menilai
sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 Desember 2018
dapat disimpulkan bahwa selama 1 hari pemberian resume keperawatan belum
ada perubahan yang signifikan pada klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek profesi keperawatan OK CITO terhadap
Klien Tn.M dengan Traumatic Brain Injury (TBI) dengan keluhan utama
Penurunan Kesadaran di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
disimpulkan sebagai berikut :
Dalam penerapan Asuhan Keperawatan secara sistematis dari pengkajian
sampai evaluasi pada Tn .M ditemukan tiga diagnosa keperawatan :
1. Risiko perdarahan
2. Risiko infeksi
3. Resiko jatuh
B. Saran
1. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan akan berhasil apabila ada kerjasama
yang baik antara sesama perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lainnya,
2. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan
sebaiknya interaksi perawat dengan klien, keluarga lebih ditingkatkan dan
implementasi yang diberikan tidak hanya terfokus pada instruksi medis,
tetapi perawat harus berinisiatif untuk melaksanakan tindakan mandiri
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC, 2002
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Ismi Kurniyanti Arey
2. Nama Panggilan : Ismi
3. NIM : 17 3145 901 083
4. Tempat / Tgl : Masohi, 19-12-1995
5. Agama : Islam
6. Alamat : Antang Raya